Anda di halaman 1dari 10

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI POTENSIAL

PATOGEN PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)


DI KOLAM BUDIDAYA PATUMBAK

Isolation and Identification of Potential Pathogenic Bacteria in Tilapia


(Oreochromis niloticus) in Patumbak Pond Aquaculture

Ruth Aprilyanti Napitupulu1), Dwi Suryanto2), Desrita2)


1)
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, (Email : nruthaprilyanti@yahoo.com)
2)
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

ABSTRACT

Tilapia culture is highly affected by fish diseases, which may be occured


because of change in environment. This study was aimed to know potential
pathogenic bacteria in nila fish (Oreochromis niloticus). Screening and isolation
of the bacteria were done in Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I. Identification of the bacteria was
conducted using Vitek 2 Compact in RS Murni Teguh. Five potential pathogenic
bacteria were found to infect nila fish i.e. Kocuria kristinae and
Stenotrophomonas maltophilia of brain, Aeromonas hydrophila of liver,
Staphylococcus lentus of kidney and Staphylococcus warneri of skin sample.
Water temperature was 32 oC with pH of 6,9 and DO of 2,96 mg/l

Keywords : Patumbak, Potential Pathogenic Bacteria, Tilapia, Water Quality.

PENDAHULUAN beberapa jenis bakteri yang umum


Usaha perikanan di menyerang ikan air tawar seperti
Indonesia saat ini telah Aeromonas sp. dan Streptococcus sp.
berkembang dengan pesat terutama Penyakit yang disebabkan oleh
dalam bidang budidaya. Ikan nila bakteri memperlihatkan gejala-gejala
merupakan salah satu jenis ikan yang seperti kehilangan nafsu makan,
sudah umum dibudidayakan karena luka-luka pada permukaan tubuh,
memiliki nilai ekonomis tinggi pendarahan pada insang, perut
sehingga perlu diupayakan membesar berisi cairan, sisik lepas,
pemanfaatan dan pengelolaannnya. sirip ekor lepas, jika dilakukan
Sejalan dengan perkembangan usaha pembedahan akan terlihat
budidaya, terdapat pula beberapa pembengkakan dan kerusakan pada
masalah yang menganggu seperti hati, ginjal dan limpa
hama dan penyakit sehingga (Ashari, dkk., 2014).
menghambat perkembangan usaha Penyakit pada ikan timbul
budidaya. karena adanya interaksi yang tidak
Penyakit dapat disebabkan seimbang antara inang, lingkungan,
oleh beberapa jenis patogen seperti, dan patogen. Salah satu patogen
virus, parasit, jamur dan bakteri, penyebab penyakit pada ikan dapat

1
berupa bakteri. Penularan penyakit alat-alat bedah dan alat Vitek 2
tersebut bisa melalui air, ikan yang Compact. Bahan yang digunakan
terkena penyakit, pakan, wadah pada penelitian ini yakni sampel uji
budidaya, dan peralatan. Kondisi ikan dan air, medium Tryptone
ikan yang stres, kekurangan gizi, dan Soya Agar (TSA), aquades steril,
pemberian pakan yang berlebihan alkohol 70%, kapas, kertas label,
juga dapat menyebabkan penyakit kain kasa, alumunium foil dan zat
pada ikan. Isolasi dan identifikai untuk pewarnaan sel bakteri seperti
bakteri adalah penting agar dapat kristal violet, iodin, alkohol aseton,
dilakukan upaya-upaya pencegahan dan safranin.
terhadap serangan penyakit tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk Pelaksanaan Penelitian
mengetahui bakteri patogen yang Penelitian akan dilakukan
terdapat pada bagian tubuh ikan nila dengan pengambilan sampel ikan
(O. niloticus) dengetahui kondisi nila yang menunjukan gejala klinis
lingkungan dengan keberadaan dan sampel air serta pengukuran
bakteri patogen pada ikan nila. parameter kulaitas air pada kolam
budidaya. Sampel ikan nila diambil
METODE PENELITIAN secara acak, kemudian dilakukan
Waktu dan Tempat Penelitian tahapan isolasi pada permukaan dan
Penelitian ini dilaksanakan bagian dalam tubuh selanjutnya
pada bulan Juli – September 2016, dilakukan identifikasi dan
pengambilan sampel ikan dan air karakterisai bakteri.
dilakukan di kolam budidaya yang
berada di Patumbak. Identifikasi Pengambilan Sampel Ikan dan
bakteri pada sampel air dilakukan di Sampel Air
Laboratorium BTKLPP (Balai Sampel ikan nila diambil
Teknik Kesehatan Lingkungan dan mewakili keseluruhan lokasi tambak
Pengendalian Penyakit). Isolasi dan berdasarkan gejala ikan terserang
pemurnian bakteri dari sampel ikan penyakit berupa luka atau borok
dilakukan di Balai Karantina Ikan, pada tubuh ikan. Kemudian ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan segera dibawa ke laboratorium
Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I dalam keadaan hidup yang
Medan I, Jalan Karantina Ikan, dikemas secara steril.
Kualanamu Medan dan selanjutnya Sampel air kolam diambil
karakterisasi dan identifikasi dengan menggunakan botol steril.
dilakukan dengan alat Vitek 2 Botol yang telah berisi air hasil
Compact di Laboratorium Rumah sampling dimasukkan ke dalam
Sakit Murni Teguh. coolbox untuk menjaga agar
Alat yang digunakan pada bakteri tidak mati kemudian dibawa
penelitian ini adalah alat tulis, ke laboratorium untuk dianalisis.
termometer, timbangan analitik, pH
meter, cawan petri, tabung reaksi, Pengukuran Kualitas Air
gelas ukur, object glass, bunsen, Parameter kualitas air yang
laminar air flow, labu Erlenmeyer, diukur meliputi Suhu, Oksigen
autoclave, pipet tetes, hand spray, terlarut, Derajat keasaman (pH),
sarung tangan, masker, oven, Mikrobiologi (Total coliform dan
inkubator, mikroskop, jarum ose, Colifaecal) Pengukuran suhu, pH

2
dilakukan di lokasi budidaya ikan (in ini adalah untuk memisahkan bakteri
situ) sedangkan pengukuran DO dan yang satu dengan yang lainnya
Mikrobiologi dianalisis di sehingga didapatkan koloni yang
Laboratorium BTKLPP (Balai seragam (sejenis). Koloni yang sudah
Teknik Kesehatan Lingkungan dan murni diisolasi kembali ke media
Pengendalian Penyakit). miring TSA dan diinkubasi lagi
untuk dilakukan identifikasi bakteri
Prosedur Pemeriksaan Penyakit .
Bakterial Karakterisasi dan Identifikasi
Pemeriksaan penyakit bakteri Bakteri
pada ikan akan dilakukan dengan Karakterisasi dilakukan
dua cara, yaitu pemeriksaan tubuh dengan pengamatan struktur
bagian luar dan pemeriksaan tubuh makroskopis, mikroskopis, dan uji
bagian dalam. Dalam pemeriksaan biokimia. Struktur makroskopis
ini perlu dilihat gejala-gejala klinis dengan mengamati bentuk koloni,
yang ada pada tubuh bagian luar warna koloni serta bentuk tepi
ikan seperti luka, kekurangan lendir, koloni. Bakteri ditumbuhkan pada
tubuh kasar, bentuk tubuh tidak medium agar TSA dan
normal, adanya luka/borok (ulcer) pengamatan morfologi koloni
dan lain-lain. Pemeriksaan organ dilakukan setelah kultur diinkubasi
dalam dilakukan dengan membedah pada suhu 37oC selama 18 – 24 jam.
tubuh ikan kemudian diamati Struktur mikroskopis yang diamati
gejala-gejala yang tidak normal pada meliputi bentuk sel dan formasi
tubuh ikan bagian dalam seperti koloni sel, serta reaksi-reaksi
perubahan warna ginjal, insang, pengecatan.
adanya cairan berlebih dalam rongga Isolat bakteri A diambil 1
tubuh dan lain-lain. ose dan digores-goreskan pada
permukaan preparat steril kemudian
Isolasi Bakteri Patogen dari dilakukan fiksasi. Kristal violet
Sampel Ikan sebanyak 1 tetes ditambahkan ke
Isolasi bakteri ini dilakukan permukaan preparat yang terdapat
dengan menggunakan media umum lapisan bakteri tersebut dan
TSA. Isolasi bakteri dilakukan secara didiamkan selama 1 menit. Setelah 1
aseptik di Laminar air flow dengan menit, preparat dibilas dengan air
teknik cawan gores, yaitu dengan sampai zat warna luntur. Preparat
menusukkan jarum ose yang steril ke dikeringkan di atas api spiritus.
organ ikan yang diduga terkena Setelah kering, larutan iodin
penyakit di bagian permukaan tubuh sebanyak 1 tetes ditambahkan ke
dan bagian dalam tubuh. Kemudian permukaan preparat tersebut dan
diisolasi ke media TSA dan didiamkan selama 1 menit. Setelah 1
diinkubasi dalam inkubator dengan menit, preparat dibilas dengan air.
suhu 30 oC selama 18 – 24 jam. Preparat dibilas dengan alkohol 96%
Setelah diinkubasi selama 24 jam sampai semua zat warna luntur
didapatkan koloni-koloni bakteri kemudian dicuci dengan air. Preparat
yang tumbuh di media TSA, dikeringkan di atas api spiritus.
kemudian diisolasi kembali ke media Setelah kering, safranin 1% sebanyak
TSA yang lain untuk mendapatkan 1 tetes ditambahkan ke permukaan
biakan murni. Tujuan dari pemurnian preparat dan didiamkan selama 45

3
detik. Preparat dicuci dengan air dan Isolasi bakteri dari bagian tubuh
dikeringkan. Preparat diamati ikan nila
menggunakan mikroskop dengan Koloni bakteri yang tumbuh pada
perbesaran 1000x. Pewarnaan media kultur TSA terdapat 5 isolat
diulang untuk isolat bakteri B, C dan yang berbeda dari keseluruhan koloni
D (Pratita dan Putra, 2012). bakteri yang tumbuh. Masing-masing
Seteleh dilakukan pewarnaan isolat yakni 1 isolat dari ginjal, 1
gram, kemudian diperhatikan bentuk isolat dari kulit, 1 isolat dari hati dan
bakteri, pergerakan dan warna 2 isolat dari otak.
bakteri. apabila bakteri berwarna
ungu merupaan bakteri gram positif Karakterisasi dan Identifikasi
(+) dan jika berwarna merah Bakteri Patogen
merupaan bakteri gram negatif (-). Karakterisasi bakteri secara
Identifikasi jenis bakteri dilakukan mikroskopis dilakukan dengan
dengan alat Vitek 2 Compact di pewarnaan Gram. Hasil pewarnaan
laboratorium. Gram didapat bakteri Gram positif
sebanyak 3 isolat yaitu ON1, GN dan
HASIL DAN PEMBAHASAN KN sedangkan bakteri Gram posotif
Hasil sebanyak 2 isolat yaitu ONII dan
Pengamatan gejala klinis pada HNII. Struktur mikroskopis dari
Ikan Nila isolat dapat dilihat pada Gambar 2.
Penelitian ini dilakukan
dengan mengisolasi sampel ikan nila
yang terlihat sakit, sampel ikan
memiliki berat 382 g dan panjang
total ikan 18,5 cm. Gejala klinis pada
a b c
ikan seperti terdapat luka pada
permukaan tubuh dan sisik yang
berlepasan. Pada pemeriksaan bagian
tubuh ikan uji juga terdapat gejala
d e
klinis yaitu kulit pucat dan
mengelupas, hati ikan uji terlihat
Gambar 2. Struktur mikroskopis dari
pucat. Hal ini dapat dilihat pada
isolat (ONI) Coccus
Gambar 1.
Gram Positif; (ONII)
Basil Gram Negatif;
a c (HNII) Basil Gram
Negatif; (GN) Coccus
Gram Positif; (KN)
Coccus Gram Positif (a)
isolat ONI dari sampel
b d
otak; (b) isolat ONII dari
sampel otak; (c) isolat
Gambar 1. Bagian tubuh ikan nila
HNI dari sampel hati; (d)
yang diisolasi (a) ginjal;
isolat GN dari ginjal; (e)
(b) hati; (c) kulit; (d) otak
isolat KN dari kulit.

4
Pengamatan morfologi isolat elevasi yang sama, hanya terdapat
yang ditemukan dapat dilihat dari perbedaan warna pada beberapa
tepian, elevasi dan warna koloni. bakteri. Morfologi koloni isolat
Semua isolat memiliki tepian dan disajikan pada Tabel. 1.
Kode Morfologi Koloni Morfologi Sel
No.
Isolat Tepian Elevasi Warna Gram Bentuk
1. ONI Licin Cembung Kuning + Staphylococcus
2. ONII Licin Cembung Krem - Diplobasil
3. HNII Licin Cembung Krem - Diplobasil
4. GN Licin Cembung Kuning + Coccus
5. KN Licin Cembung Krem + Coccus
Tabel 1. Morfologi Koloni dan sel
isolat

Hasil identifikasi oksigen terlarut (DO) yaitu 2,96


menggunakan Vitek 2 Compact mg/l. Hasil pengamatan parameter
menunjukkan bahwa bakteri yang kualitas air terdapat pada Tabel 3.
didapat yaitu jenis bakteri Kocuria
kristinae dan Stenotrophomonas Tabel 3. Pengukuran Kualitas Air
maltophilia ditemukan pada bagian Kolam Budidaya
otak, bakteri Aeromonas hydriphila Baku Hasil
No Parameter
pada hati, bakteri Staphylococcus Mutu* Analisis
1. Suhu Devias 32
lentus pada ginjal dan bakteri
i3
Staphylococcus warneri terdapat 2. pH 6–9 6,9
pada kulit. Jenis bakteri yang 1. DO 2,960
ditemukan dapat dilihat pada Tabel 1. Total 5000 400
2. Coliform
2. Colifaecal 1000 170
Kode *: Berdasarkan PP no. 82 tahun 2001
No. Jenis Bakteri
Isolat tentang persyaratan kualitas air
1. ONI Kocuria kristinae badan air kelas 2.
Stenotrophomonas
2. ONII
maltophilia Pembahasan
Aeromonas Pengamatan gejala klinis pada
3. HNII
hydrophila Ikan Nila
Staphylococcus Pada daerah patumbak
4. GN
lentus banyak masyarakat melakukan usaha
Staphylococcus kolam budidaya yang salah satu
5. KN
warneri komoditi kolam yaitu ikan. Usaha
budidaya pada daerah ini masih
Kualitas Air Kolam Budidaya menerapkan sistem ekstenssif/
Kondisi lingkungan perairan tradisional yaitu konstruksi kolam
merupakan faktor yang dapat masih menggunakan tanah, sumber
mempengaruhi kehidupan ikan pada air berasal dari hulu dan
habitatnya. Dari hasil pengukuran memenfaatkan air hujan dan belum
diperoleh bahwa air kolam memiliki ada pemakaian alat-alat bantu
suhu 32 oC, pH 6,9 dan kandungan modern. Penanganan yang kurang

5
pada kolam menyebabkan banyak coccus dan berwarna biru keunguan
ikan nila terserang penyakit sehingga yang merupakan gram positif. Hal ini
menyebabkan ikan mati. Menurut sesuai dengan pernyataan
Arie (2003) sistem ekstensif Dwidjoseputro (2010), bakteri Gram
merupakan sistem pemeliharaan ikan positif mampu mempertahankan zat
yang belum berkembang, input warna utama dalam pewarnaan gram,
produksinya sangat sederhana, biasa yaitu gentian violet, sehingga
dilakukan dikolam air tawar, dan nampak berwarna ungu saat
pengairannya tergantung pada pengamatan dikarenakan dinding sel
musim hujan. kelompok bakteri ini tersusun oleh
Pemeriksaan sampel ikan sebagian besar peptidoglikan, yang
menunjukkan gejala klinis yaitu mampu mengikat zat warna dan tidak
warna tampak kulit pucat, sisik-sisik rusak saat dicuci dengan alkohol.
pada tubuh ikan berlepasan, bagian Sementara itu, bakteri gram negatif
hati dan insang ikan uji terlihat memiliki komposisi dinding sel yang
pucat. Menurut Kordi (2010), bahwa sebagian besar tersusun dari lapisan
ciri-ciri ikan yang terserang bakteri lipid, sehingga pada saat pewarnaan
ini biasanya warna tubuh gelap, mata kurang dapat mempertahankan zat
rusak dan agak menonjol, sisik warna.
terkelupas, seluruh siripnya rusak,
bernafas di atas permukaan air, Kocuria kristinae
insang rusak berwarna merah Isolat ONI yang diisolasi dari
keputihan, sehingga kesulitan otak merupakan bakteri Gram
bernafas. positif, memiliki sel berbentuk
staphylococcus, koloni berwarna
Isolasi dan identifikasi bakteri kuning dengan tepian licin, elevasi
patogen cembung. Hasil identifikasi bakteri
Ikan nila yang terdapat dengan Vitek 2 menunjukkan isolat
gejala klinis diisolasi pada bagian ONI merupakan bakteri K. kristinae.
ginjal, hati, otak dan kulit. Isolasi Hal ini sesuai dengan Lakshmikantha
menggunakan media TSA dan di dkk (2015) K. kristinae bakteri kokus
inkubasi pada suhu kamar selama 24 Gram positif, koloni halus, cembung,
jam. Setelah proses isolasi selama non-hemolitik, katalase positif,
24 jam selesai dan timbul berbagai koagulase negatif, oksidase positif
macam koloni bakteri, kemudian dan nonmotile, koloni tumbuh dalam
dilakukan pemurnian terhadap kondisi aerobik di 37oC.
bakteri yang terlihat dominan pada Bakteri K. kristinae sangat
media TSA. Masing-masing isolat jarang ditemukan pada ikan, bakteri
yakni 1 isolat dari ginjal, 1 isolat dari ini dapat menyebabkan penyakit
kulit, 1 isolat dari hati dan 2 isolat pada manusia. Menurut Paul dkk
dari otak. (2015), spesies Kocuria banyak di
Pewarnaan Gram dan lingkungan dan merupakan flora
pengamatan mikroskopis normal manusia dan mamalia
menunjukkan bahwa bakteri ONII lainnya. K. kristinae jarang
dan HNII berbentuk batang dan menyerang manusia dan kebanyakan
berwarna merah yang merupakan menginfeksi pada orang dengan
bakteri Gram negatif sedangkan sistem kekebalan yang sudah rusak.
bakteri ONI, GN dan KN berbentuk Bakteri ini telah dilaporkan

6
menyebabkan vena sentral kateter bakteri A. hydrophila. A. hydrophila
terkait bakteremia dan peritonitis adalah bakteri umum yang
pasien lemah kronis. Baru-baru ini, menyerang ikan, baik ikan air tawar
organisme ini telah terimplikasi maupun air laut. Menurut Hayes
dalam abses otak, kolesistitis akut, (2000) A. hydrophila telah
endokarditis infektif dan kateter ditemukan pada berbagai jenis ikan
terkait bakteremia lainnya. air tawar di seluruh dunia, dan
adakalanya pada ikan laut.
Stenotropmonas maltophilia terdapat pandangan yang berbeda
Isolat ONII yang diisolasi tentang peran yang tepat dari A.
dari otak merupakan bakteri Gram hydrophila sebagai ikan patogen.
negatif dan memiliki sel berbentuk Pada ikan sampel ditemukan
diplobasil. Hasil identifikasi bakteri bahwa A. hydrophila menyerang
dengan Vitek 2 menunjukkan isolat ikan pada organ hati yang ditandai
ONI merupakan bakteri S. dengan hati berwarna pucat. Hati
maltophilia. Menurut Denton dan ikan adalah organ yang paling
Kerr (1998) S. maltophilia adalah rentan terhadap penyakit infeksi,
suatu organisme dengan potensi karena hepar berfungsi untuk
patogen sangat terbatas yang jarang detoksifikasi. Hal ini sesuai dengan
mampu menyebabkan penyakit pada pernyataan Asniatih dkk (2013)
individu selain yang sangat lemah. S. bahwa ikan yang sakit akibat
maltophilia termasuk ke dalam infeksi A. hydrophila mengalami
Gram negatif dengan karakteristik perdangan pada ginjal serta hati
berbentuk batang dan berukuran berwarna pucat. Hati ikan yang
antara 0,5 – 1,5 µm. terinfeksi A. hydrophila
Bakteri S. maltophilia menunjukkan adanya degenerasi atau
diketahui merupakan bakteri kerusakan pada hepatopankreas
oportunistik pada ikan. Keberadaan yakni inti sel dan sitoplasma sudah
bakteri ini pada ikan dapat tidak tampak lagi.
dikarenakan kontaminasi S.
maltophilia dari air (tempat hidup Staphylococcus sp.
ikan), suhu air pada kolam ikan Pada penelitian ini ditemukan
sesuai dengan kondisi lingkungan bakteri Staphylococcus sp. yaitu
yang memungkinkan bakteri ini Staphylococcus lentus pada ginjal
untuk hidup. Menurut Abraham dkk dan Staphylococcus warneri pada
(2016), S. maltophilia merupakan kulit ikan nila dengan sel coccus
bakteri patogen oportunistik global. Gram positif. Menurut Jawetz dkk
Bakteri tersebut hanya dapat tumbuh (1995), Staphylococcus sp. termasuk
pada lingkungan yang tersedia Gram positif, berbentuk bulat
oksigen dengan kondisi suhu optimal berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun
35 oC. Bakteri ini perna diisolasi dalam kelompok-kelompok yang
sebagai patogen oportunistik dari tidak teratur seperti buah anggur.
ginjal dari Clarias gariepinus. Bakteri ini tumbuh pada suhu
optimum 37 ºC.
Aeromonas hydrophila Staphylococcus lentus adalah
Meskipun ikan nila mudah staphylococcus koagulase-negatif
dibudidayakan, namun mudah juga yang dimiliki kelompok
terserang penyakit, seperti diinfeksi Staphylococcus sciuri (S. sciuri, S.

7
lentus, dan S. vitulinus). oleh musim, cuaca, dan waktu
Staphylococci dikenal patogen saat pengukuran.
hewan dan mereka telah diisolasi Oksigen terlarut dalam air
dari tikus, ayam, mamalia dan dapat mempengaruhi aktivitas ikan
pertanian tanah dan air. Bakteri ini nila dan berpengaruh pada
dapat berkoloni pada manusia dan metabolisme dalam tubuh ikan.
menghasilkan infeksi serius, seperti Nilai DO (oksigen terlarut) yang
endokarditis syok septik, infeksi diperoleh rendah yaitu 2,96 mg/l.
saluran kemih, infeksi luka, Berdasarkan standar baku mutu air
endophthalmitis, dan penyakit radang PP. No 82 Tahun 2001 (kelas II),
panggul (Rivera, dkk., 2014). Pada kisaran oksigen terlarut untuk
penelitian ini bakteri S. lentus yang kegiatan budidaya ikan yaitu > 4
menginfeksi organ ginjal ikan dapat mg/l. Jika oksigen terlarut tidak
berpotensi sebagai patogen yang seimbang akan menyebabkan stress
kemungkinan berasal dari pada ikan karena otak tidak
lingkungan. mendapat suplai oksigen yang cukup,
Bakteri Staphylococcus serta kematian akibat kekurangan
warneri diisolasi dari bagian dalam oksigen yang disebabkan jaringan
kulit. Adanya kulit yang mengelupas tubuh ikan tidak dapat mengikat
dan warna kulit yang pucat dapat oksigen yang terlarut dalam darah
mengindikasikan bahwa bakteri ini (Tatangindatu, dkk., 2013).
bersifat potensial patogen. Rami dkk Proses dekomposisi bahan
(2015) menjelaskan bahwa Gram organik (sisa pakan, feses, urin)
positif Staphylococcus spp. bisa membutuhkan oksigen terlarut, jika
patogen pada ikan, menyebabkan banyaknya kandungan bahan organik
exophthalmia dan septikemia seperti pada suatu perairan maka dapat
gejala pada ikan yang telah menyebabkan oksigen terlarut
terinfeksi meskipun juga telah rendah. Menurut Anggoro dkk
dilaporkan dari ikan tanpa adanya (2014) bahan organik yang terlalu
penyakit. Selain itu, S. warneri telah banyak dalam air akan menyebabkan
diisolasi dan tumbuh dari ginjal yang rendahnya kadar oksigen terlarut
berubah warna dan hati dari ikan karna dalam proses pengurainnya
trout (Oncorhynchus mykiss) sakit membutuhkan oksigen terlarut.
yang muncul borok pada sirip dan Nilai pH pada kolam
exophthalmia, bersama dengan budidaya yaitu 6,9, nilai ini masih
cairan asketik di perut. berada dalam kisaran nilai ambang
batas yang ditetapkan. Berdasarkan
Kualitas Air Kolam Budidaya standar baku mutu air PP No.82
Suhu mempunyai peranan Tahun 2001 (kelas II), pH yang baik
penting dalam menentukan untuk kegiatan budidaya ikan air
pertumbuhan ikan yang dibudidaya, tawar berkisar antara 6 – 9. Menurut
suhu yang diperoleh pada saat Affan (2011) pH sangat berpengaruh
pengukuran di lapangan yaitu 32 oC. terhadap pertumbuhan dan
Menurut Kordi dan Tancung (2007) kelangsungan hidup ikan, pada pH <
bahwa kisaran suhu yang dapat 5 dan pH > 11 dapat menimbulkan
mendukung kehidupan organisme kematian ikan dan tidak terjadi
akuatik berada antara 28 – 32 oC. reproduksi. Menurut Radhifuya
Perubahan suhu banyak dipengaruhi (2011) kisaran pH yang ideal untuk

8
kehidupan ikan adalah antara 6,5 – Opportunistic Pathogen in
8,5. Cultured African Catfish
Pada sampel air kolam Clarias gariepinus (Burchell,
kandungan bakteri Total coliform 1822). Aquaculture. 450 (1):
adalah 400 MPN/100ml sedangkan 168 – 172.
bakteri Colifaecal terdapat 170
MPN/100 ml. Standar baku mutu air Affan, J. 2011. Seleksi Lokasi
kandungan Total coliform adalah Pengembangan Budidaya
<5000 MPN/100ml dan untuk dalam Keramba Jaring Apung
Colifaecal untuk kegiatan budidaya (KJA) Berdasarkan Faktor
ikan yaitu <1000 MPN/100ml (PP. Lingkungan dan Kualitas Air
No 82 Tahun 2001). Kualitas air di Perairan Pantai Timur
kolam dapat dikatakan baik karena Kabupaten Bangka Tengah.
jumlah bakteri Colifaecal pada air Jurnal Sains MIPA. 17 (1): 99
kolam lebih kecil dari nilai baku – 106.
mutu yang ditetapkan.
Anggoro, S., H. D. Yuningsih dan P.
KESIMPULAN DAN SARAN Soedarsono. 2014. Hubungan
Kesimpulan Bahan Organik dengan
1. Pada penelitian ini diperoleh 5 Produktivitas Perairan pada
jenis bakteri yang menginfeksi Kawasan Tutupan Eceng
ikan nila yaitu pada otak terdapat Gondok, Perairan Terbuka
Kocuria kristinae dan dan Keramba Jaring Apung di
Stenotrophomonas maltophilia, Rawa Pening Kabupaten
Aeromonas hydrophila pada hati, Semarang Jawa Tengah.
Staphylococcus lentus pada ginjal Diponegoro Journal of
dan Staphylococcus warneri pada Maquares. 3 (1): 37 – 43.
kulit.
2. Pada penelitian ini diketahui Arie, U. 2003. Pembenihan dan
bahwa kondisi lingkungan yang Pembesaran Nila Gift.
tidak seimbang (DO rendah) Penebar Swadaya. Jakarta.
menjadi ikan stress sehingga
mudah terinfeksi bakteri. Ashari, C., R. A. Tumbol dan M. E.
F. Kolopita. 2014. Diagnosa
Saran Penyakit Bakterial pada Ikan
Perlu dilakukan penanganan Nila (Oreocrhomis niloticus)
yang lebih baik untuk mengurangi yang Dibudidaya pada Jaring
terjadinya infeksi oleh bakteri pada Tancap di Danau Tondano.
kolam dengan cara perbaikan Jurnal Budidaya Perairan. 2
kualitas air pada kolam. (3): 24 – 30.

Asniatih., M. Idris dan K. Saabilu.


DAFTAR PUSTAKA 2013. Studi Histopatologi
Abraham, T. J., P. Paul., H. pada Ikan Lele Dumbo
Adikesavalu., A. Patra and S. (Clarias gariepinus) yang
Banerjee. 2016. Terinfeksi Bakteri
Stenotrophomonas Aeromonas hydrophila.
maltophilia as An

9
Jurnal Mina Laut Indonesia. Pathogen in Aacute Bacterial
3 (2): 13 – 21. Meningitis- Case Report.
Journal of Microbiology and
Denton, M dan K. G. Kerr. 1998. Antimicrobial Agents. 1(1): 4
Microbiological and Clinical – 7.
Aspects of Infection
Associated with Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
Stenotrophomonas 2001 Tentang Pengelolaan
maltophilia. Clinical Kualitas dan Pengendalian
Microbiology Reviews. Pencemaran Air.
11 (1): 57 – 80.
Radhiyufa, M. 2011. Dinamika
Dwidjoseputro. 2010. Dasar-Dasar Fosfat dan Klorofil dengan
Mikrobiologi. Djembatan. Penebaran Ikan Nila
Jakarta. (Oreochromis niloticus) pada
Kolam Budidaya Ikan Lele
Hayes J. 2000. Aeromonas (Clarias gariepinus) Sistem
hydrophila. Oregon State Heterotrofik. [Skripsi].
University. Oregon. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Jawetz, E., J. L. Melnick dan E. A.
Adelbergs. (1995). Review of Rami, M., T. Luca, T. Joshua, L.
Medical Microbiology. Lange Scott and S. Irene. 2015.
Medical Publication. Staphylococcus warneri, A
California. Resident Skin Commensal Of
Rainbow Trout (Oncorhynchus
Kordi, M. G. H dan A. B. Tancung. mykiss) with Pathobiont
2007. Pengelolaan Kualitas Characteristics. Vet Microbiol.
Air. PT Rineka Cipta. 169 (0): 80 – 88.
Jakarta.
Rivera, M., M. D. Domingues, N. R.
Kordi, M. G. H. 2010. Budidaya Mendiola, G. R, Roso dan C.
Ikan Patin di Kolam Terpal. Quereda. 2014.
Lily Publisher. Yogyakarta. Staphylococcus lentus
Peritonitis: A Case Report.
Lakshmikantha, M., V. Devki dan C. Peritoneal Dialysis
Yogesh. (2015). Is Kocuria Internationa. 34 (4): 469-472.
kristinae an Upcoming
Pathogen?. International Tatangindatu, F., O. Kalesaran dan
Journal of Current R. Rompas. 2013. Studi
Micribiology and Applied Parameter Fisika Kimia Air
Sciences. 4 (4): 885 – 889. pada Areal Budidaya Ikan di
Danau Tondano, Desa
Paleloan, Kabupaten
Paul, M., R. Gupta., S. Khushawha Minahasa. Jurnal Budidaya
dan R. Thakur. 2015. Kocuria Perairan. 1 (2): 8 – 19.
rosea: An Emerging

10

Anda mungkin juga menyukai