Oleh:
Siti Nurfitri Pebryeni Zuhruhur, S.Ked
Pembimbing :
dr.Zulfikar Tahir,M.Kes, Sp.An
Pembimbing Mahasiswa
Segala puji syukur bagi ALLAH, atas Rahmat dan Karunia-Nya jualah, akhirnya
Punggung” ini dapat diselesaikan dengan baik. Lapsus ini ditujukan sebagai salah
satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Anastesi
dr. Zulfikar Tahir,M.Kes,Sp.An. selaku pembimbing dalam Lapsus ini yang telah
untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi
kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga Lapsus ini bisa
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Daftar Isi....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi……………………………………………………………….. 8
B. Fisiologi………………………………………………………………...16
C. Definisi………………………………………………………………....18
D. Epidemiologi…………………………………………………………...18
E. Etiologi Patomekanisme………………………………………………...18
F. Klasifikasi……………………………………………………………….19
G. Gambaran Klinis…………………………………………….…...……. 21
H. Kriteria DIagnosa………………………………………….…......….... 22
I. Penatalaksanaan………………………………………………....………23
J. Prognosis………………………………………………………….…… 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan itu disebut anestesia. Dalam upaya menghilangkan rasa nyeri, rasa takut
juga perlu dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal. Kondisi optimal ini
2005).
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : (1) anestesi lokal, yaitu
suatu tindakan menghilangkan nyeri lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran, dan
(2) anestesi umum yaitu keadaan ketidaksadaran yang reversibel yang disebabkan
oleh zat anestesi, disertai hilangnya sensasi sakit pada seluruh tubuh. Sebagian
besar operasi (70-75%) dilakukan dengan anestesi umum, lainnya dengan anestesi
lokal/regional.
Anestesi umum adalah tahapan yang sangat penting dan mempunyai risiko
jauh lebih besar dari prosedur pembedahan itu sendiri, karena anestesi yang dalam
akan mengancam nyawa pasien. Guna mencegah dua kejadian yang ekstrim
dan aman untuk sitem vital, serta mudah diaplikasikan (Miller, 2000).
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan
Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta
Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek samping yang sangat
minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek yang diharapkan
tanpa efek samping, bila diberikan secara tunggal sehingga pemilihan teknik
yang sangat matang dari pasien dan faktor pembedahan yang akan dilaksanakan
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Usia : 45 tahun
Berat Badan : 48 kg
Agama : Islam
No. RM : 47 00 14
B. ANAMNESIS
Nyeri (+), Penurunan BB (-) Nafsu maka dan minum baik (-) Riwayat demam
(-).
(E4M6V5)
Suhu : 36,60C
SpO2 : 99%
a. B1 (Breath) :
Airway : bebas, gerak leher bebas, tonsil (T1-T1), faring hiperemis (-),
b. B2 (Blood) :
Akral hangat pada ekstremitas atas (+/+) dan ekstremitas bawah (+/+),
c. B3 (Brain) :
e. B5 (Bowel) :
Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-), edema ekstremitas atas (-/-),
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
CT/BT 6’50”/1’50”
Kimia Klinik
E. KESAN ANESTESI
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yaitu :
G. LAPORAN ANESTESI
Tumor Punggung
Tanda vital :
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36,6C
- Pernafasan : 22x/menit
4. Penatalaksanaan Anestesi
Fentanil 80 mcg/iv
e. Induksi : Ketamin 60 mg
f. Medikasi tambahan :-
h. Respirasi : Terkontrol
sign. Pukul 10:40 WITA diberikan premedikasi dengan injeksi Midazolam 3mg/iv
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
1. Anestesi Umum
Suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
Pembedahan pada orang dewasa dimana anestesi umum lebih disukai oleh
Operasi besar
Pembedahan yang dengan lokal anestesi tidak begitu praktis dan memuaskan
a. Anestesi umum intravena merupakan salah satu teknik anestesi umum yang
melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun
Indikasi :
Pada operasi kecil dan sedang yang tidak memerlukan relaksasi lapangan
Kontraindikasi:
sitoma
Indikasi :
Kontraindikasi :
Indikasi:
esofaguskopi, rektos-kopi
Kontraindikasi :
b. Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang
dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa
gas dan atau cairan yang mudah menguap dengan obat-obat pilihan yaitu N2O,
nafas terkontrol.
c. Anestesi berimbang merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan
kombinasi obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi
atau kombinasi teknik anestesi umum dengan analgesia regional untuk mencapai
a. Anamnesis
sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat
sesak nafas.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah yang relatif besar
keadaan umum tentu tidak boleh dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi
c. Pemeriksaan laboratorium
ialah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA) :10
terbatas
saat
ASA 6 : pasien dengan kematian batang otak dan organnya siap untuk
ditransplantasi.
IIE.
Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi. Tujuan
premedikasi:10
untuk pemeriksaan ulang ini berada pada ahli bedah dan ahli anatesi. Periksalah
hanya dipuasakan 3 jam (untuk induksi anastesi pada operasi darurat, lambung
mungkin penuh). Ukurlah nadi dan tekanan darah dan buatlah pasien relaks sebisa
Induksi intravena
Induksi intravena paling banyak dikerjakan dan digemari, apalagi sudah
detik.Selama induksi anestesi, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harus
diawasi dan selalu diberikan oksigen. Induksi cara ini dikerjakan pada pasien yang
kooperatif.
kepekatan 2,5% dan dosis antara 3-7 mg/kgBB. Keluar vena menyebabkan
nyeri.Pada anak dan manula digunakan dosis rendah dan dewasa muda sehat dosis
tinggi.
1. Ketamin
ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia,
a. Mekanisme kerja
2006)
b. Farmakokinetik
i. Absorbsi
ii. Distribusi
iii. Metabolisme
(Miller, 2000).
c. Ekskresi
ginjal.
d. Farmakodinamik
tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan
dan amnesia ketika operasi kurang lebih antara 0,7 sampai 2,2
yang berupa:
Mimpi buruk
dari badan)
ii. Mata
Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata
pasien asma.
anak – anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V
mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan
dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.3 Dosis obat
untuk menimbulkan efek sedasi atau analgesic adalah 0,2 – 0,8 mg/kg IV
c. Efek samping
liur pada mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah,
halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat
menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga
d. Kontra indikasi
misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan
2. Opioid
Obat anestesi golongan opioid atau dikenal sebagai narkotik.
obat ini dalam dosis yang tinggi dapat mengurangi kecemasan dan
obat golongan opioid adalah analgesia, sedasi, dan depresi respirasi. Efek
ini juga berhubungan erat dengan besarnya dosis, yang berarti semakin
banyak konsentrasi obat yang diberikan, semakin besar pula efek yang
al., 2002).
sangat berguna untuk anestesi pada pasien dengan kelainan jantung (Ting,
2007).
Efek samping dari obat golongan opioid adalah mual dan muntah,
secara langsung. Pada pasien yang normal, bradikardi ini tidak berefek
opioid dalam otak (amygdala) dan medula spinalis. Beberapa tipe reseptor
Kappa melayani efek analgesia pada level medula spinalis, sedasi dan
miosis. Reseptor yang lain bertanggung jawab untuk efek minor dan efek
(demerol), fentanyl (efk 1000 kali lebih kuat dari petidin), sufentanil,
kerja.
dan CMRO2 sebesar 18%. Penelitian lain pada pasien yang akan menjalani
bedah jantung, fentanyl 100 µg/kg dan diazepam 0,4 mg/kg menyebabkan
50% dan CMRO2 sebesar 23%, juga mengurangi respon CBF terhadap
serebrovaskuler.
b. Efek fentanyl lainnya termasuk menginduksi mual muntah
muntah sudah diberikan. Rigiditas otot dinding dada dan perut yang
EEG.
c. Efek pernafasan
3. Midazolam
dan antikonvulsi serta relaksasi otot pada benzodiazepin. Diduga bila 20%
ansiolitik, 30 – 50% untuk sedasi dan akan tidak sadar bila lebih dari 60%.
saraf pusat (SSP). Karena anatomi distribusi reseptor ini, maka obat ini
tetapi juga barbiturat, alkohol, propofol dan etomidat. Obat – obat tersebut
yang bekerja pada reseptor yang sama dengan mekanisme yang berbeda –
beda akan memberikan efek sinergik. Efek sinergik ini akan meningkatkan
efek inhibisi SSP masing – masing obat. Disamping itu adanya efek
sebagai garam yang larut dalam air dengan pH 3,5. Adanya cincin
imidazol membuat obat ini stabil dalam larutan dan metabolismenya cepat.
obat ini mempunyai kelarutan yang tinggi dalam lemak. Kelarutan yang
tinggi dalam lemak ini membuat mula kerja midazolam cepat (30 – 60
detik) dengan waktu paruh eliminasi 2-3 jam, midazolam 2-3 kali lebih
poten dan afinitasnya 2 kali lebih besar. Efek amnesia pada midazolam
lebih besar dari efek sedasinya. Jadi pasien mungkin bangun saat
saluran cerna dan cepat melalui sawar darah otak. Durasi kerja yang
menurunnya aliran darah hati dan mungkin juga aktifitas enzim. Volume
pada orang gemuk, dosis induksi midazolam haruss sesuai dengan berat
pada berat badan ideal, karena bersihan obat tidak tergantung berat badan.
hipnosis, sedasi, tenang, lupa, anti kejang dan relaksasi otot secara sentral.
muncul dari sub tipe reseptor yang berbeda. Sebagai contoh ketenangan,
anti kejang dan relaksasi otot dari reseptor GABAA sub unit α1 dan γ
otak (CMRO2) dan aliran darah otak seperti barbiturat dan propofol. Pada
pasien tidur dan pengurangan aliran darah otak 34%. Perubahan EEG
mirip dengan diazepam seperti tidur ringan walaupun secara klinis pasien
sudah tertidur.
lebih besar pada midazolam dari diazepam dan lorazepam. Henti nafas
sementara terjadi setelah pemberian secara cepat dan dosis besar (>0,15
terbesar, tapi dengan efek hipotensi yang minimal seperti pada thiopental.
IV aman dan efektif untuk induksi pada pasien dengan aorta stenosis.
terutama pada anak. Mula kerja yang cepat pada midazolam, dengan efek
lebih amnesia dan cepat pulih sadar setelah operasi. Efek samping terbesar
A. Definisi
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang
terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun),
namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Karena lipoma merupakan lemak,
maka dapat muncul dimanapun pada tubuh ini. Jenis yang paling sering adalah
kepala, leher, bahu, badan, punggung, atau lengan. Jenis yang lain adalah yang
letaknya lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon.
B.Etiologi
Tidak selalu jika kita mempunyai orangtua atau leluhur yang mempnyai lipoma
ini, maka kita akan mempunyai lipoma juga. Namun ada suatu sindrom yang
C.GejalaKlinis
Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri.
kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari
diameter 6 cm.
D.Penatalaksanaan
Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun, kecuali berkembang
bedah untuk alasan kosmetik. Operasi yang dijalani merupakan operasi kecil,
yaitu dengan cara menyayat kulit diatasnya dan mengeluarkan lipoma yang ada.
Namun hasil luka operasi yang ada akan sesuai dengan panjangnya sayatan.
ultrasound untuk menghansurkan lemak yang ada. Yang perlu diingat adalah jika
lipoma yang ada tidak terangkat seluruhnya, maka masih ada kemungkinan untuk
ANALISA KASUS
Pasien datang kepoli dengan keluhan Benjolan pada punggung yang dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu, benjolan dirasakan semakin membesar, Nyeri (+),
Penurunan BB (-) Nafsu maka dan minum baik (-) Riwayat demam (-),Riwayat
Alergi (-),
yang dilakukan dengan hasil: RBC : 4,77 x106 Wbc : 8.2x103 Hb 12,7 g/dl ;
puasa untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung karena regurgitasi atau
muntah pada saat dilakukannya tindakan anestesi akibat efek samping dari obat-
obat anastesi yang diberikan sehingga refleks laring mengalami penurunan selama
anestesia.
ini betujuan untuk menimbulkan rasa nyaman pada pasien dengan pemberian
operasi Bedah Eksisi pada tumor tersebut maka dokter anestesi memilih untuk
dikarenakan jenis operasi yang ringan dan ukuran yang kecil 2x2 cm pada daerah
punggung yang tidak memelukan relaksasi lapangan operasi yang optimal dan
berlangsung singkat.
hipertensi dan riwayat penyakit sebelumnya, pasien Dan dari hasil pemfis di
dapatkan tidak ada kelaian. Pasien dalam posisi lateral left decubitus,
BAB V
KESIMPULAN
diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau
pemantauan perdarahan dan vital sign baik intra operasi maupun post operasi.
Dalam kasus ini, pasien dilakukan anestesi intravena klasik merupakan suatu
teknik anestesi umum salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan
intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh
otot (Ting, 2007). dengan tidak melibatkan perlindungan pada jalan napas dan