Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS QUALITY AND SAFETY

DEBBIE YOURNITA NPM. 1906344821

HASTRINA MAILANI NPM. 1960344834

SALINAH NPM. 1906344840

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PATOLOGI ANATOMIK

JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu tempat pelayanan masyarakat dibidang kesehatan
merupakan tempat kerja yang rawan terhadap kejadian gangguan kesehatan, terjadinya
kecelakaan waktu bekerja, gangguan dari lingkungan dan terjadinya bermacam-macam
bencana karena api, listrik, gas, air, ledakan, kimia maupun rusaknya bangunan.

Hal ini mudah terjadi karena rumah sakit mempunyai sarana dan prasarana yang bila
tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan gangguan lingkungan maupun bencana
terhadap orang-orang yang ada di dalam maupun sekitarnya. Demikian pula sistem dan fungsi
rumah sakit serta produk dan limbahnya bila tidak ditangani dengan baik dapat berakibat buruk
bagi manusia yang ada di sekitarnya.

Penghuni rumah sakit, selain manusia (penderita, keluarganya, petugas medis dan non
medis serta tamu) juga mungkin terdapat hewan - hewan seperti kucing, tikus, kecoak, lalat,
nyamuk sertan dapat juga berupa bakteri, virus yang berasal dari penderita dan berbahaya bagi
penghuni lainnya. Potensi bahaya dirumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi,
gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa dan
kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada
di lingkungan rumah sakit

Tenaga kerja salah satu aset perusahaan terutama di rumah sakit akan berhadapan
dengan berbagai potensi bahaya kesehatan maupun kecelakaan tersebut sehingga tenaga kerja
perlu mendapat perlindungan yang memadai dalam hal keselamatan dan kesehatannya untuk
mempertahankan produktifitas kerjanya. Bahaya pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya
masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan)
dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu rumah sakit harus mengupayakan
usaha untuk mencegah dan menekan potensi risiko terjadinya bahaya-bahaya tersebut agar
dampaknya tidak terlalu merugikan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) di Rumah sakit dan Fasilitas medis lainnya adalah bagian dari
manajemen rumah sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan aktifitas proses kerja dirumah sakit sehingga dapat menciptakan keadaan rumah sakit
yang aman, sehat, dan bebas dari kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja bagi sumber
daya rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung maupun lingkungan rumah sakit.
Kecelakaan Kerja juga menimbulkan kerugian materi bagi pekerja dan intansi pemerintah,
serta dapat mengganggu produktifitas kerja karyawan Rumah sakit tersebut

Aplikasi penerapan Sistem Manajemen K3 di Rumah Sakit adalah suatu proses


kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di rumah sakit. Rumah sakit harus
membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen
K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur mulai dari identifikasi sumber bahaya dan
pengendalian faktor risiko sampai terbentuk program kerja sebagai acuan pelaksanaan kegiatan
K3 di rumah sakit.
BAB II

PROFIL LABORATORIUM HISTOPATOLOGIK DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMIK

Layanan Laboratorium Patologi Anatomik FKUI RSCM menyelenggarakan pelayanan


pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa yang didukung oleh dokter spesialis dan tenaga
laboratorium meliputi :

1. Pelayanan Pemeriksaaan Hispatologi dan Histokimia


2. Pelayanan Pemeriksaan Sitologi
3. Patologi Molekular

Pelayanan Patologi Anatomik merupakan pelayanan diagnostik dan laboratorium terhadap


jaringan dan/atau cairan tubuh. Pelayanan ini berperan sebagai baku emas dalam penegakkan
diagnosis yang berbasis perubahan morfologi sel dan jaringan sampai pemeriksaan imunologik
dan molekuler. Patologi anatomik berperan dalam mendeteksi kelainan jaringan tubuh dan
melakukan penapisan suatu penyakit. Peran Patologi Anatomi semakin meluas mencakup
penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosis sejalan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi.

Pemeriksaan patologi anatomik dilakukan di laboratorim patologi anatomik dan melibatkan


sumber daya manusia mulai dari tenaga administrasi, petugas kebersihan, teknisi laboratorium,
Peserta Program Pendidikan Spesialis (PPDS) dan Dokter Spesialis.

Standar laboratorium patologi anatomik telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
Joint Committee International (JCI) mengenai akreditasi laboratorium RS baik dari segi
kelengkapan laboratorium, pencegahan infeksi dan kecelakaan kerja serta Standar Prosedur
Opersional pengerjaan sampel.

Laboratorim yang terdapat di patologi anatomik terbagi menjadi laboratorium


histopatologi, histokimia, sitologi dan patologi molekular.

 Ruang Laboratorium Histopatologi


Ruangan laboratorium patologi anatomik tebagi menjadi beberapa area yaitu area
penerimaan sampel, area sampling jaringan, area pemrosesingan jaringan, area
pemulasan jaringan dan area penyimpanan sisa jaringan.
 Validasi Alat
Alat-alat yang terdapat pada laboratorium histopatologi yaitu meja grossing jaringan,
alat prosesing jaringan, alat pulasan jaringan. Seluruh alat di kalibrasi setiap tahun
sasuai standar JCI dan ISO.
 Safety/Keamanan
Laboratorium dilengkapi dengan sistem APAR, exhaust fan, eye washer, shower, spill
kit, Alat APD (cap, goggle, masker, apron, dan sepatu boot).
 Jam Operasional
Jam operasional laboratorium adalah dari pukul 08.00-16.00.
 Personel
Personel yang berperan di laboratorium Patologi Anatomik adalah staf adminstrasi 3
orang, teknisi PA 3 orang, PPDS PA/Dokter PA 3 orang dan Petugas kebersihan 2
orang. Personel yang bekerja telah mendapatkan pelatihan antara lain good laboratory
practice, APAR, BHD, dan penanganan tumpahan dengan menggunakan spill kit.

Exhaust fan

Exhaust fan
Loket Shower
Penerimaan Area Grossing Jaringan
jaringan
Eye
washer
jaringan
Pemrosesan
Area

Lemari
jaringan
Pulasan
Area

B3

Area penyimpanan
Spill sisa jaringan
APAR
kit

Denah Laboratorium Histopatologi Departemen PA FKUI RSCM


BAB III

ALUR KERJA DI LOKASI KERJA

Salah satu kompetensi dari seorang tenaga kesehatan adalah mengenal alur kerja pemeriksaan
di dalam laboratorium hingga pelaporannya. Pengiriman spesimen ke laboratorium patologi
anatomi dimulai dari rangkaian peristiwa yang kompleks dan diakhiri dengan diagnosis/
interpretasi patologis untuk penunjang diagnosis. Diagnosis kanker tidak dapat didiagnosis
dengan meyakinkan jika tidak ada diagnosis dari suatu jaringan atau sel.

Tujuan pemeriksaan patologi jaringan adalah untuk memberikan diagnosis yang akurat,
spesifik dan cukup komprehensif untuk memungkinkan dokter melakukan tindakan perawatan
dan pengobatan. Ada ratusan varietas tumor, sebagian besar terdeskripsikan dengan jelas dari
komponen biologinya. Hal inilah yang digunakan oleh dokter spesialis untuk menghasilkan
diagnosis yang akurat. Data penanda dengan prognostik dan prediktif juga secara rutin
dimasukkan ke dalam laporan patologi, yang memungkinkan rencana pengobatan individual
untuk pasien. Adapun alur kerja di laboratorium patologi anatomi dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :

Penerimaan sample PA

Pemotongan spesimen

Pembuatan blok paraffin

Pembuatan slide

Pulasan slide

Alur Kerja Pemotongan dan Pemrosesan Jaringan Patologi Anatomik


BAB IV

MATRIKS BAHAYA POTENSIAL DAN RISIKO KECELAKAAN KERJA

4.1 Bahaya Potensial

Bahaya potensial merupakan keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan kerugian
seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan kerja, atau kombinasi
seluruhnya. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat berpotensi menyebabkan cedera, kesakitan, kerusakan atau kerugian
lainnya. Adapun bahaya potensial di rumah sakit yang dapat mengakibatkan penyakit dan
kecelakaan kerja, antara lain sebagai berikut :

1. Bahaya Potensial Fisik


Bahaya potensial fisik berpotensi menimbulkan terjadinya penyakit akibat kerja. Jenis-
jenis bahaya potensial yang termasuk dalam faktor fisik antara lain :
o Kebisingan
o Suhu panas/suhu dingin
o Getaran
o Tekanan udara
o Gelombang elektromagnetik

Bahaya potensial fisik berupa suhu panas diruangan potong dan trauma benda tajam
(alat potong/pisau) dapat terjadi pada saat pemotongan spesimen. Panas paraffin
cair juga merupakan bahaya potensial fisik saat pembuatan blok paraffin.

2. Bahaya Potensial Biologi


Bahaya potensial biologi berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja. Jenis
mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologi antara lain virus
(Hepatitis B/C, HIV AIDS, SARS), bakteri (tuberkulosis), jamur serta parasit.
Adapun bahaya potensial yang memungkinkan terjadi di laboratorium patologi
anatomi, pada saat penerimaan spesimen dan pemotongan spesimen, petugas dapat
terpapar agen biologi seperti bakteri, virus, jamur, parasit.
3. Bahaya Potensial Kimia
Potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja
melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran
pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap
tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya seperti debu, gas, uap. asap; toksisitas serta cara masuk ke dalam tubuh.
Adapun contoh bahan kimia yang terdapat di rumah sakit ethylene oxide formaldehyde,
glutaraldehyde, obat kanker, gas anestesi, mercury, chlorine.
Di laboratorium patologi anatomi, petugas dapat terpapar bahan kimia seperti
formaldehyde dan alkohol pada saat penerimaan spesimen dan pemotongan spesimen.
4. Bahaya Potensial Ergonomi
Faktor ergonomi yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan, peralatan kerja yang
digunakan oleh pekerja termasuk work station serta cara kerja yang salah, contohnya
seperti posisi statis, mengangkat, membungkuk mendorong.
Faktor ergonomi yang dapat terjadi ketika bekerja di laboratorium PA seperti posisi
duduk dalam waktu yang lama saat pemotongan jaringan, pembuatan blok paraffin,
pembuatan maupun pulasan slide.
5. Bahaya Potensial Psikososial
Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau pembagian
pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai larut malam, hubungan sesama
karyawan/atasan serta mengabaikan kehidupan sosial pekerja.
Faktor psikososial yang mungkin terjadi di laboratorium patologi anantomi adalah
kelelahan akibat sampel yang banyak.

4.2 Gangguan Kesehatan yang Mungkin Terjadi

o Paparan faktor fisik pada saat pemotongan spesimen akibat suhu panas ruang potong,
dapat menyebabkan dehidrasi pada petugas dan luka bakar saat pembuatan blok
paraffin akibat terkena paraffin cair yang bersuhu panas. Pemotongan spesimen dengan
menggunakan pisau, memungkinkan petugas mengalami trauma benda tajam.
o Infeksi dari agen biologis, dari spesimen yang terkontaminasi mikroorganisme seperti
virus, bakteri, jamur, parasit dapat terjadi saat penerimaan dan pemotongan spesimen.
o Adapun gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat bahaya potensial kimia adalah
iritasi saluran nafas, dermatitis kontak iritan dan efek karsinogenik dari paparan
formaldehyde dan alkohol.
o Faktor ergonomi seperti posisi duduk dalam waktu yang lama baik itu saat
pemotongan jaringan, pembuatan blok paraffin, pembuatan maupun pulasan
slide dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti low back pain.
o Faktor psikososial yang mungkin terjadi di laboratorium patologi anantomi
adalah kelelahan (fatigue) akibat sampel yang banyak hingga stress kerja.

4.3 Risiko Kecelakaan Kerja yang Mungkin

o Risiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi saat penerimaan dan pemotongan
spesimen adalah kontak dengan spesimen, terhirup formalin dan alkohol.
o saat pemotongan spesimen, pembuatan maupun pulasan slide dapat
menyebabkan luka benda tajam akibat pisau/alat potong, terkena pinggiran
object glass yang tajam..
o saat pembuatan blok paraffin dapat menyebabkan luka bakar akibat paraffin
cair.

Beberapa bahaya potensial di laboratorium patologi anatomi yang disebabkan oleh faktor fisik,
biologi, kimia, ergonomi dan psikososial dapat dilihat pada tabel matriks bahaya potensial
dibawah ini :
Proses Bahaya Potensial Kecelakaan
Gangguan
Produksi yang
Fisik Biologi Kimia Ergonomi Psikososial kesehatan
mungkin

Penerimaan - bakteri, Formal - - Infeksi dari kontak


spesimen virus, dehyde, agen dengan
parasit, Alkohol biologis, efek spesimen ,
jamur karsinogenik terhirup
formaldehyde formalin dan
dan alkohol, alkohol
iritasi saluran
nafas,

Pemotongan Suhu bakteri, Formal Posisi Kelelahan Dehidasi, kontak


spesimen panas, virus, dehyde, duduk karena luka tusuk dengan
trauma parasit, Alkohol dalam sampel benda tajam, spesimen ,
benda jamur waktu yang Infeksi dari terhirup
tajam lama, banyak agen formalin dan
posisi biologis, efek alkohol, luka
tangan karsinogenik benda tajam
memegang formaldehyde
alat dan alkohol,
potong iritasi saluran
dalam nafas,
waktu dermatitis
lama kontak iritan,
low back
pain, fatigue,
stres kerja

Pembuatan Panas - Parafin Posisi Kelelahan Luka bakar, Luka bakar


blok parafin Parafin cair duduk karena dermatitis
cair dalam sample kontak iritan,
waktu yang low back
yang lama banyak pain, fatigue

Pembuatan - - - Posisi Kelelahan Low back Luka terkena


slide duduk karena pain, fatigue pisau
dalam sample
waktu yang
yang lama banyak

Pulasan slide - - alkohol, Posisi Kelelahan luka terkena luka benda


xylene, duduk karena benda tajam tajam, kontak
Hemato dalam sample (object kulit, terhirup
xilin waktu yang glass),efek zat kimia
Eosin, yang lama banyak karsinogenik
formaldehyde
dan alkohol,
iritasi saluran
nafas,dermati
tis kontak
iritan, low
back pain,
kelelahan
(fatigue)

Tabel 1. Matriks Bahaya Potensial dan Kecelakaan Kerja


BAB V

MANAJEMEN RISIKO ATAU ANTISIPASI / PENCEGAHAN /TINDAKAN


YANG SUDAH DILAKUKAN DI TEMPAT KERJA

Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk


mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal
ini mencakup seluruh area baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan,
tempat pelayanan, juga area klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistim untuk
mengendalikan dan mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan erat dengan
pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu
rumah sakit.

Manajemen risiko dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni : menghilangkan


bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah/tidak ada, administrasi dan alat pelindung diri (APD).

Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional prosedur
(SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui, dan harus
dikomunikasikan serta disosialisasikan pada staf dan pihak yang terkait.

Patologi Anatomi ialah spesialis medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit berdasarkan
pada pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel. Di
berbagai negara, dokter yang berpraktik patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi
klinik, diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.

Laboratorium patologi anatomi adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,


penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan
dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.

Desain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan sirkulasi udara
yang kuat. Tujuan dari adanya ventilasi yang memadai dalam laboratorium patologi anatomi
adalah agar para pekerja medis yang bekerja dalam ruangan laboratorium tersebut merasa
nyaman dan bisa bekerja dengan tenang. Sehingga hasil pemeriksaan akurat.
Laboratorium patologi anatomi harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan
kimia yang berbahaya yang dipakai. Pentingnya adanya pemadam api dalam laboratorium
patologi anatomi adalah jika ada korsleting listrik pada alat yang digunakan bisa cepat
ditangani dan pada penggunaan bahan kimia saat melakukan pemeriksaan pasien jika terjadi
kecerobohan dan menimbulkan adanya kebakaran dapat ditangani segera oleh petugas
laboratorium.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas darikecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja, tetapi juga dapat mengganggu
proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.

Dalam laboratorium patologi anatomi harus mempunyai alat pemotongan yang sudah siap di
pakai dalam laboratorium patologi anatomi. Laboratorium patologi anatomi tidak lepas dari hal
memotong, oleh karena itu kesiapan alat pada lab sangat diperlukan.

Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang aman dari
bahaya kebakaran dapat disediakan bendung-bendung talam. Selain itu, dua buah jalan keluar
harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah sejauh mungkin agar saat terjadi hal
yang tidak diinginkan petugas lab dapat menyelamatkan diri. Di dalam laboratorium patologi
anatomi harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

P3K dalam Laboratorium Patologi Anatomi


P3K adalah merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang
mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban
dibawa ke tempat rujukan.

 Fungsi P3K
a. Menyelamatkan nyawa korban
b. Meringankan penderitaan korban
c. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah
d. Mempertahankan daya tahan korban
e. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut
f. Membuat korban agar tetap stabil dan tidak lebih parah
g. Mengurangi rasa nyeri, tidak nyaman atau rasa cemas pada korban (Arianda,
2005).
 Keselamatan Kerja
Berikut ini adalah beberapa cara yang perlu diperhatikan demi menghindari kecelakaan
saat melakukan eksperimen.
1. Jangan melakukan percobaan lain yang tidak diinstruksikan.
2. Praktikkan hanya bekerja selama periode yang ditentukan dan jangan
melakukan pekerjaan sendirian di lab karena jika terjadi kecelakaan tidak ada
orang lain yang dapat menolong anda.
3. Beberapa kecelakaan terjadi karena tidak berhati-hati saat melakukan
pemotongan suatu sampel yang ada di dalam laboratotium patologi anatomi.
4. Gunakan pakaian yang lengkap saat melakukan analisa sesuatu sampel, tidak
menggerai rambut saat melakukan analisa dan tidak menggunakan gelang atau
kalung yang berayun-ayun sehingga bias memicu terjadinya kecelakaan kerja.
5. Pelajari alat pengaman yang ada di laboratorium patologi anatomi seperti kotak
P3K dan cara pemakaiannya.
 Tindakan Pertolongan Pertama di Laboratorium
a) Jika merasa akan pingsan (sangat lemah), segeralah duduk.
b) Luka karena barang tajam saat melakukan pemotongan sampel. Bersihkan luka dari
debu dan kotoran lainnya, kemudian cuci dengan alcohol 70% dengan
menggunakan kapas. Keringkan dan berilah larutan jodium tincture 2%.

Adapun manajemen risiko / tindakan yang sudah dilakukan saat pemrosesan jaringan PA dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Proses Produksi Yang sudah dilakukan

Alat-lingkungan kerja Peraturan APD

Penerimaan Spesimen diletakkan dalam SOP penerimaan Sarung tangan, masker


spesimen kontainer tertutup dan spesimen
berlabel infeksius

Pemotongan Spesimen diletakkan dalam SOP Sarung tangan, masker,


spesimen kontainer tertutup dan pemotongan apron, penutup kepala,
berlabel infeksius, exhaust spesimen goggle, sepatu boot
fan, eye washer, shower

Pembuatan blok Ruangan dengan suhu yang SOP Pembuatan sarung tangan, jas lab
parafin nyaman blok parafin

Pembuatan slide Ruangan dengan suhu yang SOP pembuatan sarung tangan, jas lab
nyaman slide

Pulasan slide Ruangan dengan suhu yang SOP pulasan sarung tangan, jas lab,
nyaman slide masker

Tabel 2. Manajemen risiko atau antisipasi / pencegahan / tindakan


yang sudah dilakukan ditempat kerja

Anda mungkin juga menyukai