Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Attention Deficit Hyperactivity Disorder ( ADHD ) dicirikan dengan
tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai
dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi di rumah maupun
di sekolah. Kira-kira pada sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai
dengan dewasa (Townsend, 2007). ADHD adalah salah satu masalah kanak-
kanak yang paling umum dan salah satu alasan mengapa anak-anak dibawa
untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsesus pendapat
professional menyatakan bahwa sekitar 30% atau sekitar 2 juta anak-anak usia
sekolah mengidap ADHD. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa
sekitar 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi
ADHD, yaitu sekitar 1% sangat hiperaktif.
Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang mendapatkan bantuan
professional karena masalah perilaku datang dengan keluhan yang berkaitan
dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Dibeberapa Negara, penderita
ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Sebuah
literature mencatat jumlah anak hiperaktif dibeberapa Negara 1:1. Sedangkan
di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis
karena bila dihitung dari 300 anak yang ada 15 diantaranya menderita
hiperaktif. Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya, namun
anak hiperaktif cenderung meningkat. Dewasa ini anak ADHD semakin
banyak, sekarang prevalensi anak ADHD di Indonesia meningkat sekitar 5%
yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD. Peningkatan ini disebabkan
oleh berbagai factor seperti genetic atau pun pengaruh lingkungan yang lain,

1
seperti pengaruh alcohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi
terhadap suatu makanan dan lain-lain.

B. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami konsep dasar gangguan perilaku
ADHD pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi ADHD
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi ADHD
c. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis ADHD
d. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan ADHD

C. MANFAAT PENULISAN MAKALAH


Dengan adanya penulisan makalah ADHD ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya kepada mahasiswa
dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ADHD. Manfaat lain
dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu memahami tentang
pengertian ADHD, etiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan
ADHD.

2
BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. PENGERTIAN ADHD ( Attention Deficit Hiperactivity Disorder )


ADHD ( Attention Deficit Hiperactivity Disorder ) adalah gangguan
neurobiologist yang cirri-cirinya sudah tampak pada anak-anak sejak kecil.
Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut
untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan
akademik dan bergaul dengan teman sebayanya sesuai aturan.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas
motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim
dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan
gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti duduk, atau sedang berdiri.
Beberapa criteria yang lain sering digunakan adalah meletup-letup, aktivitas
berlebihan dan suka membuat keributan.
ADHD ( Attention Deficit Hiperactivity Disorder ) adalah kelainan
hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun
dan dikarakteristikan oleh ketidaktepatan perkembangan, tidak perhatian,
impulsive dan hiperaktif (Townsend, 2007).

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti ADHD belum diketahui. Namun menurut beberapa ahli
ada bukti bahwa factor biologis dan genetis berperan dalam ADHD. Factor
biologis berpengaruh pada dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan
norepinefrin. Dopamine merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah
laku dan hubungan social serta mengontrol aktifitas fisik. Norepinefrin
berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian dan perasaan. Factor

3
lainnya yang yang berpengaruh adalah lingkungan. Karakter dalam keluarga
juga dapat berperan menimbulkan ADHD. Bahkan dari penelitian di berbagai
rumah tahanan, sebagian besar penghuninya ternyata pernah menderita
ADHD pada masa kecilnya. Demikian juga terjadi pada pengguna narkoba.
Belum diketahui apa penyebab pasti anak-anak menjadi hiperaktif.
Macam-macam teori yang menyebabkan ADHD diantaranya :
1) Psikodinamika
Anak dengan gangguan ini akan mengalami gangguan perkembangan ego.
Perkembangan ego menjadi retardasi dan dimanisfestasikan dengan
perilaku yang impulsive seperti ada perilaku tempertatrum yang berat.
Kegagalan berprestasi yang berulang, kegagalan mengikuti petunjuk social
dan harga diri rendah. Beberapa teori menunjukkan bahwa anak tetap pada
simbiotik dan tidak dapat membedakan dirinya dengan ibunya.
2) Biologis
Hal ini bisa diakibatkan oleh genetic (resiko meningkat jika ada riwayat
keluarga), factor perkembangan, kelainan fungsi pada jalur inhibisi di
lobus parietalis dan frontalis.
3) Dinamika Keluarga
Teori ini menunjukan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak
sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa. Kemungkinan
iritabilitas impulsive ditemukan atau tidak terlihat pada individu ADHD
dari saat lahir reaksi orang tua cenderung menguat dan karenanya
mempertahankan atau meningkatkan intensitas gangguan. Ansietas berasal
dari disfungsi system keluarga masalah perkawinan dan lain sebagainya,
dapat juga memberi kontribusi pada gejala gangguan ini orang tua frustasi
terhadap buruk anak terhadap keadaan tertentu, orang tua mungkin
menjadi sensitive atau menjadi putus asa dan tidak memberi struktur
eksternal.
4) Psikososial, Kemiskinan, Diet (timbakle, tertazine), penyalahgunaan
alcohol oleh orang tua.

4
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari ADHD. Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan adanya keterlibatan dari factor
predisposisi, factor genetic, struktur anatomi dan neurokimiawi otak dalam
terjadinya ADHD. Pada factor predisposisi meliputi :
1) Trauma kelahiran, prematuritas
2) Epilepsy, retardasi mental
3) Keluhan neurologic lain
4) Gangguan ini juga dalam keluarga
5) Keracunan logam berat

C. MANIFESTASI KLINIS
1) Perilaku tidak perhatian atau sukar memusatkan perhatian
 Mengabaikan hal-hal kecil
 Membuat kesalahan dengan ceroboh
 Sulit mempertahankan perhatian
 Tidak terlihat mendengarkan
 Tidak menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah
 Sulit tidur
 Menghindari tugas yang memerlukan pemikiran
 Sering kehilangan sesuatu yang penting
 Mudah terdistraksi oleh stimulus lain
 Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2) Perilaku hiperaktif atau impulsive
 Gelisah
 Sering meninggalkan tempat duduk
 Berlari atau menaiki sesuatu secara berlebihan
 Tidak dapat bermain dengan tenang
 Selalu aktif bergerak
 Banyak bergerak
 Menjawab tanpa dipirkan dulu

5
 Sulit mengatur pekerjaannya
 Tidak dapat menunggu giliran
 Mengganggu saudara kandung atau teman bermain
Menurut Townsend (2007) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
 Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya menggeliat-
geliat
 Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
 Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
 Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan
atau keadaan didalam suatu kompleks
 Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan
 Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
 Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas
atau aktivitas-aktivitas bermain
 Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke
kegiatan lainnya
 Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
 Sering berbicara secara berlebihan
 Sering menyela atau mengganggu orang lain
 Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya
 Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa memperimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan
raya tanpa melihat-lihat).
Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam
jenis dan tipe hiperaktif impulsive dan untuk kurang perhatian rasio anak
laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada

6
tipe hiperaktive impulsive yang lebih demonstrative. Gejala seperti ini
diabaikan dan didiagnosis dengan keliru pada banyak anak. Menurut
penelitian Breton yang dilakukan pada tahun 1999, ADHD lebih banyak
dialami oleh anak laki-laki daripada perempuan dengan estimasi 204%
untuk anak perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Anak
laki-laki ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih menunjukan
perilaku menantang dan agresif dibandingkan dengan anak perempuan
(Baihaqi dan Sugiarman, 2006).
Kemungkinan anak perempuan dengan ADHD tidak teridentifikasi
atau tidak tertangkap gejalanya karena guru-guru gagal dalam mengenali
dan mencatat perilaku kurang perhatian anak perempuan ADHD, kecuali
dengan cara membandingkan dengan symptom-simptom yang digunakan
untuk mendiagnosis ADHD dapat pula memberi sumbangan terhadap
perbedaan jenis kelamin pada umumnya. Anak ADHD perempuan
cenderung lebih memperhatikan karakteristik symptom-simptom kurang
perhatian/tidak teratur dengan respon kognitif yang lambat misalnya pelupa,
lesu darah, mengantuk, cemas, depresi dan cenderung berperilaku
hiperverbal dibandingkan hiperkatif (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

D. PENATALAKSANAAN
Menurut Baihaqi dan Sugiarman (2006), perawatan yang dapat
dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
1. Terapi medis
Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah
2. Pelatihan manajemen orang tua
Mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah, mengurangi konflik
antara orang tua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku
regulasi diri
3. Intervensi pendidikan

7
Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan
kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro social dan regulasi
diri
4. Merencanakan program-program bulanan
Melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah
dengan mengkombinasikan perilaku tambahan dan pokok dalam program
terapi
5. Melakukan konseling keluarga
Koping terhadap stress keluarga dan individu yang berkaitan dengan
ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri
6. Mencari kelompok pendukung
Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak ADHD lainnya,
berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum dan
memberi dukungan moral
7. Melakukan konseling individu
Member dukungan dimana anak dapat membahas permasalahan dan
curahan hati pribadinya.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan ADHD
menurut Videbeck (2008), antara lain :
1. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
a. Hentikan perilaku yang tidak aman
b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima
c. Berikan pengawasan yang ketat
2. Meningkatkan perfoma peran dengan cara :
a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
b. Manajemen lingkungan ( misalnya tempat yang tenang dan bebas dari
distraksi untuk menyelesaikan tugas )
3. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a. Dapatkan perhatian penuh anak
b. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil

8
c. Izinkan beristirahat
4. Mengatur rutinitas sehari-hari
a. Tetapkan jadwal sehari-hari
b. Minimalkan perubahan
5. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan
perasaan dan frustasi orang tua
6. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD.
Pengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai salah satu cara yang digunakan
untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain tidak
berbahaya, pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam jangka panjang.
Nutrisi yang dianggap tepat untuk anak ADHD adalah :
a. Rendah karbohidrat dan tinggi protein
Untuk makan pagi 60-70% protein dan 30-40% karbohidrat, makan
siang dan makan malam 50% protein dan 50% karbohidrat.
Karbohidrat yang dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat
kompleks sehingga tidak mudah diubah menjadi gula seperti whole
wheat, kacang-kacangan, dll.
b. Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD
karena anak ADHD sangat sensitive sehingga mudah terjadi alergi
yang bermanifestasi dalam bentuk batuk, influenza karena alergi, dll.
Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna, pengawet,
susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
c. Rendah gula
Hindari makan-makanan yang banyak mengandung gula seperti donat,
permen, soft drink, es krim, dan cokelat. Setiap sendok gula yang
berkurang sanngat berguna. Gula menyebabkan usus halus menjadi
permeable terhadap allergen. Tingginya kadar gula dalam tubuh juga
akan mengakibatkan kadar insulin tinggi. Kadar insulin yang tinggi
akan mengakibatkan emosi yang labil sehingga dapat mempengaruhi
keadaan anak ADHD.
d. Makan banyak sayuran dan buah

9
e. Minum banyak air
80% otak terdiri dari air sehingga dengan meningkatkan konsumsi air
menjadi 7-8 gelas perhari akan baik untuk otak. Teh, susu, jus tidak
termasuk air, jadi hanya air putih yang dianggap air.
f. Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti : kacang
almond, plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot, anggur
dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri, nectarine,
tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari wine. Salisilat
dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk
menguragi kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.
g. Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium, tembaga,
besi, magnesium, kalsium, amino acid, chelates dan flavenoids. Pada
anak ADHD sering terdapat defisiensi zat-zat tersebutkarena
pengeluaran zat tersebut dari urine secara berlebihan.
h. Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dan amalgam
kawat gigi dari nikel
i. Kafein dapat digunakan sebagai stimulant terhadap susunan saraf pusat
yang mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena
pada anak ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke bagian-bagian
otak.
Pengobatan-pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya
dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus,
modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling.
Disamping itu pendekatan controversial antara lain melakukan diet khusus
dan penggunaan obat-obatan serta vitamin tertentu (Delphie, 2006). Obat
stimulant yang sering digunakan untuk mengobati ADHD menurut Videbeck
(2006) :
1. Metilfenidant dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi. Intervensi
keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun atau keterlambatan
pertumbuhan, berikan setelah makan dan efek oabt lengkap dalam 2 hari.

10
2. Dekstroamfetamin (Dexedrine), amfetamin (adderall) dosis 3-40 dalam 2
atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau adanya insomnia,
berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek
obat lengkap dalam 2 hari.
3. Pemolin (cylert) dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi
keperawatan pantau peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan
dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap. Efek
samping obat tersebut yang paling sering terjadi adalah insomnia,
kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan atau gagal menaikkan
berat badan.
Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika
mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan
sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan nafsu
makan. Jika obat diminum setelah anak makan akan banyak mengurangi efek
sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD
menunjukkan pertumbuhan berat yang diluar batas normal. Hubungi dokter
jika pertumbuhan anak terlambat. Sebagian orang tua merasa khawatir bahwa
obat yang diminum akan mengakibatkan anak menjadi lebih agresif atau
nantinya akan membuat dia ketagihan obat atau minuman beralkohol.
Kekhawatiran ini tidak dapat dibenarkan, pada kenyataannya anak dengan
ADHD yang tidak mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih
agresif atau menjadi ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah
gangguan neurobiologist yang cirri-cirinya sudah tampak pada anak
kecil yang biasa sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan
dikarakteristikan oleh ketidktepatan perkembangan tidak perhatian,
impulsive dan hiperkatif. Tanda dan gejala yang sering muncul pada
gangguan ADHD diantaranya perilaku tidak perhatian atau sukar
memusatkan perhatian misalnya mengabaikan hal-hal kecil, sukar
memusatkan perhatian, selalu melakukan hal yang ceroboh dan
cenderung berperilaku hiperaktif. Terapi yang dapat diberikan pada
anak dengan gangguan ADHD diantaranya terapi medis :
mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah atau di rumah.
Pelatihan manajemen orang tua : mengurangi konflik antara orang
tua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi
diri, mengatur rutinitas anak sehari-hari, pemberian nutrisi yang
adekuat dan juga dapat diberikan terapi obat stimulant.

B. SARAN
1. Untuk perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara
komprehensif, tidak hanya fisit tetapi semua aspek manusia
sebagai satu kesatuan yang utuh.
2. Bagi mahasiswa diharapkan data semakin memperbanyak
pemgetahuan dari berbagai referensi mengenai konsep dasar
ADHD
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam
peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses

12
yang mudah untuk perawat dalam memperoleh ilmu pengetahuan
sesuai dengan perkembangan yang semakin maju.

13
DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, MIF. Sugiarmin, M. 2006. Memahami Anak ADHD Cetakan I. Bandung


: PT. Refika Aditama
Delphie, B. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting
Pendidikan Inklusi Cetakan I. Bandung : PT. Refika Aditama
Doengoes, M.E, Townsend, M.C, Moorhouse, M.F. 2007. Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri (Terjemahan) Edisi 3. Jakarta : EGC
Videbeck, S.I. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Terjemahan) Cetakan I.
Jakarta : EGC

14

Anda mungkin juga menyukai