Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKHIR MODUL 2

PROBLEM SOLVING

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

Oleh :

CHANDRA YANUARNINGTYAS, S.Pd

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS A


PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019
Tugas:
Dampak-dampak pemanasan global kian nyata dan mengancam kehidupan. Meski tak
bisa dihentikan secara total, tetapi dengan upaya kolektif, kita bisa memperlambatnya.
Jika bukan kita yang merawat planet ini, siapa lagi?
Strategi atau solusi apa yang akan Anda terapkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut? Kemukakan pernyataan Anda dengan pendekatan prinsip pemecahan masalah
(problem solving) yang meliputi:
1. Memahami masalah (Understanding the Problem), meliputi:
 Problem apa yang dihadapi?
 Apa yang diketahui?
 Apa yang ditanya?
 Apa kondisinya?
 Bagaimana memilah kondisi-kondisi tersebut?
2. Menyusun rencana pemecahan (Devising a Plan)

 Menemukan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui, atau
mengaitkan hal-hal yang mirip secara analogi dengan masalah.
3. Melaksanakan rencana (Carrying out the Plan)
 Menjalankan rencana untuk menemukan solusi, melakukan dan memeriksa
setiap langkah apakah sudah benar, bagimana membuktikan bahwa
perhitungan, langkah-langkah dan prosedur sudah benar.
4. Memeriksa kembali (Looking Back)
 Melakukan pemeriksaan kembali terhadap proses dan solusi yang dibuat
untuk untuk memastikan bahwa cara itu sudah baik dan benar. Selain itu
untuk mencari apakah dapat dibuat generalisasi, untuk menyelesaikan
masalah yang sama, menelaah untuk pendalaman atau mencari kemungkinan
adanya penyelesaian lain.

Rubrik Penilaian
Komponen Bobot
Memahami masalah (Understanding the Problem) 25%
Menyusun rencana pemecahan (Devising a Plan) 25%
Melaksanakan rencana (Carrying out the Plan) 25%
Memeriksa kembali (Looking Back) 25%

Total 100%

Selanjutnya Anda diharapkan dapat mengembangkan keterampilan memecahkan


masalah (problem solving) dalam menanggapi informasi-indormasi yang berhubungan
dengan sains dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Anda dapat
membelajarkan keterampilan memecahkan masalah (problem solving) pada peserta didik
di sekolah.
PEMANASAN GLOBAL

Pengertian Pemanasan Global (Global Warming).


Team Sos (2011:5) mendefinisikan pemanasan global sebagai fenomena
peningkatan temperatur rata – rata permukaan bumi. Peningkatan temperatur dari tahun
ke tahun terus mengalami kenaikan. Pada awal abad ke – 19 peningkatan temperatur
melaju sangat cepat yakni 0,35 0C pada tahun 1910 – 1940, kemudian 1990 – 2000
terjadi peningkatan 0,55 0C . Berdasarkan catatan IPCC temperatur rata – rata telah
mengalami peningkatan sebesar 0,78 selama kurun waktu 100 tahun terkahir (1906 -
2005). Peningkatan temperature rata rata ini yang sering disebut dengan pemanasan
global atau Global Warming.
Pemanasan global yaitu meningkatnya temperatur suhu rata- rata di atmosfer,
laut, dan darat. Pemanasan global terjadi secara bertahap. Pemanasan global yang
diikuti dengan perubahan iklim tidak terlepas dari campur tangan manusia, baik karna
kepadatan penduduk ataupun karna perkembangan industri yang sangat pesat
(Fatkurrohman, 2009: 10).
Sedangkan menurut Wisnu Arya (2010:21) pemanasan global yaitu fenomena
naiknya suhu permukaan bumi karena efek rumah kaca yang disebabkan oleh gas – gas
rumah kaca. Dari pernyataan – pernyataan tersebut maka dapat ditarik kesimpulah global
warming yaitu fenomena naiknya suhu permukaan bumi karena efek rumah kaca yang di
sebabkan oleh gas – gas rumah kaca yang akan memberikan dampak langsung terhadap
kehidupan makhluk hidup.
Dari beberapa teori tentang pengertian global warming yang telah dipaparkan di
atas maka dapat disarikan sebagai berikut, global warming adalah peningkatan suhu
rata–rata permukaan bumi yang disebabkan oleh gas – gas efek rumah kaca dan melalui
proses bertahap dari tahun ke tahun.
1. Memahami masalah (Understanding the Problem)

Penyebab Terjadinya dan Mekanisme Pemanasan Global (Global Warming).


Penyebab terjadinya global warming adalah adanya gas rumah kaca dalam jumlah
yang banyak di atmosfer. Hal ini dikemukakan oleh Rismana (dalam Moch Sodiq,
2013:11) bahwa para peneliti dari Universitas York memprediksi ada sekitar lima milyar
ton karbon yang dilepaskan ke atmosfer per tahun. Dengan semakin meningkatnya
kandungan gas di atmosfer yang bergabung dengan gas lain seperti metana, ozon dan
klorofluorokarbon telah menyebabkan efek gas rumah kaca. Efek runah kaca terutama
disebabkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi, kegiatan dan produksi industri.
Efek rumah kaca di atmosfer terjadi karena adanya gas – gas yang menyerap dan
memancarkan sinar infra – red gas – gas tersebut disebut dengan gas rumah kaca. Gas –
gas rumah kaca menyerap radiasi panas infra red yang dipantulkan oleh permukaan
bumi, panas akibat penyerapan radiasi matahari oleh atmosfer itu sendiri dan panas yang
diserap oleh awan. Penyerapan itu menyebabkan atmosfer dekat permukaan bumi
menghangat sehingga atmosfer memancarkan radiasi panas infra – red ke segala
penjuru, termasuk kebawah permukaan bumi. Oleh karena itu, jika siklus itu berlangsung
cepat maka penghangatan atau pemanasan bumi juga akan menjadi semakin cepat
(Team SOS, 2011: 10).
Gas rumah kaca sendiri adalah gas yang timbul secara alamiah dan merupakan
akibat kegiatan industri. Contoh gas rumah kaca (GRK) adalah (Karbon dioksida),
(Methana), (Nitrogen oksida), CFC (Chloro fluoro karbon), HFC ( Hidro fluoro karbon),
PFC ( Perfluoro karbon). Jika GRC terlepas ke atmosfer dan sampai pada ketinggian
troposfer akan terbentuk lapisan gas rumah kaca yang mengungkung bumi (Wisnu Arya,
2010: 48).
Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbondioksida yang
dihasilkan dari emisi kendaraan bemotor, Nitrogen oksida yang berasal dari pupuk, dan
gas – gas yang digunakan pada kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Gas rumah kaca
berguna untuk menjaga suhu bumi agar tetap hangat, akan tetapi pada keadaan saat ini
gas rumah kaca yang berada di atmosfer sudahlah sangat banyak sehingga banyak pula
panas matahari yang terperangkap di bumi dan suhu pun akan meningkat. Pada Tabel
6 disajikan macam–macam gas rumah kaca beserta sumber penghasilnya
(Kemendikbud, 2013: 198).
Tabel 1. Sumber – sumber Gas Rumah Kaca
No. Gas Rumah Kaca Sumber Penghasil
1. Karbondiksida Pembakaran bahan bakar fosil disektor
energy, industry,
transportasi, deforestasi maupun
2. Methane pertanian.
Pertanian, perubahan tata
lahan,
3. Nitrogen oksida pembakaran biomassa,
Pembakaran TPA.
bahan bakar fosil, industry
dan pertanian.
4. Hidro fluoro karbon Industri manufaktur, industri pendingin
(HFC) (Freon), dan penggunaan aerosol.
5. Perfluoro karbon (PFC) Industri manufaktur, industri pendingin
(Freon), dan penggunaan aerosol.
6. Sulphur heksafluoro Industri manufaktur, industri pendingin
(Freon), dan penggunaan aerosol.
7. Chloro fluoro karbon Gas – gas yang digunakan pada
(CFC) kulkas
dan pendingin
(Sumber ruangan.
: Kemendikbud, 2013: 199)

Secara tidak langsung manusia ikut andil dalam pemanasan global. Gas rumah
kaca yang disinyalir sebagai penyebab terjadinya global warming sebagian besar
dihasilkan dari aktivitas manusia. Berikut ini beberapa aktivitas manusia yang sangat
berpengaruh terhadap pemanasan global (Wisnu Arya, 2010: 59 – 72)

a) Emisi gas karbondiksida dari pembakaran bahan bakar fosil hasil penggunaan
transportasi dan industri. Transportasi pada saat ini kebanyakan menggunakan
bahan bakar fosil ( batubara dan minyak bumi). Artinya penggunaan bahan bakar
fosil juga ikut menyumbangkan dalam menaikkan jumlah emisi gas rumah kaca.
Selain penggunaan transportasi kegiatan industri juga sangat berpengaruh dalam
peningkatan gas rumah kaca. Semua aktivitas industri menggunakan bahan bakar
fosil (batubara, minyak bumi, dan gas bumi), terutama sebagai bahan bakar
pembangkit tenaga listrik pada industry, dapat dipastikan akan ikut menambah
emisi gas rumah kaca. Pembentukan gas pada proses ini sama dengan yang
terjadi pada alat transportasi, yaitu sebagai berikut :

Reaksi tersebut merupakan reaksi yang terjadi pada proses pembakaran


sempurna. Pada pembakaran tak sempurna reaksi yang terjadi seperti persamaan
sebagai berikut :

Gas CO yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen yang ada diudara sehingga
membentuk gas

Jadi, melalui pembakaran sempurna maupun tidak sempurna pembakaran bahan


bakar fosil tetap menghasilkan gas CO 2 yang merupakan gas rumah kaca.

b) Emisi gas methana sebagai hasil dari proses pembusukan sampah.


Sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia apabila tidak dikelola dengan baik,
sampah yang umumnya berasal dari limbah organikakan mengalami degradasi
dan terurai menjadi gas methan. Gas CH4 adalah gas rumah kaca yang bisa
menyebabkan timbulnya efek rumah kaca yang berpotensi menjadi penyebab
pemanasan global. Berikut mekanisme dari peruaian sampah yang berasal dari
limbah organik menjadi gas CH4.
Apabila sampah / limbah organik terurai secara anaerobik, gas rumah kaca yang
dihasilkan berupa gas CH4 sedangkan sampah yang teruai secara aerobik
menghasilkan gas rumah kaca berupa C02.

c) Deforestation atau deforestasi, terutama pada hutan tropis dan lahan


pertanian. Penggunaan hutan untuk bahan bakar (baik berupa kayu ataupun
arang) adalah salah satu penyebab deforestasi. Diseluruh dunia pemakaian kayu
mapn kertas terus meningkat, kebutuhan akan lahan ternah terus meningkat
untuk memenuhi kebutuhan daging dan susu, serta penggunaan hutan hujan
tropis sebagai lahan perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama terhadap
deforestasi dunia. Penebangan hutan akan melepaskan karbon dalam jumlah
besar ke atmosfer.

d) Penggunaan CFC pada aktivitas perindustrian. Aktivitas industri yang melibatkan


CFC (Chloro Fluoro Carbon) juga berpotensi menimbulkan efek rumah kaca.
Aktvitas industri yang banyak menggunakan senyawa CFC adalah industri
refrigerant, freezer, kulkas dan pendingin ruangan. Selain itu CFC juga digunakan
pada minyak wangi,pengharum ruangan sebagai gas pendorong senyawa
kimia yang akan disemprotkan. Gas CFC tidak mudah terurai bila terlepas ke
atmosfer, sehingga bisa sampai ke lapisan stratosfer. Selain bersifat sebagai gas
rumah kaca CFC juga bersifat merusak lapisan ozon sehingga timbul lubang ozon.
Lapisan ozon adalah lapisan pelindung bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang
dipancarkan oleh matahari. Apabila lapisan ozon rusan dan membentuk lubang
ozon maka sinar ultraviolet akan menerobos atmosfer bumi dan terus sampai ke
bumi akibatnya bumi menjadi panas.

e) Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dalam bidang pertanian. (Moch
Sodiq, 2013: 15) menyatakan bahwa emisi gas rumah kaca tahun 2010, ±25%
disumbang oleh bidang pertanian dan kehutanan seperti penggundulan htan,
pembakaran hutan, usaha peternakan alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian dan penggunaan pupuk non organik yang semakin meningkat.
Pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia / pupuk nitrogen dalam jumlah
berlebihan dapat menimbulkan masalah emisi gas oksida nitrit. Penggunaan
pupuk non oganik dapat menyebabkan penurunan jumlah bahan organik tanah
sehingga akan menghasilkan emisi gas terutama gas CO 2, NH4, N2O ke atmosfer
dan meningkatkan pemanasan global.
Efek rumah sendiri adalah peristiwa merambatnya panas matahari sampai ke bumi
melalui radiasi. Panas yang sampai ke bumi sebagian akan dipantulkan oleh atmosfer,
kemudian sebagiannya lagi akan diserap oleh permukaan bumi. Panas yang diserap
oleh bumi sebagian akan dipantulkan keluar atmosfer, namun karena adanya gas-gas
rumah kaca maka panas tersebut tidak dapat dipantulkan sehingga terperangkap dan
menjadikan bumi semakin panas. Panas matahari sebagian diserap bumi 160 watt/m2
dan panas matahari yang dipantulkan kembali oleh Gas Rumah Kaca (GRC)
2
sebesar 30 watt/m ke bumi. Hal ini yang menyebabkan bumi kita semakin lama
semakin panas. Mekanisme pemanasan global dapat dilihat pada Gambar 1 (Wisnu Arya,
2010 : 15).

Gambar 1. Mekanisme Efek Rumah Kaca


(Sumber : Wisnu Arya, 2010: 49)

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. Segala sumber


energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi tersebut
dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini
mengenai permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini memantul sebagai radiasi infra
merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian lagi tetap terperangkap di
atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca, antara lain uap air, karbon
dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi
berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca (green house).
Dengan makin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, makin banyak panas
yang terperangkap di bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan
oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15°C atau 59°F, bumi sebenarnya
telah lebih panas 33°C atau 59°F dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi
hanya -18°C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi). Akan tetapi saat ini
jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, sehingga mengakibatkan terjadinya
pemanasan global.

2. Menyusun rencana pemecahan (Devising a Plan)

Memanasnya suhu bumi menimbulkan permasalahan baru bagi bumi.


Kemendikbud (2016 : 228 – 229) menyatakan bahwa perubahan gas rumah kaca di
atmosfer sulit untuk diprediksi, namun berikut ini adalah dampak yang telah nampak
karena perubahan gas rumah kaca diantaranya yaitu :
a) Temperature bumi semakin tinggi, peningkatan temperature bumi mungkin terjadi
di beberapa wilayah, namun ada wilayah yang tidak terjadi peningkatan
temperature. Dari tingginya temperature bumi menyebabkan lebih banyak
penguapan dan curah hujan secara keseluruhan, namun beberapa wilayah juga
mengalami kekeringan.
b) Mencairnya es di kutub, peningkatan suhu bumi menyebabkan permukaan es di
kutub mencair begitu pula dengan daratan pantai yang landai akan mengalami
kenaikan permukaan air laut.
c) Rusaknya terumbu karang, sebuah laporan tentang terumbu karang menyatakan
bahwa dalam keadaan terburuk terumbu karang akan hilang pada tahun 2100,
dengan begitu spesies yang hidupnya bergantung pada terumbu karang juga akan
terancam punah.
d) Kegagalan panenen secara besar – besaran. Perubahan iklim yang disebabkan
oleh peningkatan gas rumah kaca tentuna juga mempengaruhi hasil panen dari
paa petani. Sebah penelitian menyebutkan bahwa 90% kemungkinan 3 miliar oang
diseluruh dunia harus pindah ke tempat yang memiliki iklim baik atau betahan
namun akan mengalami kelaparan karena kegagalan panen.
e) Penipisan lapisan ozon. Lapisan ozon adalah salah satu lapisan atmosfer
yang berada di dalam lapisan stratosfer (berda sekitar 17–25 km di atas
permukaan bumi). Lapisan ozon inilah yang melindngi manusia dari bahaya
radiasi sinar ultraviolet (UV) yang dipancarkan oleh matahari. Bedasarkan
pengamatan yang dilakkan dengan menggunakan satelit, lapisan ozon sudah
mengalami penipisan sejak pertengahan tahun 1970.
Fatkhurohman (2009: 42) menyatakan bahwa pemanasan global terhadap bumi
dapat menyebabkan berbagai peristiwa seperti mencairnya es di kutub, terganggunya
ekosistem, peningkatan permukaan air laut, perubahan iklim dan kenaikan suhu
permukaan bumi. Pemanasan global akan diikuti adanya peristiwa perubahan iklim yang
artinya bahwa perubahan iklim adalah suatu kondisi yang merupakan hasil dari efek
rumah kaca yang mengubah iklim di bumi menjadi panas. Karakteristik utama dari
perubahan iklim ini ditandai dengan meningkatnya temperatur rata-rata bumi secara
global, melelehnya gletser-gletser dan gunung es di kutub utara. Pemanasan global
adalah meningkatnya temperatur suhu rata- rata di atmosfer, laut dan udara.
Pencairan gletser, es di kutub, pelepasan metana, pelepasan hydrogen sulfide dan
perubahan iklim merupakan contoh utama akibat terjadinya pemanasan global.
Fenomena tersebut membuat kerusakan lebih lanjut, seperti terjadinya bencana ala m,
penyakit, gagal panen dan beberapa hal lagi. Banjir kekeringan dan tenggelamnya
pulau-pulau merupakan fenomena bencana alam yang menyertai terjadinya
peningkatan permukaan air laut rata-rata pada abad ke-20 diperkirakan sebesar 0,17
(0,12 sampai 0,22). Di Indonesia, pengaruh pemanasan global telah menyebutkan
perubahan iklim, antara lain terlihat dari curah hujan di bawah normal, sehingga masa
tanam menjadi terganggu. Perubahan iklim akan meningkatkan intensitas berbagai
bencana di seluruh dunia. Pada tempat-tempat kering, temperaturnya lebih tinggi dan
kemaraunya lebih ekstrim sehingga menimbulkan kebakaran hutan. Hewan dan
tumbuhan sulit menghindari dampak pemanasan global. Selama pemanasan global,
hewan cenderung berpindah ke daerah yang dingin seperti pegunungan dan daerah
kutub karena habitatnya yang hangat (Team SOS, 2011: 47-55).
Team SOS (2011: 69) mengemukakan dampak pemanasan global juga dapat
memepercepat laju gangguan dan penurunan ekosistem laut. Lautan menjadi asam
karena menyerap karbondioksida terlalu banyak dan temperatur yang hangat memaksa
hewan pindah ke habitat yang baru. Sebuah zona mati muncul di lautan pasifik di lepas
Pantai Oregon S. Jane seorang dosen biologi lait di Universitas Oregon berkata bahwa
hampir tidak ada oksigen di area ini. Dua hal utama ppenyebab turunnya tingkat oksigen
dala air laut berkaitan dengan pemanasan global, yaitu sejalan dengan memanasnya air,
kemampuan air untuk menyerap oksigen berkurang dan gangguan arus air dan cuaca
menghalangi oksigen untuk disalurkan ke area tersebut.
Wisnu Arya (2010: 81-114) mengemukakan bahwa dampak dari pemanasan global
meliputi:
1. Pergeseran Musim.
Kenaikan suhu udara akan berpengaruh pada perubahan arah angin dan
akan menyebabkan pergeseran musim (baik musim kemarau maupun musim
penghujan). Apabila terjadi pergeseran musim hujan maupun kemarau akibat
pemanasan global maka waktu musim hujan dan kemarau bisa lebih panjang
atau lebih pendek daripada waktu normalnya.
2. Kepunahan Sejumlah Spesies.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli, peningkatan suhu dapat
menyebabkan kepunahan lebih dari satu juta spesies. Kepunahan tersebut dapat
diakibatkan oleh terganggunya habitat atau cara mendapatkan makanan yang
terganggu oleh akibat dari pemanasan global. Salah satu contohnya adalah
punahnya beruang kutub yang diakibatkan kehilangan daratan sebagai tempat
tinggalnya.
3. Kenaikan Permukaan Air Laut.
Perubahan fisik air laut berupa tinggi permukaan air laut, kadar garam
dan suhu air laut berubah karena pemanasan global. Perubahan tersebut terjadi
karena melelehnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Es yang meleleh
menjadi air tersebut akan menambah volume air laut, sehingga permukaan air
laut akan naik. Selain kenaikan tinggi permukaan air laut juga terjadi perubahan
kadar garam air laut yang menjadi lebih rendah dari kadar semula. Perubahan
kadar garam air laut akan berpengaruh pada beberapa hewan laut.
4. Terjadinya Banjir dan Tanah Longsor
Pada musim hujan, angin banyak membawa uap air dari lautan Hindia yang
akan dijatuhkan sebagai air di daratan Indonesia. Adanya perubahan suhu
atmosfer bumi karena pemanasan global jelas akan memengaruhi arah angin dan
akan terjadi perubahan musim. Perubahan musim pada saat ini dapat dirasakan
dengan adanya musim hujan yang berkepanjangan, sehingga mengakibatkan
banjir dan tanah longsor di perbagai belahan bumi. Banjir dan tanah longsor akan
merusak lingkungan hidup, banyaknya tanaman yang mati karena tergenang air
bah dan rusaknya pemukiman penduduk.
5. Kekeringan dan Bencana Kelaparan
Musim hujan yang berkepanjangan akan mengakibatkan musim kemarau
berkepanjangan di belahan bumi lainnya. Musim kemarau yang berkepanjangan
akan menyebabkan kekeringan dan kekurangan air yang berujung pada
kegagalan panen.

3. Melaksanakan rencana (Carrying out the Plan)


Upaya Pengurangan Pemanasan Global
Kemendikbud (2016 :231) mengemukakan beberapa usaha yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi pemanasan global, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Menggunakan energi terbarukan dan menguangi penggunaan batubara, gasolin e,
kayu, dan bahan bakar organik lainnya. Bahan bakar yang disebutkan di atas
merupakan bahan bakar fosil bahan bakar ini akan menghasilkan gas yang dapat
mengakibat efek rumah kaca. Untuk mengurangi dampak pemanasan global maka
penggnaan bahan bakar fosil tersebut dikuangi ata diganti dengan bahan bakar
alternatif yang lebih ramah lingkungan. Sumber energi lain yang dapat digunakan
diantaranya, energi air, energi angin, energi panas bumi dan energi matahari.
b) Mengurangi deforestation, deforestation adalah penebangan hutan yang
berakhibat pada gundulnya hutan. Fungsi tumbuhan adalah menjaga
keseimbangan karbondiksida dan oksigen yang ada di udara, jika penebangan
hutan terus menerus dilakukan tanpa adanya penanaman pohon kembali maka
gas karbondioksida di dalam udara akan meningkat, sedangakan kita ketahui
karbondioksida adalah salah satu gas rumah kaca penyebab terjadinya
pemanasan global. Maka dari itu pengurangan deforestation perlu dilakukan agar
gas karbondioksida di udara tidak meningkat terus menerus.
c) Mengurangi penggunaan produk – produk yang mengandung chlorofluorocarbons
(CFCs) dengan menggunakan produk yang ramah lingkungan. Produk teknologi
yang dikembangkan saat ini kadang kurang memperhatikan dampak terhadap
lingkungan. Salah satu contohnya adalah teknologi air conditioning (AC) dan
kulkas yang menggunakan senyawa CFC sebagai bahan pendingin. Senyawa
CFC dapat merusak lapisan ozon dan menimbulkan efek rumah kaca. Maka dari
itu penggunaan AC dan kulkas sebaiknya dikurangi. Untuk mengurangi panasnya
suhu dapat di antisipasi dengan menanam pohon di lingkungan rumah sehingga
udara bisa lebih sejuk.
d) Mendukung dan turut serta pada kegiatan penghijauan. Penghijauan atau lebih
popular dengan kata reboisasi atau yang lebih dikenal lagi dengan penanaman
hutan kembali, artinya lahan hutan yang sudah gundul ditanami kembali.
Penanaman hutan kembali dapat mengurangi jumlah karbondioksida (CO2) yang
ada di atmosfer bumi. Penelitian dari Louisiana Tech University menemukan
bahwa setiap pepohonan hijau dapat menangkap karbon yang cukup untuk
mengimbangi emisi yang dihasilkan dari pengendara mobil selama setahun.

Wisnu Arya Wardhana (2010: 117-158) mengemukakan bahwa upaya-upaya


untuk mengurangi pemanasan global dapat dilakukan dengan cara diantaranya:
a) Pemanenan Metana (CH4)
Saat ini pembuangan sampah organik yang ditampung di tempat
pemanenan metana atau CH4 hasil pembusukan sampah organik dengan
cara manampung sampah organik converter atau digester. Setelah proses
pembusukan limbah organik berjalan dan gas CH4 mulai keluar, gas CH4 tersebut
dapat disalurkan ke suatu tungki penampung yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai pengganti bahan bakar.
b) Aksi Hemat Energi
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca adalah mengurangi penggunaan sumber energi tidak terbarukan. Energi
alteratif yang dapat digunakan untuk menggantikan energi yang mengandalkan
bahan bakar fosil antara lain adalah energi air, energi pasang surut, energi
gelombang laut, energi panas laut, energi panas bumi, energi panas matahari
dan energi nuklir.
c) Penanggulangan Hutan (Reboisasi)
Penanaman hutan kembali atau reboisasi terbukti dapat meningkatkan suhu
permukaan bumi. Apabila pohon-pohon ditebang, fungsi pohon untuk menghasilkan
oksigen dan menyerap karbon dioksida menjadi hilang. Banyaknya oksigen di udara
dapat memperkecil lubang ozon yang ada.
Proses penambalan lubang ozon dapat terjadi pada reaksi berikut :

d) Pemanfaatan Limbah
Pemanfaatan limbah menjadi pupuk organik. Limbah yang dihasilkan
manusia sangat banyak dan jika tidak diolah dengan benar maka akan
menghasilkan gas CH4. Proses pengolahan limbah harus dilakukan dengan
proses aerobic sehingga gas yang keluar bukan CH4 melainkan CO2. Walaupun
termasuk gas rumah kaca, gas CO2 masih lebih lunak dibandingkan dengan gas
CH4.
e) Aksi Sedikit Sampah Lebih Baik
Tumpukan sampah turut menyumbang terjadinya pemanasan global.
Pengelolaan sampah yang baik akan menekan terjadinya pemanasan global.
Pengelolaan dapat dilakukan dengan tindakan reduce, reuse, recycle, dan
composting.
 Reduce
Reduce (mengurangi), sedapat mungkin meminimalkan barang atau material
yang dipergunakan. Semakin banyak material, semakin banyak pula sampah
yang dihasilkan.
 Reuse
Reuse (menggunakan kembali) menghemat dan mengurangi sampah dengan
cara menggunakan kembali barang-barang yang sudah tidak dapat dipakai.
Menghindari pemakaian yang hanya sekali pakai atau langsung buang
(disposable).
 Recycle
Recycle (mendaur ulang) sampah diubah menjadi produk baru. Sampah yang
didaur ulang adalah barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu yang
cukup lama seperti kertas, alumunium, gelas dan plastic
 Composting
Composting (pembuatan kompos). Proses pembusukan secara alami dari
materi organik misalnya daun, limbah pertanian dan sisa makanan.
4. Memeriksa kembali (Looking Back)
Berdasarkan ulasan di atas, solusi yang disajikan untuk mengurangi terjadinya
pemanasan global cukup baik dan tidak menimbulkan dampak negative. Misalnya
Reboisasi yang dapat mengurangi jumlah gas CO2, dampak lainnya adalah
mengurangi bencana tanah longsor daerah pegunungan serta mencegah abrasi air
laut di pantai. Jadi bisa disimpulkan solusi tersebut aman bagi lingkungan dan
masyarakat. Selain itu pemanfaatan CH4 untuk bahan bakar alternative juga memiliki
dampak positif lain yaitu mengurangi pencemaran tanah oleh adanya sampah organic
dipermukaan tanah. Bio gas yang dihasilkan juga tidak berbahaya bagi lingkungan dan
manusia. Solusi tarakhir yaitu mengurangi pemakaian bahan fosil memiliki dampak
positif lain yaitu jika kita mengurangi pemakaian kendaraan bermotor maka berarti kita
mengirit bahan bakar artinya juga mengirit pengeluaran uang.

--------ooo0000ooo-------

Anda mungkin juga menyukai