Anda di halaman 1dari 19

Nama : Dewi Apriliani

NIM : 108116041

LAPORAN PENDAHULUAN

SIKLUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

COR PULMONALE CHRONIC (CPC)

A. DEFINISI

Cor Pulmonale Chronic adalah suatu keadaan dimana timbul hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan atau dengan gagal jantung kanan,
timbul akibat penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru-paru atau pembuluh darahnya. WHO (1963), Cor Pulmonal Chronic adalah
keadaan patologis dengan ditemukannya hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru.
BRAUNWAHL (1980), Cor Pulmonal Chronic adalah suatu keadaan patologis akibat hipertropi atau dilatasi ventrikel kanan yang
disebabkan oleh hipertensi pulmonal.

Cor Pulmonal disebut juga dengan penyakit jantung pulmonal, terdiri atas perbesaran ventrikel kanan (hipertrofi, dilatasi mauapun
keduannya). Cor pulmonal adalah keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau struktur jaringan paru,
tidak termasuk didalamnya kelainan jantung akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat penyakit jantung bawaan. Cor pulmonal
adalah kondisi terjadinnya pembesaran jantung kanan (dengan atau tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang mempengaruhi
sturktur, fungsi, atau vaskularisasi paru-paru. Tipe cor pulmonale disebut akut jika dilatasi belahan jantung kanan setelah embolisasi akut
paru, tipe kronis ditentukan lamanya gangguan pulmoner yang membawa ke pembesaran jantung. Berapa lama dan sampai tahap apa jantung
tetap membesar akan bergantung pada fluktuasi-fluktuasi pada ketinggian tekanan arterial pulmoner
B. ETIOLOGI

Penyebab penyakit Cor Pulmonal Chronic antara lain :

1. penyakit paru menahun dengan hipoksia:

a. penyakit paru obstruktif kronik


b. fibrosis paru
c. penyakit fibrokistik
d. cryptogenic fibrosing alveolitis
e. penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia

2. kelainan dinding dada :


a. kifoskolisis torakoplasti, fibrosis pleura
b. penyakit neuromuscular
3. gangguan mekanisme control pernapasan :
a. obesitas, hipoventilasi idiopatik
b. penyakit serebrovaskular
4. obstruksi saluran napas atas pada anak : hipertrofi tonsil dan adenoid
5. kelainan primer pembuluh darah:
hipertensi pulmonal primer, emboli paru berulang dan vaskulitis pembuluh paru. Penyakit – penyakit yang dapat menyebabkan Cor
Pulmonal adalah penyakit yang secara primer menyerang pembuluh darah paru – paru, seperti emboli paru – paru berulang dan penyakit
yang mengganggu aliran darah paru – paru akibat penyakit pernapasan obstruktif / restriktif. PPOM terutama jenis bronchitis, merupakan
penyebab tersering dari Cor Pulmonale. Penyakit – penyakit pernapasan restriktif yang menyebabkan Cor Pulmonal dapat berupa
penyakit – penyakit “intrinsik” seperti fibrosis paru – paru difus dan kelainan “ekstrinsik” seperti obesitas yang ekstrim, kifoskoliosis atau
gangguan neuromuskuler berat yang melibatkan otot – otot pernapasan.
Dua mekanisme dasar yang mengakibatkan peningkatan resistensi vaskuler paru – paru adalah:
1. vasokontriksi hipoksik dari pembuluh darah paru – paru
2. obstruksi dan atau obliterasi anyaman vaskuler paru – paru.

C. TANDA dan GEJALA

Gejala klinis yang muncul pada psien dengan cor pilmonal adalah:
1. Akan berbeda sesuai dengan penyakit yang melatar belakanginya, misalnya COPD akan menimbulkan gejala napaspendek dan batuk
2. Gagal vetrikel kanan: edema, distensi vena leher, organ hati teraba, efusi pleura, ascites, dan murmur jantung
3. Sakit kepala, bingung, dan somnolen terjadi akibat dari peningkatan PCO2
Gejala yang sering muncul yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya seperti batun produktif kronik, dyspnea karena olahraga,
wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Tanda-tanda yang menunjukkan seseorang menderita cor pulmonal antara lain: sainosis,
clubbing, vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop (atau keduannya), pulsasi sternum bawah atau epigastrum prominen, hati
membesar dan nyeri tekan dan edema dependen.

D. KLASIFIKASI

Pembagian kor pulmonal kronik


a). Kompensasi (tanpa DC)
Redistribusi curah jantung berfungsi sebagai mekanisme kompensasi penting. Aliran darah direstribusikan sehingga pengantaran oksigen
ke organ vital, dipertahankan pada kadar normal atau mendekati normal. Abnormalitas berkurang setelah kompensasi klinis yang dicapai
melalui terapi.
b). Dekompensasi
Sindroma klinis yang bermanifestasi sebagai tanda gagal jantung kongestif pada penyakit paru. Biasanya dengan adanya dispneu,
ortopneu, dispnea paroksismal (nocturnal), peningkatan tekanan vena jugularis, hepatomegali, asites maupun edema tungkai.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar, perluasan hilus dapat dihitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama
arteri pulmonalis utama kana dan kiri dengan diameter transversal thorkas. Perbandingan > 0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal
2. Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan digunakan untuk pemeriksaan ketebalan dinding ventrikel kananmeskipun perubahan volume tidak dapat
diukur, teknik ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri.
Hasil pemeriksaan ekokardigrafi pasien dengan cor pulmonal:
a. Tampak gambaran pembesaran ventrikel kanan
b. Tampak gambaran regurgitasi saat sistole
3. Elektrokardigram
a. Pada tingkat awal (hipoksemia) EKG hanya menunjukkan gambaran sinus takikardia saja.
b. Pada tingkat hipertensi pulmonal EKG akan menunjukkan gambaran sebagai berikut, yaitu:
1. Depresi segmen S-T di lead II, III, Avf
2. Gelombang P mulai tinggi pada lead II
3. Gelombang T terbalik atau mendatar di lead V1-3
4. Kadang-kadang teadapat RBBB incomplete atau complete
c. Pada tingkat pulmonary heart disease dengan hipertrofi ventrikel kanan, EKG menunjukkan:
1. Aksis bergeser ke kanan (RAD) lebih dari +90
2. Gelombang P yang tinggi (P pulmonal) di lead II, III, Avf
3. Rotasi kea rah jarum jam (clockwise rotation)
4. Rasio R/ S di V1 lebih dari 1
5. Rasio R/ S di V6 lebih dari 1
6. Gelombang S ang dalam di V5 dan V6 (S persissten di prekordial kiri)
7. RBBB incomplete atau incomplete
Padmavati dalam penelitiannya menyatakan criteria yang lain untuk kor-pulmonal dalam kombinasi EKG sebagai berikut :
1. RS di V5 dan V6
2. Aksis bergeser ke kanan
3. QR di AVR
4. P pulmonal
4. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya polisitemia (Ht > 50%), tekanan oksigen (PaO2) darah arteri < 60 mmHg,tekanan
karbondioksida (PaO2) >50 mmHg.
5. Radiografi
a. Pembesaran jantung dimana ikhtus akan tampak bergeser ke kiri atas.
b. Arteri pulmonale kanan dikatakan melebar apabila lebih dari 16mm dan kiri lebih 18 mm
c. Tampak gambaran penyakit dasarnya
6. Kateterisasi Jantung
a. Peningkatan tekanan jantung kanan dan tahanan pembuluh paru
b. Tekanan atrium kiri dan tekanan kapiler paru normal menandakan hipertensi pulmonal berasal dari prakapiler dan bukan berasal dari
jantung kiri

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis ini bertujuan untuk meningkatkan ventilasi pasien dan mengobati penyakit melatarbelakangi beserta manifestasi dari
gagal jantungnya. Penatalaksanaan medis secara umum:
1. Pada pasien dengan COPD: pemberian O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri
pulmonal serta tahanan vaskuler pulmonal
2. Higienis bronchial: diberikan obat golongan bronkodilator
3. Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia
4. Bedrest, diet rendah sodium, pemberian diuretic
5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung selain itu mempunyai efek digitalis ringan

G. POHON MASALAH (WOC)


Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan mempengaruhi jantung serta menyebabkan
pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini sering kali menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunan
oksigenasi paru dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO2) dan hiperkapnea (peningkatan PaO2), yang nantinya akan
mengakibatkan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnea akan menyebabkan vasokontriksi arteri pulmonal dan memungkinkan
terjadinya penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisemi dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi peningkatan tahanan pada sistem
sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikannya hipertensi pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri paru (arterial mean pressure) adalah 45
mmHg, jika tekanan ini meningkat dapat menimbulkan kor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh gagal
jantung kanan.

H. Pengkajian
a. Anamnesa, meliputi
1. Identitas Pasien
a. Cor pulmonal dapat menyerang dewasa maupun anak-anak. Untuk orang dewasa biasanya terjadi karena kebiasaan merokok dan
terpapar polusi, sedangkan untuk kasus anak-anak umumnya terjadi karena akibat obstruksi saluran pernapasan atas seperti
hipertrofi tonsil dan adenoid.
b. Jenis pekerjaan juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya cor pulmonal seperti para pekerja yang sering terpapar oleh udara
dan kebiasaan merokok yang tinggi.
c. Lingkungan tempat tinggal di daerah perindustrian dan kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan rumah yang sehat
juga dapat menjadi penyebab timbulnya cor pulmonal
2. Keluhan utama
Pasien dengan cor pulmonal sering mengeluh sesak dan nyeri dada
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan cor pulmonal biasanya mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang tidak prduktif
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dengan cor pulmonal biasanya memiliki riwayat penyakit PPOK, fibrosis paru, fibrosis pleura dan hipertensi pulmonal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien dengan cor pulmonal biasanya tidak memiliki riwayat kesehatan menderita cor pulmonal juga
6. Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan
Bagaimana pasien memahami penyakit yang dideritannya seperti sesak nafas yang akan muncul saat beraktivitas berat dan akan
berkurang saat istirahat
2. Pola Nutrisi/ Metabolisme
Bagaimana diet yang dilakukan pasien dan apa saja yang dikonsumsi pasien setiap harinya
3. Pola Eliminasi
Bagaimana pengeluaran urine (berapa cc perhari, warna urine) dan feces (mengalami defekasi atau tidak, konsistensi pasien)
pasien setiap harinya
4. Pola Aktivitas
Bagaimana pasien menjalankan pekerjaannya, sebelum mengalami sesak kegiatan apa saja yang dilakukan oleh pasien
5. Pola Istirahat Tidur
Bagaimana kualitas dan kuantitas tidur pasien, apakah sesak nafas yang diderita pasien dapat mengganggu pola tidurnya
6. Pola Kognitif-Persepsi
Apakah pasien mengalami gangguan pada fungsi indra
7. Pola Peran Hubungan
Bagaimana hubungan pasien dengan keluarga serta masyarakat sekitar, apakah sesak nafas yang dideritannya mengganggu
hubungan tersebut
8. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Bagaimana respon seksualita pasien
9. Pola Koping Toleransi Stress
Bagaimana keadaan sehari-hari pasein, apakah pasien mengkonsusmsi obat-obatan untuk menghilangkan stress
10. Pola Keyakinan Nilai
Apa keyakinan yang dianut oleh pasien, apakah dengan sakit yang diderita pasien ibadah pasien terganggu
11. Pola Konsep Diri
Bagaimana pasien menilai dirinya sendiri
7. Pemeriksaan Fisik
Review Of System (ROS)
1) B1 (BREATH)
 Pola napas : irama tidak teratur
 Jenis: Dispnoe
 Suara napas: wheezing
 Sesak napas (+)
2) B2 (BLOOD)
 Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (-)
 Nyeri dada (+)
 Bunyi jantung: murmur
 CRT : tidak terkaji
 Akral : dingin basah

3) B3 (BRAIN)
 Penglihatan(mata)
Pupil : tidak terkaji
Selera/konjungtiva : tidak terkaji
 Gangguan pendengaran/telinga: tidak terkaji
 Penciuman (hidung) : tidak terkaji
 Pusing
 Gangguan kesadaran

4) B4 (BLADDER)
 Urin:
Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam
Warna : kuning pekat
Bau : khas
 Oliguria

5) B5 (BOWEL)
 Nafsu makan : menurun
 Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
 Abdomen : asites
 Peristaltic : tidak terkaji

6) B6 (BONE)
 Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
 Kekuatan otot : lemah
 Turgor : jelek
 Oedema

I. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sempitnya lapang respirasi dan penekanan pada thorak
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan asupan oksigen dengan kebutuhan
No DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Gangguan pertukaran Tujuan dan Kriteria hasil :  posisikan pasien untuk
gas berhubungan dengan ketidak  respiratory status : gas exchange memaksimalkan ventilasi
seimbangan perfusi ventilasi  keseimbangan asam basa, elektrolit  pasang mayo bila perlu
 respiratory status : ventilation  lakukan fisioterapi dada jika perlu
 vital sign status  keluarkan sekret dengan batuk atau
setelah dilakukan tindakan keperawatan suction
selama 3x24 jam pasien menunjukkan  auskultasi suara nafas, catat adanya
pertukaran gas yang normal dibuktikan suara tambahan
dengan kriteria hasil :  berikan bronkodilator
 mendemonstrasikan peningkatan  berikan pelembab udara kassa basah
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat NaCl lembab
 memelihara kebersihan paru - paru  atur intake untuk cairan
dan bebas dari tanda - tanda distress mengoptialkan keseimbangan
pernafasan  monitor respirasi dan status oksigen
 mendemonstrasikan betuk efektif dan
 catat pergerakan dada, amati
suara nafas yang bersih, tidak ada kesimetrisan, penggunaan otot
sianosis dan dyspnue (mampu tambahan, retraksi otot supraclavicular
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dan intercostals
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 monitor suara nafas, seperti
 tanda - tanda vital dalam rentang
mendengkur
normal
 monitor pola nafas : bradipnea,
 AGD dalam batas normal status
takypnea, kussmaul, hiperventilasi,
neurologis dalam batas normal cheyne stokes.
 auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
 monitor tanda - tanda vital, AGD,
elektrolit dan status mental
 observasi sianosis khususnya
membran mukosa
 jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2,
suction, dan inhalasi)
 auskultasi bunyi jantung, jumlah
irama, dan denyut jantung.

2 Ketidakefektifan pola napas Tujuan dan kriteria hasil :  posisikan pasien untuk
berhubungan dengan sempitnya  respiratory status : ventilation memaksimalkan ventilasi
lapang respirasi dan penekanan  respiratory status : airway patency  pasang mayo bila perlu
pada thorak
 vital sign status  lakukan fisiotherapi dada jika perlu
setelah dilakukan tindakan keperawatan  keluarkan sekret dengan batuk
selama 3x24 jam pasien menunjukkan efektif atau suction
keefektifan pola nafas dibuktikan dengan  auskultasi suara nafas, catat adanya
kriteria hasil : suara tambahan
 mendemonstrasikan batuk efektif dan  berikan bronkodilator
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
 berikan pelembab udara kassa basah
dan dyspneu (mampu mengeluarkan
NaCl lembab
sputum, bernafas dengan mudah, tidak
ada pursed lips)  atur intake untuk cairan
mengoptialkan keseimbangan
 menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas,  monitor respirasi dan status oksigen
frekuensi pernafasan dalam rentang  bersihkan mulut, hidung dan sekret
normal, tidak ada suara nafas abnormal) trakea
 tanda - tanda vital dalam rentang  pertahankan jalan nafas yang paten
normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)  observasi adanya tanda - tanda
hipoventilasi
 monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
 monitor vital sign
 informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi nafas
dalam untuk memperbaiki pola nafas
 ajarkan bagaimana batuk efektif
 monitor pola nafas.

3 Intoleransi aktivitas Tujuan dan kriteria hasil  obserasi adanya pembatasan klien
berhubungan dengan  Self Care : ADLs dalam melakukan aktivitas
ketidakseimbangan asupan  Toleransi aktivitas  kaji adanya faktor yang
oksigen dengan kebutuhan menyebabkan kelelahan
 konservasi energy
setelah dilakukan tindakan keperawatan  monitor nutrisi dan sumber enrgi
selama 3x24 jam pasien bertoleransi yang adekuat
terhadap aktivitas dengan kriteria hasil :  monitor pasien akan adanya
 berpartisipasi dalam aktivitas fisik kelelahan fisik dan emosi secara
tanpa disertai peningkatan tekanan berlebihan
darah, nadi dan RR  monitor respon kardiovaskuler
 mampu melakukan aktivitas sehari - terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
hari (ADLs) secara mandiri sesak nafas, diaporesis, pucat,
perubahan hemodinamik)
 keseimbangan aktivitas dan istirahat
 monitor pola tidur dan lamanya
tidur/ istirahat pasien
 kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat.
 bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan,
 bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
 bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
 bantu untuk mendapatkan alat bantu
aktivitas seperti kursi roda, krek
 bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 bantu klien untuk membuat jadwal
latihan waktu luang
 bantu pasien/ keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 sediakan penguatan positif bagi aktif
beraktivitas
 monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Chang, Ester, dkk (2008) Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengos (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumenasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Ginanjar, Genis. (2009). Stroke Hanya Menyerang OrangTua. Jakarta : EGC
Gofir, A. (2009). Manajemen stroke. Yogyakarta : Pustaka Cendikia Pres.
Hayes, Evelin. (2004). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Heather, Herdmand T. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
http://ifan 050285.files.wordpres.com/2010/03/stroke-11-jpg
http://supersuga.files.wordpress.com/2008/03/anatomi-otak
Margareth, Clevo Rendi. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Rasyid, Al. (2007). Manajemen stroke secara komprehensif, Jakarta : FKUI.
Satyanegara (2010).ilmu bedah sraf Edisi IV. Jakarta : Gramedia.
Subekti, Budhi. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai