Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ON HEMODIALISA


DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH
HAPSYAH NURHAYATI
108116042

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gagal Ginjal Kronis


Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif
yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya
yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasiginjal), (Nursalam, 2006).
Gagal ginjal kronis atau Chronic kidney disease (CKD) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga
terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).

B. Etiologi Gagal Ginjal Kronis


1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan).
2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.
3. Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal.
5. Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus), gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis.
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.
Penyebab penyakit yang dapat dicagah bersifat refersibel, sehingga
penggunaan berbagai prosedur diagnostik.
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal.

2
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis Merupakan penyebab
gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat
terlarut dalam urin pada saluran kemih.

C. Manifestasi Klinik Gagal Ginjal Kronis


1. Manifestasi klinik antara lain:
a. Gejala dini : Sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi..
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia atau mual disertai muntah, nafsu
makan turun, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan
atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah.

2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2009) antara lain :


hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -
angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner
(akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan
perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).

D. Pemeriksaan Diagnostik
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi
antara lain :
1. Hematologi
(Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit, Trombosit).
2. RFT (Renal Fungsi Test)
(Ureum dan Kreatinin).
3. LFT (Liver Fungsi Test)
4. Elektrolit

3
(Klorida, kalium, kalsium)
5. Koagulasi studi
PTT, PTTK.
6. BGA
BUN/ Kreatinin : meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar
kreatinin 10mg/dl diduga tahap akhir (rendahnya yaitu 5).
Hitung darah lengkap : hematokrit menurun, HB kurang dari 7-8 g/dl.
SDM : waktu hidup menurun pada defisiensi erritripoetin seperti azotemia.
7. Urine rutin
8. Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu volume : kurang dari 400ml/jam,
oliguri, anuria warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri,
partikel, koloid dan fosfat. Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya
darah, Hb, mioglobin, porfirin. Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap
pada 1,015) menunjukkan kerusakan ginjal berat.
9. ECG
10. USG abdominal
11. CT scan abdominal
12. BNO/IVP, FPA
13. Renogram
14. RPG ( Retio Pielografi ).
Untuk menunjukkan abnormalis pelvis ginjal dan ureter.

E. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.

4
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal
4. Hemodialisis
a. Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang
menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat
LFG yang rendah sehingga diharapkan dapat memperpanjang usia dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. Indikasi Hemodialisis
1. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA
untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.
2. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila
terdapat indikasi:
a) Hiperkalemia
b) Asidosis
c) Kegagalan terapi konservatif
d) Kadar ureum / kreatinin tinggi dalam darah
e) Kelebihan cairan
f) Mual dan muntah hebat
c. Proses Tindakan Hemodialisis
1. Setting dan priming
a) Mesin dihidupkan
b) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line
dari bungkusnya, juga slang infus / transfusi set dan NaCl
(perhatikan sterilitasnya)
c) Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan selang
arteri, selang darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan selang
darah venous

5
d) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump
dengan menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan otomatis
berputar sesuai arah jarum jam)
e) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah
arteri, tampung cairan ke dalam gelas ukur
f) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem
g) Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan
merah (inlet) di bawah
h) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk
menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya
kecepatan aliran darah 100 rpm)
i) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline,
habiskan cairan normal sebanyak 500 cc
j) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah
Qb dan rpm
k) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah
venous
l) Semua klem dibuka kecuali klem heparin
m) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar
menunjukkan “preparation”, artinya: consentrate dan RO telah
tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai
(normal: 13.8 – 14.2) Pada keadaan “preparation”, selang
concentrate boleh disambung ke dialyzer
n) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri
vena
o) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
p) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
q) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
r) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan
ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang sebanyak 500 cc
dalam waktu 10 menit

6
s) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG
reached” artinya UFG sudah tercapai
t) Pemberian heparin pada selang arteri
u) Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada selang
arteri. Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin mengisi ke
seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm.
2. Dialyzer siap pakai ke pasien
Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate
tidak boros. Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100
rpm sirkulasi untuk membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menit
dengan Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal
saline sebanyak 2000 cc
3. PunkSi Akses Vaskuler
a) Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt
b) Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi
c) Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril
dimasukkan ke dalam bak steril)
d) Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen
e) Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi
f) Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi
dengan betadine dan alcohol
g) Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan
anestesi lokal, kemudian desinfeksi
h) Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi
4. Memulai Hemodialisa
a) Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-
tanda vital dan berat badan pre hemodialisa
b) Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung
AV blood line diklem

7
c) Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat,
mesin otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR, UFG
dan time left
d) Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB
standar + jumlah makan saat hemodialisa
e) Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik
f) Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram
g) Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na
+ karena teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di
gallon. Na = 140 mmol)
h) Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)
i) Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien
j) Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
k) Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri
l) Matikan (klem) selang infus
m) Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)
n) Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab
dengan kassa betadine sebagai desinfektan
o) Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
p) Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
q) Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore.
Jika aliran tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula
r) Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya
terisi ¾ bagian
s) Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur
namanya cairan sisa priming
t) Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan
pompa darah
u) Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet

8
v) Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua
ujungnya diberi kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-masing
sambungan dikencangkan)
w) Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus
ditutup
x) Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa
darah dari 100 rpm sampai dengan yang diinginkan
y) Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”
z) Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu
monitor, on, dialysis start, pompa, heparin, UF dan Flow)
d. Persiapan Alat Hemodialisis
1. Dialyzer
2. Transfusi set
3. Normal saline 0.9%
4. AV blood line
5. AV fistula
6. Spuit
7. Heparin
8. Lidocain
9. Kassa steril
10. Duk steril
11. Sarung tangan
12. Mangkok kecil
13. Desinfektan
14. Klem
15. Timbangan
16. Tensimeter
17. Termometer
18. Plastik
19. Perlak kecil.

9
e. Pemeriksaan Diagnostik Hemodialisis
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain :
1. Ureum (Blood Urea Nitrogen) Protein diserap tubuh melalui makanan
seperti telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap merupakan
sampah yang disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal
bekerja dengan baik, ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun
apabila ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di
dalam darah. Untuk itu BUN tes dilakukan untuk mengukur kadar
ureum dalam darah dan mengetahui performa ginjal dalam
melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Hasil Normal : angka 5
s/d 25 mg/dl
2. Kreatinin adalah sampah dari sisa – sisa metabolisme yang dilakukan
oleh aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan menumpuk
dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk
menyaring serta membuangnya bersama urin. Hasil Normal: 0.5 s/d 1.5
mg/dl untuk pria dewasa0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa.
3. Glumerolus Filtration RateGFR merupakan cara terbaik untuk
mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan tugasnya.
Dari penghitungan GFR dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan
ginjal seseorang. Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung GFR
adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat badan.
f. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Selama Hemodialisa
1. Pre Hemodialisa
a. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, Hb ≤ 7
gr/dl, Pneumonitis dan Perikarditis d.d Penggunaan otot aksesoris
untuk bernafas, Pernafasan cuping hidung, Perubahan kedalaman
nafas, dan Dipneu.
b. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan
berlebih, retensi cairan & natrium b.d Perubahan berat badan dalam

10
waktu sangat singkat, Gelisah, Efusi pleura, Oliguria, Asupa melebihi
haluran, Edema, Dispnea, Penurunan hemoglobin, Perubahan pola
pernapasan , dan Perubahan tekanan darah.
c. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual & muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane
mukosa oral d.d nyeri abdomen bising usus hiperaktif, kurang
makanan, diare, kurang minat pada makanan, dan berat badan 20%
atau lebih dibawah berat badan ideal.
d. Ansietas b.d krisis situasional d.d gelisah, wajah tegang, bingung,
tampak waspada, ragu/tidak percaya diri dan khawatir.
e. Kerusakan integritas kulit b.d Gangguan sirkulasi, Iritasi zat kimia,
Defisit cairan d.d Kerusakan jaringan (Mis. Kornea, membrane
mukosa, integument, atau subkutan) dan Kerusakan jaringan.
2. Intra Hemodialisa
a. Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap
penusukan & pemeliharaan akses vaskuler.
b. Risiko terjadi perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses
hemodialisa.
3. Post Hemodialisa
a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis d,d menyatakan merasa lemah, menyatakan merasa
letih, dispnea setelah beraktifitas, ketidaknyamanan setelah
beraktifitas, dan respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
b. Risiko Harga diri rendah b.d ketergantungan, perubahan peran dan
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual d.d gangguan citra tubuh,
Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan
individudalam penampilan, Respon nonverbal terhadap persepsi
perubahan pada tubuh (mis;penampilan,steruktur,fungsi), Fokus pada
perubahan, Perasaan negatif tentang sesuatu
c. Risiko infeksi b.d prosedur invasif berulang

11
g. Nic Noc Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Pre Hemodialisa
a. Pola nafas tidak efektif
NOC :
1) Menunjukan jalan nafas yang paten ( frekuensi pernafasan dalam rentan
normal )
2) TTV dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan )
NIC :
1) Observasi respirasi & nadi
2) Berikan posisi semi fowler
3) Ajarkan cara nafas yang efektif
4) Berikan O2
5) Lakukan SU pada saat HD
b. Kelebihan volume cairan
NOC :
1) BB post HD sesuai dry weight, Edema hilang, Retensi 16-28 x/m
2) Terbebas dari edema , efusi, anaskara
NIC :
1) Observasi status cairan, timbang bb pre dan post HD, keseimbangan
masukan dan haluaran, turgor kulit dan edema, distensi vena leher dan
monitor vital sign
2) Batasi masukan cairan pada saat priming & wash out HD
3) Lakukan HD dengan UF & TMP sesuai dengan kenaikan bb interdialisis
c. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
NOC :
1) Adanya peningkatan berat badan
2) Tidak terajadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
1) Observasi status nutrisi:Perubahan BB, Pengukuran antropometri
2) Observasi pola diet

12
3) Observasi faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
4) Kolaborasi menentukan tindakan HD 4-5 jam 2-3 minggu
d. Ansietas
NOC :
1) Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
2) Tampak rileks
3) Vital sign dalam batas normal
NIC :
1) Evaluasi respon verbal dan non verbal pasien.
2) Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya.
3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya.
e. Kerusakan integritas kulit
NOC :
1) Kulit pasien nampak bersih
2) Menunjukkan perubahan yangminimal pada kulit dan menghindari
trauma pada area kulit yang sakit.
2. Intra Hemodialisa
a. Resiko cedera
NOC :
1) Kulit pada sekitar AV shunt utuh/tidak rusak
2) Pasien tidak mengalami komplikasi HD
NIC :
1) Observasi kepatenan AV shunt sebelum HD
2) Monitor kepatenan kateter sedikitnya setiap 2 jam
3) Lakukan heparinisasi pada shunt/kateter pasca HD
b. Resiko pendarahan
NOC :
1) TD 120/80 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
2) Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
NIC :

13
1) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat (bedrest)
2) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada
tanda
3) perdarahan seperti: hematemesis, melena, epistaksis.
3. Post Hemodialisa
a. Intoleransi aktivitas
NOC:
1) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
2) Berpartisipasi dalam ↑ aktivitas dan latihan
3) Istirahat & aktivitas seimbang/bergantian
NIC:
1) Observasi faktor yang menimbulkan keletihan: Anemia,
Ketidakseimbangan cairan & elektrolit, Retensi produk sampah depresi
2) Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi
3) Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis
b. Risiko Harga diri rendah
NOC :
1) Pola koping klien dan keluarga efektif
2) Klien & keluarga bisa mengungkapkan perasaan & reaksinya terhadap
perubahan hidup yang diperlukan
NIC :
1) Observasi respon & reaksi klien & keluarganya terhadap penyakit &
penanganannya.
2) Observasi hubungan klien dan keluarga terdekat
3) Observasi pola koping klien & keluarganya
c. Risiko infeksi
NOC :
1) Suhu tubuh normal (36-37 C)
2) Tak ada kemerahan sekitar shunt
3) Area shunt tidak nyeri/bengkak

14
NIC :
1) Pertahankan area steril selama penusukan kateter
2) Pertahankan teknik steril selama kontak dg akses vaskuler: penusukan,
pelepasan kateter
3) Monitor area akses HD terhadap kemerahan, bengkak, nyeri

F. Masalah Keperawatan Gagal Ginjal Kronis


1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan jaringan ginjal
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
4. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muaal muntah

15
G. INTERVENSI KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK
Dx NOC NIC

Gangguan Eliminasi Urin Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Urinary Retention Care
Berhubungan Dengan Obstruksi ..........X 24 Jam, Diharapakan Eliminasi Urin Lancar.
1. Lakukan Penilaian Kemih Secara
Saluran Kemih
Kriteria Hasil:Urinary Rlimination Komprehensif
2. Merangsang Reflek Kandung
Indikator IR ER Kemih Dengan Menerapkan
1. Kandung kemih kososng secara Dingin Untuk Perut
penuh 3. Memantau Tingkat Distensi
2. Tidak ada residu urine >100 Kandung Kemih Dengan Palpasi
sampai 200 cc Dan Perkusi
3. Intake cairan dalam rentang 4. Masukan kateter kemih
normal 5. Memantau asupan keluaran
4. Bebas dari ISK
5. Tidak ada spasme bladder
6. Balance cairan seimbang

Kelebihan Volume Cairan Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Fluid Monitoring (Monitor
Berhubungan Dengan Kerusakan ..........X 24 Jam, Diharapakan Keseimbangan Cairan Cairan)
Jaringan Ginjal Klien Terpenuhi
1. Tentukan Riwayat Jumlah Dan
Kriteria Hasil:Fluid Balance Tipe Intake Cairan Dan
Eliminasi
Indikator IR ER 2. Tentukan Kemungkinan Faktor
1. Tekanan Darah Dalam Batas Yang Resiko Dari Ketidak
Diharapkan Seimbangan Cairan
(Hipertermia, Terapi Diuretik,

16
2. Tidak Ada Asites Kelainan Renal, Gagal Jantung,
3. Tidak Terdapat Edema Perifer Diaporesis, Disfungsi Hati, Dll
4. Pusing Tidak Ada )
5. Tidak Terdapat Haus Abnormal 3. Monitor Berat Badan
6. Tekanan Darah Dalam Batas Yang 4. Monitor Adanya Distensi
Diharapkan Leher, Rinchi, Eodem Perifer
Dan Penambahan Bb
5. Monitor Tanda Dan Gejala Dari
Odema
6. Beri Cairan Sesuai Keperluan
7. Lakukan Hemodialisis Bial
Perlu Dan Catat Respons Pasien
Intoleransi Aktivitas Berhubungan Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Activity Therapy
Dengan Anemia ..........X 24 Jam, Diharapakan Aktivitas Klien
Meningkat 1. Bantu Klien Untuk
Mengidentifikasi Aktivitsd Yang
Kriteria Hasil:Activity Tolerance Mampu Dilakukan
2. Bantu Untyk Memilih Aktivitas
Indikator IR ER 3. Bantu Klien Untuk Membuat
1. Saturasi Oksigen Dalam Rentang Jadwal
Yang Diharapkan Saat Beraktivitas 4. Bantu Klien Untuk Mendapatakn
2. Hr Dalam Rentang Yang Diharapkan Alat Bantu
Saat Beraktivitas
3. Rr Dalam Rentang Yang Diharapkan
Saat Beraktivitas
4. Tekanan Darah Sistol Dalam Rentang
Yang Diharapkan Saat Beraktivitas
5. Tekanan Darah Diastole Dalam
Rentang Yang Diharapkan Saat
Beraktivitas

17
Kekurangan Nutrisi Kurang Dari Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Nutritional Management
Kebutuhan Berhubungan Dengan ..........X 24 Jam, Diharapakan Klien Dapat Terpenuhi 1. Kaji Adanya Alergi Makanan
Mual Muntah Kebutuhan Nutrisinya. 2. Kolaborasi Dengan Ahli Gizi
Untuk Menentukan Jumlah Kalori
Kriteria Hasil:Nutritional Status Dan Nutrisi Yang Dibutuhkan
Pasien.
Indikator IR ER 3. Yakinkan Diet Yang Dimakan
1. Berat Badan Ideal Sesuai Dengan Mengandung Tinggi Serat Untuk
Tinggi Badan Mencegah Konstipasi
2. Mampu Mmengidentifikasi 4. Berikan Makanan Yang Terpilih
Kebutuhan Nutrisi 5. Berikan Informasi Tentang
3. Tidak Ada Tanda Tanda Malnutridi Kebutuhan Nutrisi
4. Tidak Terjadi Penurunan Berat Badan

18
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/3939/3/Mona%20Martin%20BAB%20II.pdf, di unduh pada


tanggal 8 Januari 2020, Pukul 19.00
https://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/hemodialisa/, di unduh pada tanggal 8
Januari 2020, Pukul 19.20

19

Anda mungkin juga menyukai