Anda di halaman 1dari 9

POSTULATE, PRINSIP, DAN KONSEP DALAM TEORI AKUNTANSI

Padlah Riyadi., CA., MM.

A. Postulate Akuntansi

Postulate adalah pernyataan yang tidak perlu dibuktikan atau aksioma yang diterima secara
umum karena sesuai dengan obfectives daripada financial statements, dan menggambarkan
lingkungan ekonomi, politik, sosiologis, dan hukum di mana akuntansi harus beroperasi.

1. Dalil Entitas

Akuntansi mengatur hasil operasi dari suatu entitas, yang terpisah dan berbeda dari pemilik
entitas. Postulate entitas menyatakan bahwa suatu unit perusahaan merupakan unit akuntansi
yang terpisah dari pemiliknya dan perusahaan lain. Postulate merumuskan bidang perhatian
akuntan dan membatasi objek, peristiwa, dan atribut peristiwa yang dimasukkan ke dalam
laporan keuangan. Selain itu, postulate juga memungkinkan akuntan membedakan antara
transaiksi bisnis dan individu, yang dimasukkan dalam laporan keuangan adalah transaksi
perusahaan bukan transaksi pemilik perusahaan. Dan tanggung jawab pelayanan manajemen
berada pada pemegang saham.
Defini lain entitas akuntasi adalah dalam kerangka kepentingan ekonomi bagi berbgaai
pemakai, dan bukan aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif unit. Pendekatan ini
lebih berorientasi pemakai dari pada orientasi perusahaan.

Salah satu cara mendefinisi entitas akuntansi adalah mendefinisikan sebagai unit ekonomi
yang bertanggung jawab atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif atas unit.
Postulat A.2 Accounting Research Study N0.1 menyatakan bahwa “aktivitas ekonomi
dilakukan melalui unit atau entitas tertentu”. Pendekatan ini dicontohkan dengan baik oleh
pelaporan konsolidasian entitas yang berbeda sebagai unit ekonomi tunggal, tanpa
memperhatikan perbedaan hukumnya.

Cara lain mendefinisi entitas akuntansi adalah dalam kerangka kepentingan ekonomi
berbagai pemakai, dan bukan aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif unit
Pendekatan ini lebih berorientasi pemakai daripada berorientasi perusahaan. Kepentingan
pemakai, bukan aktivitas ekonomi perusahaan, mendefinisi batasan entitas akuntansi dan
informasi yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan. Konsep dari American
Accounting Association tahun 1964 dan komite studi penelitian standar tentang konsep
entitas bisnis mendukung pandangan ini, meyatakan bahwa “batasan entitas ekonomi dapat
diidentifikasi:

1. Dengan menentukan kepentingan individual atau kelompok; dan


2. Dengan menentukan sifat kepentingan individual atau kelompok.

Pendekatan kedua ini menjustifikasi kemungkinan perluasan data yang merupakan hasil dari
skopa akuntansi baru sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan potensial semua pemakai.
Sebagai contoh, informasi yang dihasilkan dari kemungkinan adopsi akuntansi sumber daya
manusia, akuntansi sosioekonomi, akuntansi untuk kos modal, dan pelaporan prakiraan
keuangan mungkin akan semakin mudah masuk dalam laporan keuangan yang didasarkan
pada pendekatan pemakai daripada pendekatan perusahaan dalam mendefinisikan entitas
akuntansi.

2. Dalil Kelangsungan Usaha

Postulat kelangsungan usaha menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi.
Dalil ini berasumsi bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa yang
akan datang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi
untuk jangka waktu yang tidak tertentu.

Postulat kelangsungan usaha juga diterapkan untuk mendukung teori manfaat. Harapan
tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan dan
memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. Kelangsungan usaha
(yaitu, kontinuitas entitas akuntansi yang tidak terbatas) adalah penting untuk justifikasi teori
manfaat.

Storey dan Sterling secara terpisah berpendapat bahwa postulat kelangsungan usaha tidak
memberikan justifikasi untuk penilaian sediaan dengan cosh. Storey berpendapat bahwa “hal
tersebut merupakan konvensi realisasi dan bukan konvensi kelangsungan usaha yang
mensyaratkan penilaian sediaan dengan kos”.

Sterling berpendapat, anggapan bahwa entitas akuntansi memiliki kehidupan yang tidak
terbatas tidak menjustifikasi nilai likuidasi, tetapi juga bahwa asumsi ini bukan alasan yang
memadai untuk menggunakan kos historis ketika terdapat alternatif penilaian lain yang lebih
relevan. Selanjutnya, jika postulat kelangsungan usaha dipertahankan, hal tersebut diyakini
sebagai prediksi.

Fremgen menawarkan suatu definisi yang konsisten dengan pandangan bahwa postulat
kelangsungan usaha merupakan kesimpulan atau pertimbangan dan bukan asumsi, ketika dia
menyatakan bahwa “entitas dipandang sebagai tetap berada dalam operasi secara tidak
terbatas” dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang mendukungnya bukan “karena tidak
ada bukti yang menyatakan sebaliknya”.

3. Dalil Unit Pengukuran

Menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas


perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter. Unit pertukaran dan pengukuran
diperlukan untuk mencatat transaksi perusahaan dengan cara yang seragam. Pengukur umum
yang dipilih dalam akuntansi adalah unit moneter. Kebertukaran barang, jasa, dan modal
diukur dalam satuan uang.

Keterbatasan yang diakibatkan oleh postulat unit pengukur ini terkait dengan unit moneter itu
sendiri sebagai unit pengukur. Karakteristik utama adalah daya beli unit moneter, atau
kuantitas barang atau jasa yang satuan uang dapat digunakan.Tidak seperti meter, yang
variasi panjangnya 100 sentimeter, daya beli unit moneter, dalam hal ini dolar, tunduk
perubahan. Teori akuntansi konvesional berhubungan dengan permasalahan ini dengan
menyatakan bahwa postulat unit pengukur juga “postulat moneter yang stabil dalam artian
bahwa postulat menganggap daya beli dolar adalah stabil sepanjang waktu atau
perubahannya tidak signifikan. Meskipun ini tetap digunakan dalam pelaporan keuangan
sekarang, postulat moneter yang stabil merupakan objek kritik yang terus-menerus. Profesi
akuntansi menghadapi tantangan untuk memilih antara unit uang dan unit daya beli umum
sebagai unit pengukuran akuntansi.

4. Dalil Periode Akuntansi

Meskipun postulate kelangsungan usaha menyatakan bahwa setiap perusahaan akan tetap ada
pada periode waktu yang tidak terbatas, namun adalakalanya pemakai meminta berbagai
informasi tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan untuk membuat keputusan jangka
pendek. Dari hal tersebut maka postulate periode akuntansi menyatakan bahwa laporan
keuangan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.

Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hukum pajak penghasilan, yang
mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis tradisional,
menggunakan periode normal satu tahun. Meskipun kebanyakan perusahaan menggunakan
periode akuntansi yang terkait dengan tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan
tahun fiskal, atau tahun bisnis “alami”. Bila siklus bisnis tidak berhubungan dengan tahun
kalender, akan lebih bermanfaat untuk mengakhiri periode akuntansi ketika aktivitas bisnis
telah mencapai titik terendah. Karena kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, relevan
dan sering, kebanyakan perusahaan juga menerbitkan laporan intern yang menyediakan
informasi keuangan triwulanan atau bulanan.

Dengan meminta entitas untuk menyediakan secara periodik, laporan keuangan jangka
pendek, postulat periode akuntansi membebankan akrual dan tangguhan, penerapan yang
menyebabkan perbedaan penting antara akuntansi akrual dan kas. Setiap periode,
penggunaan akrual dan tangguhan diminta dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan
dalam istilah seperti expenses dibayar dimuka, pendapatan yang belum diterima, gaji yang
belum dibayar, dan expenses depresiasi.

B. Prinsip-prinsip Akutansi

adalah aturan keputusan umum (general decision rules) yang diturunkan dari objectives dan
theoretical concepts; accounting principles inilah yang mengatur pengembangan accounting
technique.

1. Prinsip Cost (Biaya)

Menurut prinsip biaya, biaya perolehan / akuisisi atau biaya historis adalah dasar penilaian
yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas.
Dengan kata lain, suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada saat barang tersebut
dibeli dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai setelah amortisasi.

Biaya menunjukkan harga pertukaran atau imbalan moneter yang diberikan untuk
memperoleh barang atau jasa. Jika imbalan terdiri dari aset non-moneter, harga pertukaran
adalah ekuivalen kas atas aset atau jasa yang diterima. Prinsip biaya dapat diterapkan dalam
pengukuran utang dan modal.

Prinsip biaya dijustifikasi oleh dalil objektivitas dan dalil kelangsungan usaha. Biaya
perolehan adalah objektif dimana informasi yang dihasilkan dapat diuji kebenarannya.

2. Prinsip Revenue (Pendapatan)

Prinsip revenue menspesifikasi sifat komponen-komponen revenue, pengakuan revenue, dan


waktu pengakuan revenue. Revenue diinterpreatsikan sebagai aliran masuk aset bersih yang
berasal dari penjualan barang atau jasa, aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada
pelanggan, dan produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh
perusahaan selama periode waktu tertentu.

3. Prinsip Penandingan
Prinsip ini menyatakan bahwa expenses harus diakui pada periode yang sama dengan
revenue, yaitu revenue diakui dalam periode tertentu sesuai dengan prinsip revenue, dan
expenses yang terkait kemudian diakui.

4. Prinsip Objektivitas

Prinsip objektivitas menyatakan bahwa teori akuntansi bebas dari bias personal pengukurnya,
pengukurannya merupakan pengukuran variabel dan didasarkan pada bukti, merupakan
konsensus di antara kelompok pengamat atau pengukur tertentu, digunakan sebagai indikator
tingkat objektivitas suatu sistem pengukuran.

5. Prinsip Konsistensi

Prinsip ini menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan
dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. Penerapan ini membuat laporan
keuangan menjadi lebih komparabel dan berguna.

6. Prinsip Pengungkapan Penuh

Pengungkapan penuh mengharuskan laporan keuangan dirancang dan disusun untuk


menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang telahmemegaruhi perusahaan
selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi
gunamembuatnya berguna dan menyesatkan bagi investor.

Skinner menarik perhatian pada bebrapa masalah yang sebaiknya menjadi subjek dari
pengungkapan penuh;

a. Rincian dari kebijakan dan metode akuntansi, terutama ketika penilaian dibutuhan dalam
penerapan metode akuntansi, ketika metode tersebut bersifat khusus bagi entitas
pelaporan tersebut, atau ketiak metode akuntansi alternative digunakan.
b. Informasi tambahan untuk membantu dalam analisis investasi atau untuk
mengindikasikan hak dari berbagai pihak yang memiliki klaim atas entitas pelaporan.
c. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau meetode penerapannya
dan dampak dari perubahan semacam itu.
d. Aktiva, keajiban, biaya, dan pendpatan, yang dihasilkan dari transaksi dengan pihak-
pihak yang memiliki kepentingan pengendalian dengan direktur atau pjabat yang
memiliki huungan istimewa dengan entitas tersbut.
e. Aktiva, kewaiban, dan komitmen kontijen.
f. Transaksi keuangan atau nonoperasi lainnya yang terjadi setelah tanggal neraca yang
memiliki dampak material terhadap possi keuangan entitas terebut.

7. Prinsip Konservatisme

Prinsip konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih di antara dua atau lebih teknik
akuntansi yang dapat diterima maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil
dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham.
Sterling menyebut konservatisme sebagai ‘’prinsip penilaian akuntansi yang paling kuno dan
mungkin paling bertahan’’. Konservatisme masih digunakan dalam beberapa situasi yang
memerlukan penilaian akuntan, seperti memilih umur estimasi manfaat dan nilai sisa dari
aktiva untuk akuntansi depresiasi dan konsekuensi aturan dari penerapan kosep.

8. Prinsip Materialitas

Prinsip materialitas adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Menganggap bahwa
transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang memiliki dampak ekonomi
yang signifikan dapat ditangani secara cepat, tanpa memdulikan apakah hal tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Secara umum otoritas akuntansi
telah meninggalkan penerapan materialitas kepada penilaian akuntan, dan pada saat yang
sama menekankan pentingnya hal tersebut. Prinsip materialitas kurang memiliki definisi
operasional. Kebanyakan menekankan padaperanan akuntan dalam menginterpretasi-kan apa
yang material dan apa yang tidak.

9. Prinsip Keragaman dan Komparabel

Prinsip ini bertujuan melindungi pengguna dan menyajikan data yang bermanfaat bagi
pengguna. Keseragaman tidak mendorong komparabilitas, sebagai tujuan yang tidak layak.
Fleksibilitas terbukti telah mendorong munculnya kebingungan dan ketidakpercayaan.

C. Konsep Teoritis

Konsep merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan atau aksioma yang diterima secara
umum karena sesuai dengan objectives daripada financial statements. dan yang menggambarkan
sifat dari accounting entities yang bergerak dalam perekonomian yang bebas yang ditandai oleh
hak milik atas suatu kekayaan.

1. Teori Proprietary/ Teori Kepemilikan

Menurut teori proprietary, entitas sebagai “agen, perwakilan atau susunan melalui
wirausahawan individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang kelompok
pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan
membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan
menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi:

Aset – Utang = Ekuitas Pemilik.

Dengan kata lain, pemilik memiliki aset dan utang. Jika utang dianggap aset negatif, maka
teori proprietary dikatakan berpusat pada aset dan, secara konsekuen, berorientasi neraca.
Aset dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam kepentingan atau
kesejahteraan pemilik. Revenue dan expenses dianggap meningkat atau menurun secara
berturut-turut dalam kepemilikan yang bukan berasal dari investasi pemilik atau penarikan
modal oleh pemilik. Jadi, income bersih atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalah
expenses; deviden adalah penarikan modal.
2. Teori Entitas

Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang
menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik, merupakan
pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan
bertanggungjawab terhadap pemilik maupun kreditor. Menurut teori ini, persamaan
akuntansinya adalah:

Aset = Ekuitas

Aset = Utang + Ekuitas Pemegang Saham

Aset adalah pertumbuhan hak perusahaan; ekuitas menunjukkan sumber aset dan terdiri dari
utang dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor dan pemegang saham adalah pemilik
ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan income, kontrol risiko,
dan likuidasi. Jadi, income yang diperoleh merupakan properti entitas hingga didistribusikan
sebagai deviden kepada pemegang saham. Karena unit bisnis bertanggungjawab untuk
memenuhi klaim pemilik ekuitas, teori entitas disebut sebagai “berpusat pada income” dan
secara konsekuen berorientasi pada laporan laba rugi. Akuntabilitas kepada pemilik ekuitas
dicapai dengan mengukur kinerja operasi dan keuangan perusahaan. Dengan demikian,
income merupakan peningkatan dalam ekuitas pemegang saham setelah klaim pemilik
ekuitas lainnya (sebagai contoh, bunga pinjaman jangka panjang dan pajak penghasilan) telah
terpenuhi. Peningkatan dalam ekuitas pemegang saham dipertimbangkan sebagai income
bagi pemegang saham hanya jika deviden telah diumumkan. Demikian halnya, laba yang
tidak dibagi (undistribted profit) tetap menjadi milik entitas karena mereka menunjukkan
“corporation’s proprietary equity in itself”. Sebagai catatan bahwa ketaatan yang kaku pada
teori entitas mendikte bahwa pajak penghasilan dan bunga pinjaman dianggap sebagai
distribusi income dan bukan expenses.Akan tetapi keyakinan umum dan interpretasi teori
entitas, adalah bahwa bunga dan pajak penghasilan adalah expenses.

Teori entitas merupakan teori yang paling dapat diterapkan pada perusahaan bisnis bentuk
korporat, yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya. Dampak teori entitas ditemukan dalam
beberapa terminologi teknik akuntansi yang digunakan dalam praktik.

a. teori entitas menyetujui pengadopsian penilaian sediaan LIFO ketimbang FIFO, karena
penilaian LFO dapat mencapai penentuan income yang lebih baik, dibanding
penerapannya dibawah teori proprietatary.
b. definisi umum revenue sebagai produk perusahaan dan expenses sebagai barang dan jasa
yang dikonsumsi untuk mendapatkan reuenue adalah konsisten dengan keasyikan teori
entitas akan indeks kinerja dan akuntabilitas pada pemilik ekuitas.
c. pembuatan laporan konsolidasi dan pengakuan kepentingan kelas minoritas sebagai
pemilik ekuitas tambahan juga konsisten dengan teori entitas. Akhirnya, baik teori
entitas, yang menekankan pada penentuan income bagi pemilik ekuitas secara memadai,
dan teori proprietary, yang menekankan pada penilaian aset yang memadai, dianggap
menyetujui pengadopsian nilai sekarang, atau penilaian berbasis selain kos historis.
3. Teori Dana

Dalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori proprietary maupun teori entitas, tetapi
kelompok aktiva dan kewajiban dan pembatasan terkait, disebut dana, yang mengatur
penggunaan aset. Jadi, teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi
(dana) serta kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya. Persamaan
akuntansinya adalah:

Aset = Pembatasan aktiva

Sehingga, teori dana “berorientasi aset” dalam pengertian bahwa fokus utamanya adalah pada
administrasi dan penggunaan aset secara memadai. Bukan neraca atau laporan keuangan
melainkan laporan sumber dan penggunaan dana yang merupakan tujuan utama pelaporan
keuangan.

Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba. Rumah sakit,
universitas, unitkota dan pemerintahan, sebagai contoh, dijalankan dalam operasi yang
beraneka segi sehingga memerlukan pemisahan dana. Setiap dana (self-balanced fund)
menghasilkan laporan terpisah melalui sistem akuntansi yang terpisah dan serangkaian
catatan yang memadai. Dana dapat didefinisi sebagai :

entitas fiskal dan akuntansi independen dengan pencatatan serangkaian akun kas dan atau
sumber daya lain yang berimbang bersama dengan utang, kewajiban, cadangan, dan ekuitas
yang terpisah untuk tujuan melakukan aktivitas tertentu atau mencapai tujuan tertentu sesuai
dengan regulasi, restriksi, atau pembatasan khusus.

Jumlah dana dalam institusi nirlaba tergantung pada jumlah dan tipe aktivitas yang memiliki
restriksi hukum berkaitan dengan penggunaan asetyang dipercayakan kepada organisasi.
Sebagai contoh, berikut ini terdapat delapan dana utama yang direkomendasikan untuk
administrasi keuangan unit pemerintahan yang baik:

a. Dana Umum (General Funds) untuk mencatat semua transaksi keuangan yang tidak
layak dicatat dalam dana lain.
b. Dana Penerimaan Khusus (Special Revenue Funds) untuk mencatat hasil atas sumber
penerimaan khusus (selain perkiraan khusus) atau untuk mendanai aktivitas tertentu yang
diminta oleh hukum atau aturan administratif.
c. Dana Jasa Peminjaman (Debt Service Funds) untuk mencatat pembayaran bunga dan
pokok pinjaman jangka panjang selain iuran khusus (special assessment) dan reuenue
bonds.
d. Dana Projek Modal (Capital Projects Funds) untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran uang dan untuk memperoleh fasilitas modal selain yang dibiayai oleh iuran
khusus dan dana perusahaan.
e. Dana Perusahaan (Enterprises Funds) untuk mencatat pendanaan jasa bagi masyarakat
umum, di mana semua atau hampir semua kos yang termasuk dibayarkan dalam bentuk
beban oleh pemakai jasa.
f. Dana Perwalian dan Agen (Trust and Agency Funds) untuk mencatat aset yang dimiliki
oleh unit pemerintahan sebagai bendahara atau agen individual, organisasi swasta, dan
unit organisasi pemerintahan lain.
g. Dana Jasa antar Pemerintahan (Intragovermental Service Funds) untuk mencatat
pendanaan aktivitas khusus dan jasa yang dilakukan oleh unit organisasi yang ditunjuk
dalam batas kekuasaan pemerintah.
h. Dana luran Khusus (Special Assessment Found) untuk mencatat iuran khusus yang
dipungut guna mendanai perbaikan masyarakat atau jasa yang bermanfaat bagi kekayaan
yang menjadi dasar pemungutan iuran tersebut.

Teori dana juga relevan untuk organisasi berorientasi laba, yang menggunakan dana untuk
aktivitas yang bermacam-macam seperti dana pelunasan (sinking funds), akuntansi untuk
kebangkrutan dan perkebunan dan perwalian, akuntansi cabang atau divisional, pemisahan aset
dalam aset lancar atau tetap, dan konsolidasi.

SUMBER:

Berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai