Anda di halaman 1dari 26

BAB I

HIMPUNAN

A. Pengertian dan Notasi


Konsep tentang himpunan mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembahasan hampir semua bidang kajian matematika, termasuk matematika diskrit.
Oleh sebab itu, himpunan ditempatkan sebagai topik awal dalam buku ini. Himpunan
(set) diartikan sebagai kumpulan obyek-obyek yang terdefenisi dengan baik/jelas
(Grimaldi, 2004). Obyek-obyek di dalam suatu himpunan disebut anggota atau
elemen dari himpunan tersebut. Perkataan "terdefenisi dengan baik" digunakan untuk
menentukan atau mengklasifikasikan apakah suatu obyek (dari sekumpulan obyek-
obyek yang dimaksud) berada dalam suatu himpunan atau di luar himpunan tersebut.
Dengan demikian, kita tidak dapat mengkategorikan suatu kumpulan yang didasarkan
pada opini sebagai suatu himpunan. Sebagai contoh, kumpulan orang-orang cantik
kumpulan orang-orang kaya, kelompok makanan-makanan yang lezat, atau kelompok
bunga-bunga yang indah bukan merupakan himpunan karena kategori "cantik, kaya,
lezat, atau indah" akan tergantung pada opini seseorang. Dapat dicermati bahwa dasar
pengelompokkan pada empat contoh terakhir tidak terdefenisi dengan jelas, sehingga
kumpulan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai himpunan.
Himpunan biasanya dilambangkan dengan huruf besar, misalnya 𝐴, 𝐵, 𝑍, 𝑅, …,
dan anggota himpunan dilambangkan dengan huruf kecil. Untuk suatu himpunan 𝐴,
ditulis:
x ∈ A : jika x merupakan anggota himpunan A;
x ∉ A : jika x bukan merupakan anggota himpunan A.
Suatu himpunan biasanya direpresentasikan dengan cara menuliskan anggotanya di
antara sepasang kurung kurawal, yaitu { }. Misalkan A adalah himpunan lima
bilangan asli pertama, maka ditulis:
A = {1, 2, 3, 4, 5}.

1
Dari himpunan ini dapat diketahui bahwa 2 ∈ A dan 8 ∉ A.
Contoh lain, misalkan:
K = { a, b, {a, c}, d}, maka a ∈ K, {a, c} ∈ K, tetapi c ∉ K.

B. Menyatakan Himpunan
Secara umum ada dua cara yang digunakan untuk menyatakan suatu himpunan,
yaitu:
1. Menuliskan tiap-tiap anggota himpunan di antara dua kurung kurawal
Cara menyatakan himpunan dengan menuliskan tiap-tiap anggota himpunan disebut juga
dengan cara mendaftar, enumerasi, atau tabulasi.
Contoh 1.1
Nyatakan himpunan berikut dengan cara menuliskan tiap-tiap anggota himpunan
diantara dua kurung kurawal
A = himpunan delapan bilangan cacah pertama
B = himpunan bilangan asli ganjil yang kurang dari 10
P = himpunan bilangan prima antara 10 dan 20
X = himpunan bilangan antara 25 dan 60 yang habis dibagi 2 dan 3
H = himpunan nama-nama hari dalam seminggu
Penyelesaian:
A = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
B = {1, 3, 5, 7, 9}
P = {11, 13, 17, 19}
X = {30, 36, 42, 48, 54}
H = {Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, Minggu}

Bagaimana cara menuliskan suatu himpunan jika himpunan tersebut mempunyai


anggota yang banyak dan anggotanya memiliki keteraturan? Untuk menuliskan
himpunan tersebut dapat dilakukan dengan cara menuliskan beberapa anggota

2
himpunannya, kemudian anggota himpunan yang lain (yang tidak ditulis) diwakili
dengan tiga titik ”...”.

Contoh 1.2
Nyatakan himpunan berikut dengan cara menuliskan tiap-tiap anggota himpunan
di antara dua kurung kurawal!
C = himpunan bilangan cacah yang kurang dari 100
B = himpunan bilangan bulat
K = himpunan bilangan kuadrat yang lebih dari 10
G = himpunan bilangan bulat ganjil
Penyelesaian:
C = {0, 1, 2, ..., 100}
B = {..., -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}
K = {16, 25, 36, ....}
G = {..., -5, -3, -1, 1, 3, 5, ...}

2. Menuliskan sifat-sifat yang ada pada semua anggota himpunan di antara dua
kurung kurawal
Himpunan juga dapat dinyatakan dengan cara menulis sifat-sifat yang dimilki atau
syarat yang harus dipenuhi oleh anggotanya. Cara menyatakan himpunan seperti ini
disebut juga cara pencirian atau dengan notasi pembentuk himpunan.

Aturan dalam penulisan syarat keanggotaan digunakan notasi:


{x | syarat yang harus dipenuhi oleh x}
 Bagian di kiri tanda ’|’ melambangkan elemen himpunan
 Tanda ’|’ dibaca yang mana atau sedemikian sehingga
 Bagian di kanan tanda ’|’ menunjukkan syarat keanggotaan himpunan
 Setiap tanda ’,’ di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan

3
Contoh 1.3
A adalah himpunan bilangan asli antara 1 dan 6. Dengan menggunakan notasi pembentuk
himpunan, himpunan A dapat dinyatakan sebagai berikut:
A = {x | 1 < x < 6, x  Asli}
(dibaca: himpunan A beranggotakan x yang mana x lebih dari 1 dan kurang dari 6, dan x
anggota bilangan asli)

Contoh 1.4
Nyatakanlah himpunan berikut dengan notasi pembentuk himpunan!
A = a, e, i, o, u 
B = Senin, Selasa, Rabu , Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu. 
C adalah himpunan bilangan rasional yang lebih besar dari 5
D adalah himpunan bilangan riil yang lebih kecil dari 6 dan lebih besar dari 15

Penyelesaian:
A = {x x huruf vokal}
B = {x x nama-nama hari dalam seminggu}
C = {x | x > 5, x  Q (bilangan rasional)}
D = {x | x < 6 dan x > 15, x  Riil}

Di samping dua cara yang telah dibahas di atas, beberapa himpunan dapat
dinyatakan dengan simbol-simbol baku yang telah disepakati. Simbol-simbol baku
yang biasa digunakan untuk mendefinisikan himpunan antara lain:
C = himpunan bilangan cacah = {0, 1, 2, …} (dalam versi Indonesia)
N = himpunan bilangan asli (natural) = {1,2, 3, …}
Z = himpunan bilangan bulat = {…,-2,-1,0,1,2,…}
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil

4
Z+ = himpunan bilangan bulat positif = {1, 2, 3, …}
R+ = himpunan bilangan riil positif
C = himpunan bilangan kompleks (dalam buku-buku berbahasa Inggris)
P = himpunan bilangan bulat positif = {1,2,3,…}
S = himpunan semesta
 = himpunan kosong

C. Kardinalitas Himpunan
Kardinalitas suatu himpunan menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan.
Dengan demikian, banyak anggota suatu himpunan disebut juga bilangan kardinal
dari himpunan tersebut. Jika A adalah suatu himpunan, maka banyak anggota atau
bilangan kardinal dari himpunan A ditulis n(A) atau |A|.

Contoh 1.5
Tentukan bilangan kardinal dari setiap himpunan pada contoh 1.1!
Penyelesaian:
n(A) = 8, n(B) = 5, n(C) = 4, n(X) = 5, dan n(H) = 7

Contoh 1.6
Tentukan bilangan kardinal dari setiap himpunan pada contoh 1.2!
Penyelesaian:
|A|=100, sedangkan |B|, |K|, dan |G|, kardinalitasnya masing-masing tidak
berhingga

Contoh 1.7
Tentukan kardinalitas dari setiap himpunan berikut!
a. A = {x | 1 < x < 6, x  bilangan Asli}
b. B = {x | x > 5, x  bilangan Riil}

5
c. C = {x | x bilangan cacah yang lebih kecil dari 12}
d. D = {x | x bilangan prima yang lebih kecil dari 10}
Penyelesaian:
a. A = {x | 1 < x < 6, x  bilangan Asli} = {2, 3, 4, 5}, jadi |A| = 4
b. B = {x | x > 7, x  bilangan Riil}, B= ~ (tak hingga/tidak berhingga)
c. C = {x | x bilangan cacah yang lebih kecil dari 12}
C = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 ,9, 10, 11}, jadi |C| = 12
d. D = {x | x bilangan prima yang lebih kecil dari 10}= {2, 3, 5, 7}, jadi |D| = 6

Contoh 1.8
Tentukan kardinalitas himpunan-himpunan berikut!
a. 𝐴 = {𝑎, {𝑎}, {{𝑎}}}
b. 𝐵 = {𝑥|𝑥 2 − 5𝑥 + 6 = 0, 𝑥 ∈ ℤ}
c. C adalah himpunan banyak sisi yang mungkin pada limas.
d. D adalah himpunan bilangan prima yang genap
Penyelesaian:
a. Anggota himpunan A adalah 𝑎, {𝑎}, dan {{𝑎}}, sehingga |𝐴| = 3
b. Akar dari persamaan kuadrat 𝑥 2 − 5𝑥 + 6 = 0 adalah x = 2 atau x =
3, sehingga: B = {2, 3} dan |𝐵| = 2
c. Banyak sisi yang mungkin pada suatu limas adalah 4, 5, 6, … , n + 1, untuk
n≥3 , sehingga 𝐶 = {4,5, ⋯ , 𝑛 + 1} dan |𝐶| = 𝑛 − 2
d. D = {2}, sehingga |D| = 1 (himpunan yang memiliki satu anggota seperti ini
disebut singleton).

6
D. Jenis-jenis Himpunan
Berdasarkan banyak anggota atau sifat keanggotaannya, himpunan dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis.
1. Himpunan Kosong
Himpunan A dikatakan himpunan kosong bila banyak anggota dari A = 0 atau
n(A) = 0. Himpunan kosong dinotasikan dengan  atau{ }.

Contoh 1.9
Beberapa himpunan berikut merupakan contoh dari himpunan kosong (coba
selidiki mengapa demikian?)
a. A = x x  1,  bilangan asli


b. B = x x 2  0, x  bilangan bulat 
c. C = x 1  x  2, x  bilangan asli

d. D = x x bilangan negatif dan x  1

Contoh 1.10
Apakah himpunan E = {} dan F = {0} merupakan himpunan kosong?
Penyelesaian:
Himpunan E dan F bukan merupakan himpunan kosong, melainkan himpunan
yang masing-masing mempunyai satu anggota. Anggota himpunan E adalah  dan
anggota himpunan F adalah 0. Jadi, n(E) = 1 dan n(F) = 1.

2. Himpunan Semesta
Himpunan semesta, biasanya dilambangkan dengan S (semesta) atau U
(universal), adalah himpunan dari semua obyek yang dibicarakan. Jadi, anggota
himpunan ini adalah semua obyek yang dibicarakan. Biasanya, hinpunan semesta
ditetapkan terlebih dahulu, sebelum kita membicarakan suatu himpunan lain. Artinya,

7
seluruh himpunan lain yang akan dibicarakan selanjutnya, merupakan bagian dari
himpunan semesta.

Contoh 1.11
Tentukan himpunan semesta dari masing-masing himpunan yang sudah
dibicarakan pada contoh 1.1 berikut!
a. A = himpunan delapan bilangan cacah yang pertama
b. B = himpunan bilangan asli ganjil yang kurang dari 10
c. P = himpunan bilangan prima antara 10 dan 20
d. X = himpunan bilangan antara 25 dan 60 yang habis dibagi 2 dan 3
e. H = himpunan nama-nama hari dalam seminggu
Penyelesaian:
a. Himpunan semesta dari himpunan A adalah himpunan bilangan Cacah (C)
b. Himpunan semesta dari himpunan B adalah himpunan bilangan Asli (N)
c. Himpunan semesta dari himpunan P adalah himpunan bilangan Prima (P)
d. Himpunan semesta dari himpunan X adalah himpunan bilangan yang habis
dibagi 2 dan 3 atau bilangan yang habis dibagi 6.
e. Himpunan semesta dari himpunan H adalah himpunan nama-nama hari dalam
seminggu.

Terlihat bahwa beberapa himpunan semesta dalam contoh ini adalah himpunan-
himpunan yang telah kita bicarakan pada akhir bagian B. Untuk selanjutnya,
himpunan-himpunan dengan simbol-simbol baku tersebut akan digunakan berulang
kali sebagai himpunan semesta dalam membicarakan suatu topik. Pembaca mungkin
juga bertanya-tanya, mengapa himpunan semesta dari himpunan H pada contoh di
atas sama dengan himpunan H sendiri? Apakah hal ini diperbolehkan? Pertanyaan
lain yang mungkin juga muncul, apakah hanya ada satu himpunan semesta dari suatu
himpunan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab setelah kita membahas tentang
himpunan bagian.

8
3. Himpunan Berhingga
Suatu himpunan disebut berhingga jika bilangan kardinal himpunan tersebut
berhingga. Dapat juga dikatakan bahwa himpunan berhingga adalah himpunan yang
banyak anggotanya dapat dinyatakan dengan suatu bilangan cacah. Jika kita akan
mencacah anggota suatu himpunan berhingga maka proses pencacahan akan berhenti
atau berakhir. Pernyataan bahwa kardinalitas suatu himpunan berhingga adalah
sebuah bilangan cacah menunjukkan bahwa dimungkinkan bahwa kardinalitas suatu
himpunan sama dengan 0. Artinya, himpunan kosong merupakan sebuah himpuan
berhingga.

Contoh 1.12
Semua himpunan pada contoh 1.1 adalah himpunan berhingga. Pada contoh 1.5
terlihat bahwa kardinalitas dari tiap himpunan tersebut merupakan bilangan cacah
(n(A) = 8, n(B) = 5, n(C) = 4, n(X) = 5, dan n(H) = 7).

Contoh 1.13
Selidiki apakah himpuan berikut berhingga?
A = himpunan bilangan bilangan bulat antara 1 sampai 1000
M = himpunan semua manusia di permukaan bumi
P = himpunan pasir di sebuah pantai
Penyelesaian:
Himpunan A = {1, 2, 3, …, 1000}, himpunan M, dan himpunan P, ketiganya
merupakan himpunan berhingga. Meskipun manusia di permukaan bumi atau pasir di
pantai jumlahnya sangat banyak, tetapi jika kita lakukan proses pencacahan untuk
menghitungnya, maka proses tersebut akan berhenti.

9
4. Himpunan Tak Berhingga
Suatu himpunan disebut himpunan tak berhingga jika bilangan kardinal
himpunan tersebut tak berhingga. Dengan demikian, banyak anggota suatu himpunan
tak hingga tidak dapat dinyatakan dengan suatu bilangan cacah, atau jika kita akan
mencacah anggotanya maka proses pencacahan tidak akan berhenti atau tidak
berakhir.

Contoh 1.14
Selidiki apakah himpunan-himpunan berikut merupakan himpunan tak hingga?
C = himpunan bilangan Cacah
L = himpunan bilangan kuadrat yang lebih dari 10
M = himpunan bilangan bulat ganjil
N = {x | x > 7, x  Q}
O = {x | 1 < x < 2, x  R}
Penyelesaian:
C = himpunan bilangan Cacah = {0, 1, 2, 3, ...}
L = himpunan bilangan kuadrat yang lebih dari 10 = {16, 25, 36, 49, ...}
M = himpunan bilangan bulat ganjil = {..., -5, -3, -1, 1, 3, 5, ...}

Dengan mendaftar anggotaannya, terlihat bahwa himpunan C, L, dan M


merupakan himpunan tak hingga. Bagaimana dengan himpunan N dan himpunan O?
Meskipun tidak mudah untuk mendaftar semua anggota himpunan N, namun dapat
dipahami bahwa ada tak hingga banyak bilangan rasional yang lebih dari 7, misalnya
1 1 1
8, 9, 10, ... (bagaimana dengan 8 3 , 8 4 , 8 5 dan bilangan serupa lainnya, semunya

bilangan rasional bukan?)


Untuk himpunan O, ada tak hingga banyak bilangan riil antara 1 dan 2. Bahkan,
ada tak hingga banyak bilangan riil antara 1,0 dengan 1,1 (jelaskan!). Dengan
demikian, O = {x | 1 < x < 2, x  R} termasuk himpunan tak hingga.

10
5. Himpunan Terbilang
Suatu himpunan disebut himpunan terbilang bila anggota himpunan tersebut dapat
dicacah satu-persatu, meskipun pencacahan tersebut tidak berhenti/berakakhir.

Contoh 1.15
C = himpunan bilangan Cacah = {0, 1, 2, 3, ...}
L = himpunan bilangan kuadrat yang lebih dari 10 = {16, 25, 36, 49, ...}
M = himpunan bilangan bulat ganjil = {..., -5, -3, -1, 1, 3, 5, ...}
Anggota ketiga himpunan ini dapat dicacah satu persatu, meskipun banyak-anggota
masing-masing himpunan adalah tak hingga. Jadi, ketiga himpunan merupakan
himpunan terbilang.

6. Himpunan Tak Terbilang


Suatu himpunan disebut himpunan tak terbilang bila anggota himpunan tersebut
tidak dapat dicacah satu-persatu.

Contoh 1.16
A = {x | x > 7, x  Q}
B = {x | 1 < x < 2, x  R}
Seperti dibahas pada contoh 1.13, ada tak hingga banyak bilangan rasional yang lebih
1 1
besar dari 7. Selanjutnya, di antara dua bilangan rasional, misalnya 8 3 𝑑𝑎𝑛 9 4 , ada

banyak bilangan rasional lainnya (coba tunjukkan!), yang tidak dapat dicacah satu
persatu. Hal yang sama lebih mudah dilihat pada bilangan riil, bahwa di antara dua
bilangan riil terdapat bilangan riil yang lain (sifat ini disebut kerapatan bilangn riil).
Dengan demikian, kedua himpunan pada contoh ini merupakan himpunan tak
terbilang.

11
7. Himpunan Terbatas
Suatu himpunan A dikatakan himpunan terbatas jika ada k dan l anggota bilangan
riil sedemikian sehingga k ≤ x dan l  x untuk setiap x  A. k disebut batas bawah dan
l disebut batas atas dari himpunan A. Jadi, jika suatu himpunan dikatakan terbatas,
berarti himpunan tersebut mempunyi batas atas dan batas bawah. Jika suatu
himpunan hanya mempunyai batas bawah, maka himpunan tersebut dikatakan
terbatas di bawah, sedangkan jika hanya mempunyai batas atas, maka himpunan
tersebut dikatakan terbatas di atas.

Contoh 1.17
Selidiki apakah himpunan- himpunan berikut adalah himpunan terbatas? Jika ya,
tentukan batasnya.
a. P = 0,1,2,3,4,5

b. Q = x 0  x  3, x  R

c. R = {x | x > 7, x  R}
d. S = {x | x ≤ -3, x  Q}
Penyelesaian:
a. P mempunyai batas bawah 0 dan batas atas 5, sehingga P himpunan terbatas
b. Q mempunyai batas bawah 0 dan batas atas 3. Jadi, Q terbatas
c. R mempunyai batas bawah 7, tetapi tidak mempunyai batas atas. Jadi, R
bukan himpunan terbatas (R himpunan terbatas di bawah)
d. S tidak mempunyai batas bawah, tetapi mempunyai batas atas -3. Jadi, S
bukan himpunan terbatas (S himpunan terbatas di atas)

Dari penjelasan dan contoh di atas, kita dapat mendefenisikan himpunan tidak
terbatas sebagai himpunan yang tidak mempunyai batas atas dan batas bawah.
Himpunan R dan S di atas merupakan himpunan tak terbatas. Contoh lain adalah,
himpunan bilangan bulat: {…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …}

12
E. Relasi Antar Himpunan
Jika pembaca mencermati berbagai contoh yang telah dibahas pada bagian
sebelumnya, akan terlihat bahwa beberapa himpunan saling terkait satu sama lain.
Ada himpunan yang sama tetapi diungkapkan atau ditulis dengan cara yang berbeda,
ada beberapa himpunan yang mempunyai jumlah anggota yang sama, dan ada juga
himpunan yang seluruh anggotanya termuat dalam himpunan lain. Pada bagian ini
akan dibahas relasi yang mungkin terjadi antar himpunan. Relasi antar himpunan
tersebut akan lebih mudah dipahami jika himpunan disajikan dengan diagram Venn.
Oleh sebab itu, pembahasan kita dimulai dengan diagram Venn.

1. Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian himpunan ini
diperkenalkan oleh matematikawan Inggris yang bernama John Venn pada tahun
1881. Di dalam diagram Venn, himpunan semesta (S) digambarkan sebagai suatu segi
empat sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran di dalam segi
empat tersebut.

Contoh 1.18
Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}. Maka
diagram Venn himpunan ini dapat dinyatakan seperti gambar berikut.

U A B

4 1 2 6

3 5 8
7

13
2. Himpunan Bagian (subset)
Himpunan 𝐴 dikatakan himpunan bagian dari himpunan 𝐵 jika dan hanya jika
setiap elemen 𝐴 merupakan elemen 𝐵. Dengan kata lain, 𝐴 terdiri dari elemen-elemen
𝐵. Dalam hal ini, 𝐵 dikatakan superset dari 𝐴 disimbolkan dengan 𝐵 ⊇ 𝐴 atau 𝐴
adalah subset dari 𝐵 dilambangkan dengan 𝐴 ⊆ 𝐵

Contoh 1.19
Jika diketahui 𝐴 = {1,2,3,8}, 𝐵 = {1,2,3,4,5,7}, 𝐶 = {1,2,4,5}. Maka dapat
dinyatakan A ⊈ B dan 𝐶 ⊆ B.

Pada bilangan real, kita dapat nyatakan hubungan antara bilangan real (ℝ),
bilangan rasional (ℚ), bilangan bulat (ℤ), bilangan asli (ℕ) dengan ℕ ⊆ ℤ ⊆ ℚ ⊆ ℝ.
Selain itu, kita juga harus perhatikan bahwa { } = ∅ merupakan himpunan bagian
dari semua himpunan. Notasi 𝐴 ⊂ 𝐵 menyatakan bahwa 𝐴 adalah subset 𝐵 tetapi
tidak keseluruhan dari 𝐵. Dalam hal ini 𝐴 dikatakan himpunan bagian sejati (proper
subset) dari himpunan 𝐵, untuk kasus lainnya dikatakan himpunan bagian tak sejati
(improper subset).

Contoh 1.20
Himpunan bagian sejati (proper subset) dari himpunan {1,2,3} adalah
{1}, {2}, {3}, {1,2}, {1,3}, {2,3} atau dinyatakan bahwa {1} ⊂ {1,2,3} , {2} ⊂ {1,2,3}
dan seterusnya hingga {2,3} ⊂ {1,2,3}. Terdapat himpunan bagian lain dari himpunan
{1,2,3} yaitu ∅, {1,2,3} yang disebut sebagai himpunan bagian tak sejati (improper
subset) dari {1,2,3}.

14
3. Himpunan yang Sama
Dua himpunan 𝐴 dan 𝐵 dikatakan sama jika dan hanya jika setiap elemen A
merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A. Jika tidak
demikian, maka A ≠ B. Dengan kata lain 𝐴 = 𝐵 ↔ 𝐴 ⊆ 𝐵 𝑑𝑎𝑛 𝐵 ⊆ 𝐴

Contoh 1.21
a. Jika 𝐴 = {𝑎, 𝑏, 𝑐}, 𝐵 = {𝑐, 𝑎, 𝑏}, maka 𝐴 = 𝐵
b. Misalkan 𝐶 = {𝑎, 𝑏, 𝑐} dan 𝐷 = {𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑐}. Maka 𝐶 = 𝐷
c. Andaikan 𝐺 = {2,3} dan 𝐻 = {𝑥|𝑥 2 − 5𝑥 + 6 = 0}. Maka 𝐺 = 𝐻

Dalam memeriksa apakah dua himpunan sama atau tidak, perlu diperhatikan
bahwa:
a. Urutan elemen dalam himpunan tidak penting.
Artinya {1,2,3} = {3,2,1} = {1,3,2}
b. Pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.
Himpunan {1,1,1,1} = {1,1} = {1} atau {1,2,3} = {1,2,1,3,2,1}
c. Untuk tiga buah himpunan, A, B, C berlaku aksioma berikut:
 𝐴 = 𝐴, 𝐵 = 𝐵, dan 𝐶 = 𝐶
 Jika 𝐴 = 𝐵, maka 𝐵 = 𝐴
 Jika 𝐴 = 𝐵, dan 𝐵 = 𝐶 maka 𝐴 = 𝐶

4. Himpunan Ekivalen
Dua himpunan 𝐴 dan 𝐵 dikatakan ekivalen (ditulis: 𝐴 ~ 𝐵) jika kardinalitas dari
kedua himpunan sama. Jika kardinalitas 𝐴 adalah |𝐴| dan kardinalitas 𝐵 adalah |𝐵|,
maka 𝐴~𝐵 ↔ |𝐴| = |𝐵|
Contoh 1.22
a. 𝐴 = {𝑎, 𝑏, 𝑐} dan 𝐵 = {2,4,6}
|𝐴| = |𝐵| = 3, sehingga 𝐴 ~ 𝐵

15
b. 𝐶 = {𝑥|𝑥 2 − 25 = 0} dan 𝐷 = {𝑦|225 − 𝑦 2 = 0}
C = {-5, 5} dan D = {-15, 15}. Karena |𝐶| = |𝐷| = 2, maka 𝐶~𝐷

5. Himpunan Saling Lepas


Dua himpunan 𝐴 dan 𝐵 dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak
memiliki elemen yang sama (𝐴 ∩ 𝐵 = ∅), dan kedua himpunan yang saling lepas ini
disimbolkan 𝐴 // 𝐵.

Contoh 1.23
Jika 𝐴 = {2,4,6,8} dan 𝐵 = {3,5,7} maka 𝐴 // 𝐵 sebab elemen himpunan 𝐴 dan
elemen himpunan 𝐵 tidak ada yang sama.

6. Himpunan Kuasa
Himpunan kuasa (power set of set A atau 𝑃(𝐴)) dari himpunan 𝐴 adalah suatu
himpunan yang elemennya merupakan semua himpunan bagian dari 𝐴, termasuk
himpunan kosong dan himpunan 𝐴 sendiri. Jika |𝐴| = 𝑚, maka |𝑃(𝐴)| = 2𝑚 .

Contoh 1.24
a. Jika 𝐴 = { 1, 2 }, maka 𝑃(𝐴) = { ∅, { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}
b. Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah 𝑃(Ø) = {Ø}, dan himpunan
kuasa dari himpunan {Ø} adalah 𝑃({Ø}) = {Ø, {Ø}}.

F. Operasi pada Himpunan


Sebagaimana operasi pada umumnya dalam matematika, maka dikenal pula
beberapa operasi pada himpunan, meliputi irisan, gabungan, komplemen, selisih,
beda setangkup, perkalian Cartesian.

16
1. Irisan (∩)
Irisan (intersection) dari himpunan 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan yang setiap
elemennya merupakan elemen dari himpunan 𝐴 dan himpunan 𝐵. Secara
matematis dinyatakan sebagai 𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥 | 𝑥 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ∈ 𝐵} dan
dinyatakan dengan diagram venn seperti gambar berikut.

Contoh 1.25
a. Misalkan 𝐴 = {1,2,3,4,5} dan 𝐵 = {2,3,5,7,11} maka 𝐴 ∩ 𝐵 = {2,3,5}
b. 𝑃 himpunan bangun ruang sisi lengkung, 𝑄 himpunan bangun ruang yang
memiliki titik puncak. Maka 𝑃 ∩ 𝑄 = {𝑘𝑒𝑟𝑢𝑐𝑢𝑡}
c. Andaikan 𝐾 himpunan semua bilangan real positif dan 𝐿 himpunan bilangan
real nonnegatif, maka 𝐾 ∩ 𝐿 = 𝐾

2. Gabungan (∪)
Gabungan (union) dari himpunan 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan yang setiap
anggotanya merupakan anggota himpunan 𝐴 atau anggota himpunan 𝐵.
Digambarkan dengan diagram Venn sebagai berikut.

Notasi :𝐴 ∪ 𝐵 = { 𝑥 | 𝑥 ∈ 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ∈ 𝐵 }

17
Contoh 1.26
a. Misalkan 𝐴 = {1,2,3,4,5} dan 𝐵 = {2,3,5,7,11} maka, 𝐴 ∪ 𝐵=
{1,2,3,4,5,7,11}
b. Jika 𝑃 himpunan bilangan bulat negatif, dan 𝑄 himpunan bilangan bulat non
negatif, maka 𝑃 ∪ 𝑄 = ℤ
c. Gabungan bilangan rasional dan bilangan irasional merupakan bilangan real

Kardinalitas dari gabungan himpunan 𝐴 dan 𝐵 ditentukan berdasarkan


|𝐴 ∪ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐵|

3. Komplemen
Komplemen dari suatu himpunan 𝐴 terhadap suatu himpunan semesta 𝑈
adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen 𝑈 yang bukan
elemen 𝐴. Komplemen dari himpunan 𝐴 dinotasikan dengan Ā atau 𝐴′ atau
𝐴𝑐 dan didefinisikan sebagai berikut.
Ā = 𝐴′ = 𝐴𝑐 = { 𝑥 | 𝑥 ∈ 𝑈, 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑥 ∉ 𝐴 }
Contoh 1.27
a. Misalkan 𝑈 = {0,1,2,3,4 … 11} dan 𝐴 = {1,3,5,7} maka, Ā =
{0,2,4,6,8,9,10,11}
b. Misalkan 𝑈 adalah abjad latin, dengan 𝑉 adalah himpunan huruf vokal maka
𝑉 𝑐 adalah himpunan huruf konsonan.
c. Jika 𝑈 adalah himpunan bilangan asli dan 𝐺 adalah himpunan bilangan
ganjil, maka 𝐺′ adalah himpunan bilangan genap.

4. Selisih
Selisih dari dua himpunan 𝐴 dan 𝐵 adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan elemen 𝐴 dan bukan elemen 𝐵. Selisih antara 𝐴 dan 𝐵 dapat juga
dikatakan sebagai komplemen himpunan 𝐵 relatif terhadap himpunan 𝐴.

18
Notasi : 𝐴 – 𝐵 = { 𝑥 | 𝑥 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ∉ 𝐵 } = 𝐴 ∩ 𝐵’

Contoh 1.28
Misalkan 𝐴 = {1,2,3,4,5} dan 𝐵 = {2,3,5,7,11} maka 𝐴 – 𝐵 = {1,4}

5. Beda Setangkup
Beda setangkup dari himpunan 𝐴 dan 𝐵 adalah suatu himpunan yang
elemennya ada pada himpunan 𝐴 atau 𝐵, tetapi tidak pada keduanya.
Notasi: 𝐴 ⊕ 𝐵 = (𝐴 ∪ 𝐵) – (𝐴 ∩ 𝐵) = (𝐴 − 𝐵) ∪ (𝐵 − 𝐴)

Contoh 1.29
Misalkan 𝐴 = { 2, 4, 6 } dan 𝐵 = { 2, 3, 5 } maka , 𝐴 ⊕ 𝐵 = { 3, 4, 5, 6 }

6. Perkalian Kartesian
Perkalian kartesian (Cartesian products) dari himpunan 𝐴 dan 𝐵 adalah
himpunan yang elemennya semua pasangan berurutan (ordered pairs) yang
mungkin terbentuk dengan komponen dari kedua himpunan 𝐴 dan 𝐵.
Notasi: 𝐴 × 𝐵 = {(𝑎, 𝑏)| 𝑎 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ∈ 𝐵}

19
Contoh 1.30
Misalkan 𝐶 = {1,2,3}, dan 𝐷 = {𝑎, 𝑏}, maka:
𝐶 × 𝐷 = {(1, 𝑎), (1, 𝑏), (2, 𝑎), (2, 𝑏), (3, 𝑎), (3, 𝑏)}
Catatan:
1. Jika 𝐴 dan 𝐵 merupakan himpunan berhingga, maka: |𝐴 × 𝐵| = |𝐴|. |𝐵|
2. Pasangan berurutan (𝑎, 𝑏) berbeda dengan (𝑏, 𝑎).
3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu 𝐴 × 𝐵 ≠ 𝐵 × 𝐴 asalkan 𝐴 ≠ ∅ dan
𝐵≠∅
4. Jika 𝐴 = ∅ atau 𝐵 = ∅ maka 𝐴 × 𝐵 = 𝐵 × 𝐴 = ∅

Sifat-sifat Operasi Himpunan


1. Hukum identitas: 2.Hukum null:
𝐴∪∅=𝐴 𝐴∩∅ =∅
𝐴∩𝑈 =𝐴 𝐴∪𝑈 =𝑈
3. Hukum Komplemen: 4. Hukum idempotent:
𝐴∪Ā=𝑈 𝐴∪𝐴 =𝐴
𝐴∩Ā=∅ 𝐴∩𝐴 =𝐴
5. Hukum Involusi: 6. Hukum Penyerapan:
̅̅̅̅̅̅) = 𝐴
(𝐴 𝐴 ∪ (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝐴
𝐴 ∩ (𝐴 ∪ 𝐵) = 𝐴
7. Hukum Komutatif: 8. Hukum Asosiatif:
𝐴∪𝐵 =𝐵∪𝐴 𝐴 ∪ (𝐵 ∪ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∪ 𝐶
𝐴∩𝐵 =𝐵∩𝐴 𝐴 ∩ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∩ 𝐶
𝐴 ⊕ (𝐵 ⊕ 𝐶) = (𝐴 ⊕ 𝐵) ⊕ 𝐶
9. Hukum distributif : 10. Hukum DeMorgan :
𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐶) (𝐴 ∩ 𝐵)′ = 𝐴′ ∪ 𝐵 ′
𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴 ∩ 𝐶) (𝐴 ∪ 𝐵)′ = 𝐴′ ∩ 𝐵 ′

20
Dalam membuktikan sifat-sifat himpunan di atas, dapat digunakan berbagai
pendekatan, seperti pendekatan diagram venn, ataupun pendekatan pembuktian
langsung atau tidak langsung. Misalkan kita akan membuktikan 𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) =
(𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴 ∩ 𝐶). Maka dapat kita perhatikan diagram Venn yang dibentuk oleh
ketiga himpunan ini adalah seperti gambar berikut.

Bukti:
Kita akan menunjukkan bahwa 𝑥 ∈ 𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) jika dan hanya jika 𝑥 ∈ (𝐴 ∩ 𝐵) ∪
(𝐴 ∩ 𝐶)
𝑥 ∈ 𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) jika dan hanya jika 𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐵 ∪ 𝐶 atau
𝑥 ∈ 𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) jika dan hanya jika 𝑥 ∈ 𝐴 dan salah satu atau keduanya dari 𝑥 ∈ 𝐵
atau 𝑥 ∈ 𝐶
Dengan kata lain 𝑥 ∈ 𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) jika dan hanya jika 𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐵 atau 𝑥 ∈ 𝐴
dan 𝑥 ∈ 𝐶
Artinya, 𝑥 ∈ 𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) jika dan hanya jika 𝑥 ∈ (𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴 ∩ 𝐶).■

Secara umum, dalam membuktikan hubungan dua himpunan atau lebih, dapat
dilakukan strategi berikut.
Pernyataan yang Akan Dibuktikan Strategi Pembuktian
𝐴⊂𝐵 Untuk sebarang 𝑥 ∈ 𝐴, tunjukkan bahwa 𝑥 ∈ 𝐵
𝐴⊄𝐵 Temukan sebuah elemen 𝑥 ∈ 𝐴 sedemikian
hingga 𝑥 ∉ 𝐵
𝐴=𝐵 Tunjukkan bahwa 𝐴 ⊂ 𝐵 dan 𝐵 ⊂ 𝐴

21
G. Multiset
Dari definisi himpunan, himpunan adalah kumpulan elemen yang berbeda. Namun
pada beberapa situasi, adakalanya elemen himpunan tidak seluruhnya berbeda,
misalnya himpunan nama-nama mahasiswa di sebuah kelas. Nama-nama mahasiswa
di dalam sebuah kelas mungkin ada yang sama, karena itu ada perulangan elemen
yang sama di dalam himpunan tersebut. Himpunan yang elemennya boleh berulang
(tidak harus berbeda) disebut himpunan-ganda atau multiset. Contoh: {1, 1, 1, 2, 2,
3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {} adalah himpunan ganda.
Multiset adalah koleksi objek yang memuat sejumlah tertentu perulangan.
Karakteristik dari multiset adalah
 Terdapat perulangan elemen
 Tidak terdapat urutan khusus susunan perulangan dari elemen-elemen
himpunan

Multiplisitas dari suatu elemen pada multiset adalah jumlah kemunculan elemen
tersebut pada multiset. Misalkan : Jika M = { 0, 1, 01, 1, 0, 001, 0001, 00001, 0, 0,
1}, maka multiplisitas elemen 0 adalah 4. Himpunan merupakan contoh khusus dari
suatu multiset, yang dalam hal ini multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1.
Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sebagai kardinalitas himpunan
padanannya, dengan mengasumsikan elemen-elemen di dalam multiset semua
berbeda.
Dua multiset dikatakan sama jika elemen pada setiap multiset adalah sama.
Contoh: {ℎ, 𝑢, 𝑔, ℎ} = {ℎ, ℎ, 𝑔, 𝑢} tetapi {ℎ, 𝑢, 𝑔} ≠ {ℎ, 𝑢, 𝑔, ℎ}. Suatu multiset 𝐴
dikatakan submultiset 𝐵 ditulis 𝐴 ⊂ 𝐵 jika banyak terjadinya setiap elemen 𝑥 pada 𝐴
kurang dari atau sama dengan banyak terjadinya 𝑥 pada 𝐵. Contoh: {𝑎, 𝑏} ⊂ {𝑎, 𝑏, 𝑎}
tetapi {𝑎, 𝑏, 𝑎} ⊄ {𝑎. 𝑏}. Seperti halnya sifat kesamaan dua himpunan, demikian pula
berlaku, bahwa dua multiset 𝐴 dan 𝐵 dikatakan sama jika 𝐴 ⊂ 𝐵 dan 𝐵 ⊂ 𝐴.

22
Operasi antar dua buah multiset didefinisikan sebagai berikut.
Misalkan P dan Q adalah multiset:
1. 𝑃 ∪ 𝑄 adalah suatu multiset yang multiplisitas elemen-elemennya sama
dengan multiplisitas maksimum elemen tersebut pada himpunan 𝑃 dan 𝑄.
Contoh 1.31
𝑃 = { 𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑐, 𝑑, 𝑑 } dan 𝑄 = { 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑐 }, maka 𝑃 ∪ 𝑄 =
{ 𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑑, 𝑑}

2. 𝑃 ∩ 𝑄 adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan


multiplisitas minimum elemen itu pada himpunan 𝑃 dan 𝑄.
Contoh 1.32
Jika 𝑃 = { 𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑐, 𝑑, 𝑑 } dan 𝑄 = { 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑐 } maka 𝑃 ∩ 𝑄 =
{ 𝑎, 𝑎, 𝑐 }

3. 𝑃– 𝑄 adalah suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan


multiplisitas unsur tersebut pada 𝑃 dikurangi multiplisitasnya pada 𝑄, ini
berlaku jika selisih multiplisitas tersebut adalah positif. Jika selisihnya nol
atau negatif maka multiplisitas unsur tersebut adalah nol.
Contoh 1.33
𝑃 = { 𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑐, 𝑑, 𝑑, 𝑒 } dan 𝑄 = { 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑑, 𝑑, 𝑓 }
maka 𝑃 – 𝑄 = { 𝑎, 𝑒 }

4. 𝑃 + 𝑄 didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda, adalah


suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan penjumlahan dari
multiplisitas unsur tersebut pada 𝑃 dan 𝑄.
Contoh 1.34
𝑃 = { 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑐 } dan 𝑄 = { 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑑 },
maka 𝑃 + 𝑄 = { 𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑑 }

23
Contoh 1.35
Misalkan 𝑝(𝑥) menyatakan multiset dari bilangan prima yang muncul pada
faktorisasi prima bilangan asli 𝑥. Misalkan 𝑝(54) = {2,3,3,3} dan 𝑝(12) =
{2,2,3}. Maka 𝑝(54) ∪ 𝑝(12) = {2,2,3,3,3} = 𝑝(108), dan 108 adalah
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 54 dan 12. Dengan cara serupa
𝑝(54) ∩ 𝑝(12) = {2,3} = 𝑝(6) dan 6 adalah faktor persekutuan terbesar
(FPB) dari 54 dan 12. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa 𝑝(𝑥) ∪ 𝑝(𝑦)
adalah KPK dari 𝑥 dan 𝑦 dan sebaliknya 𝑝(𝑥) ∩ 𝑝(𝑦) adalah faktor
persekutuan terbesar (FPB) dari 𝑥 dan 𝑦.

H. Latihan
1. Tuliskan himpunan berikut dengan menyatakan anggotanya!
a. 𝐴 = {𝑥|𝑥 2 = 25}
b. 𝐵 = {𝑥 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 < 0}
c. 𝐶 = {𝑥|𝑥 − 5 = 1}
d. 𝐷 = {𝑥|𝑥 ℎ𝑢𝑟𝑢𝑓 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘𝑎𝑡𝑎 ′𝑚𝑎𝑡𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘𝑎′}
2. Tuliskan anggota himpunan berikut dengan notasi pembentuk himpunan!
a. Misalkan 𝐴 terdiri dari huruf 𝑎, 𝑖, 𝑢, 𝑒, 𝑜
b. Misalkan 𝐶 terdiri dari semua propinsi di Indonesia
c. Misalkan 𝐷 = {5}
d. Misalkan 𝐸 menyatakan himpunan kota kabupaten di Sumatera Barat
3. Nyatakan himpunan berikut sebagai himpunan hingga atau himpunan takhingga!
a. Bulan-bulan dalam satu tahun
b. Atom-atom dalam satu gelas
c. {𝑥|𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝}
1 1 1 1
d. 1, 2 , 3 , 4 , 5 , ⋯

4. Periksa apakah himpunan-himpunan berikut merupakan himpunan kosong atau


tidak?

24
a. 𝐴 = {𝑥|𝑥 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 ℎ𝑢𝑟𝑢𝑓 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 ℎ𝑢𝑟𝑢𝑓 𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑗𝑎𝑑 𝑙𝑎𝑡𝑖𝑛}
b. 𝐵 = {𝑥|𝑥 2 = 25 𝑑𝑎𝑛 3𝑥 = 12}
c. 𝐶 = {𝑥|𝑥 ≠ 𝑥}
d. 𝐷 = {𝑥|𝑥 + 10 = 10}
5. Himpunan mana yang sama diantara himpunan {𝑟, 𝑡, 𝑠} , {𝑠, 𝑡, 𝑟, 𝑠}, {𝑡, 𝑠, 𝑡, 𝑟},
{𝑟, 𝑟, 𝑟, 𝑠, 𝑠, 𝑟, 𝑡}
6. Tunjukkan bahwa 𝐴 = {2,3,4,5} bukan subset dari 𝑃 = {𝑥|𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑎}
7. Misalkan himpunan semesta 𝑈 = {1,2, ⋯ ,9}, 𝐴 = {1,2,3,4,5}, 𝐵 = {4,5,6,7},
𝐶 = {5,6,7,8,9}, 𝐷 = {1,3,5,7,9}, 𝐸 = {2,4,6,8}, 𝐹 = {1,5,9}
a. 𝐴 ∪ 𝐵 dan 𝐴 ∩ 𝐵
b. 𝐹 ∪ 𝐷 dan 𝐹 ∩ 𝐷
c. 𝐸 ∪ 𝐶 dan 𝐸 ∩ 𝐶
d. 𝐴′ , 𝐵 ′ , 𝐷 ′ , 𝑈 ′ , ∅′
e. 𝐴 − 𝐵, 𝐷 − 𝐸, 𝐹 − 𝐷
f. 𝐴⨁𝐶, 𝐸⨁𝐹, 𝐵⨁𝐷
8. Misalkan 𝑛(𝑈) = 70, 𝑛(𝐴) = 30, 𝑛(𝐵) = 45, 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) = 10. Tentukan
a. 𝑛(𝐴 ∪ 𝐵)
b. 𝑛(𝐴’) dan 𝑛(𝐵′ )
c. 𝑛(𝐴’ ∩ 𝐵 ′ )
d. 𝑛(𝐴⨁𝐵)
9. Setiap mahasiswa harus mengikuti mata kuliah matematika, dan paling tidak satu
kuliah sains. Suatu survei terhadap 140 mahasiswa diketahui bahwa 40 orang
menyelesaikan mata kuliah matematika, 45 orang menyelesaikan mata kuliah
sains dan 20 orang menyelesaikan keduanya. Tentukan berapa banyak
mahasiswa yang menyelesaikan,
a. Tepat satu dari dua matakuliah itu
b. Paling tidak salah satu mata kuliah
c. Tidak satupun mata kuliah itu.

25
10. Tunjukkan bahwa, jika 𝐴 dan 𝐵 himpunan berhingga, maka 𝐴 ∪ 𝐵 dan 𝐴 ∩ 𝐵
berhingga dan berlaku 𝑛(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑛(𝐴) + 𝑛(𝐵) − 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)!
11. Tentukan gabungan dan irisan dari multiset berikut
a. {𝑥, 𝑦} dan {𝑥, 𝑦, 𝑧}
b. {𝑥, 𝑦, 𝑥} dan {𝑦, 𝑥, 𝑦, 𝑥}
c. {𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑏} dan {𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑐}
d. {1,2,2,3,3,4,4} dan {2,3,3,4,5}
e. {𝑥, 𝑥, {𝑎, 𝑎}, {𝑎, 𝑎}} dan {𝑎, 𝑎, 𝑥, 𝑥}

f. {𝑎, 𝑎, {𝑏, 𝑏}, {𝑎, {𝑏}}} dan {𝑎, 𝑎, {𝑏}, {𝑏}}

12. Tentukakn multiset 𝐵 yang merupakan solusi dari sistem multiset berikut!
a. 𝐵 ∪ {2,2,3,4} = {2,2,3,3,4,4,5}
b. 𝐵 ∩ {2,2,3,4,5] = {2,3,4,5}

26

Anda mungkin juga menyukai