Blefarospasme Fix
Blefarospasme Fix
PENDAHULUAN
Blepharospasm adalah distonia fokal yang ditandai dengan kontraksi otot orbikularis
oculi dan frontalis yang berulang dan berkelanjutan, penutupan kelopak mata bersifat secara
involunter. Penyebab pasti blefarospasme belum diketahui, etiologi diperkirakan bersifat
multifaktorial, terdiri dari gangguan-gangguan ekstrapiramidal dan batang otak ataupun
faktor-faktor psikologis. Blefarospasme dapat ditangani oleh pendekatan medis ataupun
pembedahan.
2.1. Anatomi
Palpebra adalah lipatan tipis yang terjadi atas kulit, otot, dan jaringan fibrosa
yang berfungsi melindungi struktur-sktruktur mata yang rentan. Palpebra sangat mudah
digerakan karena kulitnya paling tipis diantara kulit dibagian tubuh lain. Dibawah kulit
terdapat jaringan areolar longgar.Pasien dengan blefarospasme otot yang biasanya
mengalami gangguan adalah musculus orbikularis okuli.Musculus orbicularis oculi
melekat pada kulit.Permukaan dalamnya dipersarafi nervus cranialis facialis (VII) dan
fungsinya adalah untuk menutup palpebra.Otot ini adalah otot sfingter yang yang
melingkari mata terdiri dari bagian orbital,preseptal,dan pretarsal.Bagian orbital berasal
dari medial bola mata dan berjalan melingkari mata melewati bagian atas kelopak
mata,kemudian dibagian bawah kelopak mata,kemudian menuju ligamen
palpebra.Bagian preseptal berasal dari ligamen palpebra berjalan melewati bagian atas
dan bawah mata menuju sudut lateral mata.Bagian orbital dan preseptal membentuk
suatu lingkaran yang mengelilingi mata.Bagian pretarsal terletak hanya berada pada
batas palpebral.
2.3. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti, kemungkinan disfungsi yang berasal dari
ganglia basalis. Blefarospasme dapat timbul karena adanya faktor predisposisi yang
spesifik seperti stress emosional dan kelelahan memperburuk terjadinya blefarospasme
bersifat psikogenik dan akibat kelainan persarafan. Spasme cenderung makin kuat dan
makin sering menimbulkan ekspresi meringis dan penutupan mata secara involunter.
Keadaan dapat berlanjut jika blepharospasme seringkali terjadi sepanjang hari. Spasme
menghilang pada saat tidur, dan pada beberapa orang setelah tertidur dengan nyenyak,
spasme tidak timbul beberapa jam setelah terbangun. Pada keadaan lanjut, spasme yang
terjadi sangat hebat dan penglihatan pasien menjadi gelap, kelopak mata tertutup kuat
dengan paksa untuk beberapa jam.. Tindakan memejamkan mata dengan kuat yang tidak
disadari, yang dapat berlangsung beberapa detik sampai beberapa jam.Blefarospasme
dapat terjadi bilateral dan sering terjadi pada orang tua.
Sedangkan blefarospasme essensial jinak dari spasme hemifasial cenderung
terjadi unilateral dan mengenai muka bagian atas dan bawah. Spasme hemifasial
disebabkan oleh kompresi nervus facialis oleh arteri atau tumor fossa posterior.
Blepharospasme dapat dicetuskan oleh obat-obatan, seperti pemakaian obat-
obatan parkinson. Jika terjadi karena pengobatan parkinson, gejala yang timbul dapat
diringankan dengan menurunkan dosis obat. Blefarospasme juga dapat disebabkan oleh
lesi iritatif pada kornea dan konjungtiva atau pada nervus fascialis, erosi kornea, uveitis
anterior, glaucoma akut dan glaucoma kongenital. Blefarospasme juga dapat ditemukan
pada pasien psikiatrik dan histeria.Berdasarkan pengamatan gejala dan tanda dari dry eye
seringkali diawali atau terjadi bersamaan dengan blepharospasme.Pada orang-orang
yang rentan kemungkinan timbulnya dry eye merupakan pencetus terjadinya
blepharospasme. Dapat juga merupakan penyakit keturunan dengan lebih dari satu
anggota keluarga yang menderita blepharospasme namun kasusnya jarang terjadi.
2.3. Patofisiologi
Kelopak mata mempunyai sejumlah otot yang berfungsi untuk menutup dan
membuka mata. Otot yang berfungsi menutup dan mengedip pada kelopak mata atas dan
bawah adalah otot orbikularis okuli. Selain itu ada lagi otot yang berfungsi membuka
mata pada kelopak mata. Normalnya mata normal berkedip rata-rata 14-15 kali per
menit, bila lebih dari itu, mesti dicurigai blefarospasme. Blefarospasme dapat timbul
kemungkinan disfungsi yang berasal dari ganglia basalis. Gangguan pada ganglia basalis
tersebut menyebabkan aktivitas asetilkolin yang berlebihan sehingga akan menyebabkan
kontraksi otot yang berlebihan pula.
Selain itu, gejala yang biasa dialami meliputi iritasi mata yang membuat tidak
nyaman, sensitif saat melihat, dan semakin sering mengedipkan mata. Apabila kontraksi
otot-otot orbikularis okuli, otot di sekitar mata disertai dengan kontraksi otot-otot wajah,
mulut, rahang, dan leher disebut sindroma meige. Sindroma ini biasanya terjadi pada
satu mata, bergerak ke atas dan ke bawah dan gejalanya tetap ada pada saat penderita
tidur.
Benign Essensial Blepharospasm adalah sejenis kontraksi otot tidak lazim yang
ditandai dengan spasme persisten atau repetitive dari muskulus orbikularis
okuli.“Benign” menandakan kondisi yang tidak mengancam jiwa, dan “essential” adalah
penyakit yang tidak diketahui penyebabnya.Penyakit ini termasuk dystonia focal dan
cranial. Cranial berhubungan dengan kepala dan focal menunjukkan tertahan pada satu
bagian. Dystonia menggambarkan kontraksi dan spasme otot secara tidak sadar yang
abnormal. Pasien dengan blepharospasme memiliki tajam penglihatan yang normal.
Gangguan penglihatan hanya tejadi karena penutupan kelopak yang terpaksa.
2.4. Diagnosis
Blefarospasme ditandai dengan sering berkedip sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan ringan, iritasi mata, sampai penutupan kelopak mata yang kuat dan
terus menerus sehingga menyebabkan kebutaan fungsional. Dapat mengenai bilateral
maupun unilateral. Diagnosis dengan neuroimaging dapat membantu untuk melakukan
evaluasi pada pasien yang dicurigai mengalami blefarospasme sekunder yang
disebabkan karena stroke akut, multiple sclerosis, atau penyebab lain.
2.6. Penatalaksanaan
Non Operatif
1. Untuk menghentikan kedutan pada mata dengan membiarkan tubuh dan mata
beristirahat.
2. Mengompres mata dengan air hangat untuk beberapa saat dan bila perlu minum
vitamin saraf juga dapat membantu.
3. Latihan biofeedback
4. Hipnosis
5. Psikoterapi, obat-obat neuroleptik
Operatif
1. Tindakan ablasi bedah selektifpada nervus fascialis atau ekstirpasi selektif otot
orbikularis. suntikan alkohol pada otot orbikularis okuli agar terjadi paralisis
sementara.
2.7. Komplikasi
Komplikasi pada blefarospasme kronik biasanya adalah ”dry eyes”,
dermatochalasis (hilangnya kulit kelopak mata yang abnormal karena tarikan yang tetap
pada kelopak mata sebagai upaya untuk menjaga mata tetap terbuka). Terjadi pada lebih
dari 80% pasien dengan blefarospasme, meliputi otot wajah, oromandibular, faring,
laring dan leher dan pada fokal distonia sedikit demi sedikit berkembang menjadi bagian
(cranial-cervical) distonia.Sebagai tambahan, untuk kelainan fisik yang dialami, pasien
juga kadang mengalami sensasi ”tarikan” yang tidak nyaman dibelakang matanya.
2.8. Prognosis
Blefarospasme adalah kelainan yang tetap pada kebanyakan pasien.Pada dua
kelompok besar pasien dengan blefarospasme, kurang dari 3% dari seluruh pasien
mengalami perpanjangan remisi spontan. Pada satu kelompok, dari 238 pasien, 11,3%
pasien diketahui bahwa gejala hilang setelah kurang dari lima tahun menderita
blefarospasme. Umumnya pasien mengalami perburukan gejala yang progresif pada
lima tahun pertama serangan setelah gejala stabil, dan lebih dari 15% pasien dapat
menjadi buta.
BAB III
KESIMPULAN