DAN LANGKAH-LANGKAHNYA1
Pembelajaran dikelas merupakan proses belajar-belajar. Dimana seorang guru menjadikan
pengalaman belajar sebagai bahan inrtospeksi agar pembelajaran semakin baik dan kondusif,
disisi lain, peserta didik yang menjadi subjek belajar harus betul-betul menggunakan
momentum pembelajaran sebagai ajang mengumpulkan dan menyempurnakan
pengetahuan.
Dalam pembelajaran, berbagai strategi dilakukan oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan. Kesiapan dalam pembelajaran, ketepatan dalam
pemilihan model pembelajaran dan penguasaan materi menjadi kunci efektifnya
pembelajaran.
Terkadang guru bingung dan bahkan galau untuk memilih model apa yang cocok untuk di
terapkan pada saat mengajar di kelas. nah kali ini seorang guru tak perlu khawatir lagi karena
dibawah ada 10 contoh model pembelajaran dan langkah-langkahnya yang akan dipaparkan
oleh sobat pendidikan secara ditel sehingga tdk usah khawatir lagi, buang galaunya sejauh
mungkin karena ini adalah solusinya. silahkan pilih salah satu model dibawah ini yang
cocokuntuk di terapkan di kelas. semoga bermanfaat
Langkah-langkah:
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang
paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam
1
https://www.wawasanpendidikan.com/2013/06/artikel-pendidikan-tentang-10-contoh-model-pembelajaran-
dan-langkah-langkahnya.html
1
matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya,
belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi:1) Tahap penyajian materi, 2)
tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan
individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok
2
C. JIGSAW II (MODEL TIM AHLI)
Pengajaran dengan jigsaw pertamakali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya
pada tahun 1978 kemudian dikembangkan oleh slavin pada tahun 1986a yang disebut dengan
Jigsaw II dalam bentuk yang lebih praktis dan mudah.
Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis.
Pembelajaran ini sangat cocok untuk pelajaran ilmu social, literature, dan sebagian pelajaran
ilmu pengetahuan alam, serta pelajaran bidang laiannya yang tujuan utamanya adalah
penguasaan konsep. Pengajaran (bahan baku) untuk jigsaw II biasanya harus berupa BAB,
Cerita, biografi atau materi-materi narasi lainnya.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen 4-5 siswa untuk bekerja
secara tim
2. Para siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa BAB atau Unit dan diberikan Lembar
Ahli yang terdiri tas topic-topik yang berbeda yang harus menjadi focus perhatin masing-
masing anggota tim saat mereka membaca.
3. Setelah selesi membaca, setiap siswa dari tim yang berbeda yang memiliki focus topic yang
sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topic mereka sekitar 30 menit.
4. Setelah selesai, para ahli tersebut kembali kepada tim mereka dan secara bergantian
mengajari teman satu timnya mengenai topic mereka.
5. Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topic dan skor kuis akan menjadi
skor tim.
Jadwal kegiatan
1. Membaca, para siswa menerima topic ahli dan membaca materi yang diminta untuk
menemukan informasi
2. Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok ahli
3. Laporan tim, para siswa kembali kepada kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topic-topik merekan kepada teman satu tim.
4. Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis indovidu yang mencakup semua topic
5. Rekognisi tim, skor tim dihitung seperti dalam STAD
Langkah-langkah:
E. COOPERATIVE SCRIPT
Skrip kooperatif: metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara
lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah:
F. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif
jawaban
Langkah-langkah:
4
G. KOPERATIF TIPE LEARTING TOGETHER (LT)
David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model learning
together dari pembelajaran kooperatif. Metode yang mereka teliti meliputi siswa yang dibagi
dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang yang
berbeda mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil
kerja kelompok. David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2008) menekankan pada empat
unsur yakni:
1. Interaksi tatap muka: para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan
empat sampai lima orang,
2. Interdependensi positif: para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok,
3. Tanggung jawab individual: para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara
individual telah menguasai materinya
4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: para siswa diajari mengenai
sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik
kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka
Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap
interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama
dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan
menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim
ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya. Metode ini membagi siswa
dalam kelompok heterogen dengan 4 – 5 anggota. Setiap kelompok ini menerima satu lembar
tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Terdapat empat tahap pelaksanaan teknik NHT yaitu “penomoran, mengajukan pertanyaan,
berpikir bersama, dan menjawab”.Rencana pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Penomoran
- Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 sehingga setiap siswa
dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam
kelompok.
2. Mengajukan Pertanyaan
5
- Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan sebuah
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi
pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan
usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi pula.
3. Berpikir Bersama
- Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masingmasing pertanyaan.
4. Pemberian Jawaban
- Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab
pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok
tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain
yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merukan sebuah model
pembelajaran yang berpusat pada siswa. memposisikan siswa dengan berbagai macam
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. dengan menggunakan model
pembelajaran seperti ini, siswa sedari awal di ajarkan untuk menghadapi dan menyelesaikan
masalah seperti yang akan mereka temui di kehidupannya kedepan.
Problem Based Learning merupakan cara untuk menyajikan permasalahan sebagai titik tolak
diskusi permasalahan, untuk kemudian dilakukan analisis dan di sintesis dalam kegiatan
pemecahan masalah oleh peserta didik. permasalahan dapat diberikan oleh pendidik,
kemudian pendidik bersama peserta didik bersama-sama untuk melakukan analisis dan
memecahkan masalah tersebut.
Langkah-langkah:
Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah
membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang
dikenal dengan proses tujuh langkah:
J. ARTIKULASI
Langkah-langkah: