Anda di halaman 1dari 7

10 CONTOH MODEL PEMBELAJARAN

DAN LANGKAH-LANGKAHNYA1
Pembelajaran dikelas merupakan proses belajar-belajar. Dimana seorang guru menjadikan
pengalaman belajar sebagai bahan inrtospeksi agar pembelajaran semakin baik dan kondusif,
disisi lain, peserta didik yang menjadi subjek belajar harus betul-betul menggunakan
momentum pembelajaran sebagai ajang mengumpulkan dan menyempurnakan
pengetahuan.

Dalam pembelajaran, berbagai strategi dilakukan oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan. Kesiapan dalam pembelajaran, ketepatan dalam
pemilihan model pembelajaran dan penguasaan materi menjadi kunci efektifnya
pembelajaran.

Terkadang guru bingung dan bahkan galau untuk memilih model apa yang cocok untuk di
terapkan pada saat mengajar di kelas. nah kali ini seorang guru tak perlu khawatir lagi karena
dibawah ada 10 contoh model pembelajaran dan langkah-langkahnya yang akan dipaparkan
oleh sobat pendidikan secara ditel sehingga tdk usah khawatir lagi, buang galaunya sejauh
mungkin karena ini adalah solusinya. silahkan pilih salah satu model dibawah ini yang
cocokuntuk di terapkan di kelas. semoga bermanfaat

A. PICTURE AND PICTURE

Langkah-langkah:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.


2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman.

B. STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang
paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam

1
https://www.wawasanpendidikan.com/2013/06/artikel-pendidikan-tentang-10-contoh-model-pembelajaran-
dan-langkah-langkahnya.html

1
matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi

Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya,
belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi:1) Tahap penyajian materi, 2)
tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan
individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok

Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni

1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi


- Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa untuk belajar.
2. Pembagian Kelompok
- Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-
5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi
akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
3. Presentasi dari guru
- Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok
bahasan tersebut dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar dengan
aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi,
pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan
juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan
pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
4. Kegiatan Belajar dalam Tim (kerja Tim)
- Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja
sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan
masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan
pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja
tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
5. Kuis (Evaluasi)
- Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari
dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing
kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama.
Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada
diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas
penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan
tingkat kesulitan siswa.
6. Penghargaan Prestasi Tim
- Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan
rentang 0-100.

2
C. JIGSAW II (MODEL TIM AHLI)

Pengajaran dengan jigsaw pertamakali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya
pada tahun 1978 kemudian dikembangkan oleh slavin pada tahun 1986a yang disebut dengan
Jigsaw II dalam bentuk yang lebih praktis dan mudah.

Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis.
Pembelajaran ini sangat cocok untuk pelajaran ilmu social, literature, dan sebagian pelajaran
ilmu pengetahuan alam, serta pelajaran bidang laiannya yang tujuan utamanya adalah
penguasaan konsep. Pengajaran (bahan baku) untuk jigsaw II biasanya harus berupa BAB,
Cerita, biografi atau materi-materi narasi lainnya.

Langkah-langkah:

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen 4-5 siswa untuk bekerja
secara tim
2. Para siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa BAB atau Unit dan diberikan Lembar
Ahli yang terdiri tas topic-topik yang berbeda yang harus menjadi focus perhatin masing-
masing anggota tim saat mereka membaca.
3. Setelah selesi membaca, setiap siswa dari tim yang berbeda yang memiliki focus topic yang
sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topic mereka sekitar 30 menit.
4. Setelah selesai, para ahli tersebut kembali kepada tim mereka dan secara bergantian
mengajari teman satu timnya mengenai topic mereka.
5. Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topic dan skor kuis akan menjadi
skor tim.

Jadwal kegiatan

1. Membaca, para siswa menerima topic ahli dan membaca materi yang diminta untuk
menemukan informasi
2. Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok ahli
3. Laporan tim, para siswa kembali kepada kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topic-topik merekan kepada teman satu tim.
4. Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis indovidu yang mencakup semua topic
5. Rekognisi tim, skor tim dihitung seperti dalam STAD

D. EXAMPLES NON EXAMPLES

Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD

Langkah-langkah:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran


2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
3
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
ingin dicapai
7. Kesimpulan

E. COOPERATIVE SCRIPT

Skrip kooperatif: metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara
lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari

Langkah-langkah:

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan


2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar:
- Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
- Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
Serta lakukan seperti diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru

F. MIND MAPPING

Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif
jawaban

Langkah-langkah:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru
mencatat di papat dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi
bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

4
G. KOPERATIF TIPE LEARTING TOGETHER (LT)

David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model learning
together dari pembelajaran kooperatif. Metode yang mereka teliti meliputi siswa yang dibagi
dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang yang
berbeda mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil
kerja kelompok. David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2008) menekankan pada empat
unsur yakni:

1. Interaksi tatap muka: para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan
empat sampai lima orang,
2. Interdependensi positif: para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok,
3. Tanggung jawab individual: para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara
individual telah menguasai materinya
4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: para siswa diajari mengenai
sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik
kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka

Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap
interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama
dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan
menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim
ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya. Metode ini membagi siswa
dalam kelompok heterogen dengan 4 – 5 anggota. Setiap kelompok ini menerima satu lembar
tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.

Adapun sintaks atau langkah-langkah dari Learning Together adalah:

1. Guru menyajikan pelajaran.


2. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)
3. Masing-masing kelompok menerima lembar tugas dan menyelesaikannya.
4. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
5. Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.

H. NUMBERED HEADS TOGETHER

Terdapat empat tahap pelaksanaan teknik NHT yaitu “penomoran, mengajukan pertanyaan,
berpikir bersama, dan menjawab”.Rencana pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Penomoran
- Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 sehingga setiap siswa
dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam
kelompok.
2. Mengajukan Pertanyaan
5
- Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan sebuah
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi
pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan
usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi pula.
3. Berpikir Bersama
- Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masingmasing pertanyaan.
4. Pemberian Jawaban
- Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab
pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok
tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain
yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

I. PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merukan sebuah model
pembelajaran yang berpusat pada siswa. memposisikan siswa dengan berbagai macam
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. dengan menggunakan model
pembelajaran seperti ini, siswa sedari awal di ajarkan untuk menghadapi dan menyelesaikan
masalah seperti yang akan mereka temui di kehidupannya kedepan.

Problem Based Learning merupakan cara untuk menyajikan permasalahan sebagai titik tolak
diskusi permasalahan, untuk kemudian dilakukan analisis dan di sintesis dalam kegiatan
pemecahan masalah oleh peserta didik. permasalahan dapat diberikan oleh pendidik,
kemudian pendidik bersama peserta didik bersama-sama untuk melakukan analisis dan
memecahkan masalah tersebut.

Langkah-langkah:

Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah
membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang
dikenal dengan proses tujuh langkah:

1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas


- Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam
masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta
berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada
dalam masalah.
2. Merumuskan masalah
- Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa
yang terjadi di antara fenomena itu.
6
3. Menganalisis masalah
- Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada
masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah
gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
4. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis
- Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian
dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan
sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian
yang membentuknya.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran
- Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu
pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan
pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain
- Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya
tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan
menemukan kemana hendak dicarinya.
7. Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.

J. ARTIKULASI

Langkah-langkah:

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai


2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti
peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup

Anda mungkin juga menyukai