Anda di halaman 1dari 11

BEGINI CARANYA MENENTUKAN POPULASI DAN SAMPEL

UNTUK PENULISAN SKRIPSI

Oleh Asep Hidayat1

1. POPULASI
Populasi merupakan karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek yang akan diteliti
yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
2012, p. 117) (Sukmadinata, 2012, p. 250) (Cooper & Emory, 1999, p. 214). Dengan demikian,
untuk menentukan populasi penelitian kita harus mengetahui karakteristik dari objek atau
subjek yang akan diteliti.
Misalnya, kita akan meneliti apakah ada hubungan yang signifikans antara aktivitas belajar
siswa SMA Manasaja Bandung terhadap kemampuan menyelesaikan siklus akuntansi jasa
pada mata pelajaran Ekonomi. Berdasarkan permasalahan ini, karakteristik populasinya
sebagai berikut:
a. Siswa SMA Manasaja di Bandung yang tercatat aktif pada tahun ajaran 2017/2018.
b. Siswa tersebut mengikuti mata pelajaran Ekonomi dengan materi siklus akuntansi jasa.
Dengan karakteristik ini, berarti tidak semua siswa SMA Manasaja yang menjadi populasi.
Siswa yang memenuhi karakteristik itu adalah siswa yang mengikuti peminatan Ilmu-ilmu
Sosial (IIS) dan Lintas Minat (LM) yang memilih mata pelajaran Ekonomi. Tidak semua
tingkatan kelas yang memenuhi karakteristik, melainkan hanya yang mengikuti materi adalah
siklus akuntansi jasa, yaitu siswa Kelas XII IIS dan LM yang terdaftar pada Semester Ganjil
(Semester V).
Berapa ukuran populasi yang digunakan dalam penelitian kita? Hal ini bergantung pada ijin
yang diberikan oleh kepala SMA Manasaja Bandung. Misalnya di sekolah itu Kelas XII IIS ada
tiga kelas masing-masing 36 siswa, datu satu kelas LM dengan 28 siswa. Seandainya diijinkan
untuk menjadikan seluruh kelas XII IIS dan LM dijadikan populasi, maka populasi penelitian
kita berukuran 136 siswa, selengkapnya lihat tabel berikut:
ILMU-ILMU SOSIAL LINTAS MINAT
XII IIS 1 XII IIS 2 XII IIS 3 XII LM
Laki-laki (L) 16 14 20 25
Perempuan (P) 20 22 16 3
36 36 36 28

Jumlah 108 28
136

1
Asep Hidayat, Lektor Kepala pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Langlangbuana.
Mengampu matakuliah Penelitian Pendidikan, Statistika Penelitian, Pengembangan Bahan Ajar, Komputer
Akuntansi dan Spreadsheet.

-1-
Bagaimana bila Kepala SMA Manasaja Bandung hanya memberikan kelas XII IIS 2 dan LM
sebagai populasi penelitian? Bila keadaan seperti ini, maka populasi yang kita miliki akan
berukuran 64 siswa sebagaimana tabel di bawah ini:
XII IIS 2 XII LM
Laki-laki (L) 14 25
Perempuan (P) 22 3
36 28
Jumlah
64

2. SAMPEL
Dengan jumlah 136 siswa atau pada alternatif ke dua 64 siswa, sesungguhnya kita bisa
menggunakan seluruh siswa sebagai responden. Namun demikian, ada hal-hal tertentu yang
tidak memungkinkan untuk dilakukan, terutama dilihat dari waktu dan biaya. Oleh karenanya,
kita harus menggunakan sampel yang akan menjadi bagian dari jumlah dan karakterisitik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 2012, p. 118)
(Sukmadinata, 2012, pp. 250-251) (Cooper & Emory, 1999, pp. 214-215). Sampel yang
digunakan haruslah betul-betul mewakili populasi atau representatif, sehingga kesimpulan
yang diperoleh dapat diberlakukan untuk populasi. Berdasarkan hal tersebut, maka yang
dijadikan sampel adalah bagian dari siswa kelas XII IIS dan LM semester genap di SMA
Manasaja Bandung. Bagian dari siswa yang dimaksudkan populasi yang digunakan tadi bisa
bagian dari 136 siswa atau dari 64 siswa.
Misalnya kita memilih 30 siswa sebagai sampel dari 136 siswa sebagai populasi. Bila sampel
ini representatif, kesimpulan tentang minat mereka berlaku bagi seluruh siswa SMA Manasaja
Bandung Kelas XII IIS dan XII LM. Misalnya, kita menyimpulkan (berdasarkan data dari 30 siswa
yang menjadi sampel) bahwa minat siswa SMA Manasaja Bandung Kelas XII IIS dan XII LM
terhadap materi siklus akuntansi jasa pada mata pelajaran Ekonomi adalah tinggi. Kalau tidak
representatif, maka kesimpulan itu berlaku hanya untuk sampel saja, atau untuk yang 30 siswa
itu saja.

2.1 Penentuan Ukuran Sampel


Berapa ukuran sampel atau anggota sebuah sampel? Berapapun ukuran sampel, yang penting
adalah sampel tersebut mewakili populasi. Apapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pengujian sampel dapat disimpulkan atau digeneralisasi kepada populasi. Contoh yang paling
sederhana, menentukan golongan darah. Dari satu tetes darah yang diambil dari bagian
anggota tubuh mana saja akan bisa ditentukan golongan darahnya. Jadi kuncinya, semakin
homogen karakteristik yang dimiliki oleh pupulasi makin sedikit sampel yang dibutuhkan, dan
sebaliknya semakin tidak homogen karakteristik populasi makin besar sampel yang
dibutuhkan bahkan baru refresentatif bila mendekati ukuran populasi.
Berapa besar ukuran sampel yang bisa merepresentasikan populasi? Sampel diperoleh
secukupnya memenuhi kriteria efektif dan efisien, artinya sumberdaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh sampel tersebut haruslah masuk akal, baik dari segi waktu maupun dana.
Untuk penelitian pendidikan, disarankan jumlah subjek minimum yang disarankan adalah 100
untuk penelitian deskriptif, 50 untuk studi korelasional, dan 30 di setiap kelompok untuk studi

-2-
eksperimental dan kausal-komparatif (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012, p. 138). Tentu saja,
selain efektivitas dan efisiensi harus juga memperhatikan akurasi dan ketelitiannya (Cooper &
Emory, 1999, pp. 215-216), serta jumlah yang cukup untuk prosedur statistik yang telah
diidentifikasi sejak awal untuk analisis data, dengan perkiraan kasar sekitar 15 peserta di
setiap kelompok dalam percobaan, sekitar 30 peserta untuk studi korelasional yang
menghubungkan variabel dan sekitar 350 individu untuk studi survei. (Creswell, 2012, p. 169).
Roscoe (Sugiyono, Statistik Nonparametris untuk Penelitian, 2013, pp. 12-13) menyarankan
ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500, untuk
penelitian korelasional disarankan minimal 10 kali dari jumlah variabel, dan untuk penelitian
eksperimen yang sederhana yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
maka jumlah anggota sampel masing-masing 10 sampai dengan 20. Bisa juga penentuan
ukuran sampel ini disesuaikan dengan jenis atau metode penelitiannya, seperti untuk
penelitian korelasional menggunakan ukuran sampel 30, kausal komparatif dan eksperimen
15, dan penelitian survai sebanyak 100 (Sukmadinata, 2012, pp. 260-261).
Selain ditetapkan seperti di atas, terdapat beberapa rumus untuk menghitung ukuran sampel
seperti yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
2012, p. 126):

𝜒 2 . 𝑁. 𝑃. 𝑄
𝑠=
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝜒 2 . 𝑃. 𝑄
Isaac dan Michael (Sugiyono, 2012: 126)

dengan: s= Ukuran sampel; N= Ukuran populasi; χ2 nilai tabel chisquare dengan dk= 1 dengan
tarap kesalahan bisa 1% (6,635), 5% (3,841), 10% (2,706); P=Q=0,5; dan d= 0,05.
Berikut ini contoh tabulasi hasil perhitungannya:

Nilai Kritis Chisquare


N 1% 5% 10%
6,635 3,841 2,706
10 10 10 10
15 15 14 14
20 19 19 19
25 24 24 23
50 47 44 42
64 58 55 52
100 87 80 73
136 113 101 91
1000 399 278 213

Bila kita menggunakan tingkat kepercayaan 5% atau 0,05 maka dengan populasi berukuran
136 membutuhkan ukuran sampel sebanyak 101 atau kita bulatkan 100 siswa yang dijadikan
responden, bila berasal dari populasi berukuran 64 maka ukuran sampel sebanyak 55 siswa.

-3-
Berdasarkan paparan di atas, tidak ada suatu kepastian harus berapa besar ukuran sampel.
Semuanya bergantung pada parameter yang dimiliki populasinya. Bisa juga mengasumsikan
bahwa populasi adalah tidak terbatas sehingga sampel seharusnya tidak memiliki hubungan
proporsional dengan ukuran populasinya misalnya 5% atau 10% dari populasi. Faktor yang
paling penting dalam menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan untuk mengestimasi
sebuah parameter populasi adalah ukuran dari varians populasi. Semakin besar dispersi atau
varians populasi, maka semakin besar pula ukuran jumlah sampel yang diperlukan untuk
menghasilkan ketepatan estimasi tersebut (Cooper & Emory, 1999, p. 221).

2.2 Penarikan Sampel


Penarikan sampel atau sampling dibagi ke dalam dua teknik, random atau probability sampling
yang terdiri atas simple random sampling, stratified random sampling, area (cluster) random
sampling, dan two stage random sampling; dan dan nonrandom atau nonprobability sampling
yang terdiri atas systematic sampling, convenience sampling atau accidental sampling,
snowball sampling, purposive sampling, dan total sampling (Cooper & Emory, 1999, pp. 216-
250) (Sukmadinata, 2012, pp. 252-260) (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 2012, pp.
118-125).
2.2.1 Probability Sampling
2.2.1.1 Simple Random Sampling
Sebelum melakukan penarikan sampel, terlebih dahulu membuat kerangka sampling
(sampling frame) berupa daftar seluruh siswa tersebut, dengan nomor responden
yang unik (tidak ada duplikasi) untuk seluruh siswa tanpa melihat asal kelas. Karena
jumlahnya 136, kita bisa menggunakan nomor tiga atau empat digit. Misalnya: 001 sd.
136 atau 0001 sd. 0136. Dalam contoh ini, kita akan menggunakan nomor responden
dengan tiga digit mulai dari 001 sd. 136. Berikut ini contoh kerangka sampling yang
berisi seluruh siswa yang menjadi anggota populasi. Pada pembahasan ini kita akan
menggunakan populasi seluruh siswa semester genap kelas XII IIS dan LM mata
pelajaran Ekonomi di SMA Manasaja Bandung dengan ukuran 136 siswa.

NO. NAMA L/P KELAS


001 Ahmad L XII IIS 1
002 Budi L XII IIS 1
003 dan seterusnya ... sampai 136 berikut:
136 Zulham L XII LM Ekonomi

1. Cara Manual
Misalnya, dari 136 siswa kita akan mengambil sampel dengan ukuran 30 siswa.
Penarikan sampel akan menggurakan simple random sampling.
Salah satu cara penarikan sampel secara manual, mirip dengan kocokan arisan
sebagai berikut:
a. Buat gulungan kertas dengan ukuran secukupnya, dengan ukuran atau dimensi
yang sama misalnya ukuran bulat sebesar sedotan dengan panjang 2cm.

-4-
b. Masukan ke dalam wadah, misalnya gelas yang ditutup serta diberikan lubang
yang memungkinkan hanya satu gulungan kertas yang ke luar.
c. Kocok gelas, kemudian keluarkan satu kemudian dicatat. Misalnya yang keluar
nomor responden 111, catatlah.
d. Masukan kembali gulungan kertas bernomor responden 111 ke dalam gelas,
kemudian kocok lagi untuk memperolah nomor responden yang kedua dan
seterusnya. Bila muncul nomor yang telah dicatat, ulang lagi pengocokannya.
e. Demikian seterusnya sampai diperoleh sejumlah ukuran sampel yang
ditentukan, misalnya 30 siswa. Ingat, gulungan yang keluar agar dimasukkan
lagi untuk pengocokan ulang.
Tentu saja, selain cara manual di atas ada cara lainnya seperti menggunakan
dadu atau lainnya.
2. Menggunakan Scientific Calculator
Anda bisa menggunakan Scientific Calculator secara fisik, misalnya merk Casio atau
lainnya. Bila anda pengguna smartphone android, instal aplikasi HiPER Scientific
Calculator buatan HiPER Development Studio.
Gunakan tombol SHIFT dan RAN# kemudian kalikan dengan ukuran populasi
ditambah satu. Angka di depan koma jadikan sebagi nomor responden yang
terpilih, lakukan secara berulang sampai dengan diperoleh sejumlah ukuran
populasi. Sebelum mengulangnya, tekan tombol [AC] untuk membersihkan
memori di layar.
Lihat contoh berikut:
[SHIFT] [RAN#][x][137]

Menampilkan angka mulai dari 0 sampai dengan 136, misalnya: 93.759. Ambillah
responden nomor 093 sebagai anggota sampel. Lakukan seterusnya sampai
ditemukan ukuran sampel yang dikehendaki, yaitu 30 siswa.
3. Menggunakan Microsoft Excel2
Anda bisa menggunakan function RAND(), atau bila versi Microsoft Excel anda
support anda bisa menggunakan function RANDBETWEEN(bottom;top) dan
Random Number Generation pada Data ToolPak Analysis.
a. Bila menggunakan function RAND() ambil tiga angka di belakang koma, bila
lebih dari tiga angka sesuaikan dahulu. Contoh: bila pada RAND() pertama
muncul angka 0,113 ambil responden dengan momor 113 sebagai anggota
sampel. Bila penggunaan RAND()memunculkan angka yang melampui ukuran
populasi, abaikan lantas ulang kembali sampai diperoleh 30 siswa.
b. Penggunaan function RANDBETWEEN(bottom;top) akan menghasilkan anga
yang tidak melampui ukuran sampel. Contoh: RANDBETWEEN(1;136) akan
menghasilkan angka antara 1 sampai dengan 136. Buat RANDBETWEEN(1;136)
sebanyak 30 baris, maka akan menghasilkan angka diantara 1 sampai dengan
136 sebanyak 30 siswa.
c. Penggunaan Random Number Generation pada Data ToolPak Analysis jauh
lebih mudah lagi. Number of Variables (Jumlah Variabel)= 1, Number of
Random Numbers (Ukuran sampel)=30, Distribution (Distribusi sampel):
Uniform, dan Parameters Between (Batasan nomor responden): 1 and 136.

2
Lihat content course dengan judul Cara Menggunakan Excel untuk Pengujian Hipotesis

-5-
Setelah dieksekusi, maka nomor responden sudah ter-generate pada sheet
tertentu.
4. Menggunakan SPSS3
a. Buat sebuah variabel melalui Variabel View, beri nama apa saja misalnya:
RANDOM. Type: Numeric, Decimals: 0, Columns: 3 (karena nomor responden
ratusan atau tiga digit), dan Measure: Scale.
b. Kembali ke Data View, beri angka berapa saja hanya pada baris ke 30 pada
variabel RANDOM. Maksudnya untuk mengkondisikan bahwa angka random
yang diperlukan sebanyak 30 siswa.
c. Pilih menu Transoform, Compute Variabel. Kolom Target Variable diisi dengan
nama yang sama dengan variabel yang tadi, yaitu RANDOM. Lihat kolom
Function group, pilih Random Numbers. Akan muncul pilihan pada Functions
and Special Variables, pilih Rv. Uniform. Pada isian Numeric Expresian, isikan
RV.UNIFORM(1,136) yang menunjukkan nomor responden paling kecil (1) dan
paling besar (136).
d. Klik OK dan OK, kemudian lihat kembali Data View. Variabel RANDOM sudah
terisi dengan 30 siswa yang terpilih secara acak dari 136 anggota populasi.

Perhatikan: 30 siswa yang telah terambil secara random dengan teknik simple random
sampling merupakan suatu kelompok subjek penelitian yang isinya campuran dari
kelas: XII IIS 1, XII IIS 2, XII IIS 3 dan XII LM Ekonomi. Dengan demikian, sampel ini
menjadi kelas atau kelompok baru yang akan diteliti.
Masalah yang timbul: Apabila penelitian dilakukan secara eksperimen atau causal
comparative, apakah siswa bersedia dan sekolah mengijinkan? Bila jawabannya tidak,
meskipun sampel ini sangat representatif tetapi tidak bisa dilakukan penelitian
untuknya.
Kesimpulan: Bila penelitian yang dilakukan secara asosiatif dan deskriptif, sampling
model ini sangat memungkinkan dilakukan dan lebih mudah. Penerima angket sudah
bisa dipastikan orangnya.

2.2.1.2 Stratified Random Sampling


Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan
berstrata atau bertingkat. Misalnya kita akan meneliti persepsi mahasiswa PEKO FKIP
UNLA terhadap pelayanan akademis dan administratif di lingkungan FKIP. Berikut
keadaan mahasiswa PEKO FKIP UNLA untuk seluruh angkatan atau strata.

JUMLAH MAHASISWA
NO. ANGKATAN
L P TOTAL
1. 2016 3 21 24
2. 2015 3 18 21
3. 2014 1 11 12
4. 2013 2 20 22
5. 2012 dan di bawahnya. 1 1
JUMLAH 9 71 80

3
Lihat content course dengan judul Cara Menggunakan SPSS untuk Pengujian Hipotesis

-6-
Populasi mahasiswa PEKO FKIP UNLA berukuran 80 mahasiswa. Misalnya sampel yang
akan diambil sebanyak 30 orang tanpa memperhatikan jenis kelamin. Berikut langkah-
langkah penarikan sampelnya.
1. Sebelum melakukan penarikan sampel, terlebih dahulu membuat kerangka
sampling (sampling frame) berupa daftar nama mahasiswa sesuai dengan
angkatan, dengan nomor responden yang unik (tidak ada duplikasi) untuk seluruh
siswa tanpa melihat asal kelas. Karena berasal dari 5 kelompok, berilah kode
kelompok kemudian ikuti dengan nomor unik dari setiap responden. Misalnya
untuk angkatan 2016 diberi kode A, 2015 berkode B, 2014 berkode C, 2013
berkode D, dan 2012 dan di bawahnya berkode: E.

NO. RESP. NAMA MAHASISWA ANGKATAN L/P


A – 01 Tulis namanya di sini. 2016 P

A-02 Tulis namanya di sini. 2016 P

.... s.d. 23 Tulis namanya di sini. 2016 L/P


A-24 Tulis namanya di sini. 2016 L
Dan seterusnya, untuk kelompok B sd. E.

2. Buat tabel perhitungan ukuran sampel untuk setiap strata. Perhatikan starata
terakhir, angkatan 2012 dan di bawahnya yang hanya 1 mahasiswa. Karena
jumlahnya kecil, sehingga kurang proporsional jumlahnya. Oleh karena itu, kita
akan menggunakan Disproportionate Stratified Sampling karena mahasiswa
tersebut tidak ikut diproporsikan dan langsung dijadikan sampel. Dengan
demikian, yang diproporsikan tinggal 79 untuk pengambilan sampel sisanya 29.
Lihat tabel di bawah ini.

ANGKATAN N n
2016 24 24/79 x 29= 8,8= 9
2015 21 21/79 x 29=7,7= 8
2014 12 12/79 x 29=4,4= 4
2013 22 22/79 x 29=8,1= 8
2012 dan di bawahnya 1 1
80 30

Catatan: Teknik ini terdiri atas proportionate stratified sampling dan


disproportionate stratified sampling. Disebut proportionate bila seluruh strata
memiliki proporsi yang wajar, sehingga semuanya bisa dilakukan penarikan sampel
secara proporsional. Disebut disproportionate bila ada suatu strata yang tidak
proporsional jumlahnya untuk bisa diambil sampelnya, sebagaimana contoh di
atas.

-7-
3. Lakukan penarikan sampel setiap angkatan. Angkatan 2016 ambil sampel 9
mahasiswa dari 24, Angkatan 2015 ambil 8 dari 21, Angkatan 2014 ambil 4 dari 12,
dan Angkatan 2013 ambil 8 dari 22. Angkatan 2012 dan dibawahnya langsung
menjadi anggota sampel. Cara penarikan sampel setiap angkatan, ikuti cara pada
bagian 1.1 Simple Random Sampling.

Perhatikan: 30 mahasiswa yang telah terambil secara random dengan teknik stratified
random sampling merupakan suatu kelompok subjek penelitian yang isinya berasal
dari semua strata atau angkatan. Dengan demikian, sampel ini menjadi kelas atau
kelompok baru yang akan diteliti.
Masalah yang timbul: Apabila penelitian dilakukan secara eksperimen atau causal
comparative, apakah siswa bersedia dan sekolah mengijinkan? Bila jawabannya tidak,
meskipun sampel ini sangat representatif tetapi tidak bisa dilakukan penelitian
untuknya.
Kesimpulan: Bila penelitian yang dilakukan secara asosiatif dan deskriptif, sampling
model ini sangat memungkinkan dilakukan dan lebih mudah. Penerima angket sudah
bisa dipastikan orangnya.

2.2.1.3 Area atau Cluster Sampling


1. Populasi yang kita miliki beranggotakan 136 siswa yang tersebar kedalam empat
kelas: kelas XII IIS 1 (36), XII IIS 2 (36), XII IIS 3 (36) dan XII LM Ekonomi (28). Sampel
yang diperlukan berukuran kurang lebih 30. Berdasarkan sebaran siswa pada
empat kelas, semuanya memenuhi keperluan ukuran sampel yang kurang lebih 30.
Langkah penarikan sampelnya sebagai berikut:
2. Ambil salah satu dari empat kelas atau kelompok tersebut di atas, ikuti cara pada
bagian 1.1 Simple Random Sampling. Misalnya tepilih kelas XII IIS 2.
3. Seluruh siswa yang terdapat pada kelas XII IIS 2 menjadi anggota sampel, dengan
ukuran sesuai yang terdaftar di dalamnya.

Perhatikan: Siswa telah terambil secara random dengan teknik cluster random
sampling merupakan suatu kelompok subjek penelitian yang isinya berasal dari satu
cluster atau kelompok atau kelas yang terpilih.
Masalah yang timbul: Bisa saja terjadi kepala sekolah tidak mengijinkan satu atau dua
kelas dijadikan subjek penelitian. Oleh karena itu, alangkah baiknya tentukan dulu
oleh kita, secara random, kelas yang akan dijadikan sampel kemudian ajukan ijinnya.
Bila tidak diijinkan, kemudia sekolah menentukan kelas mana yang bisa dijadikan
subjek, maka teknik sampling-nya menjadi tidak random karena bersifat purposif.
Kesimpulan: Bila penelitian yang dilakukan secara eksperimental dan causal
comparative, sampling model ini sangat memungkinkan dilakukan dan lebih mudah.
Bila diperlukan dua kelas, untuk dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
maka pilihlah secara acak dua kelas atau dua kelompok.
2.2.1.4 Two Stage Random Sampling
Teknik ini mirip dengan Cluster Random Sampling yang dilanjutkan dengan Stratified
Random Sampling. Ini dilakukan bila kelompok atau wilayah atau kelas yang dijadikan
populasi sangat heterogen, sehingga diperlukan sampel lebih dari satu kelompok.
Langkah-langkah penarikan sampelnya sebagai berikut:

-8-
1. Langkahnya mirip dengan 1.3 Area atau Cluster Sampling, yang membedakan
jumlah kelompok yang dipilih bisa lebih dari dua kelompok.
2. Setelah diperoleh sejumlah kelompok misalnya 5 kelompok, dilakukan tahap
berikutnya yang mirip dengan cara 1.2 Stratified Random Sampling. Ambillah
sampel dari setiap kelompok secara proporsional, sehingga mencapai jumlah atau
ukuran sampel yang dikehendaki.

Perhatikan: Sampel yang telah terambil secara random dengan teknik two stage
random sampling merupakan suatu kelompok subjek penelitian yang isinya berasal
dari beberapa kelompok atau kelas atau wilayah yang terpilih. Dengan demikian,
sampel ini menjadi kelas atau kelompok baru yang akan diteliti.
Masalah yang timbul: Apabila penelitian dilakukan secara eksperimen atau causal
comparative, apakah siswa bersedia dan sekolah mengijinkan? Bila jawabannya tidak,
meskipun sampel ini sangat representatif tetapi tidak bisa dilakukan penelitian
untuknya.
Kesimpulan: Bila penelitian yang dilakukan secara asosiatif dan deskriptif, sampling
model ini sangat memungkinkan dilakukan dan lebih mudah. Penerima angket sudah
bisa dipastikan orangnya.
2.2.2 Nonprobability Sampling
Teknik ini terdiri atas sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental,
purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling. sampel yang sistematis,
convenience sampling atau accidental sampling, dan purposive sampling. Pada
prinsipnya, semua anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan sampel. Ambil contoh populasi yang berukuran 136 siswa di atas, bila kita
akan mengambil sampel sebanyak 30 siswa, bila dilakukan secara nonprobability
sampling maka langkahnya seperti berikut.
2.2.2.1 Systematic Sampling
Lihat kembali sampling frame pada 1.1 Simple Random Sampling. Dari 136 akan
diambil 30 sampel, maka 136 dibagi 30 sama dengan 4,5. Dengan demikian, kelipatan
yang diambil adalah 4 atau 5 dimulai dari 1. Misalnya: 001, 005, 009, 013, … dan
seterusnya sampai diperoleh 30 siswa dari 136 siswa.
2.2.2.2 Convenience Sampling atau Accidental Sampling
Ini adalah penarikan sampel yang sangat sederhana, dan disesuaikan dengan
kebutuhan. Lihat lagi populasi yang 136 siswa. Siapa yang akan dijadikan anggota
sampel adalah siapa yang anda temui dari mereka, sampai diperoleh 30 siswa.
2.2.2.3 Snawball Sampling
Penarikan sampel ini seperti pada 2.2 Convenience Sampling atau Accidental Sampling,
yang membedakan siswa yang akan dijadikan sampel yang berikutnya bukan
berdasarkan penunjukkan guru, tetapi berdasarkan penunjukkan dari siswa yang
sebelumnya dijadikan anggota sampel.
2.2.2.4 Purposive Sampling
Penarikan sampel dilakukan dengan penunjukkan, dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Misalnya sampel sebanyak 30 siswa dari 136 siswa ditentukan
berdasarkan pertimbangan guru mata pelajaran Ekonomi atau pertimbangan wali
kelas XII IIS 1, XII IIS 2, XII IIS 3 dan XII LM Ekonomi. Ketika anda membutuhkan dua
kelas untuk dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka kelas yang

-9-
dijadikan sampel disesuaikan dengan penetapan dari Kepala Sekolah atau guru mata
pelajaran Ekonomi.
2.2.2.5 Total Sampling
Penelitian anda berupa eksperimental atau causal comparative yang membutuhkan
satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Populasi yang dimiliki berukuran 54
siswa yang terdiri atas XII IIS 2 dengan 36 siswa dan XII LM Ekonomi 28 siswa. Karena
hanya punya populasi seperti itu, maka seluruh anggota populasi dijadikan sebagai
sampel.

3. KASUS SKRIPSI DI PEKO


Penelitian yang umum dilakukan berupa eksperimen atau causal-comparative yang
membutuhkan dua kelompok sampel yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Eksperimen berupa penerapan model pembelajaran, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, bahan ajar, media pembelajaran dan sejenisnya untuk
materi tertentu pada mata pelajaran tertentu.

3.1 Populasi
Populasi ditentukan berdasarkan pemenuhan kriteria sesuai dengan permasalahan penelitian.
Kriteria yang harus dipenuhi, meliputi materi tertentu pada mata pelajaran tertentu. Bila
eksperimen itu dilakukan untuk materi siklus akuntansi jasa, maka kriteria populasi yang bisa
digunakan pada sekolah tersebut adalah siswa kelas XII semester ganjil peminatan Ilmu-ilmu
Sosial.
Bila di sekolah tersebut ada Lintas Minat Ekonomi, maka kelas ini bisa juga dijadikan populasi.
Contoh pernyataan populasi yang bisa digunakan:
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XII peminatan Ilmu-ilmu Sosial semester ganjil
tahun pelajaran 2017/2018 peminatan Ilmu-ilmu Sosial dan lintas minat pelajaran Ekonomi.
Ukuran populasi sebanyak 210 siswa, yang terbagi ke dalam enam kelas.

3.2 Sampel
Sampel yang representatif, sehingga bisa digunakan untuk menyimpulkan populasi adalah
sampel yang ditarik secara random. Untuk penelitian eksperimen dan causal comparative
dibutuhkan dua kelompok sampel, satu kelompok eksperimen dan satu lagi kelompok kontrol.
Teknik penarikan sampling yang mudah dan dapat dipertanggungjawabkan adalah Cluster
Random Sampling. Asumsi yang digunakan, bahwa pembagian siswa ke dalam kelas-kelas
yang ada umumnya didasarkan pada distribusi normal, kecuali kalau ada kelas unggulan yang
berisi siswa dengan prestasi tinggi. Pilihlah secara acak dua kelas, satu yang dijadikan kelas
eksperimen dan satu dijadikan kelas kontrol.
Bila sudah dilakukan, perhatikan contoh pernyataan sampel di bawah ini:
Sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling, dan diperoleh kelas XII IIS 3
dengan ukuran 30 siswa dan kelas XII IIS 5 dengan ukuran 32 siswa. Setelah dilakukan
pengundian, kelas XII IIS 5 menjadi kelas eksperimen dan kelas XII IIS 3 sebagai kelas kontrol.

-10-
REFERENSI
Cooper, D. R., & Emory, C. W. (1999). Metode Penelitian Bisnis Jilid 1 (5th ed.). (D. Sihombing,
Y. Sumiharti, Penyunt., E. G. Sitompul, & I. Nurmawan, Penerj.) Jakarta, DKI Jakarta,
Indonesia: Penerbit Erlangga.
Creswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Wuantitative and Qualitative Research (4th Edition ed.). Boston, USA: Pearson
Education, Inc.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to Design and Evaluate Research in
Education (8th Edition ed.). New York, USA: McGraww-Hill.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Cetakan ke-14 ed.). Bandung, Jawa Barat, Indonesia: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Statistik Nonparametris untuk Penelitian (Cetakan ke-11 ed.). Bandung,
Jawa Barat, Indonesia: CV. Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Cetakan ke-8 ed.). Bandung, Jawa
Barat, Indonesia: PT. Remaja Rosdakarya.

-----e.o.f.-----

-11-

Anda mungkin juga menyukai