Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit, keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun
orang tua dan keluarga (wong, 2000, dalam erna, 2012).5 Dari pengertian
diatas dapat di simpulkan hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu
alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah dan
hospitalisasi dapat menimbulkan kecemasan.6 Kecemasan merupakan respon
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh
semua mahluk hidup sehari-hari. Dan kecemasan terjadi akibat dari ancaman
terhadap harga diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. (Suliswati
dkk, 2005).
Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami reaksi hospitalisasi
dalam bentuk anak rewel, tidak mau didekati oleh petugas kesehatan,
ketakutan, tampak cemas, tidak kooperatif, bahkan tamper tantrum. Menurut
Ball dan Bindler (2003), anak yang dirawat di rumah sakit berada pada
lingkungan asing yang tidak diketahuinya, dikelilingi orang-orang asing,
peralatan, dan pemandangan sekitar menakutkan; sehingga menimbulkan
reaksi hospitalisasi.
Reaksi hospitalisasi pada anak diasumsikan dapat diminimalisir dengan
keberadaan lingkungan yang terapetik. Menurut Smith dan Watkins (2010),
lingkungan terapetik meliputi efek psikososial lingkungan, efek lingkungan
terhadap sistem immune, dan bagaimana pengaturan ruangan yang menarik.
Setting ruang rawat anak yang menarik diharapkan memberikan kesenangan
tersendiri sehingga anak menjadi tidak cemas selama horpitalisasi. Anak yang
kooperatif ketika dilakukan tindakan keperawatan merupakan salah satu tanda
anak yang tidak cemas akibat hospitalisasi.

1
Dalam penelitian Axline (1998) dalam Ira Merianti (2012), terapi
bermain merupakan terapi untuk mengobati anak yang sedang sakit dan salah
satu teknik yang akan membantu penurunan ketegangan emosional yang
dirasakan anak. Menurut survey tahun 2001 hampir 4.000.000 anak di Amerika
Serikat dalam satu tahun mengalami hospitalisasi yang lama. Hal ini terjadi
karena adanya traumatik dan stress yang dialami oleh anak. Di Indonesia setiap
tahun terdapat lebih dari 5.000.000 anak yang menjalani masa perawatan yang
lama di rumah sakit (Cherty dan Kozak, 2001 dalam Dian Indriyani
Kurniawati, 2011). Begitu pula di Bekasi, Jawa Barat terdapat 188.000 anak
dalam 1 tahun yang mengalami hospitalisasi (Cherty dan Kozak,2001 dalam
Dian 2011).
Fasilitas pelayanan kesehatan untuk pasien diharapkan dapat
meningkatkan kesehatan,keamanan, dan hubungan sosial yang normal, dan
tidak terkesan mengisolasi. Desain lingkungan yang terapetik diperlukan untuk
pasien di lingkungan rumah sakit (Smith & Watkins, 2010). Ruang rawat anak
perlu desain ruang menarik.
Desain ruang yang terapetik di ruang rawat anak diantaranya penggunaan
sprei bergambar, hiasan bergambar kartun, restrain infus bergambar,
permainan terapetik, dan komunikasi perawat yang terapetik. Disamping itu
kombinasi music dan seni dapat juga diterapkan. Terapi musik dapat dilakukan
dengan diperdengarkannya musik yang disukai anak, sedangkan terapi seni
dapat diterapkan dengan menggambar bebas. Nesbit dan Tabatt-Haussmann
(2008), meneliti tentang peran kreatif terapi seni dan musik untuk anak kanker
dan kelainan darah. Kombinasi kedua terapi tersebut dinilai sangat efektif di
lingkungan pasien onkologi dan hematologi sebab dapat membantu
mengurangi nyeri dan mempengaruhi emosi secara nonfarmakologis.
Kombinasi terapi musik dan seni tersebut secara non-farmakologis
membuktikan terjadinya sistem aktivasi reticular otak dan koordinasi sensori
terkoordinasi dengan baik, sehingga anak lebih mudah menerima informasi.
Hal ini menurunkan kecemasan dan memberikan dampak relaksasi (Nesbit &
Tabatt-Haussmann, 2008).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apaka pengertian hospitalisasi?
2. Apakah tujuan hospitalisasi?
3. Apakah manfaat hospitalisasi?
4. Apa saja macam-macam hopitalisasi?
5. Bagimanakah dampak hospitalisasi?
6. Baimanakah penaganan hospitalisasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hospitalisasi.
2. Untuk mengetahui tujuan hospitalisasi.
3. Untuk mengetahui manfaat hospitalisasi.
4. Untuk mengetahui macam-macam hospitalisasi.
5. Untuk mengetahui dampak hospitalisasi.
6. Untuk mengetahui penaganan hospitalisasi.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hospitalisasi


Menurut (Supartini, 2004 dalam Yuli Utami, 2014), hospitalisasi
merupakan suatu proses dimana karena alasan tertentu atau darurat
mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi adalah bentuk stressor
individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat di rumah sakit
(Wong, 2003 dalam Yuli Utami, 2014). Menurut WHO, hospitalisasi
merupakan pengalaman yang mengancam ketika anak menjalani hospitalisasi
karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman.
Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alasan darurat atau
berencana mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. (Jovans, 2008 dalam Siti
& Sui, 2014). Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan
lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam, atau
merusak terhadap keseimbangan atau ekuilibrum seseorang (Suddarth, 2002).
Selye mendefinisikan stres sebagai respon tubuh yang sifatnya non spesifik
terhadap setiap tuntutan beban atas diri seseorang (Hawari, 2003 dalam Siti &
Sui, 2014).
Stres hospitalisasi dapat di artikan sebagai keadaan atau respon tubuh
yang terjadi ketika seseorang menjalani perawatan di rumah sakit. Sakit dan
dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak, karena
anak mengalami stres akibat perubahan lingkungan, perubahan status
kesehatannya, dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme
koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat
menekan (Wong, 2002 dalam Siti & Sui, 2014).
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan hospitalisasi adalah suatu
proses oleh karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan
anak tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali ke rumah dan hospitalisasi dapat menimbulkan

4
kecemasan. Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan
yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahluk hidup sehari-hari.
Dan kecemasan terjadi akibat dari ancaman terhadap harga diri yang sangat
mendasar bagi keberadaan individu. (Suliswati dkk, 2005 dalam Lina, 2014).

2.2 Tujuan Hospitalisasi

1. Untuk memudahkan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang


komprehensif
2. Untuk memudahkan menegakkan diagnosis pasien dan perencanaan terapi
yang tepat
3. Untuk memudahkan pengobatan dan terapi yang akan dan harus
didapatkan pasien
4. Untuk mempercepat tindakan kesehatan.
5. Memudahkan pasien untuk mendapatkan berbagai jenis pemeriksaan
penunjang yang diperlukan
6. Untuk mempercepat penyembuhan penyakit pasien
7. Untuk memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari yang berhubungan dgn
penyembuhan penyakit, termasuk pemenuhan gizi.

2.3 Manfaat Hospitalisasi


Menurut Supartini (2004, hal : 198) manfaat hospitalisasi, sebagai berikut :
1. Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara memberi
kesempatan keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stresor yang
dihadapi selama perawatan di Rumah sakit.
2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Untuk itu perawatan
dapat memberi kesempatan pada keluarga untuk belajar tentang penyakit,
prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien.
3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan
memberi kesempatan pada pasien mengambil keputusan, tidak terlalu
bergantung pada orang lain dan percaya diri. Berikan juga penguatan yang
positif dengan selalu memberikan pujian atas kemampuan klien dan
keluarga dan dorong terus untuk meningkatkannya.

5
4. Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien
yang ada, teman sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya
untuk saling kenal dan membagi pengalamannya. Demikian juga interaksi
dengan petugas kesehatan dan keluarga harus difasilitasi oleh perawat
karena selama dirumah sakit klien dan keluarga mempunyai kelompok
yang baru.
2.4 Macam – Macam Hospitalisasi
Macam-macam hospitalisasi adalah menurut Lyndon (1995, dikutip oleh
Supartini 2004, hal 189), Sebagai berikut :
1. Hospitalisasi Informal
Perawatan dan pemulangan dapat diminta secara lisan, dan pasien dapat
meninggalkan tempat pada tiap waktu, bahkan jika menentang dengan
nasehat medis. Sebagian besar pasien medis dan bedah dirawat secara
informal.
2. Hospitalisasi Volunter
Hospitalisasi volunter memerlukan permintaan tertulis untuk perawatan
dan untuk pemulangan. Setelah pasien meminta pulang, dokter dapat
mengubah hospitalisasi volunter menjadi hospitalisasi involuter.
3. Hospitalisasi Involunter
Hospitalisasi Involunter adalah sangat membatasi otonomi dan hak pasien.
Keadaan ini tidak memerlukan persetujuan pasien dan seringkali
digunakan untuk pasien yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan orag lain.
Hospitalisasi Involunter memerlukan pengesahan (sertifikasi) oleh
sekurang-kurangya dua dokter; pengesahan dapat berlaku sampai 60 hari
dan dapat diperbaharui. Keadaan ini mungkin diminta oleh pegadilan
sebagai jawaban atas permohonan dari rumah sakit atau anggota keluarga.
4. Hospitalisasi Gawat Darurat
Hospitalisasi Gawat Darurat (sementara atau persetujuan satu orang
dokter) adalah bentuk yang mirip dengan komitmen involunter yang
memrluka pengesahan atau sertifikasi hanya oleh satu orang dokter;
pengesahan berlaku selama 15 hari. Pasien harus diperiksa oleh dokter
kedua dalam 48 jam untuk menegakkan perluya perawatan gawat darurat.

6
Setelah 15 hari, pasien harus dipulangkan, diubah menjadi status
involunter, atau diubah menjadi status volunter.

2.5 Dampak Hospitalisasi


Hospitalisasi akan memberikan dampak pada anak dan orang tua,
dampak bagi anak akan mempengaruhi tumbuh kembangnya, akibat sakit dan
dirawat dirumah sakit, anak juga dapat bereaksi karena kehilangan kendali.
Anak akan kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya,
sehingga anak bereaksi negatif terhadap ketergantungan yang dialaminya,
terutama anak menjadi cepat marah dan agresif. Sedangkan reaksi karena luka
pada tubuhdan rasa sakit, anak biasa nya mengungkapkan secara verbal apa
yang dirasakannya. Sedangkan pada anak yang sudah mampu
mengkomunikasikan rasa nyeri yang mereka alami dan mampu menunjukkan
lokasinya (Yuli, 2014).
Dampak lain karena adanya pembatasan lingkungan, anak akan
kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi
tergantung pada lingkungannya. Akibatnya anak akan kembali mengalami
penurunan keaktifan serta kemampuan dalam tahap perkembangannya. Selain
itu, terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena
mendapatkan tindakan invasif, seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak
akan menangis bahkan sampai menyerang, baik secara verbal maupun secara
fisik, seperti menggigit,memukul, mencubit dan menentang perawat (Yuli,
2014).
Sedangkan dampak hospitalisasi bagi orang tua anak terhadap perawatan
anak di rumah sakit adalah perasaan cemas dan takut, rasa tidak
percaya,penolakan marah, perasaan bersalah, perasaan frustasi, dan depresi.
Perasaan cemas orang tua dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar maupun dari
dalam dirinya sendiri. Adanya kecemasan yang berasal dari dalam dirinya
karena ada sesuatu hal yang tidak diterima baik dalam pikiran dan perasaan.
Sedangkan rasa takut karena kecemasan biasanya akibat adanya ancaman,
sehingga seseorang akan menghindar (Yuli, 2014).

7
Depresi juga dapat terjadi pada orang tua akibat hospitalisasi anak.
Depresi biasanya terjadi setelah masa krisis anak berlalu. Dalam hal ini, orang
tua merasa khawatir terhadap anak-anaknya yang lain dan orang tua biasanya
lebih fokus terhadap keluhan-keluhan anak walaupun itu dirasa bukan masalah
besar. Hal-hal lain yang membuat orang tua merasa cemas dan depresi adalah
kesehatan anaknya dimasa-masa yang akan datang, misalnya efek dari
prosedur pengobatan dan juga biaya pengobatan (Yuli, 2014).

2.6 Penanganan Hospitalisasi


Menurut Umi Solikah (2013) dalam jurnal Efektifitas Lingkungan
Terapetik Terhadap Reaksi Hospitalisasi Pada Anak, penanganan hospitalisasi
yaitu menciptakan lingkungan yang terapeutik. Perlakuan yang di laksanakan
meliputi komunikasi terapeutik saat melakukan tindakan, pencitraan
lingkungan tempat tidur (memasang stiker bergambar di kamar, penggunaan
sprei bermotif kartun, penggunaan bidai restrain infus yang bergambar, dan
pemakaian rompi bergambar saat melakukan tindakan keperawatan. Perlakuan
untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik menjadi salah satu pilihan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak yang dirawat. Perlakuan
yang dilaksanakan meliputi komunikasi terapeutik saat melakukan tindakan,
pencitraan lingkungan tempat tidur (memasang stiker bergambar di kamar,
penggunaan spreibermotif kartun, penggunaan bidai restrain infus yang
bergambar, dan pemakaian rompi bergambar saat melakukan tindakan
keperawatan. Desain lingkungan yang terapetik diperlukan untuk pasien
dilingkungan rumah sakit (Smith & Watkins, 2010).
Dampak hospitalisasi menjadi kendala terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien anak, sehingga diperlukan upayaperawat untuk
kreatif melakukan upaya lingkungan terapetik untuk memberikan reaksi
hospitalisasi yang positif Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya
melakukan lingkungan terapetik mampu memberikan reaksi hospitalisasi yang
positip.
Menurut Lina Indrawati (2014) dalam jurnal Pengaruh Pemberian Terapi
Aktivitas Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Todller Akibat

8
Hospitalisasi Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Kota Bekasi Tahun 2013
penanganan hospitalisasi yaitu terapi bermain merupakan suatu metode dan
cara yang dapat digunakan dan diberikan kepada anak selama anak berada di
Rumah sakit. Dengan bermain anak dapat melepaskan rasa ketegangan, dan
stress yangdialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Pernyataan ini didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh Wong (2001), menyatakan bahwa salah satu manfaat yang
harus terkandung didalam permainan adalah manfaat terapeutik dimana
bermain memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan dan stress,
memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima
dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima, memudahkan komunikasi
verbal dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut, dan keinginan, dengan
bermain anak dapat mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan atas situasi
sosial serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspresikan di dunia yang nyata.
Menurut Siti Aizah (2014) dalam jurnal Upaya Menurunkan Tingkat
Stress Hospitalisasi Dengan Aktivitas Mewarnai Gambar Pada Anak Usia 4-6
Tahun Di ruang Anggrek RSUD Gambiran Kediri penanganan hospitalisasi
yaitu dengan Melalui mewarnai gambar, seorang dapat menuangkan
simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya kedalam coretan
dan pemilihan warna. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa
individu dapat menyalurkan perasaan – perasaan yang tersimpan dalam bawah
sadarnya dan tidak dapat dimunculkan kedalam realita melalui gambar.
Melalui mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar telah mengeluarkan
muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa sedih, tertekan, stres,
menciptakan gambaran – gambaran yang membuat kita kembali
merasabahagia, dan membangkitkan masa – masa indah yang pernah kita alami
bersama orang – orang yang kita cintai. Melalui aktifitas mewarnai gambar,
emosi dan perasaan yang ada di dalam diri bisa dikeluarkan, sehingga dapat
menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai dengan perilaku
dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu dalam mengurangi
stress yang dialami anak (Hidayah, 2011).

9
BAB 3
PENUTUP

10
3.1 Kesimpulan
Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah dan hospitalisasi dapat
menimbulkan kecemasan. Kecemasan merupakan respon individu terhadap
suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahluk hidup
sehari-hari. Dan kecemasan terjadi akibat dari ancaman terhadap harga diri yang
sangat mendasar bagi keberadaan individu.
Salah satu tujuan dari hospitalisasi adalah untuk memudahkan pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Dimana manfaatnya
embantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara memberi kesempatan
keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stresor yang dihadapi selama
perawatan di rumah sakit.

3.2 Saran
Penyusun berharap bagi perawat sebaiknya lebih meningkat kulitas kerja
sebagai perawat dan mampu menjadi perawat yang profesional dibidangnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aizah, Siti & Wati, Sui Erna. (2014). Upaya Menurunkan Tingkat Stres
Hospitalisasi Dengan Aktifitas Mewarnai Gambar Pada Anak Usia 4-6
Tahun Di Ruang Anggrek Rsud Gambiran Kediri. Jurnal Universitas
Nusantara PGRI Kediri. Vol 1, No 25; hal. 6-10.
Apriany, Dyna. (2013). Hubungan Antara Hospitalisasi Anak Dengan Tingkat
Kecemasan Orang Tua. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing), Vol 8, No.2; hal. 92-104.
Hastuti, Apriyani Puji. 2015. Konsep Hospitalisasi pada Anak dan Keluarga.
Ebook Modul Kuliah Keperawatan Anak POLITEKNIK Kesehatan RS Dr
Soepraoen. hal: 1-20.
Huraerah, Abu, M. Si., 2006. Kekerasan terhadap Anak. Bandung: Penerbit
Nuansa.
Indrawaty, Lina. (2014). Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Bermain Terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Usia Toddler Akibat Hospitalisasi Di Ruang Rawat
Inap Anak Rsud Kota Bekasi Tahun 2013. Jurnal STIKes MI.. hal. 1-23.
Solikhah, Umi. (2013). Efektifitas Lingkungan Terapetik Terhadap Reaksi
Hospitalisasi Pada Anak. Jurnal Keperawatan Anak. Vol 1, No 1; hal. 1-9.
Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Utami, Yuli. (2014). Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal
Ilmiah WIDYA. Vol 2, No 2; hal. 9-20.

12

Anda mungkin juga menyukai