Anda di halaman 1dari 10

ARAH KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL


2015 - 2019

1. Isu Pengembangan Wilayah

Isu utama pembangunan wilayah nasional1 saat ini adalah


masih besarnya kesenjangan antar wilayah, khususnya kesenjangan
pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan
Timur Indonesia (KTI). Hal ini tercermin salah satunya dari kontribusi
PDRB terhadap PDB, yang mana selama 30 tahun (1983-2013),
kontribusi PDRB KBI sangat dominan dan tidak pernah berkurang dari
80 persen terhadap PDB.

GAMBAR 1
PERAN WILAYAH/PULAU DALAM PEMBENTUKAN
PDB NASIONAL 1983-2013 (PERSEN)

Sehubungan dengan hal tersebut, arah kebijakan utama


pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat
pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah. Oleh karena
itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong
transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi,
Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga
momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.

1
Wilayah nasional adalah seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan peraturan perundang-undangan (PP
No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)

Rancangan RPJMN 2015-2019 | 1


Transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah tersebut
bertumpu pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia,
peningkatan efisiensi dan nilai tambah sumber daya alam, penguatan
kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, penyediaan infrastruktur
yang terpadu dan merata; serta penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik.

2. Kerangka Pengembangan Wilayah

“Kerangka Pengembangan Wilayah” untuk mempercepat dan


memperluas pembangunan wilayah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mendorong percepatan pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi, sebagai penggerak utama
pertumbuhan (engine of growth), di masing-masing pulau,
terutama di wilayah koridor ekonomi, dengan menggali potensi
dan keunggulan daerah. Industrialisasi perlu didorong untuk
mengolah bahan mentah, agar dapat meningkatkan nilai
tambah serta menciptakan kesempatan kerja baru.
2. Kedepan, secara khusus akan dilakukan pula percepatan
pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan)
dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa maritim,
yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi
dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari;
dan kemampuan industri maritim dan perkapalan.
3. Dikarenakan adanya keterbatasan dana pemerintah, maka
tidak semua wilayah dapat dikembangkan pada saat yang
bersamaan. Oleh karena itu, perlu dipilih pusat-pusat
pertumbuhan yang mempunyai komoditas prospektif (nilai
tambah tinggi dan menciptakan kesempatan kerja tinggi),
terutama yang berada di masing-masing koridor ekonomi.
Selain itu, prioritas juga akan diberikan pada pengembangan
kawasan pesisir yang mempunyai sumber daya kelautan dan jasa
maritim.
4. Investasi Pemerintah, BUMN/BUMD, dan Swasta perlu
dioptimalkan pada klaster-klaster industri untuk memicu
dampak penggandanya (multiplier effect) pada daerah
sekitarnya, termasuk di wilayah-wilayah tertinggal.
5. Upaya peningkatan pembangunan ekonomi di semua pusat
pertumbuhan tersebut, harus tetap mengacu Rencana Tata
Ruang Wilayah dan menggunakan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) sebagai pedoman untuk menjaga
keseimbangan alam dan kelangsungan keserasian ekosistem
dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan
dapat diciptakan pertumbuhan yang inklusif yang dapat
menjangkau seluruh wilayah dan masyarakat dengan tetap
menjaga keberlanjutan di masa depan.

2 | Rancangan RPJMN 2015-2019


6. Keterkaitan antara pusat pertumbuhan wilayah dan daerah
sekitarnya, perlu difasilitasi dengan infrastruktur wilayah yang
terintegrasi dan terhubung dengan baik dan terpadu,
khususnya infrastruktur jalan dan perhubungan, baik
perhubungan laut maupun udara, termasuk jaringan informasi
dan komunikasi, serta pasokan energi, sehingga tercipta
konektivitas nasional, baik secara domestik maupun secara
internasional (locally integrated, internationally connected).
Prioritas khusus akan diberikan pada peningkatan fungsi dan
peran perhubungan laut sebagai pengembangan poros maritim.
7. Untuk memperlancar distribusi logistik barang, jasa, dan
informasi, pemerintah pusat dan daerah, maupun melalui kerja
sama dengan dunia usaha, termasuk BUMN, berupaya untuk (a)
menurunkan biaya transaksi logistik (transaction cost); (b)
mengurangi ekonomi biaya tinggi; (c) menurunkan rata-rata
dwelling time (waktu tunggu kapal di pelabuhan); (d)
mengembangan sistem logistik dan distribusi secara elektronik,
terutama untuk proses pre-clearance sampai dengan post
clearance; dan (e) optimalisasi perijinan ekspor-impor secara
terintegrasi dan elektronik antar sektor.
8. Selain itu, perlu dilakukan pula peningkatan kemampuan SDM
dan Iptek untuk mendukung pengembangan klaster-klaster
industri. Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil dan
cerdas (skilled labor) merupakan modal utama untuk merintis
terbangunnya proyek-proyek besar di setiap klaster industri.
9. Dari sisi regulasi, Pemerintah secara berkelanjutan terus
berupaya untuk menciptakan dan meningkatkan iklim usaha
dan iklim investasi yang kondusif bagi para investor.
Pemerintah perlu melakukan deregulasi (debottlenecking)
terhadap beberapa peraturan yang menghambat pelaksanaan
investasi. Fasilitasi dan katalisasi secara bertahap akan terus
diberikan oleh Pemerintah melalui pemberian insentif fiskal
dan non fiskal.
10. Pemerintah secara berkelanjutan perlu berupaya untuk
meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kebijakan
antar Kementerian/Lembaga dan antara
Kementerian/Lembaga dengan Pemerintah Daerah.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu bersinergi dan
meningkatkan kualitas belanjanya sehingga menjadi stimulus
bagi berkembangnya usaha dan investasi di daerah.
11. Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investor,
perlu dilakukan peningkatkan dan penguatan kapasitas
kelembagaan pemerintah daerah termasuk kejelasan

Rancangan RPJMN 2015-2019 | 3


pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, serta peningkatan
kapasitas aparatur, kelembagaan, dan keuangan pemerintah
daerah.
12. Untuk menghindari timbulnya kesenjangan baru antara
wilayah koridor ekonomi dengan wilayah sekitarnya di setiap
pulau, maka pembangunan daerah tertinggal, termasuk desa
tertinggal, perlu ditingkatkan dengan melakukan
pemberdayaan ekonomi lokal, penciptaan akses transportasi
lokal ke wilayah pertumbuhan, dan percepatan pemenuhan
infrastruktur dasar.
13. Pada saat yang bersamaan diperlukan percepatan peningkatan
pembangunan kawasan perkotaan untuk mewujudkan kota
layak huni yang aman dan nyaman; hijau yang berketahanan
iklim dan bencana; cerdas; dan mempunyai daya saing kota.
Disamping itu, diperlukan juga peningkatan pembangunan
kawasan perdesaan yang bertujuan untuk mewujudkan
kemandirian masyarakat dan menciptakan desa-desa mandiri
dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi,
dan ekologi, serta penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi
kota-desa.
14. Selain daripada itu, akan dilakukan pula penanganan kawasan
perbatasan yang ditujukan untuk mewujudkan kawasan
perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat,
berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan
perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach)
dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat
(prosperity approach).
15. Karena hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki risiko
tinggi terhadap bencana, maka risiko bencana tersebut perlu
dikelola atau diminimalkan.
Pada akhirnya diharapkan dapat tercapai pengurangan
kesenjangan antar wilayah antara KBI dan KTI. Kerangka pengembangan
wilayah secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar
1 dan Gambar 2.

4 | Rancangan RPJMN 2015-2019


GAMBAR 2
KERANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH

Sumber : Bappenas, 2014

3. Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah didasarkan pada pembagian 7 (tujuh)


wilayah pembangunan, yaitu: Wilayah Papua, Wilayah Maluku, Wilayah
Nusa Tenggara, Wilayah Sulawesi, Wilayah Kalimantan, Wilayah Jawa-
Bali dan Wilayah Sumatera.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Pulau menjadi acuan utama dalam pengendalian tata ruang,
serta pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.

Rancangan RPJMN 2015-2019 | 5


GAMBAR 3
SKETSA HIRARKI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DAN HINTERLAND

Sumber : Bappenas, 2014

6 | Rancangan RPJMN 2015-2019


Pengembangan wilayah berdasarkan pada potensi dan
keunggulan daerah, serta lokasi geografis yang strategis di masing-
masing pulau. Adapun arah kebijakan pengembangan wilayah di setiap
pulau adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan Wilayah Pulau Papua sebagai "lumbung
pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas
padi, jagung, kedelai, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-
buahan, serta pengembangan peternakan dan tanaman non-
pangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; percepatan
pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi di
Kawasan Timur Indonesia melalui pengembangan minyak, gas
bumi, dan tembaga."
2. Pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku sebagai
"produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan
percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri berbasis komoditas
perikanan; serta pengembangan industri pengolahan berbasis
nikel, dan tembaga."
3. Pembangunan Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara sebagai
"pintu gerbang pariwisata ekologis melalui pengembangan
industri Meeting, Incentive, Convetion, Exhibition (MICE);
penopang pangan nasional dengan percepatan pembangunan
perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut;
pengembangan industri berbasis peternakan terutama sapi,
jagung; serta pengembangan industri mangan, dan tembaga.”
4. Pembangunan Wilayah Pulau Sulawesi sebagai "salah satu
pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan
pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan
pengembangan industri berbasis logistik; serta lumbung
pangan nasional dengan pengembangan industri berbasis
kakao, padi, jagung; dan pengembangan industri berbasis rotan,
aspal, nikel, dan biji besi; serta percepatan pembangunan
ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan
industri perikanan dan pariwisata bahari."
5. Pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan sebagai "salah
satu paru-paru dunia dengan mempertahankan luasan hutan
Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan
pengembangan hilirisasi komoditas batu bara; serta
pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet,

Rancangan RPJMN 2015-2019 | 7


bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa,
serta pengembangan food estate."
6. Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali sebagai "lumbung
pangan nasional dan pendorong sektor industri dan jasa
nasional dengan pengembangan industri makanan-minuman,
tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi
baja; salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia
dengan pengembangan ekonomi kreatif; serta percepatan
pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.”
7. Pembangunan Wilayah Pulau Sumatera sebagai "salah satu
pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan
lumbung energi nasional, diarahkan untuk pengembangan
hilirisasi komoditas batu bara, serta industri berbasis
komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin."
GAMBAR 4
ARAH KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN WILAYAH

WILAYAH TEMA

Sebagai lumbung pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas


padi, jagung, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, serta
pengembangan peternakan dan tanaman non-pangan, seperti tebu, karet,
PAPUA dan kelapa sawit; percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi
di kawasan Timur Indonesia, melalui pengembangan minyak, gas bumi, dan
tembaga.

Sebagai produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan


percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan), melalui
MALUKU
pengembangan industri berbasis komoditas perikanan; serta
pengembangan industri pengolahan berbasis nikel dan tembaga.

Sebagai pintu gerbang pariwisata ekologis dan penopang pangan


nasional, diarahkan dengan pengembangan industri MICE; penopang
pangan nasional dengan percepatan perekonomian berbasis maritim
NUSA TENGGARA
(kelautan) melalui perikanan, garam dan rumput laut; pengembangan
industri berbasis peternakan, terutama sapi, jagung; serta pengembangan
industri mangan, dan tembaga.

Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan


internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan
pengembangan industri berbasis logistik, serta lumbung pangan nasional
SULAWESI dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung, dan
pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, dan bijih besi; serta
percepatan pembangunan berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari.

Sebagai salah satu paru-paru dunia dengan mempertahankan luas hutan


Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi
KALIMANTAN komoditas batu bara; serta pengembangan industri berbasis komuditas
kelapa sawit, karet, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir
kuarsa, serta pengembangan food estate.

Sebagai lumbung pangan nasional dan penopang sektor industri dan jasa
nasional dengan mengembangkan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif,
alutsista, telematika, kimia, alumina, dan besi baja; salah satu pintu gerbang
JAWA-BALI
destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan industri kreatif; serta
percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.

Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan


internasional dan energi nasional, diarahkan untuk pengembangan hilirisasi
SUMATERA
komoditas batu bara, serta industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet,
timah, bauksit, dan kaolin.
GAMBAR 1.5
TEMA PENGEMBANGAN WILAYAH INDONESIA 2015-2019

Anda mungkin juga menyukai