Anda di halaman 1dari 103

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

Pada bagian ini akan ditinjau berbagai aspek yang menyangkut Aspek
Geografi dan demografi Kabupaten Majene, yang meliputi; gambaran
mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah,
dan kerentanan wilayah terhadap bencana, sedangkan gambaran kondisi
demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan
populasi masyarakat.

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah


A. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Majene merupakan salah satu dari 6 kabupaten


dalam wilayah Propinsi Sulawesi Barat yang terletak di pesisir Pantai
Barat Propinsi Sulawesi Barat memanjang dari Selatan ke Utara.
Panjang garis pantai Kabupaten Majene ±125km², dengan luas wilayah
laut ±13.124km², dan luas daratan ±947,84 km² atau ±5,6% dari luas
Propinsi Sulawesi Barat. Secara administratif Kabupaten Majene
terbagi kedalam 8 Kecamatan, 20 Kelurahan, 62 desa, 369
lingkungan/dusun yang berbatasan dengan wilayah-wilayah berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Polewali Mandar dan
Mamasa
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Mandar
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Adapun pembagian administrasi, luas wilayah kecamatan secara
detail di Kabupaten Majene adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Pembagian Administrasi dan Luas Wilayah Kecamatan
Kabupaten Majene
Jumlah Jumlah
No Kecamatan Luas (Ha) %
Kelurahan Desa
1 Banggae 25.15 2.65 6 2
2 Banggae Timur 30.04 3.17 8 1
3 Pamboang 70.19 7.41 2 13
4 Sendana 82.24 8.68 2 14
5 Tammero’do Sendana 55.40 5.84 - 7
6 Tubo Sendana 41.17 4.34 - 7
7 Ulumanda 456 48.11 - 8

II - 1
Jumlah Jumlah
No Kecamatan Luas (Ha) %
Kelurahan Desa
8 Malunda 187.65 19.80 2 10
Jumlah 947.84 100.00 20 62
Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016
Gambar 2.1 Posisi Kabupaten Majene dalam Wilayah Provinsi Sulawesi
Barat

II - 2
Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Majene

II - 3
B. Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis, Kabupaten Majene terletak pada 20 38’ 45” – 30


38’ 15” Lintang Selatan dan antara 1180 45’ 00” - 1190 4’ 45” Bujur
Timur. Kabupaten Majene terletak di pesisir barat Pulau Sulawesi,
yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar dan Pulau
Kalimantan. Sebesar 95% dari total wilayah perairan Kabupaten
Majene masuk dalam alur pelayaran Selat Makassar, yang
menghubungkan Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan masuk
memanjang dari Selatan ke Utara. Jarak Kabupaten Majene ke ibukota
Propinsi Sulawesi Barat kurang lebih 146 km. Letak geografis
Kabupaten Majene berada dalam jalur lintas barat Pulau Sulawesi
yang menghubungkan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi
Tengah. Secara kondisi Geomorfologi Kabupaten Majene berada pada
ketinggian (5 - 1.327) meter dari permukaan laut. Berdasarkan
keadaan bentang alamnya terdiri atas satuan 4 morfologi yaitu: Satuan
Morfologi Pegunungan, satuan ini menempati Pegunungan
Manatattuang; Satuan Morfologi Perbukitan terletak di Daerah
Banggae dan Pamboang; Satuan Morfologi Karst menempati daerah
pantai selatan dan utara (Daerah Tubo) dan Satuan Morfologi
Pedataran menempati pesisir pantai barat.

C. Topografi

Kabupaten Majene dibangun oleh wilayah yang topografinya


bervariasi dari datar sampai berbukit dan bergunung, dengan
kemiringan lereng kurang dari 3 % sampai lebih dari 100 %.
Hamparan daerah dengan topografi datar ditemukan di sepanjang
wilayah paralel dengan garis pantai kabupaten ini. Hamparan wilayah
datar terutama ditemukan mulai dari pantai barat Kecamatan
Sendana menuju ke selatan sampai ke Kecamatan Banggae dan
Banggae Timur (Ibukota Kabupaten). Sebagian besar wilayah
Kabupaten Majene dengan kondisi topografi berbukit dan bergunung
hampir merata di semua kecamatan
Klasifikasi ketinggian wilayah Kabupaten Majene dari
permukaan air laut mulai dari 0-25 m sampai diatas 1.000 meter.
Berdasarkan kelas ketinggian muka laut yang tersebar pada umumnya
tergolong kelas ketinggian 100-500 meter yakni 38,69% dan ketinggian
500-1000 meter yakni 35,98% dari total keseluruhan wilayah

II - 4
kabupaten. Untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi ketinggian dari
permukaan laut menurut wilayah kecamatan, sebagaimana pada peta
dibawah ini.
Gambar 2.3 Peta Topografi Kabupaten Majene

II - 5
Gambar 2.4 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Majene

II - 6
D. Geologi
Bentang alam wilayah Kabupaten Majene yang merupakan
wilayah datar, bergelombang, berbukit sampai bergunung yang
tersebar di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Majene. Secara
umum jenis tanah yang tersebar di wilayah Kabupaten Majene adalah
Alluvial, Mediteran, Latosol, Gromosol, Poksolik Merah, dan Laterik
yang tersebar di semua kecamatan. Kondisi geologi regional wilayah
Kabupaten Majene sangat spesifik karena merupakan pertemuan
dua gugusan benua yaitu Benua Asia dan Australia. Karakteristik
geologis wilayah perencanaan merupakan satu kesatuan dengan
kondisi geologis wilayah Majene yang terbagi kedalam kondisi
fisiografi, statigrafi, struktur batuan dan hidrogeologi yang dijelaskan
sebagai berikut.
1. Fisiografi
Kondisi Fisiografi adalah kondisi yang menggambarkan kondisi
pegunungan yang membentang dari arah utara sampai ke timur.
Secara fisiografis dilihat dari utara, selatan, dan timur membujur
Pegunungan Tineba, Tangklekaju, dan Quarles. Jalur fisiografisnya
berupa sesar naik yang dimulai dari sesar kontak di wilayah
Majene dan berakhir dengan sesar naik di daerah Pasang Kayu.
Secara keseluruhan terdiri dari sesar naek dan kontak diselang
Antiklin dan Siklin yang membentuk daerah menjadi bergelombang
mulai dari tepi pantai. Umumnya sesar ini membentuk daerah
berbukit-bukit dengan batas daerah yang datar.
2. Startigrafi
Secara umum stratigrafi Kabupaten Majene dicirikan oleh
singkapan-singkapan dari batuan sedimen, batuan gunung api
yang bersifat menengah, dan basa serta batuan terobosan. Batuan-
batuan mempunyai usia yang berbeda-beda yaitu usia tersier dan
kwarter yang terjadi pada zaman yang berbeda: Paleosen, Oligosen,
Miosen, Pliosen, Plestosen, dan Holosen. Umumnya batuan-batuan
ini kaya akan kandungan mineral.
3. Struktur Batuan
Litologi jenis batuan di daerah penyelidikan ditentukan
berdasarkan kenampakan fisik yang dijumpai di lapangan,
dengan tetap mengacu pada formasi batuan yang telah ditentukan
oleh para peneliti terdahulu. Lokasi penyelidikan /
pengukuran geolistrik dan topografi di sepanjang poros jalan
provinsi Trans Sulawesi Bagian Barat, Kecamatan Banggae dan

II - 7
Pamboang. Secara keseluruhan litologi jenis batuan daerah
tersebut tersusun oleh Satuan Napal Tufaan (Qm=Quarter Marl)
dan Endapan Alluvial (Qal=Quarter Alluvial) dijelaskan berikut:
a. Batuan Napal Tufaan, Periode Kwarter (Qm)
Satuan Napal Tufaan terdiri atas perselingan antara napal
tufaan dengan bongkah koral, serpin napalan, batupasir tufaan
dengan lensa-lensa konglomerat. Hasil pengamatan lapangan
pada setiap perselingan batuan adalah sebagai berikut:
 Napal tufaan; berwarna abu-abu kecoklatan, struktur tidak
berlapis dan bersifat agak rapuh atau tidak terkonsolidasi
dengan baik, terdapat bongkah koral pada permukaan.
 Serpihan Napalan; berwarna putih abu-abu, tekstur klastik
halus, porositas besar dan permiabilitas kecil. Struktur
menyerpih sangat kuat dengan bentuk sperodial (kulit
bawang), resistensi batuan sangat rendah. Pada batuan ini
dijumpai perlapisan, jurus perlapisan berarah Barat laut –
Tenggara dengan kemiringan Timur laut (N 305oE/18o).
 Batu pasir Tufaan; berwarna putih pucat dan putih dengan
bercak berwarna coklat pada lapisan bagian bawah. Batu
pasir tufaan terdiri dari dua lapisan yakni pada bagian atas
dengan tekstur klastik halus serpih napalan dan bagian
bawah dengan tekstur agak kasar. Secara umum struktur
batuan kompak (terkonsolidasi dengan baik).
Hasil pengukuran stratigrafi terukur menunjukan urutan
perlapisan batuan adalah bagian atas dengan napal tufaan
dengan ketebalan 5,4 meter. Selanjutnya pada bagian bawah
terdiri atas perselingan antara batu pasir tufaan dengan serpih
napalan. Perulangan perlapisan sebanyak 5 lapisan untuk batu
pasir tufaan, dan 4 lapisan untuk serpih napalan. Ketebalan
masing-masing berkisar antara (0,6 – 2) meter pada batu pasir
tufaan, dan antara (0,4 – 1,8) meter pada serpih napalan.
Selanjutnya pada bagian bawah terdiri atas batu pasir kasar
dengan ketebalan 1,5 meter (ketebalan tersingkap). Satuan
batuan ini dominan menempati daerah perbukitan dan sedikit
pedataran.
b. Batuan Endapan Alluvial, Periode Kwarter (Qal)Endapan Alluvial
terdiri atas koral, kerikil, pasir, lempung dan lumpur.

II - 8
Penyebarannya sempit menempati daerah pedataran sepanjang
garis pantai. Endapan ini merupakan endapan geologi muda,
tidak terkonsolidasi dengan baik, dan belum terkompasi menjadi
batuan (merupakan sedimen lepas).
Gambar 2.5 Peta Jenis Tanah Kabupaten Majene

II - 9
Gambar 2.6 Peta Geologi Kabupaten Majene

II - 10
Gambar 2.7 Peta Geomorfologi Kabupaten Majene

II - 11
E. Hidrologi

Kondisi hidrologi Kabupaten Majene sangat berkaitan dengan tipe


iklim yang ada, dilain sisi juga dipengaruhi oleh kondisi stratigrafi dan
struktur batuan dimana dicirikan oleh singkapan-singkapan dari
batuan sedimen, batuan gunung api yang bersifat menengah, dan
basa serta batuan terobosan dan litologi jenis batuan daerah tersebut
tersusun oleh Satuan Napal Tufaan (Qm=Quarter Marl) dan Endapan
Alluvial (Qal=Quarter Alluvial). Keberadaan air tanah dangkal ± 4 m.
Kondisi hidrologi permukaan juga ditentukan oleh sungai-sungai yang
ada dengan jumlah sungai yang tersebar di wilayah Kabupaten Majene
berkisar 73 sungai baik besar maupun kecil. Pada umumnya debit air
sungai-sungai tersebut relatif besar yaitu Sungai Tubo, Tammerodo
yang berada di wilayah Kecamatan Sendana, sungai Maitting,
Manyamba, Pamboang di Kecamatan Pamboang, sungai Malunda di
Kecamatan Malunda dan sungai Kaiyong. Sungai terbesar yang di
Kabupaten Majene adalah Sungai Tubo dan sungai Maitting yang
memiliki debit air yang relatif besar dan merupakan sungai yang
berhulu di pegunungan dan bermuara di Selat Makassar.

Keberadaan debit air sungai tersebut perlu dijaga kelestariannya


mengingat masih banyak penduduk yang memanfaatkan air sungai
sumber keperluan rumah tangga dan ke depan perlu dikembangkan
sebagai sumber air bersih mengingat pertambahan penduduk semakin
merasakan pentingnya air bersih.

Sumberdaya air disamping berfungsi untuk kehidupan sehari-


hari juga berfungsi untuk berusaha dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan manusia seperti pertanian, perikanan, perindustrian,
pembangkit tenaga listrik dan sebagainya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kedaan hidrologi yaitu curah hujan, tipe iklim dan
sungai. Kondisi hidrologi di Kabupaten Majene, meliputi potensi air
tanah dan potensi air sungai, dimana potensi air tanah di Kabupaten
Majene cukup baik.

II - 12
Untuk lebih jelasnya potensi sumberdaya air di Kabupaten
Majene dan Peta Hidrologi Kabupaten Majene, sebagaimana pada tabel
dan peta berikut.

Gambar 2.8 Peta Hidrologi Kabupaten Majene

II - 13
Tabel 2.2 Nama-Nama Sungai Di Kabupaten Majene Di Rinci Per
Kecamatan

No Kecamatan Sungai

1. Banggae  Sungai Majene  Sungai Camba

2. Banggae Timur  Sungai Lembang Siruppa

3. Pamboang  Sungai Pamboang  Sungai Lembang Abaga


 Sungai Koi  Sungai Lembang Lena
 Sungai Lembang Piung  Sungai Lembang Teppo
 Sungai Lembang Taduang

4. Sendana  Sungai Mosso  Sungai Labuang


 Sungai Pumalla  Sungai Lembang
 Sungai Teleppo  Sungai Palipi
 Sungai Apoleang  Sungai Kadopo
 Sungai Para  Sungai Palla Pallang
 Sungai Sirua Kota  Sungai Manyamba

5. Tammerodo  Sungai Potandek  Sungai Lombongan


Sendana  Sungai Polo - Polo  Sungai Tamerodo
 Sungai Sipitu  Sungai Mayatapi
 Sungai Wai Sepong  Sungai Mayamba
 Sungai Taridi  Sungai Talakomi

6. Tubo Sendana  Sungai Sumakuyu  Sungai Laia


 Sungai Wai Sering  Sungai Galung - Galung
 Sungai Labuang  Sungai Batu Roro
 Sungai Pumbiu  Sungai Pulung
 Sungai Tapamekan  Sungai Kulasi
 Sungai Labuang Onang  Sungai Takombe
 Sungai Salabulo

7. Malunda  Sungai Asa - Asaang  Sungai Lemo


 Sungai Tamalere  Sungai Kalangae
 Sungai Meletung  Sungai Serepo
 Sungai Ipo  Sungai Samalio
 Sungai Maliaya  Sungai Ratte Punaga
 Sungai Reruang  Sungai Malunda
 Sungai Lombang  Sungai Dopi

8. Ulumanda  Sungai Potenaan  Sungai Kayang


 Sungai Malamakula  Sungai Lombongan
 Sungai Toe - Toe  Sungai Tatung
 Sungai Samabaho - Baho  Sungai Pekalong
 Sungai Pesawang  Sungai Pondang
 Sungai Pulosok  Sungai Lasa
 Sungai Maiting  Sungai Tubo
 Sungai Tikaung  Sungai Baulu
 Sungai Tambung  Sungai Tamerindi
 Sungai Lamoliang  Sungai Takang
 Sungai Tapango  Sungai Makulak
 Sungai Lemo  Sungai Manda
 Sungai Palang  Sungai Tamalonag

Sumber : Perda RTRW Kab Majene 2011-2031

II - 14
F. Klimatologi

Parameter klimatologi Kabupaten Majene adalah tipe iklim,


curah hujan dan suhu udara. Kondisi iklim wilayah Kabupaten Majene
dan sekitarnya secara umum ditandai dengan hari hujan dan curah
hujan yang relatif tinggi dan sangat dipengaruhi oleh angin musim, hal
ini dikarenakan wilayahnya berbatasan dengan laut lepas (Selat
Makassar dan Teluk mandar). Berdasarkan hasil pengamatan dari
Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kab. Majene, rata-rata curah hujan
Kab. Majene adalah sebesar 1239,5 mm/tahun dengan hari hujan
sebesar 165 hari/tahun dimana curah hujan tertinggi terjadi di
Kecamatan Malunda. Berdasarkan data pada tabel di bawah, musim
hujan berada pada Bulan Oktober hingga Bulan Mei dan setelah itu
memasuki musim kemarau.

Tabel 2.3. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten


Majene Tahun 2012-2015
Curah Hujan Hari Hujan
No Bulan
2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Januari 74,3 266,4 185,9 213 17 20 20 24
2 Februari 129,3 179,7 80,6 48 21 19 11 10
3 Maret 97,8 87,6 89,5 133 20 15 15 20
4 April 45,5 137,4 97,3 235 14 17 13 18
5 Mei 224,9 124,3 148,6 20 10 23 20 9
6 Juni 94,3 49,2 76,4 36 19 17 17 12
7 Juli 64,6 175,1 92,5 13 14 19 11 3
8 Agustus 13,5 104,0 26,1 3 7 10 4 3
9 September 10,1 117,4 20,6 0 5 6 3 -
10 Oktober 43,4 55,6 49,4 68 16 10 7 8
11 November 80,6 206,0 112,5 58 15 19 14 12
12 Desember 209,3 179,5 117,4 263 17 23 18 15
Sumber ; Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene, 2016

Tabel 2.4. Kelembaban Udara Rata-rata Di Kabupaten Majene


Tahun 2012-2015
Kelembaban Udara (%)
No Bulan
2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Januari 80 78 80 79
2 Februari 82 80 78 79
3 Maret 79 80 80 81
4 April 80 81 81 81
5 Mei 81 82 82 77
6 Juni 82 83 83 67
7 Juli 80 82 81 78
8 Agustus 77 79 75 73
9 September 75 80 72 68

II - 15
Kelembaban Udara (%)
No Bulan
2012 2013 2014 2015
10 Oktober 76 79 71 70
11 November 78 82 77 74
12 Desember 80 81 78 79
Sumber; Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene, 2016
Gambar 2.9 Peta Curah Hujan Kabupaten Majene

II - 16
G. Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan di Kabupaten Majene pada tahun 2011,


terdiri dari lahan sawah yang meliputi irigasi setengah teknis, irigasi
sederhana, irigasi desa dan tadah hujan. Untuk lahan kering meliputi
prkarangan, tegal/kebun, ladang/ huma, padang rumput, hutan
rakyat, hutan negara, perkebunan, dan lain-lain. Sedangkan lahan
lainnya meliputi tambak dan kolam/empang/tebat. Dari tabel di
bawah dapat di lihat bahwa luas penggunaan lahan Kabupaten Majene
pada tahun 2010 yaitu 93.070 Ha yang terbagi kedalam 3 (tiga) jenis
penggunaan lahan yaitu lahan sawah, lahan kering dan lahan lainnya.
Untuk lahan sawah, jenis penggunaan lahan terbesar yaitu
tadah hujan yang mencapai angka 525 Ha dengan tingkat persentase
60,98 % sedangkan untuk yang terendah yaitu irigasi desa yang
mencapai 68 Ha dengan tingkat persentase 7,90 %. Untuk lahan
kering, jenis penggunaan lahan terbesar yaitu hutan negara yang
mencapai angka 46.466 Ha dengan tingkat persentase 50,05 %,
sedangkan untuk yang terendah yaitu pekarangan yang mencapai 984
Ha dengan tingkat persentase 1,06 %. Untuk lahan lainnya hanya
terdapat 2 (dua) jenis penggunaan, jenis penggunaan lahan terbesar
yaitu kolam/empang/tebal yang mencapai angka 228 Ha dengan
tingkat persentase 96,61 % sedangkan untuk yang terendah yaitu
tambak yang mencapai 8 Ha dengan tingkat persentase 3,39 %. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat tabel 2.4 dan Peta Tutupan Lahan
Kabupaten Majene sebagai berikut.

Tabel 2.5 Pola Penggunaan Lahan Bukan Sawah Kabupaten Majene


Tahun 2015

No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)


1 Lahan Sawah 861 100,00
1. Irigasi Setengah Teknis 135 15,68
2. Irigasi Sederhana 133 15,45
3. Irigasi Desa 68 7,90
4. Tadah Hujan 525 60,98
2 Lahan Kering 92.834 100,00
1. Pekarangan 984 1,06
2. Tegal/Kebun 6.470 6,97
3. Ladang/Huma 5.482 5,91
4. Padang Rumput 4.334 4,67
5. Hutan Rakyat 16.671 17,96
6. Hutan Negara 46.466 50,05
7. Perkebunan 9.240 9,95
8. Lain-lain 3.187 3,43
3 Lahan Lainnya 236 100,00
1. Tambak 8 3,39
2. Kolam/Empang/Tebat 228 96,61
Jumlah 93.070 100,00
Sumber : Kantor BPN Kabupaten Majene, 2015

II - 17
Gambar 2.10 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Majene

II - 18
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
A. Hutan Rakyat
Kawasan hutan rakyat bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas lahan dan kelestarian sumber daya hutan, tanah, dan
air, serta untuk mendukung kecukupan luas kawasan berhutan, baik
dalam skala DAS, Kabupaten, maupun Provinsi. Kawasan peruntukan
hutan rakyat terdapat di Kecamatan Malunda, Kecamatan Ulumanda
dan Kecamatan Tubo Sendana dengan luasan kurang lebih 6.962 Ha.

B. Tanaman Pangan
Kriteria pengembangan kawasan peruntukan pertanian lahan
basah di Kabupaten Majene meliputi:
 Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian
lahan basah;
 Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan
basah mampu memberikan manfaat:
- Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi;
- Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan
sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
- Meningkatkan fungsi lindung;
- Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya
alam untuk pertanian pangan;
- Meningkatkan pendapatan masyarakat;
- Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
- Menciptakan kesempatan kerja;
- Meningkatkan ekspor; dan
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 Sesuai untuk pengembangan pertanian.
Berdasarkan kriteria di atas, maka rencana pengembangan
pertanian lahan basah berupa sawah diarahkan di Kecamatan
Sendana dengan luas 280 Ha, Kecamatan Tubo Sendana seluas 60 Ha,
Kecamatan Ulumanda 94 Ha, dan Kecamatan Malunda seluas 503 Ha.
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan
kering untuk tanaman padi ladang dan palawija. Kriteria kawasan
tanaman pangan lahan kering adalah kawasan yang tidak mempunyai
sistem atau potensi pengembangan pengairan dan memiliki :

II - 19
 Ketinggian < 1000 m dan Kelerengan < 40%;
 Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm; dan
 Curah hujan antara 1500 – 4000 mm pertahun.

Adapun kriteria kawasan peruntukan pertanian lahan kering


meliputi:

 Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian


lahan kering.
 Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan
kering mampu memberikan manfaat :
- Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi;
- Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan
sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
- Meningkatkan fungsi lindung;
- Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam
untuk pertanian pangan;
- Meningkatkan pendapatan masyarakat;
- Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
- Menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan ekspor; dan
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Wilayah pengembangan peruntukan budidaya tanaman padi


ladang terdapat di Kecamatan Sendana seluas 150 Ha, Kecamatan
Tammero’do Sendana seluas 150 Ha, Kecamatan Tubo Sendana seluas
50 Ha, Kecamatan Ulumanda seluas 200 Ha, dan Kecamatan Malunda
seluas 150 Ha.
Sedangkan pengembangan budidaya tanaman palawija terdapat di
Kecamatan Banggae Timur seluas 200 Ha, Kecamatan Bangae seluas 300
Ha, Kecamatan Pamboang seluas 300 Ha, Kecamatan Sendana seluas
500 Ha, Kecamatan Tammerodo Sendana seluas 100 Ha, Kecamatan
Tubo Sendana seluas 250 Ha, Kecamatan Ulumanda seluas 700 Ha dan
Kecamatan Malunda seluas 500 Ha. Adapun luas panen produktif
beberapa komoditas tanaman pangan di Kabupaten Majene tahun 2010 –
2014 adalah sebagai berikut :

II - 20
Tabel 2.6 Luas Panen Produktif Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten
Majene Tahun 2010 – 2014

Luas Lahan (m2) Lokasi


No Jenis Komoditi
2011 2012 2013 2014 2015 Pengembangan
1 Padi Sawah 1.533 1.280 1.470 2.104 1.748 4 Kec.
2 Padi Ladang 649 1.400 1.966 2.002 2.466 4 Kec.
3 Ubi Kayu 513 567 495 430 354 8 Kec.
4 Ubi Jalar 162 160 125 100 79 8 Kec.
5 Jagung 360 572 394 166 288 8 Kec.
6 Kacang Hijau 120 182 160 99 100 8 Kec.
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Majene, 2016
Adapun total luas lahan persawahan di Kabupaten Majene
Tahun 2011 – 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7 Luas Lahan Pertanian (Dalam Ha) di Kab. Majene


Tahun 2011 – 2015

Lahan Pertanian 2011 2012 2013 2014 2015


Sawah Irigasi 422 487 487 538 552
Sawah Tadah 525 542 542 709 1.067
Hujan
TOTAL 947 1.029 1.029 1.247 1.619
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Majene, 2016

Adapun jenis irigasi pendukung produksi pertanian di


Kabupaten Majene adalah sebagai berikut :
Tabel 2.8 Jenis Irigasi Pertanian (Dalam Ha) di Kab. Majene
Tahun 2011 – 2015

Jenis Irigasi 2011 2012 2013 2014 2015


Teknis - - - - -
Setengah Teknis 148 148 148 382 130
Sederhana 120 38 38 130 376
Pengairan Desa 154 301 301 26 46
Tadah Hujan 525 542 542 709 1.067
TOTAL 947 1029 1029 1.247 1.619
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Majene, 2016

C. Hortikultura
Wilayah pengembangan pertanian holtikultura di Kabupaten
Majene adalah seluas kurang lebih 5,776 Ha yang terdapat di
Kecamatan Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan
Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Tammero’do Sendana,
Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan Ulumanda, dan Kecamatan
Malunda dengan komoditi andalan yaitu komoditi nasional berupa
Nenas di Kecamatan Pamboang dan Komodita lokal pisang pere di

II - 21
Kecamatan Pamboang. Adapun luas panen produktif komoditas
hortikultura dalam periode 2011 – 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.9 Luas Panen Produktif Per Komoditas Hortikultura


Kabupaten Majene Tahun 2011 – 2015

Luas Panen Produktif (Ha)


Komoditas
2011 2012 2013 2014 2015
Mangga 1317 1361 1410 631 652
Jeruk 73 70 71 -
Pepaya 20 17 20 23 20
Pisang 2224 2320 2405 1460 1258
Nanas 45 56 60 16 16
Durian 645 677 679 220 232
Alpukat 2 2 2 -
Belimbing 3 3 3 -
Dukuh 310 303 323 51
Jambu Biji 12 11 11 -
Jambu Air 6 10 11 -
Nangka 566 411 381 88
Rambutan 93 87 88 29 37
Sirsak 8 7 7 5
Sukun 93 92 93 66 93
Bawang Merah 22 68 37 46 24
Cabe 214 167 54 76 187
Kacang Panjang 104 92 110 99 69
Tomat 72 75 61 80 65
Terung 84 53 55 88 68
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Majene, 2016

D. Perkebunan

Kawasan perkebunan dipergunakan untuk jangka panjang dan


jangka pendek. Arahan kawasan pengembangan perkebunan di
Kabupaten Majene yaitu seluas kurang lebih 28.222 Ha, terdiri atas :
a. Kawasan perkebunan Kopi , terdapat di Kecamatan Ulumanda;
b. Kawasan perkebunan Kelapa Dalam, terdapat di Kecamatan
Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Sendana,
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Tammero’do Sendana,
Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan Malunda.
c. Kawasan yang potensial untuk komoditas kakao yang terdapat di
Sendana, Tubo Sendana, Tammero’do Sendana, Malunda, dan
Ulumanda; dan
d. Kawasan yang potensial untuk komoditas kemiri yang terdapat di
Tammero’do Sendana dan Tubo Sendana

II - 22
Adapun luas panen produktif beberapa komoditi sektor unggulan
perkebunan Kabupaten Majene tahun 2011 – 2015 adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.10 Luas Panen Produktif Komoditi unggulan Sektor
Perkebunan Kabupaten Majene Kurun Waktu 2011 –
2015
Luas Lahan (m2) Lokasi
No Jenis Komoditi
2011 2012 2013 2014 2015 Pengembangan
1 Kakao 10.254,0 8.940,0 9.213,2 8.815,5 7.322,0 8 Kec

2 Kelapa Dalam 7.495,0 6.825,5 6.767,0 6.645,0 6.627,0 8 Kec

3 Kelapa Hibrida 869,0 621,0 599,0 377,0 487,0 8 Kec

4 Kemiri 2.275,0 1.796,0 1.804,2 1.758,9 1.785,0 8 Kec

5 Cengkeh 443,00 395,5 391,5 398,5 396,0 8 Kec

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Majene, 2016

E. Peternakan
Dari data yang ada, mayoritas penduduk Kabupaten Majene
memiliki ternak keluarga yang dikelola secara tradisional, namun
hasilnya dapat menjadi sumber pendapatan tambahan sehingga
komoditas ini potensial untuk dikembangkan. Komoditi ternak
kambing merupakan primadona dan bahkan daerah ini menjadi
pusat peternakan Kambing di propinsi Sulawesi Barat. Kabupaten
Majene memiliki potensi pengembangbiakan ternak besar (sapi), ternak
kecil (kambing), dan juga ternak unggas. Pengembangan ternak
berdasarkan jenisnya tersebar di beberapa kecamatan, yang meliputi :
a. Lokasi Peternakan Sapi Terdapat Di Kecamatan Sendana,
Tammero’do Sendana, Tubo Sendana, Kecamatan Ulumanda Dan
Kecamatan Malunda.
b. Lokasi Peternakan Kambing Terdapat Di Kecamatan Pamboang,
Kecamatan Banggae,dan Kecamatan Sendana.
c. Lokasi Peternakan Unggas Terdapat di Kecamatan Banggae,
Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Pamboang.

Tabel 2.11 Perkembangan Komoditas Unggulan Sektor Peternakan


Kurun Waktu 2011- 2015
Luas Lahan (m2) Lokasi
No Jenis Komoditi
2011 2012 2013 2014 2015 Pengembangan
1 Sapi 12.469 14.038 15.484 16.448 16.519 4 Kec.
2 Kerbau 159 165 191 215 224 4 Kec.

II - 23
Luas Lahan (m2) Lokasi
No Jenis Komoditi
2011 2012 2013 2014 2015 Pengembangan
3 Kuda 177 179 190 213 219 8 Kec.
4 Kambing 31.639 36.104 49.932 63.962 64.234 8 Kec.
5 Ayam Buras 9.953 10.002 10.156 72.988 74.016 8 Kec.
6 Ayam Potong 61.757 62.030 62.313 83.961 69.205 8 Kec.
7 Itik 7.462 7.350 139.890 10.149 5.276 4 Kec.
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Majene, 2016

Untuk pengembangan wilayah pada sektor peternakan


berdasarkan komoditas dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.12 Kawasan Sentra Pengembangan Ternak Kabupaten


Majene
No. Wilayah (Kecamatan) Jenis Komoditi
1. Banggae Kambing dan Ayam Buras
2. Banggae Timur Kambing, Sapi dan Ayam Buras
3. Pamboang Kambing dan Sapi
4. Sendana Kambing dan Sapi
5. Tammeroddo Sendana Kambing dan Sapi
6. Tubo Sendana Kambing, Sapi dan Ayam Buras
7. Malunda Kambing, Sapi dan Ayam Buras
dan Itik
8. Ulumanda Kambing, Sapi dan Ayam Buras
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Majene, 2016

F. Perikanan
Posisi Kabupaten Majene yang berada di daerah pesisir dengan
luas perairan mencapai 1.000 Kilometer, menjadikan sektor Perikanan
menjadi sektor unggulan di daerah ini. Selain perikanan tangkap,
maka terdapat juga 270 hektar persegi areal tambak yang berproduksi
dari potensi total areal tambak yang mencapai 450 Hektar. Jenis
komoditi unggulan terdiri dari komoditi perikanan tangkap yaitu ikan
tuna, cakalang, tongkol, layang, ikan terbang dan ikan layang, serta
komoditi perikanan budidaya yang terdiri dari udang windu dan ikan
bandeng. Dan salah satu jenis komoditi baru yang sangat potensil
untuk di kembangkan adalah budidaya udang Vanama, yang sudah
diperkenalkan dan dikembangkan di kecamatan Banggae, Banggae
Timur dan kecamatan Malunda. Jenis komoditi, jumlah produksi
sentra sentra produksinya dapat dilihat pada tabel berikut :

II - 24
Tabel 2.13 Perkembangan Komoditi Unggulan Sektor Perikanan
Kabupaten Majene kurun waktu 2011 – 2015
Jenis Jumlah Produksi (Ton) Lokasi
No Komoditas/
2011 2012 2013 2014 2015 Kecamatan Kel/Desa
Potensi
1 Perikanan Tangkap
Baurung dan
Banggae Timur
Labuang
Pangaliali, Kel.Baru,
Banggae
Kel Totoli
Ikan Tuna 613,1 1.093,8 1.132,6 848,6 1166,8
Sendana Sendana
Tammerodo
Tammerodo
Sendana
Tubo Sendana Onang
Cakalang 504,2 524,5 512,70 492,3 540,3 s.d.a
Tongkol 1.045 1419,3 1.409,8 535 1.520 s.d.a
Kel.Baru
Banggae
Pangaliali
Layang 482,0 536 541,5 565,5 606
Mekkatta
Malunda
Malunda
Banggae Totoli
Mosso
Ikan Terbang 829,00 510,5 543,9 541 515,3 Sendana
Mosso Dua
Tubo Sendana Onang
Ikan Merah 158,00 71,00 68,90 114,1 151,3
Campuran 1.123 3.060 709 607,5 768,5
2 Perikanan Budidaya
Banggae Timur Baurung
Udang Windu 20 23,84 38,94 36,68 21,73 Pamboang Lalampanua
Sendana &
Malunda
Ikan Bandeng 158,9 202,1 262,68 87,257 246,36 s.d.a
Banggae Timur
Banggae
Pamboang
Ikan Mas 2,0 2,0 - 4,2 7,22
Sendana
Malunda &
Ulumanda
Ikan Nila 0,70 2,10 - 42,67 44,35 s.d.a
Banggae,
Udang
- 13,86 72,34 9,513 9,513 B.Timur,
Vanama
Malunda
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Majene, 2016

G. Pertambangan

Sektor pertambangan yang memiliki potensi dikembangkan di


Kabupaten Majene pada umumnya adalah berupa tambang mineral
dan batubara; minyak dan gas bumi serta air tanah. Dalam rangka
pemberdayaan masyarakat lokal, maka diarahkan ekplorasi tambang
ini akan mampu menyebabkan bertambahnya daya ungkit
perekonomian wilayah Kabupaten Majene dan sekaligus meningkatkan
ekonomi rakyat. Selain itu harus pula dipikirkan pembangunan
sumber pendapatan baru dari hasil keuntungan penambangan ini,
serta revitalisasi fungsi lingkungan pasca tambang.
Rincian rencana pengembangan kawasan pertambangan di
Kabupaten Majene, yaitu :
a. Desa Seppong Kecamatan Tammero’do Sendana dan Desa
Tallubanua Kecamatan Sendana berupa kawasan pertambangan
Batu Bara;

II - 25
b. Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Banggae,
Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan
Ulumanda dan Kecamatan Malunda berupa kawasan
pertambangan Batu Gamping;
c. Kecamatan Banggae, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana,
Kecamatan Malunda, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan
Tammero’do Sendana, Kecamatan Ulumanda dan Kecamatan Tubo
Sendana berupa kawasan pertambangan Lempung;
d. Kelurahan Totoli Kecamatan Banggae berupa kawasan
pertambangan Oker;
e. Desa Bambangan Kecamatan Malunda, Kelurahan Lalampanua –
Desa Betteng Kecamatan Pamboang, Desa Tubo Kecamatan Tubo
Sendana, Desa Kabiraan Kecamatan Ulumanda berupa kawasan
pertambangan Dasit / Andesit;
f. Desa Seppong Kecamatan Tammero’do Sendana berupa kawasan
pertambangan Zeolit;
g. Desa Bambangan Kecamatan Malunda berupa kawasan
pertambangan Basal;
h. Sungai Deking Desa Lombang Kecamatan Malunda, Sungai
Manyamba Kecamatan Tammero’do Sendana, Sungai Tubo
Kecamatan Tubo Sendana, Sungai Panawar Desa Andolang
Kecamatan Pamboang berupa kawasan pertambangan Kerakal
Bongkah;
i. Sungai Deking Desa Lombang Kecamatan Malunda, Sungai Tubo
Kecamatan Tubo Sendana dan Pattipor Kecamatan Pamboang
berupa kawasan pertambangan Pasir;
j. Sungai Punawar Dusun Punawar Desa Adolang Kecamatan
Pamboang, Sungai Deking Kecamatan Malunda, Sungai Tubo
Kecamatan Tubo Sendana berupa kawasan pertambangan Kerikil;
k. Sungai Mosso Kecamatan Pamboang, Dusun Kayuangin
Kecamatan Malunda, Dusun Tatibajo Kecamatan Ulumanda,
Sungai Seppong Kecamatan Tammero’do Sendana berupa kawasan
pertambangan Sirtu;
l. Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Sendana, dan Kecamatan
Malunda berupa kawasan pertambangan Tanah Liat;

II - 26
m. Lingkungan Soreang, Lingkungan Rangas Kecamatan Banggae,
Lingkungan Pappota, Lingkungan Segeri Kecamatan Banggae
Timur, Dusun Totolisi Kecamatan Sendana dan Dusun Lemo
Kecamatan Malunda berupa kawasan pertambangan Batu Pasir;
n. Dusun Sambabo Kecamatan Ulumanda berupa kawasan
pertambangan Bijih Besi; dan
o. Desa Betteng Kecamatan Pamboang, Kecamatan Ulumanda dan
Kecamatan Malunda berupa kawasan pertambangan Emas.
Adapun gambaran potensi pertambangan dan lokasinya dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.14. Potensi Pertambangan Kab. Majene


LOKASI SUMBERDAYA
No KOMODITI MANFAAT
(KECAMATAN) (TON)
1 Batu - Bahan baku peleburan dan Desa Tubo Selatan, 19.100.000
Gamping pemurnian besi dan logam Kec. Tubo Sendana.
- Penjernihan Air Lingk. Tunda, 26.565.000
- Menghilangkan karbonat Kec. Banggae Timur.
Desa Palipi Soreang; 18.270.000
Kec. Banggae.
Desa Mekkatta, 163.750.000
Kec. Malunda.
2 Bentonit - Industri Sawit Desa Tinambung, 1.740.000
- Industri Kosmetika Kec. Pamboang.
Desa Sula, 6.967.500
Kec. Ulumanda.
3 Felspar - Industri Keramik Dusun Pesuloang, 1.940.000
- Isolator dalam Industri Kaca/ Kec. Pamboang.
Gelas
4 Zeolit - Menghilangkan bau Desa Bukit Samang, 3.450.000
- Pertukaran ion Kec. Sendana.
5 Dasit - Bahan Konstruksi (Cipping) Desa Pattipor, 4.235.920
- Batu Alam Kec. Pamboang.
- Penahan Abrasi Pantai
(Boulder)
6 Batu Bara - Alternatif Bahan Bakar Desa Manyamba, 2.036.000
Kec. Tammerodo
Sendana; Desa Ratte
Padang Kec. Tubo
Sendana.
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Majene, 2016

Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi,


berupa :
a. Blok Malunda seluas 5.148,68 Km2 terdapat di perairan Selat
Makassar, Kecamatan Malunda, Kecamatan Ulumanda dan
Kecamatan Tubo Sendana;
b. Blok Karama seluas 5.389,68 Km2 terdapat di perairan Selat
Makassar, Kecamatan Malunda, Kecamatan Ulumanda,
Kecamatan Tubo Sendana dan Kecamatan Tammero’do Sendana;
c. Blok Mandar seluas 4.196,25 Km2 terdapat di perairan Selat
Makassar, Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan Tammero’do

II - 27
Sendana, Kecamatan Sendana, Kecamatan Pamboang, Kecamatan
Banggae dan Kecamatan Banggae Timur; dan
d. Blok South Mandar seluas 3.882 Km2 terdapat di perairan Selat
Makassar Kecamatan Banggae dan Kecamatan Banggae Timur.

H. Industri Kecil & Menengah


Industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang mampu
memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian daerah
sehingga keberadaan dan tingkat pertumbuhan sektor industri
umumnya dapat menentukan seberapa besarnya perkembangan
ekonomi daerah tersebut. Melihat potensi tersebut maka
pengembangan industri di Kabupaten Majene, diarahkan di :
a. Industri sedang berupa Pengolahan Ikan di Palipi Kecamatan
Sendana;
b. Industri sedang berupa pembuatan es balok di Palipi Kecamatan
Sendana, di Lingkungan Rangas Kelurahan Totoli Kecamatan
Banggae dan di Lingkungan Tamo Kelurahan Baurung Kecamatan
Banggae Timur;
c. Industri sedang berupa Penggaraman dan Pengeringan Ikan di Palipi
Kecamatan Sendana;
d. Industri Sedang berupa Batu Bata dari Tanah liat di Lingkungan
Leppe Kecamatan Banggae Timur;
e. Industri Sedang berupa gula Merah di Kecamatan Banggae,
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Tubo
Sendana dan Kecamatan Malunda;
f. Industri sedang pengolahan hasil pertanian di Kecamatan Malunda
dan Ulumanda;
g. Industri sedang berupa Pembuatan Perahu di Kecamatan Sendana,
Kecamatan Pamboang dan di Lingkungan Rangas Kelurahan Totoli
Kecamatan Banggae;
h. Industri sedang berupa Pupuk Alam di Kecamatan Sendana dan
Kecamatan Malunda;
i. Industri Sedang berupa pengolahan Minyak Kelapa di Kecamatan
Banggae Timur; dan
j. Industri sedang berupa Penggilingan dan pembersihan Padi-Padian
di Kecamatan Malunda.
Kawasan peruntukan industri rumah tangga (home industry), terdiri
atas:

II - 28
a. Industri Pengolahan Minyak Kelapa di Kecamatan Banggae Timur,
Kecamatan Banggae, Kecamatan Sendana dan Kecamatan Malunda;
b. Industri Pembuatan Perahu di Kecamatan Banggae Timur,
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana dan Kecamatan
Banggae;
c. Industri Pengolahan Tebu di Kecamatan dan Kelapa di Kecamatan
Banggae Timur;
d. Industri Meubel di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur;
e. Industri Pandai Besi di Desa Pamboborang Kecamatan Banggae;
f. Industri Pengupasan hasil-hasil Pertanian di Kecamatan Banggae,
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan
Tammero’do Sendana, Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan
Ulumanda dan Kecamatan Malunda;
g. Industri penerbitan jasa Foto Copy dan Foto-Foto (Graffer) di semua
kecamatan;
h. Industry Bahan Kimia berupa Arang Aktif di Kecamatan Banggae,
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Tammero’do Sendana, dan
Kecamatan Malunda;
i. Industry Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga di Kecamatan
Banggae, Kecamatan Tubo Sendana, dan Kecamatan Ulumanda;
j. Industri Percetakan di Kecamatan Banggae dan Kecamatan Banggae
Timur;
k. Industri Barang-Barang dari Semen dan Kapur untuk Konstruksi di
Kecamatan Banggae, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Tubo
Sendana, dan Kecamatan Malunda; dan
l. Industri Makanan di Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan
Banggae, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan
Tammero’do Sendana, dan Kecamatan Malunda.

I. Pariwisata
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang
memberikan manfaat ekonomi yang cukup besar baik bagi pemerintah
maupun masyarakat. Objek wisata di Kabupaten Majene meliputi
objek wisata alam, wisata budaya, maupun objek wisata buatan.
Untuk pengembangan kegiatan wisata di Kabupaten Majene, maka
beberapa obyek wisata yang dapat dikembangkan adalah sebagai
berikut :
Kawasan peruntukan pariwisata budaya, terdiri atas :
a. Kawasan Museum Mandar terletak di Kelurahan Pangali Ali
Kecamatan Banggae;

II - 29
b. Kawasan Mesjid Tua Salabose di Puncak Salabose Kelutahan
Pangali – Ali Kecamatan Banggae;
c. Kawasan Mesjid Raya/Mesjid Tua di Lingkungan Saleppa Kelurahan
Banggae Kecamatan Banggae;
d. Kawasan Upacara Maulid Nabi Muhammad SAW di Puncak
Salabose Kelurahan Pangali – Ali Kecamatan Banggae;
e. Kawasan Upacara Pa’bandangan Manu – Manu di Pettaweang Desa
Kayuanging Kecamtan Malunda;
f. Kawasan Makam Raja-Raja Banggae di Ondongan Lingkungan
Pa’leo Tobandaq Kelurahan Pangali Ali Kecamatan Banggae;
g. Kawasan Makam Syekh Abdul Mannan di Lingkungan Salabose
Kelurahan Pangali Ali Kecamatan Banggae;
h. Kawasan Benteng Ammana Wewang di Desa Betteng Kecamatan
Pamboang;
i. Kawasan Makam Raja-Raja Pamboang di Lingkungan Kopel Desa
Lalampanua Kecamatan Pamboang;
j. Kawasan Makam Imannang di Lingkungan Pamboborang Kelurahan
Baru Kecamatan Banggae;
k. Kawasan Makam Tabulese di Lingkungan Camba Utara Kecamatan
Banggae;
l. Kawasan Makam Lombeng Susu dan Puang Rambang di Kelurahan
Tande Kecamatan Banggae Timur;
m.Kawasan Makam Nenenk Ular, Makam Reso dan Makam Pappesse
Bassi yang terletak di Lingkungan Segeri Kelurahan Baruga dan
Kecamatan Banggae Timur; dan
n. Kawasan Makam Mara’dia Parappe di Lingkungan Tangnga-Tangnga
Kelurahan Labuang Kecamatan Banggae Timur.
Kawasan peruntukan pariwisata alam, terdiri atas:
a. Wisata Puncak Salabose Kelurahan Pangali – Ali Kecamatan
Banggae;
b. Wisata Puncak Pohon Pinus di Segeri Kelurahan Baruga Dhua
Kecamatan Banggae Timur;
c. Wisata Agro Wisata Bambangan di Bambangan Desa Bambangan
Kecamatan Malunda;
d. Wisata Takkesi di Bambangan Desa Bambangan Kecamatan
Malunda;
e. Wisata Terumbu Karang Pantai Pacitan Kelurahan Pangali Ali
Kecamatan Banggae;

II - 30
f. Wisata Terumbu Karang Pantai Rangas di Lingkungan Rangas
Kelurahan Totoli Kecamatan Banggae;
g. Wisata Pantai Pasir Putih dan Terumbu Karang Pantai Leppe,
Barane, Tamo dan Pangale di Kelurahan Baurung Kecamatan
Banggae Timur;
h. Pantai Luaor dan Pantai Pasir Putih soreang di Kelurahan Totoli
Kecamatan Banggae;
i. Pantai Rewataa di Kecamatan Pamboang;
j. Pulau Pantai Maluno, Pulau Idaman Tai Manu, dan Pantai Pasir
Putih Bonde-Bonde serta Pulau Lere-Lerekang yang terletak di
Kecamatan Sendana;
k. Permandian Sungai Teppo di Kelurahan Baru Kecamatan Banggae;
l. Air Terjun Orongan Puawang di Lingkungan Puawang Kelurahan
Tande Kecamatan Banggae Timur;
m.Permandian Udhuhun Pokki di Galung Kecamatan Pamboang;
n. Permandian Sungai Tubo di Kecamatan Tubo Sendana;
o. Permandian Air Panas di Limboro dan Makula serta Wisata Wai
Makula Tinggas di Kecamatan Sendana; dan
p. Air Terjun Mario dan Takkulilia di Kecamatan Malunda.
q. Terumbu Karang Pantai Pacitan Kelurahan Pangali Ali Kecamatan
Banggae;
r. Terumbu Karang Pantai Rangas di Lingkungan Rangas Kelurahan
Totoli Kecamatan Banggae; dan
s. Terumbu Karang Pantai Bautapa di Lingkungan Baurung Kelurahan
Baurung Kecamatan Banggae Timur;

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana


Data mengenai bencana alam merupakan bahan informasi yang
sangat penting dalam merumuskan Rencana Tata Ruang Kabupaten
Majene, dimana bencana alam yang terjadi, seperti; bencana banjir,
gempa bumi, tanah longsor serta tsunami dan abrasi pantai; untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran berikut :
A. Bencana Tanah Longsor
Bencana tanah longsor potensial terjadi di Kabupaten Majene
dengan bentuk topografi bergelombang hingga daerah pegunungan.
Kawasan bencana longsor dapat diidentifikasi di sepanjang jalan
Kecamatan Sendana, dimana pada saat-saat tertentu apabila terjadi
longsor akan berdampak terhadap akses jalan regional.

II - 31
Selain itu, potensi longsor terjadi di Kecamatan Ulumanda
dengan konsentrasi permukiman yang berada di daerah pegunungan.

B. Bencana Banjir
Bencana banjir dapat disebabkan oleh intensitas curah hujan
yang cukup tinggi, serta meluapnya air sungai, sehingga terjadi
genangan di daerah dataran rendah. Seperti yang terjadi di beberapa
wilayah di Kabupaten Majene, seperti; di daerah perkotaan, juga
terjadi banjir akibat genangan air hujan hal tersebut disebabkan oleh
bentuk topografi yang sangat datar serta sistem drainase yang belum
berfungsi dengan baik. Selain itu, bencana banjir juga terjadi di
daerah pedesaan khususnya pada wilayah-wilayah yang dilintasi oleh
sungai besar, akibat volume air yang cukup tinggi apalagi kondisi
sungai yang tidak bertanggul.

C. Bencana Gempa Bumi


Pada umumnya Negara Indonesia merupakan salah satu Negara
yang sangat rawan terhadap gempa, dimana dilintasi oleh beberapa
lempeng, sehingga setiap saat akan terjadi gempa bumi. Begitupun
halnya dengan Kabupaten Majene yang terletak di Bagian Barat Pulau
Sulawesi, dimana terdapat titik gempa serta dilintasi oleh jalur sesart
yakni; sesart paternoster serta patahan Walanae yang berpotensi
menimbulkan gempa bumi tepatnya di sepanjang pegunungan Majene
serta patahan di perairan Selat Makassar.
Dari data dan informasi, titik gempa berada di beberapa wilayah
kecamatan, yakni; di Kecamatan Sendana dengan kedalaman
0-90 Km, Kecamatan Tammerodo Sendana dengan tingkat kedalaman
500-599 Km dimana terdapat masing-masing satu pusat titik gempa,
sedangkan di Kecamatan Ulumanda terdapat dua titik pusat gempa.

D. Bencana Stunami dan Abrasi Pantai

Kabupaten Majene sebagai wilayah pesisir dengan garis pantai


yang cukup panjang dan terletak di perairan Selat Makassar.
Berdasarkan peta Nasional potensi Tsunami, dimana Selat Makassar
rawan terjadinya tsunami, sehingga Kabupaten Majene memiliki
tingkat kerawanan terjadinya tsunami. Selain itu, bencana alam
berupa abrasi pantai juga mengancam kawasan pesisir, dimana hal
tersebut disebabkan oleh instrusi air laut akibat gelombang pasang
yang cukup tinggi. Dari hasil survey lapangan, terdapat kawasan

II - 32
pesisir dengan tembok penahan ombak, akan tetapi tidak mampu
menahan hantaman ombak, sehingga terjadi kerusakan di beberapa
kecamatan di wilayah kabupaten Majene.

Gambar 2.11 Peta Rawan Bencana Kabupaten Majene

II - 33
2.1.4 Demografi
A. Jumlah Penduduk

Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk tersebut dapat


menunjukkan tentang keadaan komposisi, distribusi dan laju
perubahan penduduk di suatu daerah. Pengidentifikasian tentang hal
tersebut akan dapat membantu pemerintah daerah dalam
merumuskan kebijakan dan program pembangunan, khususnya
mengenai penyediaan perumahan, pendidikan, dan fasilitas lainnya
yang secara keseluruhan mempengaruhi pola permukiman penduduk
dan struktur tata ruang daerah.
Gambar 2.12 Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten
Majene Tahun 2011 – 2015 (jiwa)
180.000
160.000
140.000
Jumlah Penduduk

120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0
2011 2012 2013 2014 2015
Laki-Laki 75.020 76.948 77.521 78.607 80.068
Perempuan 78.849 81.088 81.369 82.525 83.828
Jumlah 153.869 158.036 158.890 161.132 163.896
Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016

Berdasarkan data proyeksi dari sensus 2010 oleh BPS,


sepanjang tahun 2011 – 2015, jumlah penduduk mengalami
peningkatan sebanyak 10.027 jiwa, atau 153.869 pada tahun 2011
menjadi sebanyak 163.896 pada tahun 2015. Jumlah penduduk pada
tahun 2015 ini terdiri dari 80.068 (48,85%) penduduk laki-laki dan
83.828 (51,15%) penduduk perempuan.
Dengan luas wilayah sebesar 947,84 Km2, kepadatan penduduk
Kabupaten Majene pada tahun 2015 adalah sebesar 173 jiwa/ Km2.
Kecamatan Banggae dan Kecamatan Banggae Timur merupakan
kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi sebesar
1.616 jiwa/Km2 dan 1.028 jiwa/Km2. Sementara kepadatan terendah
berada di Kecamatan Ulumanda dengan tingkat kepadatan penduduk
sebesar 20 jiwa/Km2.

II - 34
Hal di atas senada dengan penyebaran penduduk Kabupaten
Majene pada tahun 2015, dimana 24,8% penduduk berada di
Kecamatan Banggae dan 18,84% penduduk berada di Kecamatan
Banggae Timur. Adapun Kecamatan dengan distribusi penduduk di
bawah angka 10% adalah Kecamatan Ulumanda (5,45%), Kecamatan
Tubo Sendana (5.42%) dan Kecamatan Tammerodo Sendana (6.95%).
Rasio ketergantungan total penduduk Kabupaten Majene pada
tahun 2015 adalah sebesar 66,93% atau dapat dikatakan rasio
ketergantungan penduduk berada pada kategori tinggi. Rasio tersebut
berarti pada setiap 100 penduduk usia produktif, harus menanggung
67 jiwa penduduk tidak/belum produktif. Rasio ketergantungan ini
terdiri dari rasio ketergantungan penduduk muda (<15 tahun) sebesar
55,33% dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 11,60%.
Ditinjau dari kelompok umur, pada tahun 2015 dari jumlah
penduduk sebesar 161.132 jiwa, terdapat 53.404 (33,14%) jiwa
penduduk berusia di bawah 15 tahun, 11.201 (6.95%) jiwa penduduk
berusia di atas 65 tahun dan 96.527 (59,91%) jiwa penduduk berada
pada usia produktif (15-64). Kondisi ini menunjukkan bahwa
penduduk di Kabupaten Majene memiliki struktur penduduk dewasa
sehingga dengan kesempatan kerja yang ada dan sumber daya
manusia yang handal maka penduduk usia produktif masih bisa
menanggung penduduk usia tidak produktif dengan baik.

B. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan aspek penting dalam pemenuhan


kebutuhan rumah tangga secara ekonomi maupun sosial. Bersumber
dari BPS Kabupaten Majene, angkatan kerja (dengan pengertian
penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja, atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan) setiap
tahunnya terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk.

II - 35
Tabel 2.15 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Majene
Tahun 2011 – 2015
Tahun ̅ Pertum-
No Karakteristik
2011 2012 2013 2014 2015 buhan (%)
1 Penduduk Usia 95.455 99.361 101.088 108.398 110.770 3,81
Kerja (PUK)
2 Angkatan kerja 67.870 71.294 61.835 73.122 75.023 3,16
(AK)
a. Bekerja 65.522 69.051 60.490 71.618 70.890 2,59
b. Pengangguran 2.348 2.243 1.345 1.504 4.133 35,53
(Mencari Kerja)
3 Bukan Angkatan 27.575 28.067 39.253 35.276 35.747 8,21
Kerja
a. Sekolah 9.010 8.273 8.296 12.836 11.249 8,61
b. Mengurus RT 18.565 19.794 23.180 19.076 18.833 1,19
4 Tingkat 71,11 71,75 61,17 67,46 67,73 -0,79
Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK) (%)
5 Tingkat 3,46 3,15 2,18 2,06 5,51 30,55
Pengangguran
Terbuka (TPT) (%)
6 Tingkat 96,54 96,85 97,82 97,94 94,49 -0,52
Kesempatan
Kerja (TKK) (%)
Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016

Pada tabel 2.15 di atas terlihat bahwa pada periode 2011 –


2014 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Majene menunjukkan tren
negatif di angka -5,14%, hal ini disebabkan oleh meski angkatan kerja
bertumbuh sebesar 7,74%, akan tetapi ada banyak warga Majene yang
bersekolah kembali atau melanjutkan pendidikan (penduduk yang
bersekolah bertumbuh sebesar 42,46%). Jadi dapat dimaknai bahwa
tren negatif TPAK merupakan investasi angkatan kerja dalam rangka
re-training untuk semakin meningkatkan kualitas SDM angkatan kerja
di Majene. Selain itu, patut diperhatikan pula bahwa dalam periode
2011 – 2014 angka TPT berhasil ditekan sebesar -40,46% dan TKK di
kisaran ± 97% menunjukkan kinerja pemerintah daerah dalam
membuka kesempatan yang luas untuk bekerja di Majene.
Sesuai dengan karakteristik wilayah, komposisi penduduk yang
bekerja didominasi pada lapangan usaha pertanian, perikanan dan
kehutanan, namun setiap tahunnya terus menurun. Lapangan usaha
yang mulai menarik perhatian adalah sektor jasa-jasa dan
perdagangan, dan sektor yang masih kurang menarik minat angkatan
kerja adalah sektor manufaktur terlihat pada tabel 2.16 berikut ini:

II - 36
Tabel 2.16 Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha dan Jenis Kelamin
Lapangan Laki-Laki Perempuan
No Lapangan Usaha
Usaha (%) (%) (%)
1 Pertanian, Perikanan 38,81 67,83 32,17
dan Kehutanan
2 Manufaktur 7,72 26,49 73,51
3 Perdagangan 17,12 25,24 74,76
4 Jasa-Jasa 24,18 53,91 46,09
5 Lainnya 12,18 95,61 4,39
Sumber: Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, 2016

C. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu ukuran keberhasilan suatu


bangsa. Masyarakat yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah
menerima dan menyerap berbagai informasi pembangunan disamping
turut pula berkontribusi dalam pembangunan. Pendidikan juga
mempunyai korelasi yang kuat dengan berbagai aspek sosial ekonomi,
seperti kesejahteraan keluarga, membangun SDM, mendorong
perubahan sosial, dan lain sebagainya.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM melalui
jalur pendidikan tampaknya sudah menunjukkan hasil yang cukup
menggembirakan. Ini terlihat dari angka partisipasipasi sekolah
menurut kelompok usia sekolah. Tabel 1.3 di bawah menunjukkan
bahwa kondisi pada tahun 2014, Angka Partisipasi Sekolah (APS) telah
mampu menembus angka 98,26 % untuk tingkat SD/MI, 91,55%
untuk tingkat SMP/MTs, dan 75,89% untuk tingkat atau meningkat
dari APS pada tahun 2011 secara berturut-turut sebesar 4,09%,
9,41%, dan 14,47%.
Angka rata-rata lama sekolah berdasarkan data terakhir yaitu
7,72% menggambarkan bahwa setidaknya rata-rata masyarakat telah
menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar yang tercermin pada
Angka Melek Huruf Kab. Majene sebesar 13,11 unggul 1,33 poin
dibanding AMH Sulawesi Barat. Data lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:

II - 37
Tabel 2.17 Indikator Pendidikan Kabupaten Majene Tahun
2011-2015

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1 Angka Partisipasi Sekolah
(%) 94,17 94,52 94,73 98,26 -
a. SD/MI 82,14 79,78 84,36 91,55 -
b. SMP/MTs 61,42 60,52 80,04 75,89 -
c. SMA/SMK/MI
2 Angka Partisipasi Kasar (%)
a. SD/MI 107,00 109,98 108,05 107,19 116,71
b. SMP/MTs 87,64 72,07 90,46 92,34 100,24
c. SMA/SMK/MI 67,25 88,50 90,91 92,39 93,11
3 Angka Partisipasi Murni (%)
a. SD/MI 98,41 95,16 93,18 93,13 101,83
b. SMP/MTs 79,12 64,89 69,94 67,7 73,71
c. SMA/SMK/MI 70,49 65,6 65,73 70,4 66,17
4 Rata-Rata Lama Sekolah 7,49 7,59 7,70 7,72 -
(Tahun)
5 Angka Melek Huruf 71,86 72,41 73,16 -*) -*)

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majene, 2015


BPS Provinsi Sulawesi Barat
*) Tidak dianalisis BPS akibat perubahan indikator pembentuk IPM pada 2014-2015

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. Pertumbuhan PDRB
Dalam empat tahun terakhir, kondisi perekonomian di
Kabupaten Majene relatif mengalami perlambatan. Perlambatan ini
lebih diakibatkan oleh tekanan ekonomi global yang mempengaruhi
stabilitas harga di dalam negeri dan berimbas pada perlambatan
kinerja perekonomian daerah di Kabupaten Majene.
Dari data 17 sektor PDRB Kabupaten Majene di atas,
menunjukkan bahwa sektor yang paling banyak berkontribusi adalah
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, dengan rata-rata
kontribusi di atas 30%. 4 sektor lain yang berkontribusi di atas 7%
adalah : (1) sektor konstruksi, (2) sektor perdagangan besar dan
eceran, (3) sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib, dan (4) sektor Jasa Pendidikan.
Dari sisi pertumbuhan PDRB, dalam periode 2010 – 2014,
pertumbuhan PDRB Kab. Majene berdasarkan harga konstan 2010
berada pada kisaran 5%, dengan kecendrungan mengalami
perlambatan. Perlambatan pertumbuhan 5 sektor dengan kontribusi
terbesar yang tidak diiringi dengan pertumbuhan sektor lain secara
signifikan, mengakibatkan terjadinya perlambatan ekonomi di Kab.
Majene.

II - 38
Dengan rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk yang berada di
bawah kisaran 2%, dan pertumbuhan investasi yang berfluktuasi dan
cenderung mengalami perlambatan, maka kondisi perekonomian di
Kabupaten Majene lebih dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu pengeluaran
pemerintah, konsumsi masyarakat, dan pengeluaran modal/pinjaman
oleh sektor perbankan dan lembaga pembiayaan konvensional lainnya.
Adapun perkembangan 17 sektor PDRB Kab. Majene dalam
periode 2010 – 2014 atas dasar harga konstan dan berlaku sebagai
berikut:
Tabel 2.18 Pendapatan Domestik Regional Bruto atas Dasar
Harga Konstan (PDRB ADHK) Tahun 2010 Kabupaten
Majene Tahun 2012 – 2015
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp Rp Rp Rp
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 861,471.71 888,731.47 927,650.62 956.855,57
1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan 428.258,02 438.907,48 447.674,33 456.090,51
Jasa Pertanian
a. Tanaman Pangan 38.817,29 39.442,00 40.541,84 40.246,62
b. Tanaman Hortikultura Semusim 16.544,14 16.825,37 17.414,95 17.260,29
c. Perkebunan Semusim 90,09 91,82 96,24 85,63
d. Tanaman Hortikulturan Tahunan dan 72.200,30 74.087,02 75.773,74 82.159,49
Lainnya
e. Perkebunan Tahunan 251.665,63 257.464,21 260.152,12 259.113,20
f. Peternakan 38.704,98 40.275,30 42.615,30 45.848,28
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 4.773,24 10.721,75 11.082,15 11.377,00
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 4,773.24 4,932.33 5,128.25 5.328,70
3 Perikanan 428,440.46 444,891.65 474,648.05 495.436,36
Pertambangan dan Penggalian 54,030.73 61,947.27 69,717.69 74.504,71
Industri Pengolahan 133,782.07 134,134.73 139,709.19 151.679,39
Pengadaan Listrik dan Gas 2,389.59 2,582.62 2,716.16 2.869,98
a. Ketenagalistrikan 1.814,37 1.969,44 2.099,67 2.188,51
b. Pengadaan Gas dan Produksi Es 575,22 613,18 646,49 681,47
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 3,173.00 3,637.52 3,971.94 4.197,16
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 179,060.76 187,905.37 199,962.20 213.404,32
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 233,870.91 249,521.61 266,134.51 277.636,75
Mobil dan Sepeda Motor
a. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan 56,703.83 60,156.61 61,534.20 60.232,93
Reparasinya
b. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan 177,167.08 189,365.00 204,600.32 217.403,81
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 44,944.13 46,092.55 50,286.08 53.626,10
a. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Angkutan Darat 42.229,97 43.223,55 47.212,32 50.505,03
c. Angkutan laut 1.004,03 1.122,82 1.156,65 1.140,89
d. Angkutan Sungai, Danau dan 0,00 0,00 0,00 0,00
Penyeberangan
e. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00
f. Pergudangan dan Jasa Penunjang 1.710,13 1.746,18 1.857,10 1.980,18
Angkutan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,625.42 7,248.09 7,901.42 8.099,94
a. Penyediaan Akomodasi 1,319.84 1,431.02 1,540.23 1.600,64
b. Penyediaan Makan Minum 5,305.58 5,817.07 6,361.19 6.499,30
Informasi dan Komunikasi 110,653.81 122,428.20 128,777.62 140.481,55
Jasa Keuangan dan Asuransi 80,505.94 83,840.89 85,891.99
a. Jasa Perantara Keuangan 62.299,50 65.076,59 65.990,73 71.129,49
b. Asuransi dan Dana Pensiun 408,09 439,14 453,71 477,25

II - 39
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp Rp Rp Rp
c. Jasa Keuangan Lainnya 17.764,97 18.090,49 19.398,41 19.989,58
d. Jasa Penunjang Keuangan 33,37 34,67 34,14 35,47
Real Estate 84,196.56 88,617.72 91,659.37 97.094,56
Jasa Perusahaan 1,312.06 1,387.23 1,428.14 1.532,15
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 275,787.78 300,504.52 317,718.28 344.657,99
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 210,801.18 230,420.59 246,970.46 268.101,85
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 33,859.67 37,651.93 38,744.02 41.051,66
Jasa lainnya 84,576.34 87,632.74 90,697.01 95.591,85
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2,401,041.67 2,534,285.05 2,669,936.71 2.823.017,41
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016

Tabel 2.19 Pendapatan Domestik Regional Bruto atas Dasar


Harga Berlaku (PDRB ADHB) Kabupaten Majene Tahun
2012 – 2015
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta)
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 920.161,34 1.009.757,17 1.122.811,24 1.213.219,14
1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan 454.703,59 492.849,87 532.172,97 568.964,14
Jasa Pertanian
a. Tanaman Pangan 42.001,45 45.655,75 51.310,67 51.567,57
b. Tanaman Hortikultura Semusim 16.855,10 18.385,56 21.177,68 21.657,52
c. Perkebunan Semusim 95,43 103,29 117,17 109,68
d. Tanaman Hortikulturan Tahunan dan 76.286,11 80.913,52 83.992,81 100.777,55
Lainnya
e. Perkebunan Tahunan 265.424,23 287.803,65 308.185,70 320.693,45
f. Peternakan 42.946,96 47.607,03 53.315,89 48.963,87
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 11.094,30 12.381,08 14.073,06 15.194,51
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 5.205,85 5.483,24 5.906,05 6.511,58
3 Perikanan 460.251,91 511.424,06 584.732,21 637.743,42
Pertambangan dan Penggalian 60.276,26 70.494,59 83.458,86 98.856,73
Industri Pengolahan 140.438,65 145.218,66 158/329,67 176.411,30
Pengadaan Listrik dan Gas 2.059,01 1.993,99 2.130,99 1.874,70
a. Ketenagalistrikan 1.515,17 1368,91 1.437,15 1.153,90
b. Pengadaan Gas dan Produksi Es 543,84 625,08 693,84 720,79
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 3.211,71 3.741,03 3.972,55 4.261,45
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 182.236,00 201.929,48 221.594,88 243.647,45
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 279.893,76 307.833,35 353.581,14 388.849,19
Mobil dan Sepeda Motor
a. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor 64.814,48 71.494,23 81.404,62 84.072,21
dan Reparasinya
b. Perdagangan Besar dan Eceran, 215.079,28 236.339,12 272.176,52 304.774,97
Bukan Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 46.279,88 49.541,99 59.081,78 67.322,00
a. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Angkutan Darat 43.481,18 46.524,26 55.702,65 63.701,10
c. Angkutan laut 1.033,96 1.170,76 1.293,88 1.291,30
d. Angkutan Sungai, Danau dan 0,00 0,00 0,00 0,00
Penyeberangan
e. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00
f. Pergudangan dan Jasa Penunjang 1.764,74 1.846,97 2.085,25 2.329,61
Angkutan
Penyediaan Akomodasi dan Makan 7.023,55 8.001,91 9.111,82 9.841,69
Minum
a. Penyediaan Akomodasi 1.371,45 1.527,12 1.691,51 1.780,67
b. Penyediaan Makan Minum 5.652,10 6.474,79 7.420,31 8.061,02
Informasi dan Komunikasi 123.089,30 135.547,30 151.316,37 165.345,38
Jasa Keuangan dan Asuransi 90.192,91 98.346,61 105.638,77 117.183,56
a. Jasa Perantara Keuangan 71.914,94 79.546,83 84.946,00 94.664,27
b. Asuransi dan Dana Pensiun 412,58 445,21 466,71 499,98

II - 40
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta)
c. Jasa Keuangan Lainnya 17.831,29 18.318,71 20.190,39 21.981,27
d. Jasa Penunjang Keuangan 34,11 35,86 35,68 38,03
Real Estate 95.013,59 104.917,77 112.305,72 123.459,98
Jasa Perusahaan 1.329,13 1.424,53 1.586,01 1.768,95
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 292.947,57 330.307,20 376.083,17 412.495,49
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 220.233,48 245.519,24 273.135,62 298.165,45
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 34.455,02 40.306,93 43.792,98 48.491,55
Jasa lainnya 88.503,89 92.227,85 97.502,08 107.301,22
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2.587.345,07 2.847.109,62 3.175.433,66 3.478.496,24
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016

B. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi suatu daerah dapat menggambarkan sejauh


mana suatu kategori lapangan usaha dalam menciptakan nilai tambah
untuk menyumbang perekonomian daerah pada kurun waktu
tertentu. Penggambaran struktur ekonomi daerah antara lain
digunkan untuk merancang suatu kebijakan dalam rangka
pengembangan kategori lapangan usaha tertentu kemasa yang akan
datang.
Pada kurun waktu 2010-2014 perekonomian Kabupaten Majene
dominan bersumber dari lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan dengan dominasi lebih dari sepertiganya. Namun demikian
kontribusinya cenderung menurun karena peranan kategori industri
cenderung meningkat. Pada tahun 2010, kategori pertanian,
kehutanan dan perikanan menyumbang 37,48 persen dan 35,28
persen di tahun 2014. Pada tahun 2014 sudah terdapat dua kategori
ekonomi yang memiliki kontribusi di atas sepuluh persen. Di luar
pertanian kehutanan dan perikanan, terdapat kategori perdagangan
besar/eceran, reparasi mobil dan motor serta kategori Administrasi
pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib dengan kontribusi
masing masing sebesar 11,09 persen dan 11,80 persen. Sementara
kategori lainnya memiliki kontribusi yang cukup beragam dengan
kisaran 0,07 persen hingga 8,57 persen. Perkembangan struktur
ekonomi Kabupaten Majene dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.20 Distribusi Persentase PDRB ADHB Menurut Lapangan


Usaha di Kabupaten Majene Periode 2012 – 2015
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
% % % %
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 35,56 35,47 35,36 34,88
1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa 17,57 17,31 16,76 16,36
Pertanian

II - 41
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
% % % %
a. Tanaman Pangan 1,62 1,60 1,62 1,48
b. Tanaman Hortikultura Semusim 0,65 0,65 0,67 0,62
c. Perkebunan Semusim 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Tanaman Hortikulturan Tahunan dan 2,95 2,84 2,65 2,90
Lainnya
e. Perkebunan Tahunan 10,26 10,11 9,71 9,22
f. Peternakan 1,66 1,67 1,68 1,70
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 0,43 0,43 0,44 0,44
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 0,20 0,19 0,19 0,19
3 Perikanan 17,79 17,96 18,41 18,33
Pertambangan dan Penggalian 2,33 2,48 2,63 2,84
Industri Pengolahan 5,43 5,10 4,99 5,07
Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,07 0,07 0,05
a. Ketenagalistrikan 0,06 0,05 0,05 0,03
b. Pengadaan Gas dan Produksi Es 0,02 0,02 0,02 0,02
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,12 0,13 0,13 0,12
dan Daur Ulang
Konstruksi 7,04 7,09 6,98 7,00
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 10,82 10,81 11,13 11,18
Mobil dan Sepeda Motor
a. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan 2,51 2,51 2,56 2,42
Reparasinya
b. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan 8,31 8,30 8,57 8,76
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 1,79 1,74 1,86 1,94
a. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Angkutan Darat 1,68 1,63 1,75 1,83
c. Angkutan laut 0,04 0,04 0,04 0,04
d. Angkutan Sungai, Danau dan 0,00 0,00 0,00 0,00
Penyeberangan
e. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00
f. Pergudangan dan Jasa Penunjang 0,07 0,06 0,07 0,07
Angkutan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,27 0,28 0,29 0,28
a. Penyediaan Akomodasi 0,05 0,05 0,05 0,05
b. Penyediaan Makan Minum 0,22 0,23 0,23 0,23
Informasi dan Komunikasi 4,76 4,76 4,77 4,75
Jasa Keuangan dan Asuransi 3,49 3,45 3,33 3,37
a. Jasa Perantara Keuangan 2,78 2,79 2,68 2,72
b. Asuransi dan Dana Pensiun 0,02 0,02 0,01 0,01
c. Jasa Keuangan Lainnya 0,69 0,64 0,64 0,63
d. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00
Real Estate 3,67 3,67 3,54 3,55
Jasa Perusahaan 0,05 0,05 0,05 0,05
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 11,32 11,60 11,84 11,86
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 8,51 8,62 8,60 8,57
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,33 1,42 1,38 1,39
Jasa lainnya 3,42 3,24 3,07 3,08
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100.00 100.00 100.00 100
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016

II - 42
C. Pertumbuhan Ekonomi

Capaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu menjadi


harapan yang diinginkan disetiap periode pemerintahan. Pertumbuhan
eknonomi yang tinggi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan dari
suatu pembangunan. Selain mencapai tingkat pertumbuhan yang
tinggi, pemerintah juga diharapkan memperhatikan pemerataan dari
pembangunan yang telah dicapai tersebut.
Secara umum, perekonomian Kabupaten Majene tahun 2014 jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami perlambatan.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 melambat menjadi 5,35 persen,
lebih rendah dari tahun 2013 yang mencapai 5,35 persen. Adapun jika
dicermati selama lima tahun terkahir, perekonomian Kabupaten
Majene cenderung mengalami perlambatan dimana 2010 sempat
mengalami pertumbuhan hingga 7,77 persen.
Pada tahun 2014, jika dirinci menurut kategori lapangan usaha
Nampak kategori pertambangan dan penggalian tumbuh paling cepat
hingga 12,54 persen dibandingkan dengan pertumbuhan kategori
lapangan usaha lainnya. Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut
melambat dibandingkan kinerja tahun 2013 yang mencapai 14,65
persen. Adapun kategori lapangan usaha yang lain kontribusinya
masih di bawah sepuluh persen berkisar pada 2,45 persen hingga 9,19
persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.21 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto


Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) 2010
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Majenem
Periode 2012 – 2015

2012 2013 2014 2015


Lapangan Usaha / Kategori
% % % %
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,07 3,16 4,41 3,11
1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa 4,59 2,49 2,00 1,88
Pertanian
a. Tanaman Pangan - 0,23 1,61 2,79 - 0,73
b. Tanaman Hortikultura Semusim 7,70 1,70 3,50 - 0,89
c. Perkebunan Semusim 3,01 1,92 4,81 - 11,03
d. Tanaman Hortikulturan Tahunan dan 4,91 2,61 2,28 8,43
Lainnya
e. Perkebunan Tahunan 5,37 2,30 1,04 - 0,40
f. Peternakan 3,64 4,06 5,81 7,59
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 1,41 4,75 3,36 2,66
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 1,05 3,33 3,97 3,91
3 Perikanan 5,60 3,84 6,80 4,27
Pertambangan dan Penggalian 8,03 14,65 12,54 6,87

II - 43
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
% % % %
Industri Pengolahan 3,22 0,26 4,16 8,57
Pengadaan Listrik dan Gas 34,11 8,08 6,33 4,51
a. Ketenagalistrikan 46,57 8,55 6,61 4,23
b. Pengadaan Gas dan Produksi Es 5,76 6,60 5,43 5,41
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 9,91 14,64 9,19 5,67
dan Daur Ulang
Konstruksi 8,02 4,94 6,42 6,72
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 5,75 6,69 6,66 4,32
Mobil dan Sepeda Motor
a. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan 6,52 6,09 2,29 - 2,11
Reparasinya
b. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan 5,51 6,88 8,05 6,26
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 1,12 2,56 8,97 6,77
a. Angkutan Rel - - - -
b. Angkutan Darat 1,03 2,35 9,23 6,97
c. Angkutan laut 5,14 11,83 3,01 - 1,36
d. Angkutan Sungai, Danau dan - - - -
Penyeberangan
e. Angkutan Udara - - - -
f. Pergudangan dan Jasa Penunjang 1,13 2,11 6,35 6,63
Angkutan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,96 9,40 7,36 4,09
a. Penyediaan Akomodasi 7,20 8,42 7,63 3,92
b. Penyediaan Makan Minum 8,15 9,64 7,29 4,14
Informasi dan Komunikasi 16,63 10,64 5,19 9,09
Jasa Keuangan dan Asuransi 13,47 3,89 2,67 6,70
a. Jasa Perantara Keuangan 16,49 4,46 1,40 7,79
b. Asuransi dan Dana Pensiun 10,33 7,61 3,32 5,19
c. Jasa Keuangan Lainnya 4,09 1,83 7,23 3,05
d. Jasa Penunjang Keuangan 6,61 3,90 - 1,53 3,90
Real Estate 2,97 5,25 3,43 5,93
Jasa Perusahaan 4,42 5,73 2,95 7,28
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 10,90 9,07 5,62 8,48
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 14,92 9,31 7,18 8,56
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 13,20 11,20 2,90 5,96
Jasa lainnya 1,14 3,61 3,50 5,40
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 7,37 5,55 5,35 5,73
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016

D. Laju Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara


umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme
pasar. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa bukan tinggi-
rendahnya tingkat harga. Tingkat harga yang dianggap tinggi belum

II - 44
tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.
Inflasi dihitung pada 82 kota pada 34 Provinsi se-Indonesia.
Tingkat inflasi suatu daerah ditentukan berdasarkan kota terdekat
yang dilakukan perhitungan oleh BPS. Untuk Kabupaten Majene maka
nilai inflasi diambil berdasarkan Nilai Inflasi daerah terdekat yang
dilakukan perhitungan inflasi oleh BPS yaitu Kabupaten Mamuju.
Inflasi dihitung berdasarkan pemantauan harga eceran berbagai
komoditas Barang dan jasa yang dilakukan oleh BPS dalam rangka
penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK). Penghitungan IHK
ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari sekelompok tetap
barang/jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat. Perubahan
IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)
atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang/ jasa kebutuhan rumah
tangga sehari-hari.
Inflasi bulanan adalah perbandingan IHK bulan n dibanding
bulan n-1. Selama semester I (Januari – Juni) tahun 2015, Mamuju
mengalami inflasi lima kali dan deflasi sekali. Inflasi tertinggi terjadi
pada bulan Mei 2015, yaitu sebesar 1,05 persen dan terendah di bulan
april 2015 yakni sebesar 0,09 persen. Sedangkan deflasi terjadi sekali
yakni di bulan Februari 2015 sebesar -1,13 persen. Selama semester II
(Juli–Desember) tahun 2015, Mamuju mengalami inflasi bulanan lima
kali dan deflasi satu kali. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember
sebesar 1,70 persen. Peningkatan harga yang terjadi pada bulan
Desember tersebut disebabkan kenaikan harga pada seluruh
kelompok pengeluaran dan terutama disebabkan oleh besarnya andil
inflasi kelompok bahan makanan. Peningkatan harga kelompok bahan
makanan pada Desember 2015 kemungkinan selain disebabkan hari
natal dan tahun baru, juga disebabkan oleh keadaan cuaca yang
sering hujan. Komoditas dengan andil inflasi terbesar di desember
adalah Ikan cakalang, ikan layang, dan beras dengan andil inflasi
masing-masing 0,33%, 0,21%, dan 0,14%. Meningkatnya harga ikan
ini kemungkinan besar dikarenakan cuaca (hujan) sehingga nelayan
tidak berani melaut dan stok ikan sedikit. Selain karena bahan
makanan di bulan desember juga ada kenaikan tarif listrik yang
memiliki andil 0,14%. Sehingga wajar saja di bulan desember 2015
terjadi inflasi tertinggi dalam periode semester II 2015 bahkan dalam
tahun 2015.

II - 45
Terjadinya deflasi bulan Febriari 2015 disebabkan adanya
penurunan harga beberapa kelompok pengeluaran terutama kelompok
bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan. Penurunan harga cabe merah, cabe rawit, ikan segar dan
telur ayam ras membuat indeks harga bahan makanan di februari
2015 mengalami deflasi dengan andil deflasi -0,67 persen. Sedangkan
pengumuman penurunan harga BBM di januari 2015 membuat
penurunan indeks harga kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan di bulan februari 2015 dengan andil deflasi sebesar -0,40
persen. Andil tersebut dominan disumbangkan oleh bensin -0,25
persen dan angkutan antar kota -0,13 persen. Sementara dalam
periode semester II 2015 terjadi di bulan agustus dengan nilai -0,20
persen. Deflasi di bulan agustus disebabkan penurunan indeks harga
dari empat kelompok pengeluaran yakni: kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan deflasi -0,96 persen dengan andil -0,16
persen; kelompok sandang deflasi -0,45 persen dengan andil -0,03
persen; kelompok kesehatan deflasi -0,22 persen dengan andil - 0,01
persen; dan kelompok bahan makan deflasi -0,01 persen dengan andil
-0,06 persen. Deflasi di bulan agustus ini juga dipicu momen kenaikan
harga saat lebaran (bulan Juli) dan setelah lebaran (bulan agustus)
harga cenderung normal kembali. Di bulan agustus 2016, kenaikan
ikan cakalang, ikan bandeng dan beras dapat diimbangi oleh
penurunan harga tarif angkutan antar kota, bawang merah, tarif
angkutan udara, beberapa pakaian sehingga terjadi deflasi di bulan
agustus.
Inflasi terendah terjadi di bulan Oktober dengan inflasi 0,13
persen. Di bulan Oktober 2016, enam kelompok pengeluaran
mengalami inflasi dan hanya satu kelompok yang deflasi yaitu
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. di bulan oktober,
kenaikan harga ikan bandeng, beras, rokok, bawang merah mampu
diredam dengan penurunan harga cabe merah, ikan layang, tarif
angkutan udara, ikan cakalang sehingga inflasi bulan oktober tidak
terlalu tinggi dibanding lima bulan yang lain selama semester II 2016.
Adapun tingkat inflasi pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :

II - 46
Gambar 2.13 Tingkat Inflasi Regional Kab. Majene Tahun 2015

0,14 0,44 1,05 0,95 0,99 1,7

-1,13 0,09 0,22


Jan Feb Mar -0,2 0,13 0,62
Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

Laju Inflasi Bulanan

Sumber : BPS Sulawesi Barat, 2016

Rata – rata Inflasi Regional Kabupaten Majene selama periode


2008 – 2015 adalah 5,45%. Tertinggi tahun 2014 yaitu 5,98 % dan
terendah tahun 2012 yakni 3,28%, sebagaimana grafik berikut:

Gambar 2.14 Nilai Inflasi (%) Rata – rata tahun 2008 – 2015
Di Regional Sulawesi Barat
14

12 11,66
10

8
5,12 5,91
6
4,91
4
3,28 3,48
2 2,45
1,78
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber : BPS Sulawesi Barat, 2016

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

A. Indeks Pembangunan Manusia


Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan
yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari
seluruh kegiatan pembangunan. Sasaran pembangunan manusia
adalah tercapainya penguasaan atas sumber daya guna memperoleh
peningkatan akses pendidikan, peningkatan derajat kesehatan serta

II - 47
pendapatan untuk mencapai kehidupan yang layak. Namun kondisi
ideal dalam pembangunan manusia bukan hanya sampai pada
pencapaian target tersebut, tetapi sampai pada pemanfaatan dari
capaian target telah dicapai. Dengan terbuka luasnya akses
pendidikan, peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan taraf
hidup masyarakat, diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan mental yang tercermin dalam
pola hidup, pola sikap dan tingkat kesejahteraan. Keberhasilan
pembangunan manusia tersebut dapat diukur dalam Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Dalam kurun waktu Tahun 2011 – 2015 menunjukkan bahwa
IPM Kabupaten Majene mengalami peningkatan. Data Tahun 2015,
IPM Kabupaten Majene telah mencapai 64,40 atau meningkat sebesar
1,84 poin dari Tahun 2011. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari
upaya Pemerintah Kabupaten Majene untuk menyelaraskan
pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia yang
diupayakan melalui berbagai program pembangunan yang bertujuan
untuk meningkatkan standar hidup serta kapabilitas penduduk yang
tercermin dalam bentuk kontribusi komponen utama IPM yang
meliputi: Indikator Kesehatan dengan Angka Harapan Hidup saat lahir
(AHH); Indikator pengetahuan penduduk diukur melalui indicator
Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah, serta
Indikator Ekonomi melalui indikator Pengeluaran per Kapita. Pada
Tahun 2014 terjadi perubahan perhitungan IPM, sehingga capaian IPM
Kabupaten Majene pada tahun 2011-2013 yang senantiasa
menempatkan Kabupaten Majene sebagai Peringkat IPM tertinggi di
wilayah Sulawesi barat, pada tahun 2014 dengan indikator pembentuk
IPM yang berbeda menempatkan Kabupaten Majene pada posisi ketiga
di Sulawesi Barat. Perkembangan pencapaian IPM Kabupaten Majene
serta ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu lima tahun pada
periode 2010-2015 dapat dapat dilihat pada tabel berikut :

II - 48
Tabel 2.22 Perkembangan IPM dan Indikator Pendukung IPM
Kabupaten Majene Tahun 2010 – 2015
Angka Rata-
Harapan Pengeluaran per
Indeks Harapan Rata
lama Kapita yang
Tahun Pembangunan Hidup Saat Lama
Sekolah Disesuaikan (Ribu
Manusia (IPM) Lahir Sekolah
(Tahun) Rupiah/Orang/Tahun)
(Tahun) (Tahun)
2011 62,56 59,93 12,37 7,49 9.078
2012 63,06 60,03 12,69 7,59 9.101
2013 63,32 60,15 12,74 7,70 9.123
2014 63,74 60,21 13,11 7,72 9.138
2015 64,40 60,51 13,52 7,74 9.277
Sumber : Majene Dalam Angka, 2016

1. Angka Harapan Hidup saat Lahir


Angka harapan hidup pada waktu lahir adalah suatu perkiraan
rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh penduduk.
Angka Harapan Hidup saat lahir merupakan gambaran pembangunan
di bidang kesehatan. Capaian pembangunan terlihat dari
meningkatnya Angka Harapan Hidup di Kabupaten Majene dari
sebesar 59,93 tahun pada tahun 2011 meningkat menjadi 60,51 tahun
pada tahun 2015. Nilai ini masih berada di bawah angka usia harapan
hidup Sulawesi Barat dan Nasional. Usia harapan hidup Sulawesi
Barat pada tahun 2015 adalah 64,22 tahun, sementara usia harapan
hidup nasional pada tahun 2015 adalah 70,71 tahun.
Adapun perbandingan usia harapan hidup Kab. Majene,
Sulawesi Barat dan Nasional adalah sebagai berikut :
Gambar 2.15 Usia Harapan Hidup Kab. Majene, Sulawesi Barat
dan Nasional Tahun 2011 – 2015
72 70,40 70,59 70,8
70,01 70,20
70
68
66 64,22
63,04 63,32 64,04
64 62,78 AHH
Majene
62 60,51
59,93 60,03 60,15 60,21 AHH Sulbar
60
58 AHH
2011 2012 2013 2014 2015 Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulbar, 2016

II - 49
2. Harapan Lama Sekolah

Angka Harapan Lama Sekolah didefnisikan lamanya sekolah


(dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur
tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak
tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama
dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk
untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah
dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem
pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk
lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai
oleh setiap anak.

Harapan Lama Sekolah merupakan gambaran pembangunan di


bidang pendidikan ini dilihat dari meningkatnya Harapan Lama
Sekolah di Kabupaten Majene dari sebesar 12,37 tahun pada tahun
2011 meningkat menjadi 13,52 tahun pada tahun 2015. Nilai ini
berada di atas angka Harapan Lama Sekolah Sulawesi Barat dan
Nasional. Harapan Lama Sekolah Sulawesi Barat pada tahun 2015
adalah 12,22 tahun, sementara Harapan Lama Sekolah nasional pada
tahun 2015 adalah 12,55 tahun.

Adapun perbandingan Harapan Lama Sekolah Kab. Majene,


Sulawesi Barat dan Nasional dalam periode 2011 – 2015 adalah
sebagai berikut :

Gambar 2.16 Harapan Lama Sekolah Kab. Majene, Sulawesi Barat


dan Nasional Tahun 2010 – 2015

14 13,52
13,11
13 12,69 12,74
12,55
12,37 12,39
12,1
12 11,68
11,44 12,22
11,78
11,46
11 11,21 11,28

10
2011 2012 2013 2014 2015

HLS Majene HLS Provinsi HLS Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sulbar, 2016

II - 50
3. Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Majene penduduk


usia 15 tahun keatas yang bersekolah (dalam tahun) pada tahun 2011
adalah 7,49 tahun, meningkat pada tahun 2015 menjadi 7,74 tahun.
Angka ini berada di atas angka rata-rata lama sekolah Sulawesi Barat
yang pada tahun 2015 adalah 6,94 Tahun. Sedangkan rata-rata lama
sekolah Nasional pada tahun 2015 adalah 7,84 Tahun, atau lebih
tinggi dari angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Majene.
Jika dikonversikan pada tingkat kelulusan, maka rata-rata
tingkat pendidikan Kabupaten Majene tidak tamat SLTP atau masih
kelas 3 (tiga) SLTP, oleh karena itu untuk mencapai RLS maksimal 9
tahun (setara Wajar 9 tahun) masih memerlukan pembenahan pada
sistem pendidikan yang diselenggarakan pemerintah.
Adapun perbandingan rata-rata lama sekolah Kab. Majene,
Sulawesi Barat dan Nasional dalam periode 2011 – 2015 adalah
sebagai berikut :

Gambar 2.17 Rata-rata Lama Sekolah Kab. Majene, Sulawesi


Barat dan Nasional Tahun 2010 – 2014
8 7,70 7,72 7,84
7,49 7,59
7,74

7,59 7,61 7,63


7,52
7
6,87 6,88 6,94
6,76
6,65

6
2011 2012 2013 2014 2015
RLS Majene RLS Provinsi RLS Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sulbar, 2016

4. Pengeluaran per Kapita


Pengeluaran per Kapita Kabupaten Majene mengalami
peningkatan dari Rp. 9,078 Juta/orang/tahun pada tahun 2011
meningkat menjadi Rp. 9,227 Juta/orang/tahun pada tahun 2015.
Nilai ini berada diatas daya beli Sulawesi Barat namun masih berada
dibawah pengeluaran per kapita Nasional. Pengeluaran per kapita
Sulawesi Barat pada tahun 2015 adalah Rp. 8,26 Juta/orang/tahun,
dan pengeluaran per kapita Nasional pada tahun 2015 mencapai
Rp. 10,150 Juta/orang/tahun.

II - 51
Adapun perbandingan pengeluaran per Kapita Kab. Majene,
Sulawesi Barat dan Nasional dalam periode 2010 – 2015 adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.18 Pengeluaran per Kapita Kab. Majene, Sulawesi Barat
dan Nasional Tahun 2010 – 2015 (Juta Rupiah)

10,50000
10,150
9,858 9,903
10,0000 9,815
9,647

9,50000 9,123 9,138 9,227


9,078 9,101
9,0000

8,50000 8,148 8,170 8,260


8,049 8,091
8,0000

7,50000
2011 2012 2013 2014 2015

PPK Majene PPK Provinsi PPK Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sulbar, 2016

B. Kondisi Kemiskinan

1. Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Majene

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Majene cenderung


mengalami penurunan dari tahun-ketahun. Pada Tahun 2006 jumlah
penduduk miskin mencapai 30 ribu lebih dan pada Tahun 2013
menurun hingga 24 ribu jiwa. Jumlah penduduk terendah pernah
dicapai pada Tahun 2009 sebesar 23 ribu jiwa, namun angka tersebut
mengalami peningkatan secara signifikan pada Tahun 2010 (Gambar
2.19).

II - 52
Gambar 2.19 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan
Tingkat Kemiskinan kabupaten Majene, Tahun 2006-
2013

Sebagaimana pada indikator jumlah penduduk miskin, Tahun


2009 adalah capaian persentase penduduk miskin (tingkat
kemiskinan) terendah yang pernah dicapai dalam delapan tahun
terakhi. Angka kemiskinan terus mengalami penurunan, pada tahun
2006 tingkat kemiskinan di Kabupaten Majene sebesar 23,5% yang
kemudian mengalami penurunan sebesar 35,1% di Tahun 2013
menjadi 15,26% (Gambar 2.19). Posisi relatif capaian penanggulangan
kemsikinan, apabila dibandingkan dengan kabupaten lain di provinsi
Sulawesi Barat menunjukkan terdapat tiga dari lima kabupaten
dengan angka kemiskinan yang masih berada di atas rata-rata
nasional dan provinsi termasuk kabupatan Majene (Gambar 2.20).
Rata-rata angka kemsikinan nasional di Tahun 2013 adalah 11,66
sedangkan keadaan di provinsi Sulawesi Barat pad umumnya
masih berada dibawah rata-rata nasinal tersebut, yaitu 12,23%.
Capaian kabupaten Majene sebesar 15,26% menempatkan kabupaten
Majene berada pada urutan ke-2 tingkat kemiskinan di Sulawesi
Barat, sementara posisi pertama, dengan angka kemiskinan tertinggi
terlihat di Kabupaten Polewalli Mandar sebesar 18,02%.

II - 53
Gambar 2.20 Posisi relatif Tingkat Kemiskinan kabupaten Majene
terhadap kabupaten lain, provinsi dan nasional,
Tahun 2013

2. Indeks Kedalaman Kemiskinan kabupaten Majene

Persoalan kemiskinan bukan hanya mengacu pada jumlah dan


persentase penduduk miskin. Tingkat kedalaman dan Tingkat
keparahan kemiskinan merupakan dimensi lain yang ikut menjadi
parameter kemiskinan suatu wilayah. Selain harus mampu
memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga
sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman (P1) dan
keparahan dari kemiskinan (P2). Indeks kedalaman kemiskinan
merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai
indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan. Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
kabupaten Majene dibandingakn dengan kabupaten lain dalam
provinsi dan perbandingannya dengan capaian provinsi dan nasional
pada Tahun 2013 dapat dilihat pada (Gambar 2.21). Sebagaimana
pada angka kemiskinan (P0), posisi relatif capaian indeks kedalaman
kemiskinan (P1) kabupaten Majene juga berada dibawah rata-rata
provinsi Sulawesi Barat dan Nasional (balok merah), dibandingkan
dengan capaian kabupaten lain dalam provinsi, capaian kabupaten
Majene berada pada urutan kedua setelah kabupaten Polman dengan
nilai indkes tertinggi (2,86). Kabupaten Mamuju Utara dan kabupaten
Mamuju menjukkan nilai indeks terendah (Gambar 2.21).

II - 54
Gambar 2.21 Posisi relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
kabupaten Majene terhadap kabupaten lain,
provinsi dan nasional, Tahun 2013

Gambar 2.22 Perkembangan nilai indeks kedalaman


kemiskinan (P1), Nasional, Prov. Sulawesi Barat
dan Kabupaten Majene, Tahun 2008-2013

Besarnya rata-rata pengeluaran penduduk miskin dan


ketimpangan pengeluaran penduduk miskin per wilayah (P1) terlihat
cenderung semakin makin mendekati garis kemiskinan dan menjadi
lebih sempit. Perkembangan indeks kedalaman secara nasional sejak
tahun 2008 hingga 2013, telah mengalami penurunan sebesar 36,79%
dengan trend pertumbuahan yang menurun dan laju penurunan
bergerak secara linier sebesar 19,5%/tahun. Relevan dengan keadaan
di Kabupaten Mejene yang juga menunjukkan penurunan sebesar
32,54% dengan trend penurunan dan laju penurunan indeks sebesar
0,2% setiap tahunnya (Gambar 2.22). Walaupun capaian Majene
dalam lima tahun tersebut selalu berada dibawah rata-rata nasional,
namun pola perkembangan nilai indeks di atas mengindikasikan
adanya relevansi yang kuat antara agenda penuntasan kemsikinan
pusat dan implementasinya di kabupaten Majene.

II - 55
3. Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Majene

Indeks keparahan kemiskinan (P2) atau Poverty Severity Index


memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara
penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) nasional pada tahun 2013 menunjukkan
angka 0,49; dan 0,27 untuk provinsiSulawesi Barat. Terdapat 3
kabupaten dengan nilai P2 di atas rata-rata nasional dan provinsi
tersebut, termasuk kabupaten Majene, dengan keadaan P2 tertinggi
terlihat di kabupaten Polman. Kedua kabupaten tersebut juga memiliki
angka kemiskinan (P0) dan indeks kedalaman kemiskinan (P1) yang
paling tinggi secara provinsi, dan kabupaten Majene selalu berada
pada rengking ke-2 capaian terendah dalam provinsi Sulawesi Barat
(Gambar 2.23).
Cerminan efektifitas kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan dalam upaya mengurangi ketimpangan pendapatan
diantara golongan penduduk masyarakat miskin dapat dilihat dari
trend perkembangan indeks keparahan kemiskinan (P2) yang
menunjukkan kecenderungan menurun secara linier selama periode
2008–2013. Di tingkat nasional telah terjadi penurunan nilai P2
sebesar 42% dengan laju penurunan P2 sebesar 6,2%/tahun. Kurang
relevan dengan keadaan di provinsi Sulawesi Barat yang menunjukkan
pola perkembangan yang berfluktuatif. Di Tahun 2010, capaian Sulbar
secara signifikan mengalami penurunan sebagaimana peningkatan
signifikan yang terjadi setahun berikutnya (Gambar 2.24).

II - 56
Gambar 2.23 Posisi relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
kabupaten Majene terhadap kabupaten lain,
provinsi dan nasional, Tahun 2013

Gambar 2.24 Perkembangan Nilai Indeks Keparahan


Kemiskinan (P2), Nasional, Prov. Sulawesi Barat
dan Kabupaten Majene, Tahun 2008-2013

Pola perkembangan yang tidak teratur (fluktuatif) bukan hanya


terjadi di provinsi Sulbar, namun juga di Kabupaten Majene. Pada
Tahun 2009, kabupaten Majene menunjukkan keselarasan dengan
keadaan nasioanl dan provinsi bahkan capaian berada diatas rata-rata
nasional, namun pertumbuhan P2 selama dua tahun kemudian
kembali mengalami kemunduran, dengan capaina kabupaten Majene
yang berada dibawah capaian ansional dan provinsi. Pada Tahun
2012, capain kabupaten Majene kembali menunjukkan kemajuan
dengan rata-rata P2 berada dibawah nasional, namun di tahun 2013
keadaan kembalil lagi mengalami kemunduran dengan capaian yang
berada dibawah nasional dan provinsi.

II - 57
Sebuah fenomena penting yang perlu diperhatikan adalah
kejadian pada Tahun 2009. Capaian P2 provinsi Sulbar sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 2.20 terlihat mengalami peningkatan
dengan menurunnya nilai indeks P2, namun di Kabupaten Majene,
indeks P2 pada saat itu justru mengalam peningkatan (0,02).
Walaupun peningkatan tersebut terkesan tidak signifikan, namun
penurunan P2 provinsi terjadi secara signifikan. Ditelusuri lebih
lanjut, berdasarkan data yang diperoleh dari TNP2K, 2014 (sumber
yang sama digunakan untuk kabupaten Majene) ternyata pada saat
itu, penurunan P2 provinsi yang signifikan besar dipengaruhi oleh
penuruna P2 di Kabupaten Polman yang mencapai 0,34 dan
kabupaten mamasa sebesar 0,2. Sehingga perlu dilakukan
penelusuran lebih lanjut, program/kegiatan apa yang telah dilakukan
oleh kedua kabupaten tersebut sehingga dapat menekan tingkat
kesenjangan kemiskinan secara signifikan hingga mempengaruhi
peningkatan capaian provinsi.

2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Kabupaten Majene merupakan bagian dari peradaban mandar.


Oleh karena itu, maka pembangunan kebudayaan dan kepemudaan di
Kabupaten Majene difokuskan pada pengembangan budaya mandar.
Pembangunan kebudayaan dan kepemudaan tentu tidak terlepas dari
grup seni dan klub olah raga. Adapun Perkembangan Seni, Budaya
dan Olahraga Di Kabupaten Majene Tahun 2010 – 2015 adalah
sebagai berikut :

Tabel 2.23 Perkembangan Olah Raga, Seni & Budaya Kabupaten


Majene Tahun 2010 – 2015

No Capaian Pembangunan 2011 2012 2013 2014 2015


1 Jumlah grup kesenian per 0,78 0,76 0,89 0,89 0,89
10.000 penduduk
2 Jumlah gedung kesenian per 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
10.000 penduduk
3 Jumlah klub olahraga per 2,73 2,66 2,66 2,66 2,66
10.000 penduduk
4 Jumlah gedung olahraga per 0,45 0,44 0,44 0,44 0,44
10.000 pendudul
Sumber : Pengolahan Data, 2016

II - 58
2.3 Aspek Pelayanan Umum
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar
A. Pendidikan
1. Angka Partisipasi Kasar
Secara umum, dari jenjang SD sampai SMA Angka Partisipasi
Kasar di Kab. Majene mengalami peningkatan walaupun tidak
terlalu besar. Untuk jenjang SD dari 108,32 di tahun 2011 menjadi
116,71 di tahun 2015. Pada jenjang SMP dari 91,95 ditahun 2011
menjadi 99,91 di tahun 2015 dan untuk jenjang SMA dari 88,50 di
tahun 2012 menjadi 90,54 di tahun 2015. Lebih jelas pada table
berikut :

Tabel 2.24 Angka Partisipasi Kasar SD – SMA Kab. Majene


2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 SD 108,32 108,98 108,96 107,19 109,36
2 SMP 91,95 87,11 90,11 92,34 77,54
3 SMA - 88,50 93,95 92,39 87,80
Sumber : Analisis Profil Pendidikan 2011-2015

2. Angka Partisipasi Murni


Secara umum, dari jenjang SD sampai SMA Angka Partisipasi
murni di Kab. Majene mengalami fluktuasi. Untuk jenjang SD dari
98,41 di tahun 2011 turun menjadi 95,16 di tahun 2012 dan 93,18
di tahun 2013. Pada tahun 2014 turun lagi menjadi 93,13 lalu naik
menjadi 101,83 pada tahun 2015. Pada jenjang SMP dari 79,12
ditahun 2011 turun menjadi 64,89 di tahun 2012 lalu naik lagi
pada tahun 2013 menjadi 69,94. Pada tahun 2014 turun menjadi
67,7 dan 2015 menjadi 23,38. Untuk jenjang SMA dari 70,49 di
tahun 2011 menjadi 65,6 di tahun 2012. Pada tahun 2013 naik
sedikit menjadi 65,73 lalu naik pada tahun 2014 menjadi 70,4 dan
turun lagi pada tahun 2015 menjadi 67,57.

Tabel 2.25 Angka Partisipasi Murni SD – SMA Kab. Majene


2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka Partisipasi Murni 98,41 95,16 93,18 93,13 99,61
(APM) SD/MI/Paket A
2 Angka Partisipasi Murni 79,12 64,89 69,94 67,7 68,12
(APM) SMP/MTs/Paket B

II - 59
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
3 Angka Partisipasi Murni 70,49 65,6 65,73 70,4 61,77
(APM))
SMA/SMK/MA/Paket C
Sumber Data : Profil Pendidikan, 2015

3. Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Dasar & Menengah


Secara umum, dari jenjang SD sampai SMP Angka Partisipasi
Sekolah di Kab. Majene mengalami fluktuasi. Untuk jenjang SD
dari 101,17 di tahun 2011 turun menjadi 101 di tahun 2012 dan
100,84 di tahun 2013. Pada tahun 2014 naik menjadi 101,00 lalu
naik lagi menjadi 112,42 pada tahun 2015. Pada jenjang SMP dari
88,40 ditahun 2011 turun menjadi 86,80 di tahun 2012 lalu naik
pada tahun 2013 menjadi 96,23. Pada tahun 2014 turun menjadi
88,00 dan 2015 naik menjadi 97,38.

Tabel 2.26 Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Anak Usia


Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kab. Majene 2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 PAUD 67,39 62,29 62,21 59,55 62
2 SD 101,17 101 100,84 101,00 112,42
3 SMP 88,40 86,80 96,23 88,00 97,38
4 SMA 62,43 60,37 69,36 78,00 70,92
Sumber Data : Profil Pendidikan, 2015

4. Fasilitas Pendidikan SD-SMA


Secara umum, Fasilitas Pendidikan di Kab. Majene mengalami
fluktuasi. Jenjang SD Dari 67,39 di tahun 2011 turun menjadi
62,29 di tahun 2012 dan 62,21 di tahun 2013. Pada tahun 2014
turun lagi menjadi 59,55 lalu naik menjadi 62 pada tahun 2015.
Untuk jenjang SMP dari 73,10 di tahun 2011 turun menjadi 59,88
lalu naik lagi menjadi 71,91 di tahun 2013. Angka ini betahan di
tahun 2014 lalu turun menjadi 65,41 di tahun 2015. Pada jenjang
SMA dari 76,58 di tahun 2011 naik menjadi 85,49 di tahun 2012
lalu turun lagi menjadi 74,80 di tahun 2013. Pada tahun 2014 naik
menjadi 81,68 lalu turun menjadi 78,8 di tahun 2015.

II - 60
Tabel 2.27 Fasilitas Pendidikan SD – SMA Kab. Majene
Tahun 2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Sekolah pendidikan 67,39 62,29 62,21 59,55 62
SD/MI kondisi
bangunan baik
2 Sekolah pendidikan 73,10 59,88 71,91 71,91 65,41
SMP/MTs kondisi
bangunan baik
3 Sekolah pendidikan 76,58 85,49 74,80 81,68 78,8
SMA/SMK/MA kondisi
bangunan baik
Sumber Data : Profil Pendidikan, 2015

5. Angka Putus Sekolah


Secara umum, Angka Putus Sekolah di Kab. Majene mengalami
fluktuasi. Jenjang SD Dari 0,80 di tahun 2011 turun menjadi 0,41 di
tahun 2012 dan 0,45 di tahun 2013. Pada tahun 2014 turun lagi
menjadi 0,30 lalu naik menjadi 0,51 pada tahun 2015. Untuk jenjang
SMP dari 0,16 di tahun 2011 turun menjadi 0,15 lalu naik lagi
menjadi 0,48 di tahun 2013. Angka ini naik di tahun 2014 menjadi
0,49 lalu turun menjadi 0,13 di tahun 2015. Pada jenjang SMA dari
0,13 di tahun 2011 naik menjadi 0,99 di tahun 2012 lalu turun
menjadi 0,00 di tahun 2013. Pada tahun 2014 naik menjadi 0,41 lalu
naik lagi menjadi 0,70 di tahun 2015.
Tabel 2.28 Angka Putus Sekolah Jenjang SD – SMA Kab. Majene
2011 - 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0,80 0,41 0,45 0,30 0,51
2 Angka Putus Sekolah (APS) 0,16 0,15 0,48 0,49 0,13
SMP/MTs
3 Angka Putus Sekolah (APS) 0,13 0,99 0,00 0,41 0,70
SMA/SMK/MA
Sumber Data : Profil Pendidikan, 2015

6. Angka Kelulusan Jenjang SD-SMA


Secara umum, Angka kelulusan di Kab. Majene mengalami
fluktuasi. Terutama pada jenjang SMP dan SMA. Jenjang SD Dari
tahun 2011 sampai 2015 stabil pada angka 100. Untuk jenjang SMP
dari 93,12 di tahun 2011 turun menjadi 91,34 lalu naik lagi menjadi
99,26 di tahun 2013. Angka ini turun di tahun 2014 menjadi 99,13
lalu turun lagi menjadi 98,54 di tahun 2015. Pada jenjang SMA dari
96,56 di tahun 2011 naik menjadi 98,54 di tahun 2012 lalu turun
lagi menjadi 97,95 di tahun 2013. Pada tahun 2014 naik menjadi
98,5 lalu naik lagi menjadi 98,90 di tahun 2015.

II - 61
Tabel 2.29 Angka Kelulusan Jenjang SD – SMA Kab. Majene
2011 - 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka Kelulusan (AL) 100 100 100 100 100
SD/MI
2 Angka Kelulusan (AL) 93.12 91.34 99.26 99.13 98.54
SMP/MTs
3 Angka Kelulusan (AL) 96.56 98.54 97.95 98.5 98.90
SMA/SMK/MA
Sumber Data : Profil Pendidikan, 2015

7. Angka Melanjutkan Jenjang Pendidikan


Secara umum, Angka melanjutkan pendidikan dari SD ke
SMP/MTs di Kab. Majene mengalami fluktuasi. Dari 96,35 di tahun
2011 naik menjadi 96,79 lalu naik lagi menjadi 98,56 di tahun 2013.
Angka ini turun di tahun 2014 menjadi 95,71 lalu turun lagi menjadi
78,81 di tahun 2015
Tabel 2.30 Angka Melanjutkan Jenjang SD Ke SMP Kab. Majene
2011 - 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka Melanjutkan (AM) 96,35 96,79 98,56 95,71 78,81
dari SD/MI ke
SMP/MTs

2 Angka Melanjutkan 98,79 99,57 111,12 116,60 109,87


(AM) dari SMP/MTs ke
SMA/SMK/MA
Sumber Data : Profil Pendidikan, 2015

B. Kesehatan

1. Cakupan Fasilitas Kesehatan


Secara umum, jumlah Puskesmas pembantu di Kab. Majene
mengalami penurunan dilihat dari data tahun 2011 yang berjumlah
43 berkurang menjadi 41 pada tahun berikutnya dan tidak
mengalami pertambahan sampai tahun 2015. Hal ini terjadi karena
berubahnya status 1 Pustu yaitu Salutambung menjadi
Puskesmas. Sementara itu, jumlah Puskesmas di Kab. Majene
mengalami peningkatan dilihat dari data tahun 2011 yang
berjumlah 125 bertambah menjadi 138 pada tahun berikutnya dan
tidak mengalami pertambahan sampai tahun 2015. Hal ini terjadi
karena berubahnya status 1 Pustu yaitu Salutambung menjadi
Puskesmas. Sementara itu, jumlah Rumah Sakit di Kab. Majene
tetap dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dengan jumlah rumah

II - 62
sakit berstatus kepemilikan pemerintah daerah yang ada hanya
satu. Perubahan rasio per satuan penduduk diakibatkan oleh
perubahan jumlah penduduk, meski jumlah Rumah Sakit tidak
berubah. Secara umum, rasio Posyandu di Kab. Majene mengalami
peningkatan dilihat dari data tahun 2011 sebesar 1,31 naik
menjadi 1,46 pada tahun 2012 lalu naik lagi pada tahun 2013
menjadi 1,50. Di tahun 2014 naik menjadi 1,67 dan pada tahun
2015 menjadi 1,70. Peningkatan ini terjadi karena bertambahnya
jumlah Posyandu setiap tahun.

Tabel 2.31 Cakupan Fasilitas Kesehatan Kab. Majene Tahun


2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Cakupan pembantu 43 41 41 41 41
puskesmas
2 125 138 138 138 138
Cakupan Puskesmas
3 Rasio Rumah Sakit per
0,66 0,66 0,65 0,63 0,62
satuan penduduk
4
Rasio posyandu per
1,31 1,46 1,50 1,67 1,70
satuan balita

Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Majene, 2015

2. Pelayanan Kesehatan Bayi


Secara umum, jumlah kunjungan bayi ke fasilitas kesehatan di
Kab. Majene mengalami fluktuasi dilihat dari data tahun 2011
sebesar 54,73 naik menjadi 100 pada tahun 2012 dan 2013 lalu
turun pada tahun 2014 menjadi 83,60 lalu naik lagi pada tahun
2015 menjadi 100. Hal ini terkait dengan kinerja petugas dalam
mencakup sasarannya secara keseluruhan. Sementara itu, jumlah
balita gizi buruk di Kab. Majene sudah ditangani 100% . Adapun
terkait Universal Child Immunization (UCI), jumlah
Desa/Kelurahan UCI di Kab. Majene mengalami penurunan dilihat
dari data tahun 2011 sebesar 85,00 turun menjadi 82,93 di tahun
2012 dan 2013 dan turun lagi menjadi 65,85 pada tahun 2014 lalu
64,63 pada tahun 2015. Hal ini terjadi karena berkurangnya
jumlah desa dengan cakupan sasaran imunisasi dasar lengkap
yang mencapai target. Secara umum, persentase balita gizi buruk
di Kab. Majene mengalami penurunan dilihat dari data tahun 2011

II - 63
sebesar 0,27 naik menjadi 0,33 pada tahun 2012 lalu turun lagi
pada tahun 2013 menjadi 0,31. Di tahun 2014 naik menjadi 0,7
dan turun lagi menjadi 0,09 pada tahun 2015. Menurunnya
persentase balita gizi buruk secara signifikan menunjukkan adanya
peningkatan upaya perbaikan gizi balita.

Tabel 2.32 Pelayanan Kesehatan Bayi Kab. Majene Tahun


2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 54,73 100 100 83,60 100
Cakupan Kunjungan Bayi
2 100 100 100 100 100
Cakupan Balita Gizi Buruk
Mendapat Perawatan
3 Cakupan Desa/Kelurahan
Universal Child 85,00 82,93 82,93 65,85 64,63
Immunization (UCI)
4 Persentase balita gizi
0,27 0,33 0,31 0,7 0,9
buruk
5 Angka kelangsungan
0,99 0,99 0,99 0,98 0,98
hidup bayi
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Majene, 2015

3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat


Miskin
Secara umum, jumlah kunjungan pasien miskin ke fasilitas
kesehatan di Kab. Majene mengalami penurunan dan stagnasi
dilihat dari data tahun 2011 sebesar 100 turun menjadi 95,66 pada
tahun 2012 lalu turun lagi pada tahun 2013 menjadi 82,14 sampai
tahun 2015. Hal ini terjadi karena perubahan status kepesertaan
dari Askeskin menjadi PBI (Penerima Bantuan Iuran) JKN yang
dikelola oleh BPJS. Stagnasi data dari tahun 2013 sampai 2015
pada table berikut.

Tabel 2.33 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien


Masyarakat Miskin Kab. Majene Tahun 2011 –
2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 100 95,66 82,14 82,14 82,14
Cakupan Pelayanan
Kesehatan Rujukan Pasien
Masyarakat Miskin
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Majene, 2015

II - 64
4. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penyakit Menular

Secara umum, jumlah penderita DBD di Kab. Majene sudah


100% ditangani sesuai SOP. Secara umum, jumlah penderita
penyakit TBC BTA yang ditemukan dan diobati di Kab. Majene
mengalami stagnasi dilihat dari data tahun 2011 sebesar 100
sampai tahun 2013, lalu turun menjadi 89,10 di tahun 2014 dan
turun lagi menjadi 84,34 pada tahun 2015. Hal ini terjadi karena
berkurangnya jumlah penemuan penderita baru TB BTA (+). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.34 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penyakit
Menular Kab. Majene Tahun 2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Cakupan Penemuan dan 100 100 100 100 100
Penanganan Penderita
Penyakit DBD
2 Cakupan Penemuan dan 100 100 100 89,10 84,34
Penanganan Penderita
Penyakit TBC BTA
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Majene, 2016

5. Cakupan Pelayanan Kebidanan


Secara umum, jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga
kesehatan yang berkompetensi kebidanan di Kab. Majene
mengalami penurunan dilihat dari data tahun 2011 sebesar 85,56
naik menjadi 97,34 pada tahun 2012, lalu turun menjadi 94,63 di
tahun 2013 dan turun lagi menjadi 81,60 pada tahun 2014 lalu
75,64 di tahun 2015. Penurunan cakupan tersebut dikarenakan
berkurangnya minat ibu hamil untuk bersalin di fasilitas
kesehatan. Secara umum, jumlah komplikasi kebidanan yang
mendapat penanganan difinitif di Kab. Majene mengalami fluktuasi
dilihat dari data tahun 2011 sebesar 60,06 naik menjadi 81,58
pada tahun 2012 lalu naik lagi pada tahun 2013 menjadi 95,15. Di
tahun 2014 turun menjadi 89,00 dan turun lagi menjadi 80,21
pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua
komplikasi kebidanan yang ditemukan dapat ditangani dengan
segera oleh karena keterlambatan penanganan medis terhadap ibu
hamil dan melahirkan resiko tinggi.

II - 65
Tabel 2.35 Cakupan Pelayanan Kebidanan Kab. Majene Tahun
2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Cakupan Pertolongan Persalinan 85,56 97,34 94,63 81,60 75,64
Oleh Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan
2 Cakupan komplikasi kebidanan 60,06 81,58 95,19 89,00 80,21
yang ditangani
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Majene, 2015

6. Angka Usia Harapan Hidup

Secara umum, menurut data yang tersedia angka usia harapan


hidup di Kab. Majene mengalami peningkatan dari 59,93 di tahun
2011 menjadi 60,51 di tahun 2015.

Tabel 2.36 Angka Usia Harapan Hidup Kab. Majene Tahun


2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka usia harapan 59,93 60,03 60,15 60,21 60,51
hidup
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Majene, 2016

7. Jumlah Dokter.

Rasio dokter spesialis per 10.000 penduduk di Kab. Majene


masih tergolong rendah, yakni 1,9 dokter per 10.000 penduduk,
sementara kondisi idealnya adalah 4 dokter spesialis per 10.000
penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa Kab. Majene masih sangat
membutuhkan tambahan dokter untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat. Untuk dokter umumdan dokter gigi dengan
rasio masing-masing 7,4 dan 5,0 dinilai sudah mencukupi. Adapun
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.37 Sebaran Dokter Berdasarkan Kecamatan di Kab.


Majene Tahun 2015
Dokter Dokter Dokter
No Uraian Total
Umum Spesialis Gigi
1 Banggae 3 6 5 14
2 Banggae Timur - 3 1 4
3 Pamboang - 1 - 1
4 Sendana - - - -
5 Tubo Sendana - - - -
6 Tammerodo - 1 - 1
Sendana
7 Malunda - 1 - 1
8 Ulumanda - - 2 2
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Majene, 2015

II - 66
C. Pekerjaan Umum & Penataan Ruang
1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi Baik
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah
bagaimana kondisi infrastruktur termasuk didalamnya adalah
jalan. Secara umum kondisi jalan di Kabupaten Majene terus
membaik, ini ditandai dengan proporsi panjang jaringan jalan
dalam kondisi baik 5 (lima) tahun terakhir mengalami tren
peningkatan dimana pada tahun 2011 sebesar 67,85 % , tahun
2012 sebesar 68,81 %, tahun 2013 70,28 % dan meningkat
menjadi 70,78 % pada tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.38 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
Baik Kabupaten Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Panjang jalan 419,46 427,46 439,07 442,22 458,62
dalam kondisi
baik (Km)
2 Panjang Jalan 618,20 621,20 624,78 624,78 624,78
Seluruhnya (Km)
3 Proporsi panjang 67,85% 68,81% 70,28% 70,78% 71,93%
jaringan jalan
dalam kondisi
baik
Sumber : Majene Dalam Angka, 2015

2. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, persentase


rumah tinggal bersanitasi cenderung menurun dan fluktuatif. Hal
ini ditandai dengan penurunan sebesar 1,67 % dari tahun 2011
yang bergerak pada kisaran 67,31 % turun mejadi 65,55 % pada
tahun 2015. Namun pada tahun 2012 dan 2013 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya dan kembali menurun pada
tahun 2014 sampai 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:

II - 67
Tabel 2.39 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Kabupaten
Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Rumah 21.420 22.170 22.946 21.770 26.191
Tinggal Berakses
Sanitasi (Unit)
2 Jumlah Rumah 31.824 32.397 32.397 31.750 39.955
Tinggal (Unit)
3 Persentase 67,31% 68,43% 70,83% 68,57% 65,55%
Rumah Tinggal
Bersanitasi
Sumber: Forum Data
LPPD 2014, 2015

3. Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran


pembuangan air

Sejalan dengan panjang jalan yang mengalami tren


peningkatan, Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase juga
demikian. Hal ini ditandai dengan tren peningkatan dari tahun
2011 sebesar 0,67 % meningkat menjadi 1,26 % pada tahun 2013.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.40 Panjang Jalan yang Memiliki Trotoardan


Drainase/Saluran Pembuangan Air Kabupaten
Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Panjang jalan yang memiliki 4,17 5,65 7,85 - -
trotoar dan drainase (Km)
2 Panjang seluruh jalan 618,20 621,20 624,78 624,78 -
kabupaten (Km)
3 Panjang jalan yang memiliki 0,67% 0,91% 1,26% - -
trotoar dan drainase/
saluran pembuangan air
(minimal 1,5 m)
Sumber : Forum Data
Majene Dalam Angka 2015

4. Drainase dalam kondisi baik


Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi genangan
dan kelebihan air adalah membuat drainase. Pemerintah
kabupaten majene selalu mengupayakan drainase dalam kondisi
baik, hal ini ditandai dengan adanya tren peningkatan selama
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Pada tahun 2011 jumlah
drainase dalam kondisi baik adalah 95 km dan meningkat setiap

II - 68
tahunnya sehingga pada tahun 2015 bertambah menjadi 107,54
km. Untuk mengetahui pertambahan setiap tahunnya dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 2.41 Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran


air tidak tersumbat Kabupaten Majene Tahun
2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Panjang drainase tersumbat - - - - -
pembuangan aliran air (Km)
2 Panjang seluruh drainase di - - - - -
kabupaten (Km)
3 Drainase dalam kondisi 95 95,80 97,20 99,25 107,54
baik/ pembuangan aliran air
tidak tersumbat (Km)
Sumber : LKPJ AMJ 2011 – 2015

5. Luas Irigasi dalam Kondisi Bagus


Seyogianya kondisi irigasi harus dalam kondisi baik agar
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa ada beberapa faktor yang dapat menghambat
irigasi berfungsi secara baik. Upaya terus dilakukan sehingga
selama 3 tahun terakhir adanya tren peningkatan persentase
jumlah irigasi dalm kondisi baik. Pada tahun tahun 2013
persentasenya pada kisaran 23,14 %, kemudian meningkat
masing-masing 47,45 % dan 79,26 % pada tahun 2014 dan 2015.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.42 Luas Irigasi dalam kondisi baik Kabupaten Majene


Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Luas irigasi - - 11,21 32,67 90,45
kabupaten dalam
kondisi baik (Ha)
2 Luas irigasi - - 48,44 68,86 113,27
kabupaten (Ha)
3 Luas irigasi - - 23,14% 47,45% 79,26
kabupaten dalam
kondisi baik
Sumber: LPPD 2013, 2014, 2015

D. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman


1. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih
Air bersih adalah kebutuhan utama untuk setiap manusia
dalam beraktifitas terutama dalam kebutuhan rumah tangga, baik
itu untuk minum, mencuci dan sebagainya. Namun kualitas air
menjadi hal yang harus diperhatikan, karena berhubungan dengan
kesehatan. Pada wilayah Kabupaten Majene persentase Jumlah

II - 69
Rumah tangga Pengguna air bersih mengalami tren peningkatan
dimana pada tahun 2013 bergerak pada kisaran 15,48 % dan
meningkat pada tahun 2015 menjadi 17,64 %. Untuk lebih jelsnya
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.43 Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Kabupaten


Majene Tahun 2011 - 2015

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1 Jumlah rumah tangga - - 4.914 6.554 7.050
pengguna air bersih
2 Jumlah seluruh rumah - - 31.750 31.750 39.955
tangga
3 Rumah tangga - - 15,48% 20,64% 17,64%
pengguna air bersih
Sumber : LPPD 2013, 2014, 2015

2. Rumah Tangga Bersanitasi


Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, persentase rumah
tinggal bersanitasi cenderung menurun dan fluktuatif. Hal ini
ditandai dengan penurunan sebesar 1,67 % dari tahun 2011 yang
bergerak pada kisaran 67,31 % turun mejadi 65,55 % pada tahun
2015. Namun pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya dan kembali menurun pada tahun 2014
sampai 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.44 Rumah Tangga Bersanitasi Kabupaten Majene


Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah rumah tangga - - 21.770 21.770 26.191
bersanitasi
2 Jumlah seluruh rumah - - 31.750 31.750 39.955
tangga
3 Rumah tangga bersanitasi - - 68,67% 68,67% 65,55%
Sumber: Dinas Tata Ruang, Permukiman & Kebersihan, 2016

3. Lingkungan permukiman kumuh


Seluruh luas wilayah kabupaten majene terbagi menjadi
beberapa kawasan penggunaan lahan, diantaranya adalah
lingkungan permukiman. Lingkungan permukiman masih terbagi
atas bebrapa kawasan salah satunya adalah kawasan permukiman
kumuh. Pada wialayah kabupaten majene kawasan lingkungan
permukiman kumuh mengalami tren penurunan selama kurun
waktu 2 (dua) tahun terakhir. Pada tahun 2014 lingkungan
permukiman kumuh sebesar 15,30 % dari total luas wilayah dan
turun menjadi 8,80 % pada tahun 2015. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :

II - 70
Tabel 2.45 Lingkungan Permukiman Kumuh Kabupaten
Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Luas Kawasan Kumuh - - - 145 83,4
2 Luas Wilayah 947,84 947,84 947,84 947,84 947,84
3 Lingkungan - - - 15,30% 8,80%
Permukiman Kumuh
Sumber : Majene dalam angka 2011 s/d 2015

4. Izin Mendirikan bangunan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menjadi sesuatu yang wajib.


Namun pada wilayah kabupaten majene selama kurun waktu
2011-2013 justru mengalami peningkatan jumlah bangunan yang
tidak memiliki IMB, hal ini ditandai dengan perbandingan rasio
yang meningkat dimana pada tahun 2011 rasionya 1: 3,5,
meningkat menjadi 1 : 3,6 pada tahun 2012 dan 2013. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.46 Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan


Kabupaten Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Bangunan 9.323 9.526 9.526 - -
Ber-IMB
2 Jumlah Bangunan 32.640 34.878 34878 - -
3 Rasio bangunan ber- 1 : 3,5 1 : 3,6 1 : 3,6 - -
IMB per satuan
bangunan
Sumber : Forum Data tahun 2015

E. Sosial

1. Sarana Sosial

Secara umum, menurut data yang tersedia sarana sosial di


Kab. Majene dalam kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami
penurunan. Data tahun 2013 sebesar 15 buah. Jumlah ini
menjadi 8 pada tahun 2014 lalu bertambah menjadi 11tahun
2015. Data tahun 2011 dan 2012 tidak tersedia.

II - 71
Tabel 2.47 Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo
Dan Panti Rehabilitasi Kab. Majene Tahun 2011 -
2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Sarana sosial seperti panti - - 15 8 11
asuhan, panti jompo dan
panti rehabilitasi
Sumber Data : Dinsosnakertrans Kab. Majene, 2016

Secara umum, menurut data yang tersedia penyandang


masalah kesejahteraan sosial di Kab. Majene dalam kurun waktu 3
tahun terakhir mengalami peningkatan. Data tahun 2013 sebesar
4,84. Jumlah ini menjadi 3,77 pada tahun 2014 lalu bertambah
menjadi 61,54 tahun 2015. Data tahun 2011 dan 2012 tidak
tersedia.

2. Bantuan Sosial
Urusan sosial masih terfokus pada kesiapan bantuan bencana
alam, penanggulangan permasalahan kemiskinan serta
peningkatan taraf hidup penyandang cacat, anak terlantar, eks TKI
dan lanjut usia. Pelaksanaan pembangunan diarahkan kepada : (1)
peningkatan kemandirian usaha masyarakat yang masuk kategori
kurang mampu, (2) peningkatan kualitas sumber daya manusia
dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, (3)
memperkuat kelembagaan usaha masyarakat. Beberapa indicator
capaian urusan sosial periode tahun 2011-2015 digambarkan
sebagai berikut :

Tabel 2.48 PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial


Kab. Majene Tahun 2011 - 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
- - 4,84 3,77 61,54
1 PMKS yang
memperoleh bantuan
sosial
Sumber Data : Dinsosnakertrans Kab. Majene, 2016

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar


A. Tenaga Kerja
Pelaksanaan program kerja urusan ketenagakerjaan sebagian
besar masih terfokus pada peningkatan kualitas tenaga kerja yang
meliputi pendataan masalah ketenagakerjaan, Penerapan Upah

II - 72
Minimum Propinsi, Perusahaan mengetahui cara pembuatan PP dan
PKB yang baik dan benar, Peningkatan Tenaga kerja terampil,
Lingkungan BLK yang tertata baik 2 paket, Masyarakat pelaku
ekonomi mandiri dan Penyediaan Data tenaga kerja 1 tahun.
Beberapa indikator capaian pembangunan pada urusan
ketenagakerjaan digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.49 Indikator Capaian Pembangunan Urusan


Ketenagakerjaan

Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka partisipasi - 49,97 45,76 - -
angkatan kerja
2 Tingkat partisipasi - 49,97 45,76 - -
angkatan kerja
3 Pencari kerja yang - - 7,79 2,29 19,90
ditempatkan
4 Tingkat 2,36 2,76 4,12 1,45 -
pengangguran
terbuka
5 Keselamatan dan - - - - -
perlindungan
Sumber : Dinas Sosnakertrans, 2016

B. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


1. Persentase Partisipasi Perempuan Di Lembaga Pemerintah
Secara umum, menurut data yang tersedia persentase
partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Kab. Majene dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Data tahun
2013 sebesar 4.80. Jumlah ini turun menjadi 4.78 pada tahun
2014 lalu naik menjadi 7.8 tahun 2015. Data tahun 2011 dan 2012
tidak tersedia. Adapun dalam angkatan kerja, partisipasi
perempuan di Kab. Majene dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
mengalami penurunan. Data tahun 2013 sebesar 90.13. Jumlah ini
tidak berubah pada tahun 2014 lalu turun menjadi 87.06 tahun
2015.
Tabel 2.50 Indikator Pemberdayaan Perempuan Kab. Majene
2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
Persentase partisipasi 4,80 4,78% 7,8%
1 perempuan di lembaga - -
pemerintah
2 Partisipasi angkatan
- - 90,13 % 90,13 % 87,06%
kerja perempuan
Sumber Data : BPDPMP & PA, 2016

II - 73
C. Pangan
1. Ketersediaan Pangan Utama

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa ketersediaan


pangan lumayan besar untuk memenuhi kebutuhan hidup
penduduk Kabupaten Majene. Pangan yang dibutuhkan bukan
hanya berasal dari sumber daya alam Kabupaten Majene, karena
komoditi yang selalu tersedia yaitu kacang hijau dan ubi kayu,
sementara untuk komoditi lain banyak didatangkan juga dari
daerah tetangga seperti : Polewali Mandar, Mamuju, Pinrang,
Sidrap dan dari daerah lain. Oleh karena itu dibutuhkan lagi
peran pemerintah daerah untuk mencukupi kebutuhan tersebut
dengan program – program baru yang pro kepada rakyat.
Tabel 2.51 Jumlah Ketersediaan pangan utama Tahun 2011
s.d 2015 Kabupaten Majene
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Rata-rata jumlah - - 7.816.000 10.006.000 13.980.000
ketersediaan pangan
utama pertahun
2. Jumlah Penduduk 153.869 158.036 158.890 161.132 163.894
- -
Prosentase - - 49,19 Ton/ 62,09 85,29 Ton/
3. ketersediaan pangan 1.000 Ton/1000 1000
penduduk penduduk penduduk
Sumber : BP4KP & LPPD Kabupaten Majene Tahun 2015

D. Urusan Pertanahan

Pelaksanaan program kerja urusan pertanahan sebagian besar


masih terfokus untuk mengidentifikasi dan mensertifikasi tanah
milik Pemerintah Kabupaten Majene guna memastikan kepastian
hukum tanah tersebut. Selain itu, program kerja urusan
pertanahan juga bertujuan untuk untuk menyediakan
tanah/lahan, baik untuk kebutuhan umum ataupun untuk
kebutuhan pelayanan publik/pemerintahan. Tujuan lain dari
penyelenggaraan urusan pertanahan adalah memfasilitasi
penyelesaian konflik-konflik pertanahan yang terjadi ditengah
masyarakat melalui fasilitasi penyelesaian konflik-konflik
pertanahan.

Tabel 2.52 Luas Lahan Bersertifikat Tahun 2011 s/d 2015


Kabupaten Majene
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Luas lahan bersertifikat - - 1.188.196,55 1.188.196,55 1.188.296,55

II - 74
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
2. Luas lahan yang - -
2.084.197,80 2.084.197,80 2.084.197,80
seharusnya bersertifikat
3. Prosentase total luas - -
57,01 % 57,01 % 57,01%
lahan bersertifikat
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2013, 2014 dan 2015

E. Urusan Lingkungan Hidup


A. Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia,
karena didalam beraktifitas manusia selalu menghasilkan buangan
atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan
tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang
digunakan sehari-hari. Berikut Jumlah volume sampah dan
produksi sampah yang dihasilkan pada kurun waktu Tahun 2011
hingga 2015:

Tabel 2.53 Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah


Tahun 2011 s.d 2015 Kabupaten Majene

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1. Jumlah sampah yang - 93 85,2 85,2 85,5
ditangani (m3)
2. Jumlah volume - 104,5 112 112 113
produksi sampah (m3)
3. Persentase (%) - 88,99 76,07 76,07 75,48
Sumber : LPPD Kab. Majene Tahun 2012, 2013, 2014 & 2015 serta Laporan Periodik
Sampah Tahun 2012, 2013, 2014 & 2015

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa timbulan


sampah yang dihasilkan oleh masyarakat perkotaan Majene dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun sebesar 104,5 m3/hari hingga 113
m3/hari. Timbulan sampah yang ada, tidak semua bisa tertangani
oleh pemerintah setempat hanya berkisar 75,48 – 88,99 %. Hal
inilah yang menimbulkan sampah selalu nampak disudut-sudut
jalan atau di tempat pembuangan sampah sementara yang terdapat
dipinggir-pinggir jalan. Pemerintah Kabupaten Majene kedepan
harus memikirkan pelayanan persampahan yang lebih baik lagi.
Mengingat jumlah penduduk Kabupaten Majene akan bertambah
yang dibarengi dengan pola konsumsi yang meningkat pula.
Armada kebersihan bersama dengan petugas kebersihan yang
dimiliki Pemerintah Daerah saat ini belum mampu menjangkau

II - 75
hingga pelosok daerah. Perlu ada penambahan armada baik roda
empat maupun roda tiga untuk mewujudkan Kabupaten Majene
yang bersih, sehat dan sejuk sehingga supremasi hukum di bidang
lingkungan hidup yaitu penghargaan ADIPURA bisa diraih.

2. Jumlah Pencemaran Status Mutu Air


Jumlah pencemaran status mutu air dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini :
Tabel 2.54 Pencemaran Status Mutu Air Tahun 2011 s.d
2015 Kabupaten Majene

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1. Jumlah Kawasan 6 6 6 6 6
Permukiman atau Industri
2. Sumber Mata Air 12 12 12 12 12
3. Prosentase Pencemaran 50 50 50 50 50
Status Mutu Air
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2012, 2013, 2014 & 2015

3. Jumlah Pengawasan Pelaksanaan AMDAL


Jumlah pengawasan pelaksanaan AMDAL Tahun 2011 s.d 2015
dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 2. 55 Pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL Tahun
2011 s.d 2015 Kabupaten Majene

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1. Jumlah Perusahaan - 1 1 1 -
Wajib AMDAL yang
telah diawasi
2. Jumlah Seluruh - 1 1 1 -
Perusahaan Wajib
AMDAL
3. Prosentase Pengawasan - 100 100 100 -
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2011, 2012, 2013, 2014 & 2015

4. Penegakan Perda Hukum Lingkungan Hidup


Jumlah Penegakan Hukum Lingkungan dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini :
Tabel 2.56 Jumlah Penegakan Hukum Lingkungan tahun 2011
s.d 2015 Kabupaten Majene

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1. Jumlah Kasus Lingkungan yang - 2 1 1 2
Diselesaikan Pemda
2. Jumlah Kasus Lingkungan yang - 2 1 1 2
Ada
3. Prosentase Penegakan Hukum - 100 100 100 100
Lingkungan
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2011, 2012, 2013, 2014 & 2015

II - 76
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kasus
lingkungan yang ada di Kabupaten Majene mulai tahun 2012
hingga tahun 2015 dapat diselesaikan dengan baik oleh
pemerintah setempat. Pada Tahun 2015 kasus lingkungan yang
ada yaitu kasus Penambangan pasir tanpa ijin di Sungai Tubo yang
dilakukan oleh CV. Industri Azelia Mekar dan Kasus Penambangan
Pasir illegal di Sungai Palipi Kecamatan Sendana. Kedua kasus
tersebut telah dihentikan oleh Pemerintah Kabupaten.

5. Rasio Tempat Pembuangan Sampah Terhadap Jumlah


Penduduk
Jumlah TPS dan Jumlah Daya Tampung TPS yang ada di
Kabupaten Majene dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 2.57 Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap


Jumlah Penduduk Tahun 2011 s.d 2015
Kabupaten Majene

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1. Jumlah TPS (unit) - 26 20 20 20
2. Jumlah Daya - 746,95 312,5 312,5 592,75
Tampung TPS (m3)
3. Jumlah Penduduk - 85.055 86.059 85.055 85.055
4. Rasio Daya - 1 : 8,78 1 : 3,63 1 : 3,67 1 : 6,96
Tampung TPS thd
Jumlah penduduk
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2011, 2012, 2013, 2014 & 2015

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Jumlah TPS


(Tempat Pembuangan Sampah) yang bersifat sementara pada tahun
2012 berjumlah 26 unit dan pada tahun 2013, 2014 dan 2015
berkurang menjadi 20 unit saja. Hal ini disebabkan ada 6 unit TPS
bangunannya rusak parah dan tidak digunakan lagi oleh
masyarakat. Sementara itu, jumlah daya tampung TPS mengalami
fluktuatif yaitu pada tahun 2012 dimana TPS yang tersedia
sebanyak 26 unit mampu menampung 746,95 m3 sampah, pada
tahun 2013 dan 2014 dengan jumlah TPS sebanyak 20 unit
menampung 312,5 m3 dan pada tahun 2015 dengan jumlah TPS
yang tetap 20 unit namun mampu menampung sampah hingga
592,75 m3. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah
penduduk harus dibarengi dengan jumlah penambahan sarana dan
prasarana persampahan yang ada.

II - 77
6. Jumlah Penegakan hukum Lingkungan
Jumlah Penegakan Hukum Lingkungan dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini :

Tabel 2.58 Jumlah Penegakan Hukum Lingkungan tahun


2011 s.d 2015 Kabupaten Majene
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah Kasus Lingkungan - 2 1 1 2
yang Diselesaikan Pemda
2. Jumlah Kasus Lingkungan - 2 1 1 2
yang Ada
3. Prosentase Penegakan - 100 100 100 100
Hukum Lingkungan
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2011, 2012, 2013, 2014 & 2015

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kasus


lingkungan yang ada di Kabupaten Majene mulai tahun 2012
hingga tahun 2015 dapat diselesaikan dengan baik oleh
pemerintah setempat. Pada Tahun 2015 kasus lingkungan yang
ada yaitu kasus Penambangan pasir tanpa ijin di Sungai Tubo
yang dilakukan oleh CV. Industri Azelia Mekar dan Kasus
Penambangan Pasir illegal di Sungai Palipi Kecamatan Sendana.
Kedua kasus tersebut telah dihentikan oleh Pemerintah
Kabupaten.

7. Rasio Tempat Pembuangan Sampah Terhadap Jumlah


Penduduk
Jumlah TPS dan Jumlah Daya Tampung TPS yang ada di
Kabupaten Majene dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 2.59 Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap


Jumlah Penduduk Tahun 2011 s.d 2015
Kabupaten Majene

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1. Jumlah TPS (unit) - 26 20 20 20
2. Jumlah Daya - 746,95 312,5 312,5 592,75
Tampung TPS (m3)
3. Jumlah Penduduk - 85.055 86.059 85.055 85.055
4. Rasio Daya - 1 : 8,78 1 : 3,63 1 : 3,67 1 : 6,96
Tampung TPS thd
Jumlah penduduk
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2011, 2012, 2013, 2014 & 2015

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Jumlah TPS


(Tempat Pembuangan Sampah) yang bersifat sementara pada tahun
2012 berjumlah 26 unit dan pada tahun 2013, 2014 dan 2015

II - 78
berkurang menjadi 20 unit saja. Hal ini disebabkan ada 6 unit TPS
bangunannya rusak parah dan tidak digunakan lagi oleh
masyarakat. Sementara itu, jumlah daya tampung TPS mengalami
fluktuatif yaitu pada tahun 2012 dimana TPS yang tersedia
sebanyak 26 unit mampu menampung 746,95 m3 sampah, pada
tahun 2013 dan 2014 dengan jumlah TPS sebanyak 20 unit
menampung 312,5 m3 dan pada tahun 2015 dengan jumlah TPS
yang tetap 20 unit namun mampu menampung sampah hingga
592,75 m3. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah
penduduk harus dibarengi dengan jumlah penambahan sarana dan
prasarana persampahan yang ada.

F. Administrasi Kependudukan & Catatan Sipil


1. Kepemilikan KTP
Untuk mendapatkan data penduduk yang sudah terdaftar
dalam catatan sipil, dapat dihitung berdasarkan kepemilikan KTP,
KK, Akte lahir dan Akte Nikah.Rasio penduduk ber-KTP adalah
perbandingan jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas yang ber-
KTP terhadap jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas atau telah
menikah. Pada wilayah Kabupaten Majene tren kepemilikan KTP
mengalami peningkatan diaman pada tahun 2013 jumlah
kepamilikan berada pada kisaran 71,20 % dan meningkat menjadi
84,68 % pada tahun 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 2.60 Indikator Kepemilikan KTP Kabupaten Majene


Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah penduduk yang 87.014 90.225 90.170 94.540 87.640
memiliki KTP
2 Jumlah penduduk wajib - - 126.651 120.314 103.497
KTP (>17 Tahun atau
pernah/sudah menikah)
3 Kepemilikan KTP - - 71,20% 78,58% 84,68%

Sumber : Forum data


LPPD 2013,2014,2015

2. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK


Pemutahiran data jumlah pendukduk menjadi salah satu upaya
yang terus dilakukan oleh pemerintah, Salah satu upaya yang
dilakukan adalah penetapan KTP Nasional berbasis NIK. Pemerintah

II - 79
Kabupaten Majene telah melakukan hal tersebut terhitung 3 (tiga)
tahun terakhir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.61 Indikator Penerapan KTP Nasional berbasis NIK


Kabupaten Majene Tahun 2011 - 2015

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1 Penerapan KTP Nasional - - Ya Ya Ya
berbasis NIK
Sumber : LPPD 2013, 2014, 2015

G. Pemberdayaan Masyarakat & Desa


1. Jumlah PKK Aktif
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa lembaga
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang aktif
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu dari hanya 49
lembaga pada tahun 2013 menjadi 91 lembaga pada tahun 2015.
Pada tahun 2013 dan 2014 keterlibatan PKK masih tergolong
sedang yaitu sebesar 53,84 % dan pada tahun 2015 meningkat
menjadi 100%. Hal ini merupakan perubahan yang luar biasa,
karena PKK menjadi tonggak utama bagi kesejahteraan masyarakat
dalam skala kecil yaitu keluarga. Dan kondisi tersebut tidak lepas
dari peran kepala daerah beserta jajarannay untuk terus
membangun masyarakat melalui lembaga PKK.

Tabel 2.62 Jumlah PKK Aktif Tahun 2011 s.d 2015.


Kabupaten Majene
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah PKK Aktif - - 49 49 91
2. Jumlah PKK - - 91 91 91
3. Prosentase PKK Aktif - - 53,84 53,84 100
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2013, 2014 & 2015

2. Jumlah Posyandu Aktif


Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa posyandu
yang terbentuk hingga tahun 2015 sebesar 285 kelompok dan ini
mengalami peningkatan sebesar 21 kelompok dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 prosentase
posyandu yang aktif sebesar 100 %, namun pada tahun 2015
mengalami penurunan sebesar 54,40%. Hal ini menunjukkan
bahwa perlu pendampingan dan pembinaan lebih dari pihak terkait
seperti Lembaga PKK, SKPD terkait seperti Dinas Kesehatan dll.

II - 80
Tabel 2.63 Jumlah Posyandu Aktif Tahun 2011 s.d 2015.
Kabupaten Majene
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah Posyandu Aktif - - 264 264 130
2. Jumlah Posyandu - - 264 264 285
3. Prosentase Posyandu Aktif - - 100 100 45,60
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2013, 2014 & 2015

H. Urusan KB dan Keluarga Sejahtera

Secara umum, rata-rata jumlah anak per keluarga di Kab.


Majene dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami
penurunan. Dari tahun 2011 sampai 2013 bertahan pada angka
1,6. Pada tahun 2014 turun menjadi 1,2 untuk kategori anak 0-10
tahun dan 2,2 untuk kategori anak 0-25 tahun. Data tahun 2015
masih menungggu hasil perhitungan PK dari Provinsi.

Tabel 2.64 Indikator Pengendalian Penduduk & Keluarga


Berencana Kab. Majene 2011 - 2015

Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
Rata-rata jumlah anak
1 (<10 tahun) per 1,6 1,6 1,6 1,2 1,2
keluarga

2 Rasio akseptor KB 57,67 % 58,23 % 57,55 % 56,40 % 58,26 %

Cakupan peserta KB
3 13.765 13.886 14.506 14.725 14.588
aktif

4 Keluarga Pra Sejahtera 12.453 13.053 13.575 13.262 13.262

5 Keluarga Sejahtera I 12.401 12.597 12.897 13.461 13.461


Sumber Data : BKKBD Kab. Majene, 2016

I. Perhubungan
1. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis

Terminal bus dapat diartikan sebagai prasarana transportasi


jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang,
perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
Wilayah Kabupaten Majene dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir masih bertahan dengan 1 (satu) terminal saja. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

II - 81
Tabel 2.65 Indikator Perhubungan (Jumlah Pelabuhan
Laut/Udara/Terminal Bis) Kabupaten Majene
Tahun 2011 - 2015

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


1 Jumlah Pelabuhan Laut - - - - -

2 Jumlah Pelabuhan Udara - - - - -

3 Jumlah Terminal Bis 1 1 1 1 1

Sumber : Forum Data, 2015

J. Komunikasi dan Informasi


Arah kebijakan pembangunan dimaksudkan untuk
Peningkatan, pemantapan, penegakan hukum dalam rangka
meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah serta
meningkatkan profesionalisme birokrasi, Peningkatan kualitas
Komunikasi dan Informasi dalam rangka memantapkan
pembangunan perdesaan, pemeliharaan sarana dan prasarana kota
serta Peningkatan ekonomi Masyarakat melalui Komunikasi
Informasi kerakyatan yang berdaya saing.
Pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2011-2015 terkait
urusan Komunikasi dan Informasi Mendukung capaian kinerja
urusan Komunikasi dan Informasi sebagai berikut:

Tabel 2.66 Pencapaian Indikator Kinerja Urusan Komunikasi


dan Informasi

No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

1. Program Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Pengembangan Operator Operator Operator Operator Operator
Komunikasi, Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon
Informasi dan Media Seluler: 3 Seluler: 4 Seluler: 5 Seluler: 5 Seluler: 5
Massa Provider Provider Provider Provider Provider
- Tercapanya
Komunikasi dan
Informasi
2. Program Kerjasama Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase
dan Media Massa terlayaninya terlayaninya terlayaninya terlayaninya terlayaninya
hari – hari hari – hari hari – hari hari – hari hari – hari
besar 100 % besar 100 % besar 100 % besar 100 % besar 100 %
 Sarana PLIK  Sarana  Sarana  Sarana  Sarana
8 Buah 12 PLIK 8 PLIK 8 PLIK 8 PLIK 8
Kelompok Buah 13 Buah 14 Buah 14 Buah 14
 Bimbingan  Bimbingan  Bimbingan  Bimbingan  Bimbingan
KIM 8 KIM KIM KIM KIM
Kecamatan Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
8 Kec 8 Kec 8 Kec 8 Kec

Sumber: Data Diskominfo Tahun 2012 – 2016

II - 82
K. Koperasi & Usaha Kecil Menengah
1. Persentase Koperasi Aktif
Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar. Secara umum jumlah usaha mikro dan kecil di
Kabupaten Majene mengalami tren peningktan, begitupn pada
jumlah seluruh UKM. Berbanding lurus dengan jumlah usaha
mikro dan kecil serta UKM, persentase jumlah usaha mikro kecil
terhadap jumlah UKM juga mengalami tren peningkatan meskipun
perubahannya terbilang kecil. Pada tahun 2013 persentasenya
berada pada kisaran 99,09 % kemudian tumbuh sebesar 0,02 %
sehingga pada tahun 2015 berada pada posisi 99,11 %. Berikut
penyajian tabelnya :
Tabel 2.67 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2011 s.d
2015 Kabupaten Majene
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah Usaha Mikro dan 1.199 1.249 1.349
Kecil
2. Jumlah Seluruh UKM 1.211 1.261 1.361
3. Prosentase Usaha Mikro dan 99,09 99,05 99,11
kecil %
Sumber : Dinas Koperindag, 2016
2. Jumlah Usaha Mikro Kecil
Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar. Secara umum jumlah usaha mikro dan kecil di
Kabupaten Majene mengalami tren peningktan, begitupn pada
jumlah seluruh UKM. Berbanding lurus dengan jumlah usaha
mikro dan kecil serta UKM, persentase jumlah usaha mikro kecil
terhadap jumlah UKM juga mengalami tren peningkatan meskipun
perubahannya terbilang kecil. Pada tahun 2013 persentasenya
berada pada kisaran 99,09 % kemudian tumbuh sebesar 0,02 %
sehingga pada tahun 2015 berada pada posisi 99,11 %. Berikut
penyajian tabelnya :

II - 83
Tabel 2.68 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2011 s.d
2015. Kabupaten Majene

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015


1. Jumlah Usaha Mikro dan 1.199 1.249 1.349
Kecil
2. Jumlah Seluruh UKM 1.211 1.261 1.361
3. Prosentase Usaha Mikro 99,09 99,05 99,11
dan kecil (%)
Sumber : Dinas Koperindag, 2016

L. Penanaman Modal
Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi
diperlukan peningkatan penanaman modal atau investasi untuk
mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari
luar negeri. Kegiatan penanaman modal atau tingkat investasi yang
tinggi, akan mampu meningkatkan produktivitas, kapasitas dan
kualitas produksi sehngga akselerasi pertumbuhan ekonomi juga
akan semakin tinggi. Sekaitan dengan hal tersebut maka
Kabupaten Majene membentuk Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPM-PTSP) pada tahun 2015,
dimana sebelumnya urusan penanaman modal ditangani oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
Sejarah pembentukan Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPM-PTSP) dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor 1 Tahun 2015 tanggal
30 Maret 2015 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai penyelenggara di
bidang penanaman modal dan PTSP sebagaimana yang tertuang
dalam Peraturan Bupati Majene Nomor 40 Tahun 2015 tanggal 28
Agustus tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Capaian pelaksanaan program ini adalah tersedianya
dokumen yang menginformasikan tentang perkembangan indikator
makro ekonomi Kab. Majene, sistem bantuan permodalan bagi
UMKM, tersedianya dokumen strategi pengembangan investasi Kab.
Majene dan tersedianya dokumen rancangan peraturan daerah
pengembangan ekonomi lokal.

II - 84
M. Kepemudaan & Olahraga
1. Jumlah Organisasi & Kegiatan Kepemudaan & Olahraga
Pelaksanaan urusan kepemudaan dan keolahragaan di Kab.
Majene didukung oleh beberapa program pemerintah daerah
dengan target organisasi pemuda dan organisasi olahraga.
Perkembangan jumlah organisasi pemudan & olahraga serta
jumlah kegiatannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.69 Indikator Pemuda Olahraga (Jumlah organisasi


pemuda) Kabupaten Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah organisasi pemuda - - - 98 100

2 Jumlah organisasi olahraga - - 21 21 21


3 Jumlah kegiatan
- 3 3 5 5
kepemudaan
4 Jumlah kegiatan olahraga - 2 3 4 5
Sumber : Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, 2016

2. Gelanggang/ Balai remaja (selain milik swasta)

Pada indikator gelanggang/ balai remaja (selain milik swasta)


jumlah gelanggang/ balai remaja yang terdapat di kabupaten
majene pada tahun 2013 terdapat 1 (satu) gelanggang/balai yang
kemudian pada tahun 2014 dan 2015 terdapat 3 gelanggang/
balai yang apabila di bandingkan dengan jumlah penduduk maka
pada tahun 2013 maka dihasilkan angka 0,006 per 1000 jumlah
penduduk dan kemudian pada tahun selanjutnya terjadi
peningkatan sejumlah 0,019, namun berlanjut pada tahun 2015
justru terjadi penurunan tren sehingga pada tahun 2015
dihasilkan angka 0,018 per 1000 penduduk di kabupaten Majene.

Tabel 2.70 Indikator Pemuda Olahraga (Gelanggang / balai


remaja (selain milik swasta) Kabupaten Majene
Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah gelanggang/balai - - 1 3 3
remaja di kabupaten
2 Jumlah Penduduk 153.869 158.036 158.890 161.132 163.896

3 Rasio Gelanggang / balai - - 0,006 0,019 0,018


remaja (selain milik swasta)
Sumber : LPPD 2013,2014,2015
Majene dalam angka 2015

II - 85
3. Lapangan Olahraga

Jumlah lapangan olahraga yang terdapat di kabupaten majene


pada tahun 2013 berjumlah 30 unit, yang kemudian pada tahun
2014 dan 2015 terdapat 98 unit lapangan olahraga yang terdiri
atas lapangan sepakbola sebanyak 26 lapangan, lapangan basket
sebanyak 13 lapangan, lapangan bola volley sebanyak 41
lapangan, lapangan bulutangkis sebanyak 17 lapangan, pada
indikator ini terjadi kenaikan jumlah lapangan olah raga per 1000
penduduk dimana pada tahun 2013 sejumlah 0,19 dan pada
tahun 2014 sejumlah 0,61 per 1000 jumlah penduduk, namun
pada tahun 2015 malah terjadi penurunan menjadi 0,60 per 1000
jumlah penduduk.

Tabel 2.71 Indikator Pemuda Olahraga (Lapangan olahraga)


Kabupaten Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah lapangan - - 30 98 98
olahraga di kabupaten
2 Jumlah penduduk 153.869 158.036 158.890 161.132 163.896

3 Rasio Lapangan olahraga - - 0,19 0,61 0,60

Sumber : Majene dalam angka 2015


LPPD 2013,2014,2015

N. Urusan Statistik
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
1997 tentang Statistik, BPS menangani urusan statistik dasar dan
statistik khusus sedangkan statistik sektoral menjadi tanggung
jawab instansi pemerintah di daerah sesuai dengan tugas dan
fungsinya secara mandiri. Dalam pelaksanaan urusan statistik,
program yang dilaksanakan adalah Program Pengembangan
Data/Informasi/Statistik Daerah yang dilaksanakan oleh Bappeda
dan ke depannya pasca penataan kelembagaan sebagai bentuk
penerapan dari PP 18 Perangkat Daerah akan dilaksanakan oleh
Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian & Statistik. Adapun
produk statistik selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut:

II - 86
Tabel 2.72 Capaian Indikator Ketersediaan Kabupaten
Majene dalam Angka
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Buku ”kabupaten dalam - - ADA ADA ADA
angka”
2 Buku ”PDRB - - ADA ADA ADA
kabupaten”
Sumber Data : Bappeda Kab. Majene, 2016

O. Kebudayaan
1. Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya
Penyelenggaraan festival seni dan budaya secara rutin di Kab.
Majene serta pelestarian benda, situs dan kawasan cagar
budaya merupakan upaya pemerintah Kab. Majeneuntuk
mengajak masyarakatnya mengenal dan melestarikan kesenian
dan kebudayaan khususnya kebudayaan asli Majene. Adapun
perkembangan indikator kebudayaan dari tahun ke tahun dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.73 Indikator Kebudayaan (Penyelenggaraan Festival Seni


dan Budaya) Kabupaten Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Penyelenggaraan Festival 3 3 5 8 10
Seni dan Budaya
2 Sarana Penyelenggaraan 3 3 3 3 3
Seni dan Budaya
3 Jumlah Benda, Situs dan 1.396 1.396 1.396 1.396 1.396
Kawasan Cagar Budaya
yang dilestarikan
4 Total Benda, Situs dan 91 91 91 91 91
Kawasan Cagar Budaya
yang dimiliki daerah
5 Benda, Situs dan 6,52% 6,52% 6,52% 6,52% 6,52%
Kawasan Cagar Budaya
yang dilestarikan
Sumber : Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, 2016

P. Perpustakaan
1. Jumlah Perpustakaan
Secara umum, jumlah perpustakaan di Kab. Majene
mengalami peningkatan dari 75 unit di tahun 2011 sampai 2012
menjadi 100 unit di tahun 2013. Di tahun 2014 dan 2015 naik
menjadi 145. Perpustakaan ini terdiri dari perpustakaan sekolah
dan perpustakaan desa. Kenaikan jumlah perpustakaan tersebut
juga diiringi dengan kenaikan jumlah pengunjung dan koleksi
buku perpustakaan, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:

II - 87
Tabel 2.74 Indikator Urusan Perpustakaan Kab. Majene
Tahun 2011 - 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 75 75 100 145 145
Jumlah
perpustakaan
2 6.572 7.011 7.215 12.162 13.014
Jumlah
Org Org Org Org Org
pengunjung
perpustakaan
per tahun
3 Koleksi buku
350 175 826 24 judul 150
judul/1.050 judul/700 judul/1.652 (ensiklopedi) judul/9.085
yang tersedia di
eks eks eks /590 eks eks
perpustakaan
daerah

Sumber Data : LKPJ AMJ 2011-2015

Q. Kearsipan
1. Pengelolaan Arsip
Secara umum, menurut data yang tersedia pengelolaan
arsip di Kab. Majene dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
mengalami peningkatan. Tahun 2013 sebesar 44,45 % dan 2014
naik menjadi 45,45 %. Tahun 2015 naik menjadi 81,1 %. Data
tahun 2011 dan 2012 tidak tersedia.

Tabel 2.75 Indikator Kearsipan Kab. Majene 2011 - 2015

Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
- - 44,45 % 45,45 81,1
Pengelolaan arsip
1
secara baku
- - 1 Kali 1 Kali 1 Kali
Peningkatan SDM
2 pengelola
kearsipan
Sumber Data : Badan Perpustakaan & Arsip Daerah, 2016

2.3.3 Fokus Layanan Urusan Pilihan


A. Urusan Pertanian
1. Produktifitas Tanaman Padi dan Bahan Pangan Utama
Lokal Lainnya

Secara umum rata-rata produktivitas tanaman Padi sawah


mengalami penurunan dalam kurung waktu 5 (lima) tahun
terakhir, dimana pada tahun 2011 produktivitasnya 5,65 ton per
herktar dan pada tahun 2015 turun menjadi 5,11 ton per hektar.
Sama halnya dengan tanaman Ubi Kayu (14,55 ton per hektar

II - 88
turun menjadi 14,27 ton per hektar ), Ubi Jalar (7,99 ton per
hektar turun menjadi 7,11 ton per hektar) dan Kacang Hijau (1,01
ton per hektar turun menjadi 0,99 ton per hektar). Berbeda
dengan tanaman diatas, tanaman Padi Ladang dan Jagung
justru mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2011
produktivitasnya 3,00 ton per hektar meningkat menjadi 3,22
ton per hektar (Padi Ladang) dan 4,24 ton per hektar meningkat
menjadi 4,80ton per hektar (Jagung). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.76 Produktivitas Tanaman Padi dan Bahan Pangan


Pokok Lokal Lainnya

Jenis Produktivitas (ton)


No. Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Padi Sawah 5,65 5,80 5,80 4,39 5,11

2 Padi Ladang 3,00 4,10 4,10 3,16 3,22

3 Ubi Kayu 14,55 14,55 14,55 14,24 14,27

4 Ubi Jalar 7,99 8,00 8,00 8,03 7,11

5 Jagung 4,24 4,23 4,24 5,70 4,80

6 Kacang Hijau 1,01 1,00 1,01 0,98 0,99

Sumber Data : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Majene, 2016

2. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB

Seluruh indikator pada kontribusi sektor Pertanian terhadap


PDRB Kabupaten Majene mengalami tren penurunan selama 5
tahun terakhir, dimana pada Indikator Tanaman Pangan menurun
sebesar 0,18%, indikator Tanaman Hortikultura menurun sebesar
0,53%, indikator Perkebunan menurun sebesar 1,27%, indikator
Peternakan menurun sebesar 0,04% dan Sektor Jasa Pertanian dan
Peternakan menurun sebesar 0,03%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.77 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB

Kontribusi PDRB (%)


No Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Tanaman Pangan 1,79 1,71 1,62 1,60 1,61
2 Tanaman 3,88 3,73 3,60 3,49 3,35
Hortikultura
3 Perkebunan 10,94 10,57 10,26 10,11 9,67

II - 89
Kontribusi PDRB (%)
No Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
4 Peternakan 1,71 1,65 1,66 1,67 1,67
5 Jasa Pertanian dan 0,47 0,46 0,43 0,43 0,44
Peternakan
Sumber Data : BPS Kabupaten Majene, 2016

3. Peternakan
Secara umum indikator pada Komoditi Peternakan mengalami
tren peningkatan selama 5 tahun terakhir, dimana pada indikator
komoditi Sapi meningkat sebesar 4.050 ekor, indikator komoditi
Kerbau meningkat sebesar 65 Ekor, indikator komoditi Kuda
meningkat sebesar 42 Ekor, indikator komoditi Kambing
meningkat sebesar 32.595 ekor, indokator komoditi Ayam Buras
meningkat sebesar 64.063 ekor, dan indikator komoditi Ayam
Potong (Broiler) meningkat sebesar 7.446 ekor. Berbeda halnya
dengan seluruh indiktor diatas, pada indikator komoditi Itik justru
mengalami penurunan sebesar 2.186 ekor meskipun pada tahun
2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.78 Jumlah Komoditi Peternakan

Jenis Jumlah (Ekor)


No. Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Sapi 12.469 14.038 15.484 16.448 16.519
2 Kerbau 159 165 191 215 224
3 Kuda 177 179 190 213 219
4 Kambing 31.639 36.104 49.932 63.962 64.234
5 Ayam Buras 9.953 10.002 10.156 72.988 74.016
6 Ayam Potong 61.757 62.030 62.313 83.961 69.205
7 Itik 7.462 7.350 139.890 10.149 5.276
Sumber Data : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Majene , 2016

B. Urusan Kehutanan
1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis serta Kerusakan
Kawasan Hutan

Rehabilitasi hutan dan lahan kritis adalah upaya


memperbaiki kawasan hutan yang rusak. Pada tahun 2013 sampai
dengan 2015 telah dilakukan dengan capain berturut-turut 34 %
pada tahun 2013, 39 % pada tahun 2014 dan 31 % pada tahun
2015. Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka kerusakan

II - 90
kawasan hutan telah terbukti, dimana setiap tahun angkanya
mengalami penurunan yakni 28,02 tahun 2013, 24,08 tahun 2014
dan 23,9 tahun 2015. Untuk lebuh jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel. 2.79 Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritir Serta


Kerusakan Kawasan Hutan
Capaian (%)
No. Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Rehabilitasi hutan 34,45 39,39 31,39
dan lahan kering
2 Kerusakan Kawasan 28,02 24,08 23,9
hutan
Sumber Data : IKK Kabupaten Majene, 2015

2. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB


Meskipun tidak berkontibusi besar terhapap PDRB
Kabupaten Majene, namun Sektor Kehutanan harus tetap
diperhatiakan. Kontribusi Sektor Kuhutanan Terhadap PDRB
selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami tren
penurunan dimana pada tahun 2010 berada dikisaran 0,22 %
turun menjadi 0,19 % pada tahun 2014. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.80 Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB


Kontribusi PDRB (%)
No Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Kehutanan dan 0,22 0,21 0,20 0,19 0,19
Penebangan Kayu
Sumber Data : BPS Kabupaten Majene, 2015

C. Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral


Areal pertambangan memang menjanjikan untuk dikelolah,
namun untuk mengelolah itu ada beberapa yang harus
memperhatikan, termasuk didalamnya adalah ijin pertambangan.
Menurut data 3 (tiga) tahun terakhir, masih banyak pertambangan
yang ilegal, dimana masing-masing pada tahun 2013 hanya 40 %
penambang liar yang ditertibkan, pada tahun 2014 ditertibkan 5,57
% dan pada tahun 2015 kembali ditertibkan 20,23 %. Sementara
itu, Berbeda halnya pada Sektor Petanian, Sektor Pertambangan
Justru mengalami tren peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun
2010 bergerak dari 2,21 % dan menjadi 2,74 pada tahun 2014.
Untuk lebih jelanya dapat dilahat pada tabel berikut :

II - 91
Tabel. 2.81 Persentase Pertambangan Tanpa Ijin
Capaian (%)
No Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Pertambangan - - 40 5,57 20,23
1
Tanpa Ijin
Pertambangan dan 2,21 2,24 2,33 2,48 2,74
2
Penggalian
Pertambangan dan 2,33 2,48 2,63 2,84
3 -
Penggalian (%)
Sumber Data : IKK Kabupaten Majene, 2015

D. Urusan Pariwisata
Kepariwisataan merupakan kegaiatan jasa yang
memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan yang khas, baik
pemandangan indah, peninggalan sejarah maupun lingkungan
yang khas. Biasanya keadaan seperti ini akan menarik minat
pengunjung untuk datang menikmatinya. Kabupaten Majene
selama 3 (tahun) terakhir dikunjungi wisatawan sebanyak 66.633
orang. Tahun 2013 kujungan wisatawan Kabupaten Majene
sebanyak 23.512 orang, kemudian mengalami penurunan pada
tahun 2014 menjadi 8.590 orang dan meningkat cukup signifikan
pada tahun 2015 menjadi 34.531 orang. Kunjungan wisata yang
mengalami peningkatan 3 (tiga) tahun terakhir berbanding lurus
dengan kontribusinya terhadap PDRB. Hal ini ditandai dengan
adanya peningkatan sebesar 0,12 % dari tahun 2013 sampai 2015,
dimana pada tahun 2013 kontribusi Sektor Pariwisata sebesar 0,07
% dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 0,29 %. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.82 Indikator Pariwisata

Jumlah (orang)
No. Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Kunjungan Wisata - - 23.512 8.590 34.531
Kontribusi sektor - - 0,07% 0,07% 0,29%
pariwisata terhadap
PDRB
Sumber Data : IKK Kabupaten Majene, 2015

E. Urusan Kelautan Perikanan


1. Produksi Perikanan
Wilayah Kabupaten Majene memiliki panjang pantai berkisar
125 km yang membentang di seluruh kecamatan. Hal ini menjadi

II - 92
cerminan bahwa wilayah Kabupaten Majene memiliki potensi besar
pada sektor perikanannya, apatah lagi wilayah laut Kabupaten
Majene merupakan laut dalam yang menjadi surga bagi para
predator (ikan). Hal ini di tandai dengan produksi perikanan
Kabupaten Majene yang sebagian besar mengalami peningkatan
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Untuk komoditi Ikan Tuna
yang menjadi andalan Kabupaten Majene meningkat sebesar 553,7
ton, dimana pada tahun 2011 sebesar 613,1 ton meningkat
menjadi 1.166,80 ton. Sama halnya pada komoditi Cakalang (dari
504,2 ton meningkat menjadi 540 ton), Tongkol (dari 1.045,2 ton
meningkat menjadi 1.520 ton) dan Layang (dari 482 ton meningkat
menjadi 606 ton). Berbeda dengan diatas, komoditi Ikan Terbang
dan Kakap Merah justru mengalami penurunan. Dimana, untuk
komoditi Ikan Terbang menurun dari 829 ton menjadi 515,3 ton
dan komoditi Kakap Merah dari 158 ton menurun menjadi 151 ton.
Pada Perikanan budidaya yang tersebar di seluruh Wilayah
Kabupaten Majene, sebagian besar mengalami peningkatan dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan pada 5 komoditi dari 6 komoditi yang menjadi
ukuran. Pada komoditi Udang Windu, meningkat dari 20 ton
menjadi 21,73 ton, Ikan Bandeng dari 158,9 ton meningkat
menjadi 246,56 ton. Ikan Mas juga mengalami peningkatan yaitu
dari 2 ton meningkat menjadi 7,22 ton, Ikan Nila dari 0,7 ton
meningkat menjadi 44,35 ton, Ikan Lele dari 0,5 ton meningkat
menjadi 10 ton. Komoditi yang mengalami penurunan adalah
Udang Vaname, dimana menurun dari 13,86 ton menjadi 9,515
ton. Untuk mengatahui lebih jelas jumlah produksi perikanan
tangkap dengan perikanan budi daya, dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel. 2.83 Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB


Jenis Jumlah Produksi (Ton)
No Komoditas/Potensi 2011 2012 2013 2014 2015
Perikanan Tangkap
1 Ikan Tuna 613,1 1,093.60 1.132,60 848.6 1.166,80
2 Cakalang 504,2 524.5 512.7 492.3 540,3

II - 93
Jenis Jumlah Produksi (Ton)
No Komoditas/Potensi 2011 2012 2013 2014 2015
3 Tongkol 1,045 1,419.3 1,409.8 535 1,520
4 Layang 482 536 541.5 565.5 606
5 Ikan Terbang 829 510,5 543.9 541 515,3
6 Kakap Merah 158 71 68,9 114,1 151,3
7 Campuran 1,123 3,06 709 607,5 768,5
Perikanan Budidaya
1 Udang Windu 20 23,84 38.94 36,68 21,73
2 Ikan Bandeng 158,9 202,1 262.68 87,257 246,36
3 Ikan Mas 2 2 2,3 4,2 7,22
4 Ikan Nila 0,7 31 32,67 42,67 44,35
5 Ikan Lele 0,5 0,75 1 21,2 10
6 Udang Vaname 13.86 13.86 72.34 9,513 9,513
Sumber Data : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Majene, 2016

2. Indikator Kinerja Non-Produksi Sektor Perikanan

Tidak dapat dipungkiri bahwa ikan menjadi konsumsi sebagian


besar penduduk di wilayah Kabupaten Majene. Hal ini dibuktikan
dengan adanya konsumsi ikan yang cukup besar, dimana pada
tahun 2011 sebesar 35 ton dan meningkat pada tahun 2015
menjadi 40 ton. Untuk lebih jalsnya dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel. 2.84 Indikator Kinerja Non-Produksi Sektor


Perikanan
No Jenis Indikator 2014 2015
Jumlah pendapatan rata-
1 Rp. 2.000.000,- Rp. 2.000.000,-
rata perikanan tangkap
Jumlah pendapatan rata-
2 Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-
rata pembudidaya
Jumlah retribusi usaha
3 Rp. 27.110.000,- Rp. 28.000.000,-
perikanan
Jumlah kelompok
4 nelayan dan 181 Kelompok 458 Kelompok
pembudidaya ikan
Jumlah penanganan
5 8 Kasus 10 Kasus
kasus illegal fishing
Sumber Dana : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupen Majene, 2016

F. Urusan Perdagangan

Untuk menggambarkan aspek pelayanan urusan pemerintahan


pada urusan perdagangan, maka dapat ditunjukan oleh indicator
Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB.

II - 94
Sektor perdagangan merupakan sektor strategis yang menjadi
salah satu penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Majene. Sektor
Perdagangan sangat erat kaitannya dengan sektor Pertanian dan
sektor Industri yang beperan penting terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dalam kurun Waktu 5 (lima) tahun terakhir kontribusi
sektor Perdagangan terhadap PDRB mengalami peningkatan,
dimana pada tahun 2010 bergerak pada 9,88 % dan meningkat
menjadi 11,09 % pada tahun 2014. Capaian kotribusi perdagangan
terhadap PDRB dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.85 Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB

Kontribusi PDRB (%)


No Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 KontribusI sektor 9,88 10,68 10,82 10,81 11,09
perdagangan
Sumber Data : BPS Kabupaten Majene, 2015

G. Urusan Perindustrian
1. Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB
Berbeda halnya dengan sektor Perdagangan, sektor Industri
justru mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 kontribusi
sektor Industri berada pada kisaran 5,68 % dan menurun menjadi
4,94 % pada tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel. 2.86 Kontribusi Sektor Perindustrian Terhadap PDRB


Kontribusi PDRB (%)
No. Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Industri 5,86 5,76 5,43 5,10 4,94
Pengolahan
Sumber Data : BPS Kabupaten Majene, 2015
2. Pertumbuhan Industri
Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB yang mengalami
penurunan selam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, berbanding
lurus dengan pertumbuhan industri yang pencapain setiap
tahunnya menurun. Kita ketahui bahwa pertumbuhan industri
pada tahun 2013 sebesar 24 % mengalami penurunan sebesar
9,30 % menjadi 14,98 % pada tahun 2014. Tahun 2015 kembali
mengalami penurunan sebesar 8,64 % sehingga pertumbuhannya
sebesar 6,34 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :

II - 95
Tabel. 2.87 Kontribusi Sektor Perindustrian Terhadap PDRB

Capaian (%)
No Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertumbuhan 24,28 14,98 6,34
Industri
Sumber Data : IKK Kabupaten Majene, 2015

2.4 Aspek Daya Saing Daerah


2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah
A. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
Seiring dengan kemajuan ekonomi di Kabupaten Majene,
pengeluaran per kapita riil juga memperlihatkan peningkatan yang
konsisten dari tahun ke tahun. Pengeluaran per Kapita Kabupaten
Majene mengalami peningkatan dari Rp. 9,056 Juta/orang/tahun
pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 9,138 Juta/orang/tahun
pada tahun 2014. Nilai ini berada diatas daya beli Sulawesi Barat
namun masih berada dibawah pendapatan per kapita Nasional.
pendapatan per kapita Sulawesi Barat pada tahun 2014 adalah Rp.
8,17 Juta/orang/tahun, dan pendapatan per kapita Nasional pada
tahun 2014 adalah Rp. 9,903 Juta/orang/tahun.
Adapun perbandingan Pendapatan per Kapita Kab. Majene,
Sulawesi Barat dan Nasional dalam periode 2010 – 2014 adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.25 Pendapatan per Kapita Kab. Majene, Sulawesi
Barat dan Nasional Tahun 2010 – 2014 (Juta
Rupiah)
10,50000
10,150
9,815 9,858 9,903
10,0000 9,647

9,50000 9,101 9,123 9,138 9,227


9,078
9,0000

8,50000 8,148 8,170 8,260


8,049 8,091
8,0000

7,50000
2011 2012 2013 2014 2015

PPK Majene PPK Provinsi PPK Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sulbar, 2015

II - 96
B. Produktivitas Total Daerah

Produktivitas total daerah dihitung untuk mengetahui tingkat


produktivitas tiap sektor per angkatan kerja yang menunjukan
seberapa produktif tiap angkatan kerja dalam mendorong ekonomi
daerah per sektor. Produktivitas Total Daerah dapat diketahui
dengan menghitung produktivitas daerah per sektor (17 sektor)
yang merupakan jumlah PDRB dari setiap sektor dibagi dengan
jumlah angkatan kerja dalam sektor yang bersangkutan. PDRB
dihitung berdasarkan 17 (tujuh belas) sector, digambarkan sebagai
berikut :
Tabel 2.88 Produktivitas Per Sektor Tahun 2015
2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp %
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 956.855,57 34,88
1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan 456.090,51 16,36
Jasa Pertanian
a. Tanaman Pangan 40.246,62 1,48
b. Tanaman Hortikultura Semusim 17.260,29 0,62
c. Perkebunan Semusim 85,63 0,00
d. Tanaman Hortikulturan Tahunan 82.159,49 2,90
dan Lainnya
e. Perkebunan Tahunan 259.113,20 9,22
f. Peternakan 45.848,28 1,70
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 11.377,00 0,44
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 5.328,70 0,19
3 Perikanan 495.436,36 18,33
Pertambangan dan Penggalian 74.504,71 2,84
Industri Pengolahan 151.679,39 5,07
Pengadaan Listrik dan Gas 2.869,98 0,05
a. Ketenagalistrikan 2.188,51 0,03
b. Pengadaan Gas dan Produksi Es 681,47 0,02
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 4.197,16 0,12
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 213.404,32 7,00
Perdagangan Besar dan Eceran; 277.636,75 11,18
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
a. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor 60.232,93 2,42
dan Reparasinya
b. Perdagangan Besar dan Eceran, 217.403,81 8,76
Bukan Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 53.626,10 1,94
a. Angkutan Rel 0,00 0,00
b. Angkutan Darat 50.505,03 1,83
c. Angkutan laut 1.140,89 0,04
d. Angkutan Sungai, Danau dan 0,00 0,00
Penyeberangan
e. Angkutan Udara 0,00 0,00
f. Pergudangan dan Jasa Penunjang 1.980,18 0,07
Angkutan
Penyediaan Akomodasi dan Makan 8.099,94 0,28
Minum

II - 97
2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp %
a. Penyediaan Akomodasi 1.600,64 0,05
b. Penyediaan Makan Minum 6.499,30 0,23
Informasi dan Komunikasi 140.481,55 4,75
Jasa Keuangan dan Asuransi 3,37
a. Jasa Perantara Keuangan 71.129,49 2,72
b. Asuransi dan Dana Pensiun 477,25 0,01
c. Jasa Keuangan Lainnya 19.989,58 0,63
d. Jasa Penunjang Keuangan 35,47 0,00
Real Estate 97.094,56 3,55
Jasa Perusahaan 1.532,15 0,05
Administrasi Pemerintahan, 344.657,99 11,86
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 268.101,85 8,57
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 41.051,66 1,39
Jasa lainnya 95.591,85 3,08
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2.823.017,41 100
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016

2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur


A. Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan dihitung untuk
mengetahui tingkat ketersediaan sarana jalan dapat memberi akses
tiap kendaraan. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan adalah
perbandingan panjang jalan terhadap jumlah kendaraan.

Tabel 2.89 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun


2011 s.d 2015

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015


1 Panjang Jalan 824.66 824.66 824.66 824.66 836.99
2 Jumlah 18.485 15.307 15.465 16.152 16.617
Kendaraan
3 Rasio 0.044 0.053 0.053 0.051 0.0500
Sumber : Olahan Data, 2016

B. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum


Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum dalam
periode 1 (satu) tahun.

Tabel 2.90 Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan


Umum Tahun 2011 s.d 2015

No Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015


1 Jumlah unit 7.471 327.940 327.940
Angkutan Darat
2 Jumlah org 96.744 630.528 630.528
Penumpang
Rasio 77.22 520.10 520.10
Sumber : Olahan Data, 2016

II - 98
C. Penataan Wilayah
Penataan wilayah kabupaten Majene diatur dalam Rancangan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten Majene Tahun
2011-2031. Sesuai RTRW Kab. Majene, pusat-pusat kegiatan yang
ada di Kabupaten Majene terdiri atas:
- PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) terdapat di Kecamatan Banggae
dan Kecamatan Banggae Timur;
- PKLp (Pusat Kegiatan local Promosi) meliputi : Malunda di
Kecamatan Malunda; Pamboang di Kecamatan Pamboang; dan
Somba di Kecamatan Sendana.
- PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) meliputi : Tammero’do di
Kecamatan Tammerodo Sendana; Tubo di Kecamatan Tubo
Sendana; dan Ulumanda di Kecamatan Ulumanda.
- PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) meliputi : Kelurahan Baruga
di Kecamatan Banggae Timur; Kelurahan Sirindu di Kecamatan
Pamboang; Kelurahan Tallubanua di Kecamatan Sendana; Desa
Ulidang di Kecamatan Tammero’do Sendana; dan Desa Maliaya
di Kecamatan Malunda.
D. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per
hektar
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per
hektar adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap
luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
Tabel 2.91 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal
lainnya per hektar

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015


1. Produksi tanaman 15.887 13.980 24.202
padi/bahan pangan
utama lokal lainya
(ton)
2. Luas areal tanaman 3.310 1.744 5.857
padi/bahan pangan
utama lokal lainya
(ha)
3. Rasio (1./2.) 479,97 801.61 413,21
Sumber : Olahan Data, 2016

II - 99
E. Fasilitas Bank dan Non Bank

Ketersediaan fasilitas bank dan non bank sangat penting


dalam rangka menunjang aspek daya saing daerah. Dengan
adanya fasilitas tersebut segala urusan yang berkaitan dengan
jasa dan lalu lintas keuangan dapat berjalan lancar. Indikator
kinerja berkaitan dengan fasilitas bank dan non bank salah
satunya dapat dilihat dari jenis dan jumlah bank serta cabang-
cabangnya. Komposisi kredit yang disalurkan digolongkan
menjadi tiga kategori yakni Investasi, modal kerja, dan konsumsi.
Lebih jelas pinjaman perbankan per jenis komposisi kredit
ditampilkan pada table berikut :

Tabel 2.92 Pinjaman Perbankan Menurut Kelompok Bank di


Kabupaten Majene, 2011–2014 (Dalam Jutaan
Rupiah)

No Kelompok 2012 2013 2014 2015


Bank
Bank 288.305 442.168 476.347 646.268
Pemerintah
1 Investasi 13,866 43,951 41,493 36.497
2 Modal kerja 108,205 122,591 188,139 190.240
3 Konsumsi 166,214 275,626 316,715 419.513
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016

2.4.3 Fokus Iklim Investasi


Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam
meningkatkan pembangunan perekonomian. Investasi akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja
baru sehingga diharapkan akan mengurangi beban pengangguran dan
kemiskinan. Masuknya investor ke suatu wilayah sangat tergantung
dari kondisi keamanan dan politik dalam daerah yang stabil.
Gambaran umum kondisi daerah yang terkait dengan iklim investasi
salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja : angka kriminalitas,
jumlah demonstrasi, kemudahan perizinan, pengenaan pajak daerah,
perda yang mendukung iklim usaha.

A. Angka Kriminalitas

Salah satu indikator yang dapat mendukung iklim investasi


suatu daerah adalah angka kriminalitas. Angka kriminalitas dapat
menggambarkan tingkat keamanan masyarakat. Semakin rendah

II - 100
angka kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan
masyarakat berpengaruh terhadap yang mendukung terhadap iklim
investasi yang kondusif. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban Pemerintah
Kabupaten Majene menunjukkan perhatian yang cukup besar.
Karena meskipun masyarakat Kabupaten Majene adalah
masyarakat mono etnis dengan mayoritas penduduk beretnis
mandar dan mayoritas penduduknya juga beragama Islam namun
bukan tidak mungkin dapat terjadi konflik yang mengarah kepada
disintegrasi.

Tercatat selama kurun waktu tahun 2011 sampai 2015


kerukunan hidup antar umat beragama di wilayah Kabupaten
Majene terjalin secara serasi dan seimbang. Gangguan yang terjadi
di Kab. Majene pada periode 2011-2015 dapat dikaterogikan
menjadi 2 jenis, yakni:

a. Demonstrasi oleh mahasiswa dan kelompok masyarakat seputar


isu sosial di Kab. Majene;
b. Tindakan kriminal yang dilakukan oleh beberapa oknum baik
dari kalangan masyarakat maupun pemerintah yang
meresahkan masyarakat;

B. Kemudahan Perizinan

Investasi yang akan masuk ke suatu daerah bergantung


kepada daya saing investasi yang dimiliki oleh daerah yang
bersangkutan. Pembentukan daya saing investasi turut
dipengaruhi oleh faktor kemudahan perizinan. Kemudahan
perizinan usaha dalam suatu wilayah menunjang dalam
kemudahan proses administrasi dalam penanaman suatu investasi.
Jenis perizinan yang ditangani kabupaten majene sebanyak
7 jenis, terdiri atas : izin usaha perdagangan(SIUP), Izin Tempat
Usaha (SITU), TDP, IMB, HO, izin jasa konstruksi dan Surat Izin
Usaha Industri. Lamanya waktu untuk pengurusan izin tersebut
serta jumlah persyaratan dan biaya resmi dalam pengurusan izin
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

II - 101
Tabel 2.93 Jenis, Lama, Jumlah Persyaratan dan Biaya
Perizinan
Lama Jumlah Biaya Resmi
No Uraian
Pengurusan Persyaratan
1 SIUP 3 hari 4 dok Bebas biaya
2 SITU 1 minggu 4 dok Bebas biaya
3 TDP 3 hari 5 dok Bebas biaya
4 IMB 3 hari 4 dok Rp.10.000/m2
5 HO 1 minggu 4 dok Rp.100.000,-
6 Jasa Konstruksi 3 hari 4 dok Bebas biaya
7 SIUI 3 hari 4 dok Bebas biaya
Sumber : SKPD Terkait, 2016

2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia

a. Kualitas Tenaga Kerja


Secara umum, kualitas angkatan kerja/tenaga kerja di
Kabupaten Majene masih rendah. Dari seluruh angkatan kerja, hampir
sepertiga diantaranya adalah lulusan SD dan pada tahun 2014 ke
2015 jumlah angkatan kerja yang tidak tamat SD meningkat sekitar
1.500 angkatan kerja. Di sisi lain, angkatan kerja lulusan SMP dan
SMA menunjukkan peningkatan, terlebih lagi angkatan kerja lulusan
SMA telah mencapai 24,66% dari total angkatan kerja hingga
membuat angkatan kerja di Kabupaten Majene lebih kompetitif. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.94 Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja Tahun 2014 –


2015 Kab. Majene

No Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2014 2015


1 Tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum 12.859 14.255
tamat SD
2 SD 20.699 19.379
3 SMP 11.666 11.987
4 SMA 16.492 18.502
5 Diploma dan Universitas 11.406 10.900
Total 73.122 75.023
Sumber: Majene Dalam Angka 2016, BPS Kab. Majene

II - 102
b. Rasio Ketergantungan
Tingkat atau rasio ketergantungan penduduk di Kabupaten
Majene mengalami penurunan pada tahun 2015 dibanding tahun
2014. Pada tahun 2014 rasio ketergantungan sebesar 0,61. Rasio ini
menunjukkan bahwa pada setiap 100 penduduk usia produktif, harus
menanggung 61 jiwa penduduk tidak/belum produktif. Rasio
ketergantungan di tahun 2015 sedikit berkurang menjadi 0,60.
Penurunan rasio ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk usia produktif yang sedikit lebih cepat dibanding laju
pertumbuhan penduduk tidak/belum produktif. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.93 Rasio Ketergantungan Tahun 2014 – 2015 Kab.
Majene

No Uraian 2014 2015


1 Jumlah penduduk usia <15 tahun 53.404 53.487
2 Jumlah penduduk usia >64 tahun 7.603 7.706
3 Jumlah penduduk usia tidak produktif (1+2) 61.007 61.193
4 Jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun 100.125 102.703
5 Rasio Ketergantungan (3/4) 0,61 0,60
Sumber: Majene Dalam Angka 2016, BPS Kab. Majene

II - 103

Anda mungkin juga menyukai