Pada bagian ini akan ditinjau berbagai aspek yang menyangkut Aspek
Geografi dan demografi Kabupaten Majene, yang meliputi; gambaran
mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah,
dan kerentanan wilayah terhadap bencana, sedangkan gambaran kondisi
demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan
populasi masyarakat.
II - 1
Jumlah Jumlah
No Kecamatan Luas (Ha) %
Kelurahan Desa
8 Malunda 187.65 19.80 2 10
Jumlah 947.84 100.00 20 62
Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016
Gambar 2.1 Posisi Kabupaten Majene dalam Wilayah Provinsi Sulawesi
Barat
II - 2
Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Majene
II - 3
B. Letak dan Kondisi Geografis
C. Topografi
II - 4
kabupaten. Untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi ketinggian dari
permukaan laut menurut wilayah kecamatan, sebagaimana pada peta
dibawah ini.
Gambar 2.3 Peta Topografi Kabupaten Majene
II - 5
Gambar 2.4 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Majene
II - 6
D. Geologi
Bentang alam wilayah Kabupaten Majene yang merupakan
wilayah datar, bergelombang, berbukit sampai bergunung yang
tersebar di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Majene. Secara
umum jenis tanah yang tersebar di wilayah Kabupaten Majene adalah
Alluvial, Mediteran, Latosol, Gromosol, Poksolik Merah, dan Laterik
yang tersebar di semua kecamatan. Kondisi geologi regional wilayah
Kabupaten Majene sangat spesifik karena merupakan pertemuan
dua gugusan benua yaitu Benua Asia dan Australia. Karakteristik
geologis wilayah perencanaan merupakan satu kesatuan dengan
kondisi geologis wilayah Majene yang terbagi kedalam kondisi
fisiografi, statigrafi, struktur batuan dan hidrogeologi yang dijelaskan
sebagai berikut.
1. Fisiografi
Kondisi Fisiografi adalah kondisi yang menggambarkan kondisi
pegunungan yang membentang dari arah utara sampai ke timur.
Secara fisiografis dilihat dari utara, selatan, dan timur membujur
Pegunungan Tineba, Tangklekaju, dan Quarles. Jalur fisiografisnya
berupa sesar naik yang dimulai dari sesar kontak di wilayah
Majene dan berakhir dengan sesar naik di daerah Pasang Kayu.
Secara keseluruhan terdiri dari sesar naek dan kontak diselang
Antiklin dan Siklin yang membentuk daerah menjadi bergelombang
mulai dari tepi pantai. Umumnya sesar ini membentuk daerah
berbukit-bukit dengan batas daerah yang datar.
2. Startigrafi
Secara umum stratigrafi Kabupaten Majene dicirikan oleh
singkapan-singkapan dari batuan sedimen, batuan gunung api
yang bersifat menengah, dan basa serta batuan terobosan. Batuan-
batuan mempunyai usia yang berbeda-beda yaitu usia tersier dan
kwarter yang terjadi pada zaman yang berbeda: Paleosen, Oligosen,
Miosen, Pliosen, Plestosen, dan Holosen. Umumnya batuan-batuan
ini kaya akan kandungan mineral.
3. Struktur Batuan
Litologi jenis batuan di daerah penyelidikan ditentukan
berdasarkan kenampakan fisik yang dijumpai di lapangan,
dengan tetap mengacu pada formasi batuan yang telah ditentukan
oleh para peneliti terdahulu. Lokasi penyelidikan /
pengukuran geolistrik dan topografi di sepanjang poros jalan
provinsi Trans Sulawesi Bagian Barat, Kecamatan Banggae dan
II - 7
Pamboang. Secara keseluruhan litologi jenis batuan daerah
tersebut tersusun oleh Satuan Napal Tufaan (Qm=Quarter Marl)
dan Endapan Alluvial (Qal=Quarter Alluvial) dijelaskan berikut:
a. Batuan Napal Tufaan, Periode Kwarter (Qm)
Satuan Napal Tufaan terdiri atas perselingan antara napal
tufaan dengan bongkah koral, serpin napalan, batupasir tufaan
dengan lensa-lensa konglomerat. Hasil pengamatan lapangan
pada setiap perselingan batuan adalah sebagai berikut:
Napal tufaan; berwarna abu-abu kecoklatan, struktur tidak
berlapis dan bersifat agak rapuh atau tidak terkonsolidasi
dengan baik, terdapat bongkah koral pada permukaan.
Serpihan Napalan; berwarna putih abu-abu, tekstur klastik
halus, porositas besar dan permiabilitas kecil. Struktur
menyerpih sangat kuat dengan bentuk sperodial (kulit
bawang), resistensi batuan sangat rendah. Pada batuan ini
dijumpai perlapisan, jurus perlapisan berarah Barat laut –
Tenggara dengan kemiringan Timur laut (N 305oE/18o).
Batu pasir Tufaan; berwarna putih pucat dan putih dengan
bercak berwarna coklat pada lapisan bagian bawah. Batu
pasir tufaan terdiri dari dua lapisan yakni pada bagian atas
dengan tekstur klastik halus serpih napalan dan bagian
bawah dengan tekstur agak kasar. Secara umum struktur
batuan kompak (terkonsolidasi dengan baik).
Hasil pengukuran stratigrafi terukur menunjukan urutan
perlapisan batuan adalah bagian atas dengan napal tufaan
dengan ketebalan 5,4 meter. Selanjutnya pada bagian bawah
terdiri atas perselingan antara batu pasir tufaan dengan serpih
napalan. Perulangan perlapisan sebanyak 5 lapisan untuk batu
pasir tufaan, dan 4 lapisan untuk serpih napalan. Ketebalan
masing-masing berkisar antara (0,6 – 2) meter pada batu pasir
tufaan, dan antara (0,4 – 1,8) meter pada serpih napalan.
Selanjutnya pada bagian bawah terdiri atas batu pasir kasar
dengan ketebalan 1,5 meter (ketebalan tersingkap). Satuan
batuan ini dominan menempati daerah perbukitan dan sedikit
pedataran.
b. Batuan Endapan Alluvial, Periode Kwarter (Qal)Endapan Alluvial
terdiri atas koral, kerikil, pasir, lempung dan lumpur.
II - 8
Penyebarannya sempit menempati daerah pedataran sepanjang
garis pantai. Endapan ini merupakan endapan geologi muda,
tidak terkonsolidasi dengan baik, dan belum terkompasi menjadi
batuan (merupakan sedimen lepas).
Gambar 2.5 Peta Jenis Tanah Kabupaten Majene
II - 9
Gambar 2.6 Peta Geologi Kabupaten Majene
II - 10
Gambar 2.7 Peta Geomorfologi Kabupaten Majene
II - 11
E. Hidrologi
II - 12
Untuk lebih jelasnya potensi sumberdaya air di Kabupaten
Majene dan Peta Hidrologi Kabupaten Majene, sebagaimana pada tabel
dan peta berikut.
II - 13
Tabel 2.2 Nama-Nama Sungai Di Kabupaten Majene Di Rinci Per
Kecamatan
No Kecamatan Sungai
II - 14
F. Klimatologi
II - 15
Kelembaban Udara (%)
No Bulan
2012 2013 2014 2015
10 Oktober 76 79 71 70
11 November 78 82 77 74
12 Desember 80 81 78 79
Sumber; Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene, 2016
Gambar 2.9 Peta Curah Hujan Kabupaten Majene
II - 16
G. Penggunaan Lahan
II - 17
Gambar 2.10 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Majene
II - 18
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
A. Hutan Rakyat
Kawasan hutan rakyat bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas lahan dan kelestarian sumber daya hutan, tanah, dan
air, serta untuk mendukung kecukupan luas kawasan berhutan, baik
dalam skala DAS, Kabupaten, maupun Provinsi. Kawasan peruntukan
hutan rakyat terdapat di Kecamatan Malunda, Kecamatan Ulumanda
dan Kecamatan Tubo Sendana dengan luasan kurang lebih 6.962 Ha.
B. Tanaman Pangan
Kriteria pengembangan kawasan peruntukan pertanian lahan
basah di Kabupaten Majene meliputi:
Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian
lahan basah;
Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan
basah mampu memberikan manfaat:
- Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi;
- Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan
sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
- Meningkatkan fungsi lindung;
- Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya
alam untuk pertanian pangan;
- Meningkatkan pendapatan masyarakat;
- Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
- Menciptakan kesempatan kerja;
- Meningkatkan ekspor; dan
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sesuai untuk pengembangan pertanian.
Berdasarkan kriteria di atas, maka rencana pengembangan
pertanian lahan basah berupa sawah diarahkan di Kecamatan
Sendana dengan luas 280 Ha, Kecamatan Tubo Sendana seluas 60 Ha,
Kecamatan Ulumanda 94 Ha, dan Kecamatan Malunda seluas 503 Ha.
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan
kering untuk tanaman padi ladang dan palawija. Kriteria kawasan
tanaman pangan lahan kering adalah kawasan yang tidak mempunyai
sistem atau potensi pengembangan pengairan dan memiliki :
II - 19
Ketinggian < 1000 m dan Kelerengan < 40%;
Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm; dan
Curah hujan antara 1500 – 4000 mm pertahun.
II - 20
Tabel 2.6 Luas Panen Produktif Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten
Majene Tahun 2010 – 2014
C. Hortikultura
Wilayah pengembangan pertanian holtikultura di Kabupaten
Majene adalah seluas kurang lebih 5,776 Ha yang terdapat di
Kecamatan Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan
Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Tammero’do Sendana,
Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan Ulumanda, dan Kecamatan
Malunda dengan komoditi andalan yaitu komoditi nasional berupa
Nenas di Kecamatan Pamboang dan Komodita lokal pisang pere di
II - 21
Kecamatan Pamboang. Adapun luas panen produktif komoditas
hortikultura dalam periode 2011 – 2015 adalah sebagai berikut:
D. Perkebunan
II - 22
Adapun luas panen produktif beberapa komoditi sektor unggulan
perkebunan Kabupaten Majene tahun 2011 – 2015 adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.10 Luas Panen Produktif Komoditi unggulan Sektor
Perkebunan Kabupaten Majene Kurun Waktu 2011 –
2015
Luas Lahan (m2) Lokasi
No Jenis Komoditi
2011 2012 2013 2014 2015 Pengembangan
1 Kakao 10.254,0 8.940,0 9.213,2 8.815,5 7.322,0 8 Kec
E. Peternakan
Dari data yang ada, mayoritas penduduk Kabupaten Majene
memiliki ternak keluarga yang dikelola secara tradisional, namun
hasilnya dapat menjadi sumber pendapatan tambahan sehingga
komoditas ini potensial untuk dikembangkan. Komoditi ternak
kambing merupakan primadona dan bahkan daerah ini menjadi
pusat peternakan Kambing di propinsi Sulawesi Barat. Kabupaten
Majene memiliki potensi pengembangbiakan ternak besar (sapi), ternak
kecil (kambing), dan juga ternak unggas. Pengembangan ternak
berdasarkan jenisnya tersebar di beberapa kecamatan, yang meliputi :
a. Lokasi Peternakan Sapi Terdapat Di Kecamatan Sendana,
Tammero’do Sendana, Tubo Sendana, Kecamatan Ulumanda Dan
Kecamatan Malunda.
b. Lokasi Peternakan Kambing Terdapat Di Kecamatan Pamboang,
Kecamatan Banggae,dan Kecamatan Sendana.
c. Lokasi Peternakan Unggas Terdapat di Kecamatan Banggae,
Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Pamboang.
II - 23
Luas Lahan (m2) Lokasi
No Jenis Komoditi
2011 2012 2013 2014 2015 Pengembangan
3 Kuda 177 179 190 213 219 8 Kec.
4 Kambing 31.639 36.104 49.932 63.962 64.234 8 Kec.
5 Ayam Buras 9.953 10.002 10.156 72.988 74.016 8 Kec.
6 Ayam Potong 61.757 62.030 62.313 83.961 69.205 8 Kec.
7 Itik 7.462 7.350 139.890 10.149 5.276 4 Kec.
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Majene, 2016
F. Perikanan
Posisi Kabupaten Majene yang berada di daerah pesisir dengan
luas perairan mencapai 1.000 Kilometer, menjadikan sektor Perikanan
menjadi sektor unggulan di daerah ini. Selain perikanan tangkap,
maka terdapat juga 270 hektar persegi areal tambak yang berproduksi
dari potensi total areal tambak yang mencapai 450 Hektar. Jenis
komoditi unggulan terdiri dari komoditi perikanan tangkap yaitu ikan
tuna, cakalang, tongkol, layang, ikan terbang dan ikan layang, serta
komoditi perikanan budidaya yang terdiri dari udang windu dan ikan
bandeng. Dan salah satu jenis komoditi baru yang sangat potensil
untuk di kembangkan adalah budidaya udang Vanama, yang sudah
diperkenalkan dan dikembangkan di kecamatan Banggae, Banggae
Timur dan kecamatan Malunda. Jenis komoditi, jumlah produksi
sentra sentra produksinya dapat dilihat pada tabel berikut :
II - 24
Tabel 2.13 Perkembangan Komoditi Unggulan Sektor Perikanan
Kabupaten Majene kurun waktu 2011 – 2015
Jenis Jumlah Produksi (Ton) Lokasi
No Komoditas/
2011 2012 2013 2014 2015 Kecamatan Kel/Desa
Potensi
1 Perikanan Tangkap
Baurung dan
Banggae Timur
Labuang
Pangaliali, Kel.Baru,
Banggae
Kel Totoli
Ikan Tuna 613,1 1.093,8 1.132,6 848,6 1166,8
Sendana Sendana
Tammerodo
Tammerodo
Sendana
Tubo Sendana Onang
Cakalang 504,2 524,5 512,70 492,3 540,3 s.d.a
Tongkol 1.045 1419,3 1.409,8 535 1.520 s.d.a
Kel.Baru
Banggae
Pangaliali
Layang 482,0 536 541,5 565,5 606
Mekkatta
Malunda
Malunda
Banggae Totoli
Mosso
Ikan Terbang 829,00 510,5 543,9 541 515,3 Sendana
Mosso Dua
Tubo Sendana Onang
Ikan Merah 158,00 71,00 68,90 114,1 151,3
Campuran 1.123 3.060 709 607,5 768,5
2 Perikanan Budidaya
Banggae Timur Baurung
Udang Windu 20 23,84 38,94 36,68 21,73 Pamboang Lalampanua
Sendana &
Malunda
Ikan Bandeng 158,9 202,1 262,68 87,257 246,36 s.d.a
Banggae Timur
Banggae
Pamboang
Ikan Mas 2,0 2,0 - 4,2 7,22
Sendana
Malunda &
Ulumanda
Ikan Nila 0,70 2,10 - 42,67 44,35 s.d.a
Banggae,
Udang
- 13,86 72,34 9,513 9,513 B.Timur,
Vanama
Malunda
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Majene, 2016
G. Pertambangan
II - 25
b. Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Banggae,
Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan
Ulumanda dan Kecamatan Malunda berupa kawasan
pertambangan Batu Gamping;
c. Kecamatan Banggae, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana,
Kecamatan Malunda, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan
Tammero’do Sendana, Kecamatan Ulumanda dan Kecamatan Tubo
Sendana berupa kawasan pertambangan Lempung;
d. Kelurahan Totoli Kecamatan Banggae berupa kawasan
pertambangan Oker;
e. Desa Bambangan Kecamatan Malunda, Kelurahan Lalampanua –
Desa Betteng Kecamatan Pamboang, Desa Tubo Kecamatan Tubo
Sendana, Desa Kabiraan Kecamatan Ulumanda berupa kawasan
pertambangan Dasit / Andesit;
f. Desa Seppong Kecamatan Tammero’do Sendana berupa kawasan
pertambangan Zeolit;
g. Desa Bambangan Kecamatan Malunda berupa kawasan
pertambangan Basal;
h. Sungai Deking Desa Lombang Kecamatan Malunda, Sungai
Manyamba Kecamatan Tammero’do Sendana, Sungai Tubo
Kecamatan Tubo Sendana, Sungai Panawar Desa Andolang
Kecamatan Pamboang berupa kawasan pertambangan Kerakal
Bongkah;
i. Sungai Deking Desa Lombang Kecamatan Malunda, Sungai Tubo
Kecamatan Tubo Sendana dan Pattipor Kecamatan Pamboang
berupa kawasan pertambangan Pasir;
j. Sungai Punawar Dusun Punawar Desa Adolang Kecamatan
Pamboang, Sungai Deking Kecamatan Malunda, Sungai Tubo
Kecamatan Tubo Sendana berupa kawasan pertambangan Kerikil;
k. Sungai Mosso Kecamatan Pamboang, Dusun Kayuangin
Kecamatan Malunda, Dusun Tatibajo Kecamatan Ulumanda,
Sungai Seppong Kecamatan Tammero’do Sendana berupa kawasan
pertambangan Sirtu;
l. Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Sendana, dan Kecamatan
Malunda berupa kawasan pertambangan Tanah Liat;
II - 26
m. Lingkungan Soreang, Lingkungan Rangas Kecamatan Banggae,
Lingkungan Pappota, Lingkungan Segeri Kecamatan Banggae
Timur, Dusun Totolisi Kecamatan Sendana dan Dusun Lemo
Kecamatan Malunda berupa kawasan pertambangan Batu Pasir;
n. Dusun Sambabo Kecamatan Ulumanda berupa kawasan
pertambangan Bijih Besi; dan
o. Desa Betteng Kecamatan Pamboang, Kecamatan Ulumanda dan
Kecamatan Malunda berupa kawasan pertambangan Emas.
Adapun gambaran potensi pertambangan dan lokasinya dapat
dilihat pada tabel berikut :
II - 27
Sendana, Kecamatan Sendana, Kecamatan Pamboang, Kecamatan
Banggae dan Kecamatan Banggae Timur; dan
d. Blok South Mandar seluas 3.882 Km2 terdapat di perairan Selat
Makassar Kecamatan Banggae dan Kecamatan Banggae Timur.
II - 28
a. Industri Pengolahan Minyak Kelapa di Kecamatan Banggae Timur,
Kecamatan Banggae, Kecamatan Sendana dan Kecamatan Malunda;
b. Industri Pembuatan Perahu di Kecamatan Banggae Timur,
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana dan Kecamatan
Banggae;
c. Industri Pengolahan Tebu di Kecamatan dan Kelapa di Kecamatan
Banggae Timur;
d. Industri Meubel di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur;
e. Industri Pandai Besi di Desa Pamboborang Kecamatan Banggae;
f. Industri Pengupasan hasil-hasil Pertanian di Kecamatan Banggae,
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan
Tammero’do Sendana, Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan
Ulumanda dan Kecamatan Malunda;
g. Industri penerbitan jasa Foto Copy dan Foto-Foto (Graffer) di semua
kecamatan;
h. Industry Bahan Kimia berupa Arang Aktif di Kecamatan Banggae,
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Tammero’do Sendana, dan
Kecamatan Malunda;
i. Industry Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga di Kecamatan
Banggae, Kecamatan Tubo Sendana, dan Kecamatan Ulumanda;
j. Industri Percetakan di Kecamatan Banggae dan Kecamatan Banggae
Timur;
k. Industri Barang-Barang dari Semen dan Kapur untuk Konstruksi di
Kecamatan Banggae, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Tubo
Sendana, dan Kecamatan Malunda; dan
l. Industri Makanan di Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan
Banggae, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan
Tammero’do Sendana, dan Kecamatan Malunda.
I. Pariwisata
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang
memberikan manfaat ekonomi yang cukup besar baik bagi pemerintah
maupun masyarakat. Objek wisata di Kabupaten Majene meliputi
objek wisata alam, wisata budaya, maupun objek wisata buatan.
Untuk pengembangan kegiatan wisata di Kabupaten Majene, maka
beberapa obyek wisata yang dapat dikembangkan adalah sebagai
berikut :
Kawasan peruntukan pariwisata budaya, terdiri atas :
a. Kawasan Museum Mandar terletak di Kelurahan Pangali Ali
Kecamatan Banggae;
II - 29
b. Kawasan Mesjid Tua Salabose di Puncak Salabose Kelutahan
Pangali – Ali Kecamatan Banggae;
c. Kawasan Mesjid Raya/Mesjid Tua di Lingkungan Saleppa Kelurahan
Banggae Kecamatan Banggae;
d. Kawasan Upacara Maulid Nabi Muhammad SAW di Puncak
Salabose Kelurahan Pangali – Ali Kecamatan Banggae;
e. Kawasan Upacara Pa’bandangan Manu – Manu di Pettaweang Desa
Kayuanging Kecamtan Malunda;
f. Kawasan Makam Raja-Raja Banggae di Ondongan Lingkungan
Pa’leo Tobandaq Kelurahan Pangali Ali Kecamatan Banggae;
g. Kawasan Makam Syekh Abdul Mannan di Lingkungan Salabose
Kelurahan Pangali Ali Kecamatan Banggae;
h. Kawasan Benteng Ammana Wewang di Desa Betteng Kecamatan
Pamboang;
i. Kawasan Makam Raja-Raja Pamboang di Lingkungan Kopel Desa
Lalampanua Kecamatan Pamboang;
j. Kawasan Makam Imannang di Lingkungan Pamboborang Kelurahan
Baru Kecamatan Banggae;
k. Kawasan Makam Tabulese di Lingkungan Camba Utara Kecamatan
Banggae;
l. Kawasan Makam Lombeng Susu dan Puang Rambang di Kelurahan
Tande Kecamatan Banggae Timur;
m.Kawasan Makam Nenenk Ular, Makam Reso dan Makam Pappesse
Bassi yang terletak di Lingkungan Segeri Kelurahan Baruga dan
Kecamatan Banggae Timur; dan
n. Kawasan Makam Mara’dia Parappe di Lingkungan Tangnga-Tangnga
Kelurahan Labuang Kecamatan Banggae Timur.
Kawasan peruntukan pariwisata alam, terdiri atas:
a. Wisata Puncak Salabose Kelurahan Pangali – Ali Kecamatan
Banggae;
b. Wisata Puncak Pohon Pinus di Segeri Kelurahan Baruga Dhua
Kecamatan Banggae Timur;
c. Wisata Agro Wisata Bambangan di Bambangan Desa Bambangan
Kecamatan Malunda;
d. Wisata Takkesi di Bambangan Desa Bambangan Kecamatan
Malunda;
e. Wisata Terumbu Karang Pantai Pacitan Kelurahan Pangali Ali
Kecamatan Banggae;
II - 30
f. Wisata Terumbu Karang Pantai Rangas di Lingkungan Rangas
Kelurahan Totoli Kecamatan Banggae;
g. Wisata Pantai Pasir Putih dan Terumbu Karang Pantai Leppe,
Barane, Tamo dan Pangale di Kelurahan Baurung Kecamatan
Banggae Timur;
h. Pantai Luaor dan Pantai Pasir Putih soreang di Kelurahan Totoli
Kecamatan Banggae;
i. Pantai Rewataa di Kecamatan Pamboang;
j. Pulau Pantai Maluno, Pulau Idaman Tai Manu, dan Pantai Pasir
Putih Bonde-Bonde serta Pulau Lere-Lerekang yang terletak di
Kecamatan Sendana;
k. Permandian Sungai Teppo di Kelurahan Baru Kecamatan Banggae;
l. Air Terjun Orongan Puawang di Lingkungan Puawang Kelurahan
Tande Kecamatan Banggae Timur;
m.Permandian Udhuhun Pokki di Galung Kecamatan Pamboang;
n. Permandian Sungai Tubo di Kecamatan Tubo Sendana;
o. Permandian Air Panas di Limboro dan Makula serta Wisata Wai
Makula Tinggas di Kecamatan Sendana; dan
p. Air Terjun Mario dan Takkulilia di Kecamatan Malunda.
q. Terumbu Karang Pantai Pacitan Kelurahan Pangali Ali Kecamatan
Banggae;
r. Terumbu Karang Pantai Rangas di Lingkungan Rangas Kelurahan
Totoli Kecamatan Banggae; dan
s. Terumbu Karang Pantai Bautapa di Lingkungan Baurung Kelurahan
Baurung Kecamatan Banggae Timur;
II - 31
Selain itu, potensi longsor terjadi di Kecamatan Ulumanda
dengan konsentrasi permukiman yang berada di daerah pegunungan.
B. Bencana Banjir
Bencana banjir dapat disebabkan oleh intensitas curah hujan
yang cukup tinggi, serta meluapnya air sungai, sehingga terjadi
genangan di daerah dataran rendah. Seperti yang terjadi di beberapa
wilayah di Kabupaten Majene, seperti; di daerah perkotaan, juga
terjadi banjir akibat genangan air hujan hal tersebut disebabkan oleh
bentuk topografi yang sangat datar serta sistem drainase yang belum
berfungsi dengan baik. Selain itu, bencana banjir juga terjadi di
daerah pedesaan khususnya pada wilayah-wilayah yang dilintasi oleh
sungai besar, akibat volume air yang cukup tinggi apalagi kondisi
sungai yang tidak bertanggul.
II - 32
pesisir dengan tembok penahan ombak, akan tetapi tidak mampu
menahan hantaman ombak, sehingga terjadi kerusakan di beberapa
kecamatan di wilayah kabupaten Majene.
II - 33
2.1.4 Demografi
A. Jumlah Penduduk
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0
2011 2012 2013 2014 2015
Laki-Laki 75.020 76.948 77.521 78.607 80.068
Perempuan 78.849 81.088 81.369 82.525 83.828
Jumlah 153.869 158.036 158.890 161.132 163.896
Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016
II - 34
Hal di atas senada dengan penyebaran penduduk Kabupaten
Majene pada tahun 2015, dimana 24,8% penduduk berada di
Kecamatan Banggae dan 18,84% penduduk berada di Kecamatan
Banggae Timur. Adapun Kecamatan dengan distribusi penduduk di
bawah angka 10% adalah Kecamatan Ulumanda (5,45%), Kecamatan
Tubo Sendana (5.42%) dan Kecamatan Tammerodo Sendana (6.95%).
Rasio ketergantungan total penduduk Kabupaten Majene pada
tahun 2015 adalah sebesar 66,93% atau dapat dikatakan rasio
ketergantungan penduduk berada pada kategori tinggi. Rasio tersebut
berarti pada setiap 100 penduduk usia produktif, harus menanggung
67 jiwa penduduk tidak/belum produktif. Rasio ketergantungan ini
terdiri dari rasio ketergantungan penduduk muda (<15 tahun) sebesar
55,33% dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 11,60%.
Ditinjau dari kelompok umur, pada tahun 2015 dari jumlah
penduduk sebesar 161.132 jiwa, terdapat 53.404 (33,14%) jiwa
penduduk berusia di bawah 15 tahun, 11.201 (6.95%) jiwa penduduk
berusia di atas 65 tahun dan 96.527 (59,91%) jiwa penduduk berada
pada usia produktif (15-64). Kondisi ini menunjukkan bahwa
penduduk di Kabupaten Majene memiliki struktur penduduk dewasa
sehingga dengan kesempatan kerja yang ada dan sumber daya
manusia yang handal maka penduduk usia produktif masih bisa
menanggung penduduk usia tidak produktif dengan baik.
B. Ketenagakerjaan
II - 35
Tabel 2.15 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Majene
Tahun 2011 – 2015
Tahun ̅ Pertum-
No Karakteristik
2011 2012 2013 2014 2015 buhan (%)
1 Penduduk Usia 95.455 99.361 101.088 108.398 110.770 3,81
Kerja (PUK)
2 Angkatan kerja 67.870 71.294 61.835 73.122 75.023 3,16
(AK)
a. Bekerja 65.522 69.051 60.490 71.618 70.890 2,59
b. Pengangguran 2.348 2.243 1.345 1.504 4.133 35,53
(Mencari Kerja)
3 Bukan Angkatan 27.575 28.067 39.253 35.276 35.747 8,21
Kerja
a. Sekolah 9.010 8.273 8.296 12.836 11.249 8,61
b. Mengurus RT 18.565 19.794 23.180 19.076 18.833 1,19
4 Tingkat 71,11 71,75 61,17 67,46 67,73 -0,79
Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK) (%)
5 Tingkat 3,46 3,15 2,18 2,06 5,51 30,55
Pengangguran
Terbuka (TPT) (%)
6 Tingkat 96,54 96,85 97,82 97,94 94,49 -0,52
Kesempatan
Kerja (TKK) (%)
Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016
II - 36
Tabel 2.16 Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha dan Jenis Kelamin
Lapangan Laki-Laki Perempuan
No Lapangan Usaha
Usaha (%) (%) (%)
1 Pertanian, Perikanan 38,81 67,83 32,17
dan Kehutanan
2 Manufaktur 7,72 26,49 73,51
3 Perdagangan 17,12 25,24 74,76
4 Jasa-Jasa 24,18 53,91 46,09
5 Lainnya 12,18 95,61 4,39
Sumber: Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, 2016
C. Pendidikan
II - 37
Tabel 2.17 Indikator Pendidikan Kabupaten Majene Tahun
2011-2015
II - 38
Dengan rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk yang berada di
bawah kisaran 2%, dan pertumbuhan investasi yang berfluktuasi dan
cenderung mengalami perlambatan, maka kondisi perekonomian di
Kabupaten Majene lebih dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu pengeluaran
pemerintah, konsumsi masyarakat, dan pengeluaran modal/pinjaman
oleh sektor perbankan dan lembaga pembiayaan konvensional lainnya.
Adapun perkembangan 17 sektor PDRB Kab. Majene dalam
periode 2010 – 2014 atas dasar harga konstan dan berlaku sebagai
berikut:
Tabel 2.18 Pendapatan Domestik Regional Bruto atas Dasar
Harga Konstan (PDRB ADHK) Tahun 2010 Kabupaten
Majene Tahun 2012 – 2015
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp Rp Rp Rp
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 861,471.71 888,731.47 927,650.62 956.855,57
1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan 428.258,02 438.907,48 447.674,33 456.090,51
Jasa Pertanian
a. Tanaman Pangan 38.817,29 39.442,00 40.541,84 40.246,62
b. Tanaman Hortikultura Semusim 16.544,14 16.825,37 17.414,95 17.260,29
c. Perkebunan Semusim 90,09 91,82 96,24 85,63
d. Tanaman Hortikulturan Tahunan dan 72.200,30 74.087,02 75.773,74 82.159,49
Lainnya
e. Perkebunan Tahunan 251.665,63 257.464,21 260.152,12 259.113,20
f. Peternakan 38.704,98 40.275,30 42.615,30 45.848,28
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 4.773,24 10.721,75 11.082,15 11.377,00
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 4,773.24 4,932.33 5,128.25 5.328,70
3 Perikanan 428,440.46 444,891.65 474,648.05 495.436,36
Pertambangan dan Penggalian 54,030.73 61,947.27 69,717.69 74.504,71
Industri Pengolahan 133,782.07 134,134.73 139,709.19 151.679,39
Pengadaan Listrik dan Gas 2,389.59 2,582.62 2,716.16 2.869,98
a. Ketenagalistrikan 1.814,37 1.969,44 2.099,67 2.188,51
b. Pengadaan Gas dan Produksi Es 575,22 613,18 646,49 681,47
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 3,173.00 3,637.52 3,971.94 4.197,16
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 179,060.76 187,905.37 199,962.20 213.404,32
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 233,870.91 249,521.61 266,134.51 277.636,75
Mobil dan Sepeda Motor
a. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan 56,703.83 60,156.61 61,534.20 60.232,93
Reparasinya
b. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan 177,167.08 189,365.00 204,600.32 217.403,81
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 44,944.13 46,092.55 50,286.08 53.626,10
a. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Angkutan Darat 42.229,97 43.223,55 47.212,32 50.505,03
c. Angkutan laut 1.004,03 1.122,82 1.156,65 1.140,89
d. Angkutan Sungai, Danau dan 0,00 0,00 0,00 0,00
Penyeberangan
e. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00
f. Pergudangan dan Jasa Penunjang 1.710,13 1.746,18 1.857,10 1.980,18
Angkutan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,625.42 7,248.09 7,901.42 8.099,94
a. Penyediaan Akomodasi 1,319.84 1,431.02 1,540.23 1.600,64
b. Penyediaan Makan Minum 5,305.58 5,817.07 6,361.19 6.499,30
Informasi dan Komunikasi 110,653.81 122,428.20 128,777.62 140.481,55
Jasa Keuangan dan Asuransi 80,505.94 83,840.89 85,891.99
a. Jasa Perantara Keuangan 62.299,50 65.076,59 65.990,73 71.129,49
b. Asuransi dan Dana Pensiun 408,09 439,14 453,71 477,25
II - 39
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp Rp Rp Rp
c. Jasa Keuangan Lainnya 17.764,97 18.090,49 19.398,41 19.989,58
d. Jasa Penunjang Keuangan 33,37 34,67 34,14 35,47
Real Estate 84,196.56 88,617.72 91,659.37 97.094,56
Jasa Perusahaan 1,312.06 1,387.23 1,428.14 1.532,15
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 275,787.78 300,504.52 317,718.28 344.657,99
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 210,801.18 230,420.59 246,970.46 268.101,85
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 33,859.67 37,651.93 38,744.02 41.051,66
Jasa lainnya 84,576.34 87,632.74 90,697.01 95.591,85
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2,401,041.67 2,534,285.05 2,669,936.71 2.823.017,41
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016
II - 40
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta)
c. Jasa Keuangan Lainnya 17.831,29 18.318,71 20.190,39 21.981,27
d. Jasa Penunjang Keuangan 34,11 35,86 35,68 38,03
Real Estate 95.013,59 104.917,77 112.305,72 123.459,98
Jasa Perusahaan 1.329,13 1.424,53 1.586,01 1.768,95
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 292.947,57 330.307,20 376.083,17 412.495,49
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 220.233,48 245.519,24 273.135,62 298.165,45
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 34.455,02 40.306,93 43.792,98 48.491,55
Jasa lainnya 88.503,89 92.227,85 97.502,08 107.301,22
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2.587.345,07 2.847.109,62 3.175.433,66 3.478.496,24
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016
B. Struktur Ekonomi
II - 41
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
% % % %
a. Tanaman Pangan 1,62 1,60 1,62 1,48
b. Tanaman Hortikultura Semusim 0,65 0,65 0,67 0,62
c. Perkebunan Semusim 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Tanaman Hortikulturan Tahunan dan 2,95 2,84 2,65 2,90
Lainnya
e. Perkebunan Tahunan 10,26 10,11 9,71 9,22
f. Peternakan 1,66 1,67 1,68 1,70
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 0,43 0,43 0,44 0,44
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 0,20 0,19 0,19 0,19
3 Perikanan 17,79 17,96 18,41 18,33
Pertambangan dan Penggalian 2,33 2,48 2,63 2,84
Industri Pengolahan 5,43 5,10 4,99 5,07
Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,07 0,07 0,05
a. Ketenagalistrikan 0,06 0,05 0,05 0,03
b. Pengadaan Gas dan Produksi Es 0,02 0,02 0,02 0,02
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,12 0,13 0,13 0,12
dan Daur Ulang
Konstruksi 7,04 7,09 6,98 7,00
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 10,82 10,81 11,13 11,18
Mobil dan Sepeda Motor
a. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan 2,51 2,51 2,56 2,42
Reparasinya
b. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan 8,31 8,30 8,57 8,76
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 1,79 1,74 1,86 1,94
a. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Angkutan Darat 1,68 1,63 1,75 1,83
c. Angkutan laut 0,04 0,04 0,04 0,04
d. Angkutan Sungai, Danau dan 0,00 0,00 0,00 0,00
Penyeberangan
e. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00
f. Pergudangan dan Jasa Penunjang 0,07 0,06 0,07 0,07
Angkutan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,27 0,28 0,29 0,28
a. Penyediaan Akomodasi 0,05 0,05 0,05 0,05
b. Penyediaan Makan Minum 0,22 0,23 0,23 0,23
Informasi dan Komunikasi 4,76 4,76 4,77 4,75
Jasa Keuangan dan Asuransi 3,49 3,45 3,33 3,37
a. Jasa Perantara Keuangan 2,78 2,79 2,68 2,72
b. Asuransi dan Dana Pensiun 0,02 0,02 0,01 0,01
c. Jasa Keuangan Lainnya 0,69 0,64 0,64 0,63
d. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00
Real Estate 3,67 3,67 3,54 3,55
Jasa Perusahaan 0,05 0,05 0,05 0,05
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 11,32 11,60 11,84 11,86
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 8,51 8,62 8,60 8,57
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,33 1,42 1,38 1,39
Jasa lainnya 3,42 3,24 3,07 3,08
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100.00 100.00 100.00 100
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016
II - 42
C. Pertumbuhan Ekonomi
II - 43
2012 2013 2014 2015
Lapangan Usaha / Kategori
% % % %
Industri Pengolahan 3,22 0,26 4,16 8,57
Pengadaan Listrik dan Gas 34,11 8,08 6,33 4,51
a. Ketenagalistrikan 46,57 8,55 6,61 4,23
b. Pengadaan Gas dan Produksi Es 5,76 6,60 5,43 5,41
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 9,91 14,64 9,19 5,67
dan Daur Ulang
Konstruksi 8,02 4,94 6,42 6,72
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 5,75 6,69 6,66 4,32
Mobil dan Sepeda Motor
a. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan 6,52 6,09 2,29 - 2,11
Reparasinya
b. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan 5,51 6,88 8,05 6,26
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 1,12 2,56 8,97 6,77
a. Angkutan Rel - - - -
b. Angkutan Darat 1,03 2,35 9,23 6,97
c. Angkutan laut 5,14 11,83 3,01 - 1,36
d. Angkutan Sungai, Danau dan - - - -
Penyeberangan
e. Angkutan Udara - - - -
f. Pergudangan dan Jasa Penunjang 1,13 2,11 6,35 6,63
Angkutan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,96 9,40 7,36 4,09
a. Penyediaan Akomodasi 7,20 8,42 7,63 3,92
b. Penyediaan Makan Minum 8,15 9,64 7,29 4,14
Informasi dan Komunikasi 16,63 10,64 5,19 9,09
Jasa Keuangan dan Asuransi 13,47 3,89 2,67 6,70
a. Jasa Perantara Keuangan 16,49 4,46 1,40 7,79
b. Asuransi dan Dana Pensiun 10,33 7,61 3,32 5,19
c. Jasa Keuangan Lainnya 4,09 1,83 7,23 3,05
d. Jasa Penunjang Keuangan 6,61 3,90 - 1,53 3,90
Real Estate 2,97 5,25 3,43 5,93
Jasa Perusahaan 4,42 5,73 2,95 7,28
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 10,90 9,07 5,62 8,48
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 14,92 9,31 7,18 8,56
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 13,20 11,20 2,90 5,96
Jasa lainnya 1,14 3,61 3,50 5,40
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 7,37 5,55 5,35 5,73
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016
D. Laju Inflasi
II - 44
tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.
Inflasi dihitung pada 82 kota pada 34 Provinsi se-Indonesia.
Tingkat inflasi suatu daerah ditentukan berdasarkan kota terdekat
yang dilakukan perhitungan oleh BPS. Untuk Kabupaten Majene maka
nilai inflasi diambil berdasarkan Nilai Inflasi daerah terdekat yang
dilakukan perhitungan inflasi oleh BPS yaitu Kabupaten Mamuju.
Inflasi dihitung berdasarkan pemantauan harga eceran berbagai
komoditas Barang dan jasa yang dilakukan oleh BPS dalam rangka
penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK). Penghitungan IHK
ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari sekelompok tetap
barang/jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat. Perubahan
IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)
atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang/ jasa kebutuhan rumah
tangga sehari-hari.
Inflasi bulanan adalah perbandingan IHK bulan n dibanding
bulan n-1. Selama semester I (Januari – Juni) tahun 2015, Mamuju
mengalami inflasi lima kali dan deflasi sekali. Inflasi tertinggi terjadi
pada bulan Mei 2015, yaitu sebesar 1,05 persen dan terendah di bulan
april 2015 yakni sebesar 0,09 persen. Sedangkan deflasi terjadi sekali
yakni di bulan Februari 2015 sebesar -1,13 persen. Selama semester II
(Juli–Desember) tahun 2015, Mamuju mengalami inflasi bulanan lima
kali dan deflasi satu kali. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember
sebesar 1,70 persen. Peningkatan harga yang terjadi pada bulan
Desember tersebut disebabkan kenaikan harga pada seluruh
kelompok pengeluaran dan terutama disebabkan oleh besarnya andil
inflasi kelompok bahan makanan. Peningkatan harga kelompok bahan
makanan pada Desember 2015 kemungkinan selain disebabkan hari
natal dan tahun baru, juga disebabkan oleh keadaan cuaca yang
sering hujan. Komoditas dengan andil inflasi terbesar di desember
adalah Ikan cakalang, ikan layang, dan beras dengan andil inflasi
masing-masing 0,33%, 0,21%, dan 0,14%. Meningkatnya harga ikan
ini kemungkinan besar dikarenakan cuaca (hujan) sehingga nelayan
tidak berani melaut dan stok ikan sedikit. Selain karena bahan
makanan di bulan desember juga ada kenaikan tarif listrik yang
memiliki andil 0,14%. Sehingga wajar saja di bulan desember 2015
terjadi inflasi tertinggi dalam periode semester II 2015 bahkan dalam
tahun 2015.
II - 45
Terjadinya deflasi bulan Febriari 2015 disebabkan adanya
penurunan harga beberapa kelompok pengeluaran terutama kelompok
bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan. Penurunan harga cabe merah, cabe rawit, ikan segar dan
telur ayam ras membuat indeks harga bahan makanan di februari
2015 mengalami deflasi dengan andil deflasi -0,67 persen. Sedangkan
pengumuman penurunan harga BBM di januari 2015 membuat
penurunan indeks harga kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan di bulan februari 2015 dengan andil deflasi sebesar -0,40
persen. Andil tersebut dominan disumbangkan oleh bensin -0,25
persen dan angkutan antar kota -0,13 persen. Sementara dalam
periode semester II 2015 terjadi di bulan agustus dengan nilai -0,20
persen. Deflasi di bulan agustus disebabkan penurunan indeks harga
dari empat kelompok pengeluaran yakni: kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan deflasi -0,96 persen dengan andil -0,16
persen; kelompok sandang deflasi -0,45 persen dengan andil -0,03
persen; kelompok kesehatan deflasi -0,22 persen dengan andil - 0,01
persen; dan kelompok bahan makan deflasi -0,01 persen dengan andil
-0,06 persen. Deflasi di bulan agustus ini juga dipicu momen kenaikan
harga saat lebaran (bulan Juli) dan setelah lebaran (bulan agustus)
harga cenderung normal kembali. Di bulan agustus 2016, kenaikan
ikan cakalang, ikan bandeng dan beras dapat diimbangi oleh
penurunan harga tarif angkutan antar kota, bawang merah, tarif
angkutan udara, beberapa pakaian sehingga terjadi deflasi di bulan
agustus.
Inflasi terendah terjadi di bulan Oktober dengan inflasi 0,13
persen. Di bulan Oktober 2016, enam kelompok pengeluaran
mengalami inflasi dan hanya satu kelompok yang deflasi yaitu
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. di bulan oktober,
kenaikan harga ikan bandeng, beras, rokok, bawang merah mampu
diredam dengan penurunan harga cabe merah, ikan layang, tarif
angkutan udara, ikan cakalang sehingga inflasi bulan oktober tidak
terlalu tinggi dibanding lima bulan yang lain selama semester II 2016.
Adapun tingkat inflasi pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :
II - 46
Gambar 2.13 Tingkat Inflasi Regional Kab. Majene Tahun 2015
Gambar 2.14 Nilai Inflasi (%) Rata – rata tahun 2008 – 2015
Di Regional Sulawesi Barat
14
12 11,66
10
8
5,12 5,91
6
4,91
4
3,28 3,48
2 2,45
1,78
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber : BPS Sulawesi Barat, 2016
II - 47
pendapatan untuk mencapai kehidupan yang layak. Namun kondisi
ideal dalam pembangunan manusia bukan hanya sampai pada
pencapaian target tersebut, tetapi sampai pada pemanfaatan dari
capaian target telah dicapai. Dengan terbuka luasnya akses
pendidikan, peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan taraf
hidup masyarakat, diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan mental yang tercermin dalam
pola hidup, pola sikap dan tingkat kesejahteraan. Keberhasilan
pembangunan manusia tersebut dapat diukur dalam Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Dalam kurun waktu Tahun 2011 – 2015 menunjukkan bahwa
IPM Kabupaten Majene mengalami peningkatan. Data Tahun 2015,
IPM Kabupaten Majene telah mencapai 64,40 atau meningkat sebesar
1,84 poin dari Tahun 2011. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari
upaya Pemerintah Kabupaten Majene untuk menyelaraskan
pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia yang
diupayakan melalui berbagai program pembangunan yang bertujuan
untuk meningkatkan standar hidup serta kapabilitas penduduk yang
tercermin dalam bentuk kontribusi komponen utama IPM yang
meliputi: Indikator Kesehatan dengan Angka Harapan Hidup saat lahir
(AHH); Indikator pengetahuan penduduk diukur melalui indicator
Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah, serta
Indikator Ekonomi melalui indikator Pengeluaran per Kapita. Pada
Tahun 2014 terjadi perubahan perhitungan IPM, sehingga capaian IPM
Kabupaten Majene pada tahun 2011-2013 yang senantiasa
menempatkan Kabupaten Majene sebagai Peringkat IPM tertinggi di
wilayah Sulawesi barat, pada tahun 2014 dengan indikator pembentuk
IPM yang berbeda menempatkan Kabupaten Majene pada posisi ketiga
di Sulawesi Barat. Perkembangan pencapaian IPM Kabupaten Majene
serta ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu lima tahun pada
periode 2010-2015 dapat dapat dilihat pada tabel berikut :
II - 48
Tabel 2.22 Perkembangan IPM dan Indikator Pendukung IPM
Kabupaten Majene Tahun 2010 – 2015
Angka Rata-
Harapan Pengeluaran per
Indeks Harapan Rata
lama Kapita yang
Tahun Pembangunan Hidup Saat Lama
Sekolah Disesuaikan (Ribu
Manusia (IPM) Lahir Sekolah
(Tahun) Rupiah/Orang/Tahun)
(Tahun) (Tahun)
2011 62,56 59,93 12,37 7,49 9.078
2012 63,06 60,03 12,69 7,59 9.101
2013 63,32 60,15 12,74 7,70 9.123
2014 63,74 60,21 13,11 7,72 9.138
2015 64,40 60,51 13,52 7,74 9.277
Sumber : Majene Dalam Angka, 2016
II - 49
2. Harapan Lama Sekolah
14 13,52
13,11
13 12,69 12,74
12,55
12,37 12,39
12,1
12 11,68
11,44 12,22
11,78
11,46
11 11,21 11,28
10
2011 2012 2013 2014 2015
II - 50
3. Rata-Rata Lama Sekolah
6
2011 2012 2013 2014 2015
RLS Majene RLS Provinsi RLS Nasional
II - 51
Adapun perbandingan pengeluaran per Kapita Kab. Majene,
Sulawesi Barat dan Nasional dalam periode 2010 – 2015 adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.18 Pengeluaran per Kapita Kab. Majene, Sulawesi Barat
dan Nasional Tahun 2010 – 2015 (Juta Rupiah)
10,50000
10,150
9,858 9,903
10,0000 9,815
9,647
7,50000
2011 2012 2013 2014 2015
B. Kondisi Kemiskinan
II - 52
Gambar 2.19 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan
Tingkat Kemiskinan kabupaten Majene, Tahun 2006-
2013
II - 53
Gambar 2.20 Posisi relatif Tingkat Kemiskinan kabupaten Majene
terhadap kabupaten lain, provinsi dan nasional,
Tahun 2013
II - 54
Gambar 2.21 Posisi relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
kabupaten Majene terhadap kabupaten lain,
provinsi dan nasional, Tahun 2013
II - 55
3. Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Majene
II - 56
Gambar 2.23 Posisi relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
kabupaten Majene terhadap kabupaten lain,
provinsi dan nasional, Tahun 2013
II - 57
Sebuah fenomena penting yang perlu diperhatikan adalah
kejadian pada Tahun 2009. Capaian P2 provinsi Sulbar sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 2.20 terlihat mengalami peningkatan
dengan menurunnya nilai indeks P2, namun di Kabupaten Majene,
indeks P2 pada saat itu justru mengalam peningkatan (0,02).
Walaupun peningkatan tersebut terkesan tidak signifikan, namun
penurunan P2 provinsi terjadi secara signifikan. Ditelusuri lebih
lanjut, berdasarkan data yang diperoleh dari TNP2K, 2014 (sumber
yang sama digunakan untuk kabupaten Majene) ternyata pada saat
itu, penurunan P2 provinsi yang signifikan besar dipengaruhi oleh
penuruna P2 di Kabupaten Polman yang mencapai 0,34 dan
kabupaten mamasa sebesar 0,2. Sehingga perlu dilakukan
penelusuran lebih lanjut, program/kegiatan apa yang telah dilakukan
oleh kedua kabupaten tersebut sehingga dapat menekan tingkat
kesenjangan kemiskinan secara signifikan hingga mempengaruhi
peningkatan capaian provinsi.
II - 58
2.3 Aspek Pelayanan Umum
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar
A. Pendidikan
1. Angka Partisipasi Kasar
Secara umum, dari jenjang SD sampai SMA Angka Partisipasi
Kasar di Kab. Majene mengalami peningkatan walaupun tidak
terlalu besar. Untuk jenjang SD dari 108,32 di tahun 2011 menjadi
116,71 di tahun 2015. Pada jenjang SMP dari 91,95 ditahun 2011
menjadi 99,91 di tahun 2015 dan untuk jenjang SMA dari 88,50 di
tahun 2012 menjadi 90,54 di tahun 2015. Lebih jelas pada table
berikut :
II - 59
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
3 Angka Partisipasi Murni 70,49 65,6 65,73 70,4 61,77
(APM))
SMA/SMK/MA/Paket C
Sumber Data : Profil Pendidikan, 2015
II - 60
Tabel 2.27 Fasilitas Pendidikan SD – SMA Kab. Majene
Tahun 2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Sekolah pendidikan 67,39 62,29 62,21 59,55 62
SD/MI kondisi
bangunan baik
2 Sekolah pendidikan 73,10 59,88 71,91 71,91 65,41
SMP/MTs kondisi
bangunan baik
3 Sekolah pendidikan 76,58 85,49 74,80 81,68 78,8
SMA/SMK/MA kondisi
bangunan baik
Sumber Data : Profil Pendidikan, 2015
II - 61
Tabel 2.29 Angka Kelulusan Jenjang SD – SMA Kab. Majene
2011 - 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka Kelulusan (AL) 100 100 100 100 100
SD/MI
2 Angka Kelulusan (AL) 93.12 91.34 99.26 99.13 98.54
SMP/MTs
3 Angka Kelulusan (AL) 96.56 98.54 97.95 98.5 98.90
SMA/SMK/MA
Sumber Data : Profil Pendidikan, 2015
B. Kesehatan
II - 62
sakit berstatus kepemilikan pemerintah daerah yang ada hanya
satu. Perubahan rasio per satuan penduduk diakibatkan oleh
perubahan jumlah penduduk, meski jumlah Rumah Sakit tidak
berubah. Secara umum, rasio Posyandu di Kab. Majene mengalami
peningkatan dilihat dari data tahun 2011 sebesar 1,31 naik
menjadi 1,46 pada tahun 2012 lalu naik lagi pada tahun 2013
menjadi 1,50. Di tahun 2014 naik menjadi 1,67 dan pada tahun
2015 menjadi 1,70. Peningkatan ini terjadi karena bertambahnya
jumlah Posyandu setiap tahun.
II - 63
sebesar 0,27 naik menjadi 0,33 pada tahun 2012 lalu turun lagi
pada tahun 2013 menjadi 0,31. Di tahun 2014 naik menjadi 0,7
dan turun lagi menjadi 0,09 pada tahun 2015. Menurunnya
persentase balita gizi buruk secara signifikan menunjukkan adanya
peningkatan upaya perbaikan gizi balita.
II - 64
4. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penyakit Menular
II - 65
Tabel 2.35 Cakupan Pelayanan Kebidanan Kab. Majene Tahun
2011 – 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Cakupan Pertolongan Persalinan 85,56 97,34 94,63 81,60 75,64
Oleh Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan
2 Cakupan komplikasi kebidanan 60,06 81,58 95,19 89,00 80,21
yang ditangani
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Majene, 2015
7. Jumlah Dokter.
II - 66
C. Pekerjaan Umum & Penataan Ruang
1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi Baik
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah
bagaimana kondisi infrastruktur termasuk didalamnya adalah
jalan. Secara umum kondisi jalan di Kabupaten Majene terus
membaik, ini ditandai dengan proporsi panjang jaringan jalan
dalam kondisi baik 5 (lima) tahun terakhir mengalami tren
peningkatan dimana pada tahun 2011 sebesar 67,85 % , tahun
2012 sebesar 68,81 %, tahun 2013 70,28 % dan meningkat
menjadi 70,78 % pada tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.38 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
Baik Kabupaten Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Panjang jalan 419,46 427,46 439,07 442,22 458,62
dalam kondisi
baik (Km)
2 Panjang Jalan 618,20 621,20 624,78 624,78 624,78
Seluruhnya (Km)
3 Proporsi panjang 67,85% 68,81% 70,28% 70,78% 71,93%
jaringan jalan
dalam kondisi
baik
Sumber : Majene Dalam Angka, 2015
II - 67
Tabel 2.39 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Kabupaten
Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Rumah 21.420 22.170 22.946 21.770 26.191
Tinggal Berakses
Sanitasi (Unit)
2 Jumlah Rumah 31.824 32.397 32.397 31.750 39.955
Tinggal (Unit)
3 Persentase 67,31% 68,43% 70,83% 68,57% 65,55%
Rumah Tinggal
Bersanitasi
Sumber: Forum Data
LPPD 2014, 2015
II - 68
tahunnya sehingga pada tahun 2015 bertambah menjadi 107,54
km. Untuk mengetahui pertambahan setiap tahunnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
II - 69
Rumah tangga Pengguna air bersih mengalami tren peningkatan
dimana pada tahun 2013 bergerak pada kisaran 15,48 % dan
meningkat pada tahun 2015 menjadi 17,64 %. Untuk lebih jelsnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
II - 70
Tabel 2.45 Lingkungan Permukiman Kumuh Kabupaten
Majene Tahun 2011 - 2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Luas Kawasan Kumuh - - - 145 83,4
2 Luas Wilayah 947,84 947,84 947,84 947,84 947,84
3 Lingkungan - - - 15,30% 8,80%
Permukiman Kumuh
Sumber : Majene dalam angka 2011 s/d 2015
E. Sosial
1. Sarana Sosial
II - 71
Tabel 2.47 Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo
Dan Panti Rehabilitasi Kab. Majene Tahun 2011 -
2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Sarana sosial seperti panti - - 15 8 11
asuhan, panti jompo dan
panti rehabilitasi
Sumber Data : Dinsosnakertrans Kab. Majene, 2016
2. Bantuan Sosial
Urusan sosial masih terfokus pada kesiapan bantuan bencana
alam, penanggulangan permasalahan kemiskinan serta
peningkatan taraf hidup penyandang cacat, anak terlantar, eks TKI
dan lanjut usia. Pelaksanaan pembangunan diarahkan kepada : (1)
peningkatan kemandirian usaha masyarakat yang masuk kategori
kurang mampu, (2) peningkatan kualitas sumber daya manusia
dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, (3)
memperkuat kelembagaan usaha masyarakat. Beberapa indicator
capaian urusan sosial periode tahun 2011-2015 digambarkan
sebagai berikut :
II - 72
Minimum Propinsi, Perusahaan mengetahui cara pembuatan PP dan
PKB yang baik dan benar, Peningkatan Tenaga kerja terampil,
Lingkungan BLK yang tertata baik 2 paket, Masyarakat pelaku
ekonomi mandiri dan Penyediaan Data tenaga kerja 1 tahun.
Beberapa indikator capaian pembangunan pada urusan
ketenagakerjaan digambarkan sebagai berikut :
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka partisipasi - 49,97 45,76 - -
angkatan kerja
2 Tingkat partisipasi - 49,97 45,76 - -
angkatan kerja
3 Pencari kerja yang - - 7,79 2,29 19,90
ditempatkan
4 Tingkat 2,36 2,76 4,12 1,45 -
pengangguran
terbuka
5 Keselamatan dan - - - - -
perlindungan
Sumber : Dinas Sosnakertrans, 2016
II - 73
C. Pangan
1. Ketersediaan Pangan Utama
D. Urusan Pertanahan
II - 74
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
2. Luas lahan yang - -
2.084.197,80 2.084.197,80 2.084.197,80
seharusnya bersertifikat
3. Prosentase total luas - -
57,01 % 57,01 % 57,01%
lahan bersertifikat
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2013, 2014 dan 2015
II - 75
hingga pelosok daerah. Perlu ada penambahan armada baik roda
empat maupun roda tiga untuk mewujudkan Kabupaten Majene
yang bersih, sehat dan sejuk sehingga supremasi hukum di bidang
lingkungan hidup yaitu penghargaan ADIPURA bisa diraih.
II - 76
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kasus
lingkungan yang ada di Kabupaten Majene mulai tahun 2012
hingga tahun 2015 dapat diselesaikan dengan baik oleh
pemerintah setempat. Pada Tahun 2015 kasus lingkungan yang
ada yaitu kasus Penambangan pasir tanpa ijin di Sungai Tubo yang
dilakukan oleh CV. Industri Azelia Mekar dan Kasus Penambangan
Pasir illegal di Sungai Palipi Kecamatan Sendana. Kedua kasus
tersebut telah dihentikan oleh Pemerintah Kabupaten.
II - 77
6. Jumlah Penegakan hukum Lingkungan
Jumlah Penegakan Hukum Lingkungan dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini :
II - 78
berkurang menjadi 20 unit saja. Hal ini disebabkan ada 6 unit TPS
bangunannya rusak parah dan tidak digunakan lagi oleh
masyarakat. Sementara itu, jumlah daya tampung TPS mengalami
fluktuatif yaitu pada tahun 2012 dimana TPS yang tersedia
sebanyak 26 unit mampu menampung 746,95 m3 sampah, pada
tahun 2013 dan 2014 dengan jumlah TPS sebanyak 20 unit
menampung 312,5 m3 dan pada tahun 2015 dengan jumlah TPS
yang tetap 20 unit namun mampu menampung sampah hingga
592,75 m3. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah
penduduk harus dibarengi dengan jumlah penambahan sarana dan
prasarana persampahan yang ada.
II - 79
Kabupaten Majene telah melakukan hal tersebut terhitung 3 (tiga)
tahun terakhir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
II - 80
Tabel 2.63 Jumlah Posyandu Aktif Tahun 2011 s.d 2015.
Kabupaten Majene
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah Posyandu Aktif - - 264 264 130
2. Jumlah Posyandu - - 264 264 285
3. Prosentase Posyandu Aktif - - 100 100 45,60
Sumber : LPPD Kabupaten Majene Tahun 2013, 2014 & 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
Rata-rata jumlah anak
1 (<10 tahun) per 1,6 1,6 1,6 1,2 1,2
keluarga
Cakupan peserta KB
3 13.765 13.886 14.506 14.725 14.588
aktif
I. Perhubungan
1. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis
II - 81
Tabel 2.65 Indikator Perhubungan (Jumlah Pelabuhan
Laut/Udara/Terminal Bis) Kabupaten Majene
Tahun 2011 - 2015
No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
II - 82
K. Koperasi & Usaha Kecil Menengah
1. Persentase Koperasi Aktif
Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar. Secara umum jumlah usaha mikro dan kecil di
Kabupaten Majene mengalami tren peningktan, begitupn pada
jumlah seluruh UKM. Berbanding lurus dengan jumlah usaha
mikro dan kecil serta UKM, persentase jumlah usaha mikro kecil
terhadap jumlah UKM juga mengalami tren peningkatan meskipun
perubahannya terbilang kecil. Pada tahun 2013 persentasenya
berada pada kisaran 99,09 % kemudian tumbuh sebesar 0,02 %
sehingga pada tahun 2015 berada pada posisi 99,11 %. Berikut
penyajian tabelnya :
Tabel 2.67 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2011 s.d
2015 Kabupaten Majene
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah Usaha Mikro dan 1.199 1.249 1.349
Kecil
2. Jumlah Seluruh UKM 1.211 1.261 1.361
3. Prosentase Usaha Mikro dan 99,09 99,05 99,11
kecil %
Sumber : Dinas Koperindag, 2016
2. Jumlah Usaha Mikro Kecil
Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar. Secara umum jumlah usaha mikro dan kecil di
Kabupaten Majene mengalami tren peningktan, begitupn pada
jumlah seluruh UKM. Berbanding lurus dengan jumlah usaha
mikro dan kecil serta UKM, persentase jumlah usaha mikro kecil
terhadap jumlah UKM juga mengalami tren peningkatan meskipun
perubahannya terbilang kecil. Pada tahun 2013 persentasenya
berada pada kisaran 99,09 % kemudian tumbuh sebesar 0,02 %
sehingga pada tahun 2015 berada pada posisi 99,11 %. Berikut
penyajian tabelnya :
II - 83
Tabel 2.68 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2011 s.d
2015. Kabupaten Majene
L. Penanaman Modal
Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi
diperlukan peningkatan penanaman modal atau investasi untuk
mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari
luar negeri. Kegiatan penanaman modal atau tingkat investasi yang
tinggi, akan mampu meningkatkan produktivitas, kapasitas dan
kualitas produksi sehngga akselerasi pertumbuhan ekonomi juga
akan semakin tinggi. Sekaitan dengan hal tersebut maka
Kabupaten Majene membentuk Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPM-PTSP) pada tahun 2015,
dimana sebelumnya urusan penanaman modal ditangani oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
Sejarah pembentukan Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPM-PTSP) dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor 1 Tahun 2015 tanggal
30 Maret 2015 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai penyelenggara di
bidang penanaman modal dan PTSP sebagaimana yang tertuang
dalam Peraturan Bupati Majene Nomor 40 Tahun 2015 tanggal 28
Agustus tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Capaian pelaksanaan program ini adalah tersedianya
dokumen yang menginformasikan tentang perkembangan indikator
makro ekonomi Kab. Majene, sistem bantuan permodalan bagi
UMKM, tersedianya dokumen strategi pengembangan investasi Kab.
Majene dan tersedianya dokumen rancangan peraturan daerah
pengembangan ekonomi lokal.
II - 84
M. Kepemudaan & Olahraga
1. Jumlah Organisasi & Kegiatan Kepemudaan & Olahraga
Pelaksanaan urusan kepemudaan dan keolahragaan di Kab.
Majene didukung oleh beberapa program pemerintah daerah
dengan target organisasi pemuda dan organisasi olahraga.
Perkembangan jumlah organisasi pemudan & olahraga serta
jumlah kegiatannya dapat dilihat pada tabel berikut:
II - 85
3. Lapangan Olahraga
N. Urusan Statistik
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
1997 tentang Statistik, BPS menangani urusan statistik dasar dan
statistik khusus sedangkan statistik sektoral menjadi tanggung
jawab instansi pemerintah di daerah sesuai dengan tugas dan
fungsinya secara mandiri. Dalam pelaksanaan urusan statistik,
program yang dilaksanakan adalah Program Pengembangan
Data/Informasi/Statistik Daerah yang dilaksanakan oleh Bappeda
dan ke depannya pasca penataan kelembagaan sebagai bentuk
penerapan dari PP 18 Perangkat Daerah akan dilaksanakan oleh
Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian & Statistik. Adapun
produk statistik selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut:
II - 86
Tabel 2.72 Capaian Indikator Ketersediaan Kabupaten
Majene dalam Angka
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Buku ”kabupaten dalam - - ADA ADA ADA
angka”
2 Buku ”PDRB - - ADA ADA ADA
kabupaten”
Sumber Data : Bappeda Kab. Majene, 2016
O. Kebudayaan
1. Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya
Penyelenggaraan festival seni dan budaya secara rutin di Kab.
Majene serta pelestarian benda, situs dan kawasan cagar
budaya merupakan upaya pemerintah Kab. Majeneuntuk
mengajak masyarakatnya mengenal dan melestarikan kesenian
dan kebudayaan khususnya kebudayaan asli Majene. Adapun
perkembangan indikator kebudayaan dari tahun ke tahun dapat
dilihat pada tabel berikut:
P. Perpustakaan
1. Jumlah Perpustakaan
Secara umum, jumlah perpustakaan di Kab. Majene
mengalami peningkatan dari 75 unit di tahun 2011 sampai 2012
menjadi 100 unit di tahun 2013. Di tahun 2014 dan 2015 naik
menjadi 145. Perpustakaan ini terdiri dari perpustakaan sekolah
dan perpustakaan desa. Kenaikan jumlah perpustakaan tersebut
juga diiringi dengan kenaikan jumlah pengunjung dan koleksi
buku perpustakaan, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
II - 87
Tabel 2.74 Indikator Urusan Perpustakaan Kab. Majene
Tahun 2011 - 2015
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 75 75 100 145 145
Jumlah
perpustakaan
2 6.572 7.011 7.215 12.162 13.014
Jumlah
Org Org Org Org Org
pengunjung
perpustakaan
per tahun
3 Koleksi buku
350 175 826 24 judul 150
judul/1.050 judul/700 judul/1.652 (ensiklopedi) judul/9.085
yang tersedia di
eks eks eks /590 eks eks
perpustakaan
daerah
Q. Kearsipan
1. Pengelolaan Arsip
Secara umum, menurut data yang tersedia pengelolaan
arsip di Kab. Majene dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
mengalami peningkatan. Tahun 2013 sebesar 44,45 % dan 2014
naik menjadi 45,45 %. Tahun 2015 naik menjadi 81,1 %. Data
tahun 2011 dan 2012 tidak tersedia.
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
- - 44,45 % 45,45 81,1
Pengelolaan arsip
1
secara baku
- - 1 Kali 1 Kali 1 Kali
Peningkatan SDM
2 pengelola
kearsipan
Sumber Data : Badan Perpustakaan & Arsip Daerah, 2016
II - 88
turun menjadi 14,27 ton per hektar ), Ubi Jalar (7,99 ton per
hektar turun menjadi 7,11 ton per hektar) dan Kacang Hijau (1,01
ton per hektar turun menjadi 0,99 ton per hektar). Berbeda
dengan tanaman diatas, tanaman Padi Ladang dan Jagung
justru mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2011
produktivitasnya 3,00 ton per hektar meningkat menjadi 3,22
ton per hektar (Padi Ladang) dan 4,24 ton per hektar meningkat
menjadi 4,80ton per hektar (Jagung). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
II - 89
Kontribusi PDRB (%)
No Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
4 Peternakan 1,71 1,65 1,66 1,67 1,67
5 Jasa Pertanian dan 0,47 0,46 0,43 0,43 0,44
Peternakan
Sumber Data : BPS Kabupaten Majene, 2016
3. Peternakan
Secara umum indikator pada Komoditi Peternakan mengalami
tren peningkatan selama 5 tahun terakhir, dimana pada indikator
komoditi Sapi meningkat sebesar 4.050 ekor, indikator komoditi
Kerbau meningkat sebesar 65 Ekor, indikator komoditi Kuda
meningkat sebesar 42 Ekor, indikator komoditi Kambing
meningkat sebesar 32.595 ekor, indokator komoditi Ayam Buras
meningkat sebesar 64.063 ekor, dan indikator komoditi Ayam
Potong (Broiler) meningkat sebesar 7.446 ekor. Berbeda halnya
dengan seluruh indiktor diatas, pada indikator komoditi Itik justru
mengalami penurunan sebesar 2.186 ekor meskipun pada tahun
2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
B. Urusan Kehutanan
1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis serta Kerusakan
Kawasan Hutan
II - 90
kawasan hutan telah terbukti, dimana setiap tahun angkanya
mengalami penurunan yakni 28,02 tahun 2013, 24,08 tahun 2014
dan 23,9 tahun 2015. Untuk lebuh jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
II - 91
Tabel. 2.81 Persentase Pertambangan Tanpa Ijin
Capaian (%)
No Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Pertambangan - - 40 5,57 20,23
1
Tanpa Ijin
Pertambangan dan 2,21 2,24 2,33 2,48 2,74
2
Penggalian
Pertambangan dan 2,33 2,48 2,63 2,84
3 -
Penggalian (%)
Sumber Data : IKK Kabupaten Majene, 2015
D. Urusan Pariwisata
Kepariwisataan merupakan kegaiatan jasa yang
memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan yang khas, baik
pemandangan indah, peninggalan sejarah maupun lingkungan
yang khas. Biasanya keadaan seperti ini akan menarik minat
pengunjung untuk datang menikmatinya. Kabupaten Majene
selama 3 (tahun) terakhir dikunjungi wisatawan sebanyak 66.633
orang. Tahun 2013 kujungan wisatawan Kabupaten Majene
sebanyak 23.512 orang, kemudian mengalami penurunan pada
tahun 2014 menjadi 8.590 orang dan meningkat cukup signifikan
pada tahun 2015 menjadi 34.531 orang. Kunjungan wisata yang
mengalami peningkatan 3 (tiga) tahun terakhir berbanding lurus
dengan kontribusinya terhadap PDRB. Hal ini ditandai dengan
adanya peningkatan sebesar 0,12 % dari tahun 2013 sampai 2015,
dimana pada tahun 2013 kontribusi Sektor Pariwisata sebesar 0,07
% dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 0,29 %. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Jumlah (orang)
No. Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Kunjungan Wisata - - 23.512 8.590 34.531
Kontribusi sektor - - 0,07% 0,07% 0,29%
pariwisata terhadap
PDRB
Sumber Data : IKK Kabupaten Majene, 2015
II - 92
cerminan bahwa wilayah Kabupaten Majene memiliki potensi besar
pada sektor perikanannya, apatah lagi wilayah laut Kabupaten
Majene merupakan laut dalam yang menjadi surga bagi para
predator (ikan). Hal ini di tandai dengan produksi perikanan
Kabupaten Majene yang sebagian besar mengalami peningkatan
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Untuk komoditi Ikan Tuna
yang menjadi andalan Kabupaten Majene meningkat sebesar 553,7
ton, dimana pada tahun 2011 sebesar 613,1 ton meningkat
menjadi 1.166,80 ton. Sama halnya pada komoditi Cakalang (dari
504,2 ton meningkat menjadi 540 ton), Tongkol (dari 1.045,2 ton
meningkat menjadi 1.520 ton) dan Layang (dari 482 ton meningkat
menjadi 606 ton). Berbeda dengan diatas, komoditi Ikan Terbang
dan Kakap Merah justru mengalami penurunan. Dimana, untuk
komoditi Ikan Terbang menurun dari 829 ton menjadi 515,3 ton
dan komoditi Kakap Merah dari 158 ton menurun menjadi 151 ton.
Pada Perikanan budidaya yang tersebar di seluruh Wilayah
Kabupaten Majene, sebagian besar mengalami peningkatan dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan pada 5 komoditi dari 6 komoditi yang menjadi
ukuran. Pada komoditi Udang Windu, meningkat dari 20 ton
menjadi 21,73 ton, Ikan Bandeng dari 158,9 ton meningkat
menjadi 246,56 ton. Ikan Mas juga mengalami peningkatan yaitu
dari 2 ton meningkat menjadi 7,22 ton, Ikan Nila dari 0,7 ton
meningkat menjadi 44,35 ton, Ikan Lele dari 0,5 ton meningkat
menjadi 10 ton. Komoditi yang mengalami penurunan adalah
Udang Vaname, dimana menurun dari 13,86 ton menjadi 9,515
ton. Untuk mengatahui lebih jelas jumlah produksi perikanan
tangkap dengan perikanan budi daya, dapat dilihat pada tabel
berikut :
II - 93
Jenis Jumlah Produksi (Ton)
No Komoditas/Potensi 2011 2012 2013 2014 2015
3 Tongkol 1,045 1,419.3 1,409.8 535 1,520
4 Layang 482 536 541.5 565.5 606
5 Ikan Terbang 829 510,5 543.9 541 515,3
6 Kakap Merah 158 71 68,9 114,1 151,3
7 Campuran 1,123 3,06 709 607,5 768,5
Perikanan Budidaya
1 Udang Windu 20 23,84 38.94 36,68 21,73
2 Ikan Bandeng 158,9 202,1 262.68 87,257 246,36
3 Ikan Mas 2 2 2,3 4,2 7,22
4 Ikan Nila 0,7 31 32,67 42,67 44,35
5 Ikan Lele 0,5 0,75 1 21,2 10
6 Udang Vaname 13.86 13.86 72.34 9,513 9,513
Sumber Data : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Majene, 2016
F. Urusan Perdagangan
II - 94
Sektor perdagangan merupakan sektor strategis yang menjadi
salah satu penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Majene. Sektor
Perdagangan sangat erat kaitannya dengan sektor Pertanian dan
sektor Industri yang beperan penting terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dalam kurun Waktu 5 (lima) tahun terakhir kontribusi
sektor Perdagangan terhadap PDRB mengalami peningkatan,
dimana pada tahun 2010 bergerak pada 9,88 % dan meningkat
menjadi 11,09 % pada tahun 2014. Capaian kotribusi perdagangan
terhadap PDRB dapat dilihat pada tabel berikut :
G. Urusan Perindustrian
1. Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB
Berbeda halnya dengan sektor Perdagangan, sektor Industri
justru mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 kontribusi
sektor Industri berada pada kisaran 5,68 % dan menurun menjadi
4,94 % pada tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
II - 95
Tabel. 2.87 Kontribusi Sektor Perindustrian Terhadap PDRB
Capaian (%)
No Jenis Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertumbuhan 24,28 14,98 6,34
Industri
Sumber Data : IKK Kabupaten Majene, 2015
7,50000
2011 2012 2013 2014 2015
II - 96
B. Produktivitas Total Daerah
II - 97
2015
Lapangan Usaha / Kategori
Rp %
a. Penyediaan Akomodasi 1.600,64 0,05
b. Penyediaan Makan Minum 6.499,30 0,23
Informasi dan Komunikasi 140.481,55 4,75
Jasa Keuangan dan Asuransi 3,37
a. Jasa Perantara Keuangan 71.129,49 2,72
b. Asuransi dan Dana Pensiun 477,25 0,01
c. Jasa Keuangan Lainnya 19.989,58 0,63
d. Jasa Penunjang Keuangan 35,47 0,00
Real Estate 97.094,56 3,55
Jasa Perusahaan 1.532,15 0,05
Administrasi Pemerintahan, 344.657,99 11,86
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 268.101,85 8,57
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 41.051,66 1,39
Jasa lainnya 95.591,85 3,08
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2.823.017,41 100
Sumber : BPS Kabupaten Majene, 2016
II - 98
C. Penataan Wilayah
Penataan wilayah kabupaten Majene diatur dalam Rancangan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten Majene Tahun
2011-2031. Sesuai RTRW Kab. Majene, pusat-pusat kegiatan yang
ada di Kabupaten Majene terdiri atas:
- PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) terdapat di Kecamatan Banggae
dan Kecamatan Banggae Timur;
- PKLp (Pusat Kegiatan local Promosi) meliputi : Malunda di
Kecamatan Malunda; Pamboang di Kecamatan Pamboang; dan
Somba di Kecamatan Sendana.
- PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) meliputi : Tammero’do di
Kecamatan Tammerodo Sendana; Tubo di Kecamatan Tubo
Sendana; dan Ulumanda di Kecamatan Ulumanda.
- PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) meliputi : Kelurahan Baruga
di Kecamatan Banggae Timur; Kelurahan Sirindu di Kecamatan
Pamboang; Kelurahan Tallubanua di Kecamatan Sendana; Desa
Ulidang di Kecamatan Tammero’do Sendana; dan Desa Maliaya
di Kecamatan Malunda.
D. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per
hektar
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per
hektar adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap
luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
Tabel 2.91 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal
lainnya per hektar
II - 99
E. Fasilitas Bank dan Non Bank
A. Angka Kriminalitas
II - 100
angka kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan
masyarakat berpengaruh terhadap yang mendukung terhadap iklim
investasi yang kondusif. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban Pemerintah
Kabupaten Majene menunjukkan perhatian yang cukup besar.
Karena meskipun masyarakat Kabupaten Majene adalah
masyarakat mono etnis dengan mayoritas penduduk beretnis
mandar dan mayoritas penduduknya juga beragama Islam namun
bukan tidak mungkin dapat terjadi konflik yang mengarah kepada
disintegrasi.
B. Kemudahan Perizinan
II - 101
Tabel 2.93 Jenis, Lama, Jumlah Persyaratan dan Biaya
Perizinan
Lama Jumlah Biaya Resmi
No Uraian
Pengurusan Persyaratan
1 SIUP 3 hari 4 dok Bebas biaya
2 SITU 1 minggu 4 dok Bebas biaya
3 TDP 3 hari 5 dok Bebas biaya
4 IMB 3 hari 4 dok Rp.10.000/m2
5 HO 1 minggu 4 dok Rp.100.000,-
6 Jasa Konstruksi 3 hari 4 dok Bebas biaya
7 SIUI 3 hari 4 dok Bebas biaya
Sumber : SKPD Terkait, 2016
II - 102
b. Rasio Ketergantungan
Tingkat atau rasio ketergantungan penduduk di Kabupaten
Majene mengalami penurunan pada tahun 2015 dibanding tahun
2014. Pada tahun 2014 rasio ketergantungan sebesar 0,61. Rasio ini
menunjukkan bahwa pada setiap 100 penduduk usia produktif, harus
menanggung 61 jiwa penduduk tidak/belum produktif. Rasio
ketergantungan di tahun 2015 sedikit berkurang menjadi 0,60.
Penurunan rasio ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk usia produktif yang sedikit lebih cepat dibanding laju
pertumbuhan penduduk tidak/belum produktif. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.93 Rasio Ketergantungan Tahun 2014 – 2015 Kab.
Majene
II - 103