Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang cukup besar di Indonesia, hal ini ditandai dengan bergesernya pola
penyakit secara epidemiologi dari penyakit menular yang cenderung menurun dan
penyakit tidak menular yang secara global meningkat. Penyakit tidak menular
(PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang,
mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Menurut
WHO PTM yang utama adalah penyakit kardiovaskular, stroke, kanker, penyakit
pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes
(Riskesdas, 2013).
Stroke sebagai salah satu penyakit tidak menular (PTM) merupakan suatu
perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke
bagian otak, terdapat 2 jenis stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat gumpalan pada aliran
darah (trombosis atau embolik), sedangkan stroke hemoragik disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah pada jaringan otak, ventrikel atau di ruang subaraknoid
(Black & Hawks, 2014).
Prevalensi stroke di seluruh dunia pada tahun 2013 adalah 25,7 juta dengan
10,3 juta orang mengalami serangan stroke pertama dan 795.000 orang mengalami
serangan stroke berulang. Pada tahun 2013 ada 6,5 juta orang meninggal karena
stroke, hal ini membuat stroke menjadi penyebab kematian kedua setelah penyakit
jantung iskemik. Sekitar 795.000 orang yang mengalami stroke berulang terjadi di
Amerika Serikat setiap tahunnya dan terus berlanjut setiap 40 detik seseorang di
Amerika Serikat terkena stroke serta setiap 4 menit seseorang meninggal karena
stroke (American Heart Association, 2017), sedangkan pada tahun 2011 insiden
stroke di dunia adalah 9,0 juta dan prevalensinya 30,7 juta, prevalensi tertinggi
terjadi di benua Eropa dengan jumlah prevalensi 9,6 juta dan benua Asia Tenggara
berada pada urutan ke-4 dengan jumlah prevalensi 4,5 juta (World Health
Organization, 2011).

1
2

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian di dunia. Stroke


merupakan penyabab kematian terbanyak kedua setelah penyakit jantung iskemik
dan membunuh 6,24 % orang pada tahun 2015 (World Health Organization, 2015).
Sedangkan di Amerika Serikat stroke merupakan penyebab kematian No. 5 dimana
menewaskan hampir 130.000 orang per tahun (128.978) dan 1 dari setiap 20
kematian di Amerika Serikat disebabkan karena stroke (American Heart
Association, 2016).
Kejadian stroke di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang
yang ditimbulkan. Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825
orang (7,0‰), sedangkan berdasarkan gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941
orang (12,1‰). Berdasarkan jumlah tersebut diketahui bahwa Jawa Barat memiliki
jumlah penderita stroke terbanyak dan Papua barat dengan jumlah penderita stroke
paling sedikit, dikarenakan selain perbandingan jumlah penduduk serta adanya
perbedaan etnik dan kebudayaan yang mempengaruhi kejadian stroke tersebut
(Riskesdas, 2013).
Kejadian Stroke di Provinsi DKI Jakarta juga tinggi dengan persentase 14,6
% dari keseluruhan provinsi di Indonesia. Pada tahun 2013 berdasarkan diagnosis
nakes terdapat 56.309 orang (9,4 %) sedangakan berdasarkan gejala terdapat
92.833 orang (16,6 %) yang menderita stroke di Provinsi DKI Jakarta (Riskesdas,
2013).
Menurut data jumlah Warga Binaan Sosial (WBS) di Dinas Sosial yang
ada di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1
Jumlah Warga Binaan Sosial (WBS) di Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2017
No Dinas Sosial 2017
1 Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 210
2 Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 2 429
3 Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 3 210
4 Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 217
Total 1.054
Sumber : Portal Data Terpadu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2017
3

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, jumlah Warga Binaan Sosial (WBS) di


Dinas Sosial yang ada di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 berjumlah 1.054 orang.
Dimana jumlah WBS di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1
berjumlah 198 orang, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 2 berjumlah
429 orang, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 3 berjumlah 210 orang
dan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 berjumlah 217 orang.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung adalah
salah satu sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia (lansia),
khususnya bagi lanjut usia yang tidak mampu atau kurang beruntung dengan
sumber APBD Provinsi DKI Jakarta. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung memiliki 6
wisma, yaitu Wisma Flamboyan, Wisma Edelweis, Wisma Cattelya, Wisma
Cempaka, Wisma Dahlia dan Wisma Bougenvil (PSTW Budi Mulia 1 Cipayung,
2017).
Menurut data jumlah Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW Budi Mulia
1 Cipayung dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2
Jumlah Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung
Tahun 2017
Jumlah
No Nama Wisma
Laki-Laki Perempuan
1 Flamboyan 43 0
2 Edelweis 40 0
3 Cattelya 0 35
4 Cempaka 0 40
5 Dahlia 0 39
6 Bougenvil 7 6
Total 90 120
Sumber : PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, 2017

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, jumlah Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung tahun 2017 yaitu sebanyak 210 orang dengan jumlah WBS
Laki-laki sebanyak 90 orang dan WBS Perempuan sebanyak 120 orang. Dimana
jumlah WBS di Wisma Flamboyan sebanyak 43 orang.
Menurut Bonstein (2009), resiko terjadinya stroke meliputi: penyakit
jantung, hipertensi, kebiasaan merokok, diabetes militus, atrial fibrilasi, obesitas,
kurang olahraga, hormon postmenaopause, penyalahgunaan obat, konmsumsi
alkohol >5 kali/hari, penggunaan kontrasepsi oral, riwayat stroke dalam keluarga
4

Berdasarkan hasil penelitian Duricik (2015) di ruang neurologi RS St.Luka


Serbia, faktor risiko yang paling umum untuk kejadian stroke adalah hipertensi
(70%), merokok (35%), penyakit jantung (28%), Diabetes mellitus (28%),
hyperlipoproteinemia (26%), fibrilasi atrium (18,5%) dan konsumsi alkohol (17%),
sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyadina & Rahajeng (2013)
di kelurahan Kebon Kalapa, kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Dari penelitian
ini didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara penyakit jantung koroner
dengan kejadian stroke dengan nilai p-value=0,001 dan nilai odds ratio (OR= 2,74;
IK 95% = 1,51 – 4,99) dengan kata lain responden yang sudah didiagnosis penyakit
jantung koroner mempunyai risiko 2,74 kali lebih besar untuk mengalami penyakit
stroke dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai penyakit jantung
koroner
Hasil penelitian Firdaus di RSUD Undata Palu tahun 2011 dengan jumlah
responden 153 (Kasus 51 dan control 102) didapatkan responden penyakit jantung
lebih banyak yang menderita stroke dibanding yang tidak menderita stroke dengan
perbandingan 51,0 : 29,4 %, sedangkan responden yang tidak menderita penyakit
jantung lebih sedikit yang mengalami stroke dengan perbandingan 49,0 : 70,2%.
Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh
nilai OR = 2,496 (1,246-5,000), pasien yang menderita penyakit jantung
mempunyai resiko 2,496 kali lebih besar untuk mengalami stroke dibandingkan
pasien yang tidak mengalami penyakit jantung.
Menurut Sudoyo (2009), selain penyakit jantung, obesitas juga merupakan
faktor pencetus terjadinya serangan stroke sekaligus merupakan faktor awal yang
dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Seseorang yang mempunyai berat badan
lebih (obesitas) mempunyai faktor resiko yang cukup besar untuk mengalami
kejadian stroke, diawali dengan terjadinya diabetes yang disebabkan karena adanya
jaringan adiposa yang melepas kelebihan asam lemak dan sitokin yang
menginduksi resistensi insulin sehingga terjadi peningkatan glukosa
(hiperglikemia). Selain itu obesitas juga dapat menyebabkan abnormalitas kerja
jantung dan terjadi peningkatan curah jantung serta tekanan pengisian ventrikel kiri
sehingga menyebabkan hipertropi otot jantung karena jantung bekerja lebih keras,
5

berbagai kondisi tersebut akan memungkinkan terjadinya serangan stroke jika tidak
dikendalikan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Opa S dengan
Penyakit Post-Stroke di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
1 Cipayung Jakarta Timur Tahun 2017”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam laporan ini
adalah apakah telah dilakukan asuhan keperawatan pada Opa S dengan penyakit
post-stroke di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Cipayung Jakarta Timur Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Dilakukannya asuhan keperawatan pada Opa S dengan penyakit
post-stroke di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Jakarta Timur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu menjelaskan pengertian dari stroke, etiologi, manifestasi
klinis, cara pencegahan, penatalaksanaan dan rehabilitasi setelah
stroke.
1.3.2.2 Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan
penyakit stroke.
1.3.2.3 Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada lansia dengan
penyakit stroke.
1.3.2.4 Mampu melakukan implementasi keperawatan pada lansia dengan
penyakit stroke.
1.3.2.5 Mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan penyakit stroke.

1.4 Manfaat Penulisan


6

1.4.1 Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung


Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan dan tambahan
informasi pentingnya asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit stroke
sehingga dapat melakukan upaya peningkatan asuhan keperawatan pada
lansia dalam mempertahankan atau memperbaiki status kesehatan lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.
1.4.2 Bagi Ilmu Keperawatan
Bagi dunia pendidikan keperawatan bermanfaat sebagai masukan
bagi pembangunan keperawatan khususnya keperawatan gerontik. Laporan
ini dapat dijadikan bahan informasi dan juga sebagai bahan untuk menambah
referensi tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit stroke.
1.4.3 Bagi Lanjut Usia (Lansia)
Sebagai bahan informasi dalam mempertahankan atau memperbaiki
kegiatan-kegiatan ADL (Activity of Daily Living), khususnya pada lansia
dengan penyakit stroke, seperti mandi, makan, berpakaian, eliminasi (BAB),
kontinen (BAK) dan lain sebagainya.
1.4.4 Bagi Keluarga
Sebagai bahan informasi tentang lansia dengan penyakit stroke
sehingga pihak keluarga mengetahui cara merawat guna memenuhi
kebutuhan ADL (Activity of Daily Living) pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai