Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 KONSEP PENYAKIT

1.1.1 Definisi
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin ( protein pembawa oksigen ) dalam sel darah merah berada dibawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya keseluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh. (Desmawati, 2014)

1.1.2 Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosis, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan
akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik,
keracunan obat, dan sebagainya. (Desmawati, 2014)
1. Penyebab Umum Dari Anemia
1) Karena Cacat Sel Darah Merah (SDM)
Sel darah merah mempunyai komponen penyusunan yang banyak
sekali. Tiap – tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan
menimbulkan masalah bagi SDM sendiri, sehingga selini tidak berfungsi
sebagaimana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera
dihancurkan. Pada umumnya cacat yang di alami SDM menyangkut
senyawa - senyawa protein yang menyusunnya.Oleh karena kelanan ini
menyangkut protein, sedangkan sintesis protein di kendalikan oleh gen di
DNA.
2) Karena Kekurangan Zat Gizi
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh
factor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena
kelainan dalam SDM disebabkan oleh factor konstitutif yang menyusunsel
anemia tersbut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan
adalah hanya memper panjang usia SDM sehingga mendekati umur yang
seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi
penyulit yang terjadi.
3) Karena Perdarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan
kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia
karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara ini jarang
terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakan dan bahaya yang di
akibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan
untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah
darah ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.
4) Karena Autoimun
Dalam keadaan tertentu, system imun tubuh dapat mengenali dan
menghancurkan bagian – bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan.
Keadaan ini sebenarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar.Bila
hal tersebut terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena
dengan cepat dihancurkan oleh system imun. (Desmawati, 2014)

1.1.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada anemia timbul akibat respon tubuh terhadap hipoksia
(kekurangan oksigen dalam darah). Manifestasi klinis tergantung dari kecepatan
kehilangan darah, akut atau kronik anemia, umur dan ada atau tidaknya penyakit
misalnya penyakit jantung. Kadar Hb biasanya dengan manifestasi klinis. bila Hb 10-
12 g /dl biasanya tidak ada gejala.manifestasi klinis biasanya terjadi apabila Hb
antara 6 – 10 g / dl diantaranya dyspnea ( kesulitan bernapas, napas pendek),
palpitasi, keringat banyak, keletihan. Apabila Hb kurang dari 6 g/ dl manifestasi
klinis seperti pada tabel 3-4. (Tarwanto, 2016)
Tabel : 3-4 manifestasi klinik anemia berat (Hb <6 g/dl)
AREA MANIFESTASI KLINIK
Keadaan umum Pucat, keletihan berat, kelemehan, nyeri
kepala, demam, dyspnea,vertigo, sensitive
terhadap dingin,berat badan menurun.
Kulit Pucat, jaundice (pada anemia hemolitik), kulit
kering, kuku rapuh, klubbing.
Mata Penglihatan, jaundice sklera dan perdarahan
retina.
Telinga Vertigo, tinnitus.
Mulut Mukosa licin dan mengkilap, stomatitis.
Paru-paru Dyspnea, orthopnea.
Kardiovaskuler Takhikardia, palpitasi, murmur,angina,
hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.
Gastrointestinal Anoreksia, disfagia, nyariabdomen,
hepatomegali, splenomegali.
Genitourinaria Amenore dan menoragia,menurunnya
fertilisasi, hematuria (pada anemia hemolitik)
Muskulokeletal Nyeri pinggang, nyeri sendi, tenderness
sternal
Sistem persarafan Nyeri kepala, bingung, neuropati perifer,
parestesia, mental despresi, cemas, kesulitan
koping.
(Tarwanto, 2016)
1.1.4 Patofisiologi
Eritropoiesisi kehilangan
darah destruksi

Sel darah merah, hemoglobin


(kondisi anemik) (Wijayaningsih, 2015)

Kemampuan membawa oksigen


(hipoksemia)

HIPOKSIA
Kelemahan Pucat pada JARINGAN Respirasi Sistem saraf
kelelahan kulit mukosa (RR, nafas pusat
mulut dalam, (pusing,pings
dispnea) ang, letargi)
MEKANISME
KOMPENSASI

Kebutuhan Kardiovaskuler heart Ginjal respon


oksigen untuk rate, dilatasi kapiler renaldosteron retensi
kerja jantung stroke volum garam dan air cairan
ekstra seluler

eritropolitin
eritropolitin Sirkulasi
Cairan ekstra seluler
hiperdinamik

Stimulasi
sumsung Murmur Gagal
Murmur Gagal
tulang jantung jantung
jantung jantung

1.1.5 Klasifikasi
Berdasarkan jangka waktu terjadinya, diare dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi tiga
ketegori yaitu: (Tarwanto, 2016)
1. Anemia karna hilangnya sel darah merah, terjadi akibat perdarahan karna
berbagai sebab seperti perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus,
perhadarah hidung, perdarahan akibat operasi
2. Anemia karna menurunya produksi sel darah merah, dapat disebabkan karna
kekurangan unsur penyususn sel darah merah (asam folat, vitamin B12, dan zat
besi), gangguan fungsi sumsung tulang (adanya tumor, pengobatan, toksin), tidak
adekuatnya stimulasi karna berkurangnya eritropoiting (pada penyakit ginjal
kronik)
3. Anemia karna meningkatnya dekstruksi/kerusakan sel darah merah, dapat terjadi
karna oferaktifnya Reticuloendothelial System (RES) (Tarwanto, 2016)
Meningkatnya dekstruksi sel darah merah dan tidak adekuatnya produksi sel
darah merah biasanya karna faktor-faktor:
1) Kemampuan respon sumsung tulang terhadap penurunan sel darah merah
karna meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah
2) Meningkatnya sel-sel darah merah yang masih muda dalam sumsung
tulang di bandingkan yang matur/matang
3) Ada atau tidaknya hasil destruksi sel darah merah dalam sirkulasi (seperti
meningktnya kadar bilirubin) (Tarwanto, 2016)
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap dan retikulosit untuk
memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, sel darah merah, sel darah putih, dan
platelet.
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah sumsum tulang dapat
menghasilkan sel darah yang cukup. Pemeriksaan sumsum tulang meliputi
aspirasi dan biopsi. Aspirasi dilakukan dengan pengambilan sampel cairan
sumsum tulang dengan menggunakan jarum khusus dan kemudian dilakukan
pemeriksaan dibawah mikroskop. Sedangkan biopsi, berarti mengambil sedikit
jaringan sumsum tulang dengan jarum khusus yang diperiksa di bawah
mikroskop. Pada anemia aplastik, sumsum tulang memiliki jumlah sel darah
yang lebih rendah dari normal. (Tarwanto, 2016)

1.1.7 Penatalaksanakan Medis – Non Medis

1. Medis

1) Pemberian diet tinggi zat besi


2) Atasi penyebab seperti cacingan, perdarahan
3) Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferusus (dosis: 3x200 mg), ferro
glukonat 3x200 mg/hari atau di berikan secara parenteral jika elergi dengan
obat peroral 250 mg Fe (dosis : 3 mg/kg BB)
4) Iron dextran mengandung Fe 50 mg/ml dengan IM, kemudian 100-250 mg
tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan
5) Pemberian vit.C (dosis : 3x100 mg/hr)
6) Transfusi darah jika diperlukan
7) Diet nutrisi dengan tinggi vitamin B12 dan asam folat
8) Pemberian hydoxycobalamin IM 200 mg/hari atau 100 mg diberikan setiap
minggu selama tujuh minggu
9) Berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan
2. Non Medis
1) Menjaga kebersihan, misalnya dengan rajin mencuci tangan
2) Mengonsumsi makanan yang sehat
3) Istirahat yang cukup
4) Menghindari stress. (Tarwanto, 2016)

1.2 RENCANA KEPERAWATAN


1.2.1 Diagnosa Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul
1. Keletihan yang berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan hilangnya
kemampuan darah membawa oksigen.
2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan
ketidak adekuatan asupan nutrisi esensial.
3. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan ketidak adekuatan
hemoglobin dan hematokrit.
4. Ketidakpatuhan terhadap terapi yang telah di programkan. (DiGiulia, 2014)

1.2.2 Intervensi Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL (NIC)
(NOC)

1. Keletihan yang Tujuan : pasien dapat 1) Bantu pasien untuk


berhubungan dengan mencakup mengurangi memprioritaskan
penurunan hemoglobin keletihan aktivitas dan
dan hilangnya kemampuan Kriteria : menyeimbangkan antara
darah membawa oksigen. 1) Melaporkan lebih sedikit aktivitas dan istirahat.
(Nurarif, 2015) mengalami keletihan 2) Dorong anemia kronis
(Nurarif, 2015) tetap melakukan
aktivitas fisik dan
olahraga untuk
mencegah penurunan
kondisi. (Nurarif, 2015)

2. Perubahan nutrisi, kurang Tujuan : Mencapai atau 1) Anjurkan diet yang


dar kebutuhan tubuh, yang mempertahankan nutrisi yang sehat
berhubungan dengan adekuat 2) Instruksikan pasien
ketidak adekuatan asupan kriteria : untuk menghindari
nutrisi esensial. (Nurarif, 1) Memperoleh serta atau membtasi asupan
2015) mempertahankan nutrisi alcohol.
yang adekuat. 3) Rencanakan sesi
(Nurarif, 2015) pendidikan diet untuk
pasien dan kelurga
pertimbangkan aspek
cultural dari nutrisi
4) Diskusikan suplemen
nutrisi (mis., vitamin,
zat besi, folat) sesuai
program (Nurarif,
2015)
3. Perubahan perfusi jaringan Tujuan : Mempertahnkan 1) Pantau tanda-tanda vital
yang berhubungan dengan perfusi jaringan yang dan hasil oksimeter
ketidak adekuatan adekuat. denyut nadi secara
hemoglobin dan Kriteria : ketat, dan sesuikan atau
hematokrit. 1) Mempertahankan perfusi tunda medikasi
(Nurarif, 2015) yang adekuat. (antihipertensi) sesuai
(Nurarif, 2015) indikasi.
2) Berikan tambahan
oksigen, transfuse, dan
cairan IV sesuai
program.
(Nurarif, 2015)

4. Ketidakpatuhan terhadap Tujuan : Mematuhi terapi 1) Diskusikan dengan


terapi yang telah yang telah diprogramkan, dan pasien mengenai tujuan
diprogramkan. (Nurarif, tidak mengalami komplikasi. pengobatan pasien, cara
2015) Kriteria: meminum obat dan
1) Komplikasi minimal dalam periode waktu
atau tidak dialami berapa lama, seta
(Nurarif, 2015) bagaimana mengatasi
setiap efek samping
yang muncul patikan
pasien tahu bahwa
menghentikan beberapa
obat secara mendadak
dapat menyebabkan
dampak yang serius.
2) Bantu pasien untuk
memasukan rencana
terapeutik kedalam
aktivitas seharai-hari,
dan bukan semata-mata
memberikan daftar
instruksi kepada pasien.
3) Bantu pasien untuk
mendapatkan
penggatian asuransi
yang diperlukan untuk
obat-obatan yang mahal
(mis, factor
pertumbuhan) atau
untuk mengenali
alternatif lain guna
mendapatkan obat-
obatan
(Nurarif, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Desmawati. (2014). Sistem Hematologi dan Imunologi. Jakarta: Penerbit In Medika.


DiGiulio. M (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Nurarif, H. A. (2015). Aolikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC-NOC. Jogjakarta: Medication.
Tarwanto. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta Timur:
Trans Info Media.
Wijayaningsih, S. K. (2015) Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. pertama. Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai