Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan diikuti dengan perkembangan
teknologi. Didunia kesehatan, peralatan teknologi yang digunakan semakin
canggih. Radiologi memegang peranan penting dalam upaya penegakan
diagnosa suatu penyakit dan mempelajari tentang radiasi terutama di bidang
radiodiagnostik dan radioterapi yang bertujuan untuk penyembuhan dari sakit
yang dideritanya ataupun sekedar meningkatkan kualitas hidup penderita.
Salah satunya adalah pengobatan dalam melawan penyakit keganasan, yang di
anggap mematikan yaitu kanker.
Beberapa metode dapat diterapkan dalam penanganan penyakit tumor
ganas atau kanker ini, yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Metode-
metode tersebut dapat dilakukan secara mandiri ataupun bisa dikombinasikan.
Mengenai hal tersebut akan di tentukan oleh dokter berdasarkan jenis kanker
dan tingkat keganasan (stadium) yang diderita.
Radioterapi merupakan tindakan medis yang dilakukan pada pasien
dengan menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel kanker
semaksimal mungkin dengan kerusakan pada sel normal seminimal mungkin.
Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui konsep
radiologi dan perkembangan radiodiagnostik dan radioterapi.

b. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan laporan ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan
juga untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi kesehatan mengenai
konsep radiologi dan perkembangan radiodiagnostik dan radioterapi.

1
C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah yang dilakukan oleh
penulis, antara lain:
1. Bagi penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi
kesehatan mengenai konsep radiologi dan perkembangan
radiodiagnostik dan radioterapi.
2. Bagi pembaca memberikan gambaran yang jelas tentang teknologi
kesehatan mengenai konsep radiologi dan perkembangan
radiodiagnostik dan radioterapi.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KONSEP RADIOLOGI
Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan
dengan studi dan penerapan teknologi pencitraan seperti x-ray dan radiasi
untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit.Ahli radiologi langsung sebuah
array dari teknologi pencitraan (seperti USG, computed tomography (CT),
kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan pencitraan resonansi

2
magnetik (MRI)) untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit. Radiologi
intervensi adalah kinerja (biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan
bimbingan teknologi pencitraan. Akuisisi pencitraan medis biasanya dilakukan
oleh ahli radiografi atau teknolog radiologis.

1. Kapan pemeriksaan radiologi diperlukan?

Radiologi cukup aman dilakukan pada anak, bahkan pada bayi jika
memang diperlukan. Teknologi radiologi sudah digunakan lebih dari satu
abad yang lalu. Tepatnya sejak 8 November 1890 ketika fisikawan
terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen, menemukan sinar
yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini
mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh. Berkat jasanya bagi dunia
kedokteran, banyak nyawa bisa diselamatkan, hingga ia mendapat
penghargaan Nobel di tahun 1901. Pada prinsipnya sinar yang menembus
tubuh ini perlu dipindahkan ke format film agar bisa dilihat hasilnya.
Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen juga sudah bisa
diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan dalam
bentuk CD atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan
teknologi e-mail.

2. Penyakit apa saja?

Perlu diingat, sinar X yang digunakan untuk foto rontgen merupakan sinar
yang dapat menyebarkan radiasi. Meski demikian, manfaat yang didapat
dari teknologi ini lebih banyak ketimbang risikonya jika dilakukan dengan
benar. Itulah mengapa, bila dianggap perlu bayi yang baru lahir pun bisa
menjalani tindakan ini untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya kelainan
dalam tubuhnya. Tindakan ini dilakukan semata-mata untuk memudahkan
penatalaksaan selanjutnya. Akan tetapi harus diingat bahwa permintaan
foto rontgen harus berasal dari dokter yang menanganinya, apakah ada

3
indikasi, selain telah mempertimbangkan masak-masak manfaat dan
kerugiannya. Contoh indikasi yang menjadi pertimbangan adalah: Sesak
nafas pada bayi yaitu untuk memastikan ada tidaknya kelainan di
toraksnya (rongga dada), dokter membutuhkan foto rontgen agar
penanganannya tepat. Soalnya, ada begitu banyak penyakit yang
memunculkan gejala sesak napas namun membutuhkan penanganan yang
jelas-jelas berbeda. Nah, hasil foto rontgen dapat membantu dokter
menegakkan diagnosis. Bayi muntah hijau terus-menerus yaitu bila dokter
mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di saluran cerna, maka
pengambilan foto rontgen pun akan dilakukan. Pertimbangan dokter untuk
melakukan tindakan ini tidak semata-mata berdasarkan usia, melainkan
lebih pada risk and benefit alias risiko dan manfaatnya. Deteksi masalah
pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya yaitu bagi balita
sampai kalangan dewasa, foto rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk
mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam
lainnya.

3. Persiapan Radiologi

Persiapan sebelum pemeriksaan dengan menggunakan sinar radiologi


dapat dibedakan sebagai berikut: Radiografi konvensional tanpa persiapan.
Maksudnya, saat anak datang bisa langsung difoto. Biasanya ini untuk
pemeriksaan tulang atau toraks. Radiografi konvensional dengan
persiapan. Yaitu pemeriksaan radiografi konvensional yang memerlukan
persiapan di antaranya untuk foto rontgen perut. Sebelum pelaksanaan,
anak diminta untuk puasa beberapa jam atau hanya makan bubur kecap.
Dengan begitu ususnya bersih dan hasil fotonya pun dapat dengan jelas
memperlihatkan kelainan yang dideritanya. Pemeriksaan dengan kontras.
Yaitu sebelum diradiologi, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan
cara diminum, atau dimasukkan lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh
vena. Alat radiologi yang digunakan untuk pemeriksaan selanjutnya adalah
fluoroskopi. Pemeriksaan dilakukan jika usus atau lambung anak dicurigai
terputar. Untuk anak yang dicurigai menderita Hirschsprung (penyempitan

4
di usus besar yang disebabkan bagian usus tidak memiliki persarafan pada
dindingnya), kontras dimasukkan lewat anus. Sedangkan untuk anak yang
mengalami kelainan ginjal atau saluran kemih, kontras dimasukkan lewat
pembuluh vena atau kandung kemih.

Setelah dilakukan tindakan ini, bukan tidak mungkin akan muncul reaksi
alergi pada beberapa anak. Indikasinya adalah gatal, kemerahan, muntah,
tekanan darah turun hingga sesak napas. Oleh karena itu, alat/obat-obat
untuk menangani kondisi ini harus tersedia di ruang pemeriksaan yang
merupakan bagian dari prosedur standar pelaksanaan radiologi
menggunakan kontras. Untuk mencegah paparan radiasi, ada perlengkapan
khusus yang digunakan selama proses berlangsung. Misalnya organ vital
anak akan ditutup selama pelaksanaan foto rontgen, atau orang tua yang
“memegangi” anaknya diharuskan memakai pelindung khusus yang
disebut shielding atau apron. Jatuhnya sinar ke tubuh anak pun harus
melewati piranti khusus guna meminimalisir kemungkinan bahaya radiasi.
Intinya, persiapan matang sudah dipikirkan untuk memprioritaskan
keamanan pasien.

4. Radiologi kala sakit ringan

Banyak orang tua yang menanyakan kala anaknya sakit ringan, seperti
batuk-pilek, bolehkah diradiologi untuk pemeriksaan yang lain. Pada
prinsipnya tidak masalah sepanjang manfaat yang didapat dengan tindakan
tersebut lebih besar. Dokterlah yang akan memutuskan dengan berbagai
pertimbangan, apakah foto rontgen harus dilakukan atau tidak. Jika anak
mengalami batuk kronik disamping flu, dokter dapat meminta
pemeriksaan dengan foto rontgen. Namun ada kondisi tertentu yang
menyebabkan anak tidak bisa diradiologi. Di antaranya anak yang sedang
sakit berat. Namun dengan kemajuan teknologi, di banyak rumah sakit
sudah ada alat radiologi yang mobile. Sehingga alat radiologilah yang
akan mendekat atau menjauh tanpa pasien harus berpindah tempat. Selain
itu, tak masalah juga bila anak memang memerlukan pemeriksaan

5
radiologi berulang. Contohnya pada anak yang dicurigai TBC paru
sehingga perlu radiologi ulang sebagai bahan evaluasi setelah menja-lani
pengobatan selama 6 bulan. Selain jangka waktunya cukup lama, dosis
yang digunakan pun sudah dipertimbangkan seminimal mungkin sejauh
masih bisa diperoleh gambar yang jelas. Mengenai dosis minimal yang
diperbolehkan tentu sudah ada aturan bakunya, tergantung pada organ
tubuh anak, terma-suk berat badannya. Selama dosis yang digunakan tepat,
kalaupun ada sel-sel yang terkena radiasi sinar X ini biasanya akan segera
pulih kembali.

Jadi, batasannya bukan pada berapa kali dalam setahun atau berapa banyak
dalam kurun waktu tertentu anak boleh diradiologi, melainkan seberapa
penting dan mendesak tindakan tersebut harus dilakukan. Itulah mengapa
pada kondisi tertentu dimana diagnosis hanya bisa ditegakkan berdasarkan
hasil radiologi, meskipun harus diulang dalam jangka waktu relatif
berdekatan, dokter akan tetap merekomendasikannya untuk kepentingan
anak.

5. Batasan

Pada prinsipnya, sinar X menyebarkan radiasi yang bisa menyebabkan


ionisasi sel. Dalam jangka panjang, paparan radiasi ini bisa memicu
munculnya kanker. Namun tentu saja ambang dosis yang dibutuhkan untuk
memicu kanker tidaklah sedikit. Sejauh ini radiologi yang digunakan
untuk pasien masih dalam batas aman. Sedangkan pekerja di lingkungan
radiologi dibekali indikator khusus untuk mendeteksi seberapa besar
paparan radiasi yang sudah diterimanya. Seiring dengan kemajuan
teknologi, posisi “penembakan” pun sudah dibuat sedemikian rupa
sehingga baik pasien maupun dokter/pekerja radiologi yang melakukan
tugasnya seminimal mungkin terpapar radiasi. Demikian juga dengan
waktu yang diperlukan selama proses “penembakan” dibuat semakin
singkat.

6. Foto rontgen pada bayi dan Ibu hamil

6
Tentu ada yang bertanya-tanya mengapa ibu hamil jelas-jelas dilarang
memasuki daerah yang kemungkinan terpapar sinar radiologi sementara
bayi baru lahir justru tak bermasalah. Bukankah selisih usia janin dengan
bayi baru lahir tidak jauh? Mengenai hal ini, ada pertimbangan khusus.
Pada bayi baru lahir, radiologi boleh dilakukan bila si bayi memang benar-
benar sakit dan untuk penanganannya dibutuhkan tindakan radiologi.
Sedangkan dalam bentuk janin, perkembangan seorang individu masih
belum terbentuk sempurna dan akan terus berlangsung. Bila sampai
terpapar sinar radiologi sangat dikhawatirkan “susunan” sel-sel
pembentuknya akan rusak atau kacau yang akan menyebabkan bayi
terlahir cacat atau mengalami gangguan serius. Jadi, bila memang
membutuhkan pemeriksaan, khusus untuk ibu hamil akan dicarikan
alternatif lain selain radiologi.

B. PERKEMBANGAN RADIODIAGNOSTIK DAN RADIO TERAPI


ATRO - Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas
Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895
sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat
timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium platinosianida
dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa
fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus
menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya.
Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau
sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar
Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.
Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran
karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian
tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara
konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalah foto jari-
jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang
diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.

7
Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir
semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada
satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat
merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain bahwa sinar
ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan
mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang
digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah
bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya,
terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Roentgen ialah
benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah pistol dan
kompas.
Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di
Perancis, pda tahun 1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat
hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu
Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian, Marie dan Piere
Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir
tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang
dinamakan polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka,
Polandia. Tidak lama sesudah itu mereka menemukan unsur radium yang
memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak dari uranium.
Baik Roentgen yang pada tahun-tahun setelah penemuannya
mengumumkan segala yang diketahuinya tentang sinar X tanpa mencari
keuntungan sedikitpun, maupun Marie dan Piere Curie yang juga melakukan
hal yang sama, menerima hadiah Nobel. Roentgen menerima pada tahun 1901,
sedangkan Marie dan Piere Curie pada tahun 1904. Pada tahun 1911, Marie
sekali lagi menerima hadiah Nobel untuk penelitiannya di bidang kimia. Hal
ini merupakan kejadian satu-satunya di mana seseorang mendapat hadiah
Nobel dua kali. Setelah itu, anak Marie dan Piere Curie yang bernama Irene
Curie juga mendapat hadiah Nobel dibidang penelitian kimia bersama dengan
suaminya, Joliot pada tahun 1931.
Sebagaimana biasanya sering terjadi pada penemuan-penemuan baru, tidak
semua orang menyambutnya dengan tanggapan yang baik. Ada saja yang tidak

8
senang, malahan menunjukkan reaksi negative secara berlebihan. Suatu surat
kabar malamdi London bahkan mengatakan bahwa sinar baru itu yang
memungkinkan orang dapat melihat tulang-tulang orang lain seakan-akan
ditelanjangi sebagai suatu hal yang tidak sopan. Oleh karena itu, Koran
tersebut menyerukan kepada semua Negara yyang beradab agar membakar
semua karya Roentgen dan menghukum mati penemunya.
Seperti dikatakan di atas, Roentgen menemukan hampir semua sifat fisika dan
kimia sinar yang diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat
biologiknya. Sidat ini baru diketahui beberapa tahun kemudian sewaktu
terlihat bahwa kulit bias menjadi berwarna akibat penyinaran Roentgen. Mulai
saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat
digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai
terpikirkan bahwa sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup
manusia. Tetapi lama kelamaan yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua
abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang menjadi
korban sinar ini.
Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Roentgen adalah berupa
kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar
perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan sampai merontokkan
rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit
sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu
dapat menjelma menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.
Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa
puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar Roentgen ini. Nama-nama korban
itu tercantum dalam buku yang diterbitkan pada waktu kongres Internasional
Radiologi tahun 1959 di Munich: Das Ehrenbuch der Roentgenologen und
Radiologen aller Nationen.
Salah seorang korban diantara korban sinar Roentgen ini ialah dr.Max
Hermann Knoch, seorang Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai
ahli radiologi di Indonesia. Beliau adalah dokter tentara di Jakarta yang
pertama kali menggunakan alat Roentgen maka ia bekerja tanpa menggunakan
proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan.

9
Misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota
tubuh dan tangannya pun ikut terkena sinar, sehingga pada tahun 1904,
dr.Knoch telah menderita kelainan-kelainan yang cukup berat, seperti luka
yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Pada tahun 1905
beliau dikirim kembali ke Eropa untuk mengobati penyakitnya ini, namun
pada tahun 1908 kembali lagi ke Indonesia dan bekerja sebagai ahli radiologi
di RS.Tentara, Surabaya, sampai tahun 1917. Pada tahun 1924 ia dipindahkan
ke Jakarta, dan bekerja di rumah sakit Fakultas Kedokteran sampai akhir
hayatnya. Akhirnya hamper seluruh lengan kiri dan kanannya menjadi rusak
oleh penyakit yang tak sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan ternyata
menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai di amputasi salah satu
lengannya, tetapi itupun tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pada tahun
1928, dr.Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru-
parunya.
Setelah diketahui bahwa sinar Roentgen dapat mengakibatkan kerusakan-
kerusakan yang dapat berlanjut sampai berupa kanker kulit bahka leukemia,
maka mulailah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan tersebut.
Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953 dibentuk
The International Committee on Radiation Protection, yang menetapkan
peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan
selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka tidak perlu
khawatir akan bahaya sinar Roentgen. Diantara petunjuk-petunjuk proteksi
terhadap radiasi sinar Roentgen tersebut adalah: menjauhkan diri dari sumber
sinar, menggunakan alat-alat proteksi bila harus berdekatan dengan sinar
seperti sarung tangan, rok, jas, kursi fluoroskopi, berlapis timah hitam (Pb)
dan mengadakan pengecekan berkala dengan memakai film-badge dan
pemeriksaan darah, khususnya jumlah sel darah putih (leukosit).
Di Indonesia penggunaan sinar Roentgen cukup lama. Menurut laporan,
alat Roentgen sudah digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial Belanda
dalam perang di Aceh dan Lombok. Selanjutnya pada awal abad ke-20 ini,
sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah sakit Militer dan rumah sakit
pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Ahli radiologi Belanda yang

10
bekerja pada Fakultas Kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun sebelum perang
dunia ke II adalah Prof.B.J. Van der Plaats yang jugatelah memulai melakukan
radioterapi disamping radiodiagnostik. Orang Indonesia yang telah
menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini adalah R.M. Notokworo
yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau
mula-mula bekerja di Semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan
Jepang dipindahkan ke Surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara
misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.
Pada tahun yang sama dengan penemuan sinar Roentgen, lahirlah seorang
bayi di pulau Rote, NTT, yang bernama Wilhelmus Zacharias Johannes, yang
dikemudian hari berkecimpung di bidang radiologi. Pada akhir tahun dua
puluhan waktu berkedudukan di kota Palembang, dr. Johannes jatuh sakit
cukup berat sehingga dianggap perlu dirawat untuk waktu yang cukup lama di
rumah sakit CBZ Jakarta. Penyakit yang diderita ialah nyeri pada lutut kanan
yang akhirnya menjadi kaku (ankilosis). Selama berobat di CBZ Jakarta,
beliau sering diperiksa dengan sinar Roentgen dan inilah saat permulaan
beliau tertarik dengan radiologi. Johannes mendapat brevet ahli radiologi dari
Prof. Van der Plaats pada tahun 1939. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar
pertama dalam bidang radiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1946.
Pada tahun 1952 Johannes diberi tugas untuk mempelajari perkembangan-
perkembangan ilmu radiologi selama beberapa bulan di Eropa. Beliau
berangkat dengan kapal Oranje dari Tanjung Priok. Pada saat keberangkatan,
beberapa anggota staf bagian radiologi, yaitu dr. Sjahriar Rasad, Ny. Sri
Handoyo dan Aris Hutahuruk alm. turut mengantar beliau. Prof. Johannes
meninggal dunia dalam melakukan tugasnya di Eropa pada bulan September
1952. selain menunjukkan gejala serangan jantung, beliau juga menderita
Herpes Zoster pada matanya, suatu penyakit yang sangat berbahaya. Dalam
usaha untuk menempatkan nama beliau sebagai tokoh radiologi kaliber dunia,
maka pada kongres radiologi internasional tahun 1959 di Munich, delegasi
Indonesia di bawah pimpinan Prof.Sjahriar Rasad berhasil menempatkan foto
beliau di antara Martyrs of Radiology yang ditempatkan di suatu ruangan
khusus kongres tersebut. Tahun 1968 beliau dianugerahkan gelar Pahlawan

11
Kemerdekaan oleh Pemerintah, walaupun telah wafat. Dan pada tahun 1978
jenazah almarhum dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata.
Almarhum tidak saja dianggap sebagai Bapak Radiologi bagi para ahli
radiologi, melainkan juga oleh semua orang yang berkecimpung dalam
radiologi termasuk radiographer. Beliau juga adalah Bapak Radiologi dalam
bidang pendidikan dan keorganisasian. Beliaulah yang mengambil prakarsa
untuk mendirikan Sekolah Asisten Roentgen pada tahun 1952, dan beliaulah
yang mulai mendirikan organisasi yang mendahului Ikatan Ahli Radiologi
Indonesia (IKARI) yaitu seksi radiologi IDI pada tahun 1952. Pada tahun
1952 segelintir ahli radiologi yang bekerja di RSUP yaitu G.A.Siwabessy,
Sjahriar Rasad, dan Liem Tok Djien, mendirikan Sekolah Asisten Roentgen
karena dirasakan sangat perlunya tenaga asisten Roentgen yang berpendidikan
baik. Pada tahun 1970 Sekolah Asisten Roentgen yang dahulunya menerima
murid lulusan SMP ditingkatkan menjadi Akademi Penata Roentgen (APRO)
yang menerima siswa lulusan SMA.
Modalitas pencitraan berikut digunakan dalam bidang radiologi diagnostik:
a. Proyeksi (polos) radiografi
Radiografi (atau Roentgenographs, dinamai penemu sinar-X, Wilhelm
Conrad Röntgen) yang diproduksi oleh transmisi X-Rays melalui pasien
ke perangkat menangkap kemudian diubah menjadi gambar untuk
diagnosis. Pencitraan asli dan masih sering memproduksi film diresapi
perak. Dalam Film - Layar radiografi tabung x-ray menghasilkan sinar x-
ray yang bertujuan untuk pasien. X-sinar yang melewati pasien disaring
untuk mengurangi tersebar dan kebisingan dan kemudian menyerang
sebuah film yang belum dikembangkan, memegang erat-erat ke layar
fosfor memancarkan cahaya dalam sebuah kaset cahaya-ketat. Film ini
kemudian dikembangkan kimia dan gambar muncul di film. Sekarang
menggantikan Film radiografi-Screen Digital Radiografi, DR, di mana x-
ray mogok sepiring sensor yang kemudian mengubah sinyal yang
dihasilkan menjadi informasi digital dan sebuah gambar pada layar
komputer.
Radiografi polos adalah modalitas pencitraan hanya tersedia selama 50

12
tahun pertama radiologi. Hal ini masih studi pertama memerintahkan
dalam evaluasi paru-paru, jantung dan tulang karena lebar kecepatan,
ketersediaan dan biaya relatif rendah.

b. Fluoroskopi
Fluoroskopi dan angiografi adalah aplikasi khusus pencitraan X-ray, di
mana layar fluorescent dan intensifier gambar tabung dihubungkan ke
sistem televisi sirkuit tertutup. Hal ini memungkinkan real-time
pencitraan struktur dalam gerakan atau ditambah dengan agen
radiocontrast. Agen radiocontrast yang diberikan, sering ditelan atau
disuntikkan ke tubuh pasien, untuk menggambarkan anatomi dan
fungsi pembuluh darah, sistem Genitourinary atau saluran pencernaan.
Dua radiocontrasts saat ini digunakan. Barium (sebagai Baso 4) dapat
diberikan secara lisan atau dubur untuk evaluasi dari saluran GI.
Yodium, dalam bentuk kepemilikan beberapa, dapat diberikan melalui
oral, rektal, rute intraarterial atau intravena. Para agen radiocontrast
kuat menyerap atau menyebarkan radiasi sinar-X, dan dalam
hubungannya dengan pencitraan real-time memungkinkan demonstrasi
proses dinamis, seperti peristaltik di saluran pencernaan atau aliran
darah dalam arteri dan vena. Yodium kontras mungkin juga
terkonsentrasi di daerah abnormal lebih atau kurang dari pada jaringan
normal dan membuat kelainan (tumor, kista, radang) lebih mencolok.
Selain itu, dalam keadaan tertentu udara dapat digunakan sebagai agen
kontras untuk sistem pencernaan dan karbon dioksida dapat digunakan
sebagai agen kontras dalam sistem vena, dalam kasus ini, agen kontras
melemahkan radiasi sinar-X kurang dari jaringan sekitarnya .

c. CT scan
Pencitraan CT menggunakan X-ray dalam hubungannya dengan
algoritma komputasi untuk citra tubuh. Dalam CT, sebuah tabung
sinar-X menghasilkan berlawanan detektor sinar-X (atau detektor)
dalam alat berbentuk cincin berputar di sekitar pasien menghasilkan
sebuah komputer yang dihasilkan penampang gambar (tomogram). CT

13
diperoleh pada bidang aksial, sedangkan gambar koronal dan sagital
dapat diberikan oleh rekonstruksi komputer. Agen radiocontrast sering
digunakan dengan CT untuk deliniasi ditingkatkan anatomi. Meskipun
radiografi memberikan resolusi spasial lebih tinggi, CT dapat
mendeteksi variasi lebih halus dalam redaman sinar-X. CT
menghadapkan pasien untuk radiasi pengion lebih dari sebuah
radiograf. Spiral Multi-detektor CT menggunakan detektor 8,16 atau
64 selama terus bergerak pasien melalui berkas radiasi untuk
mendapatkan gambar yang lebih halus banyak detail dalam waktu
yang lebih pendek ujian. Dengan administrasi yang cepat kontras IV
selama CT scan gambar-gambar detail halus dapat direkonstruksi
menjadi gambar 3D arteri karotis, otak dan koroner, CTA, CT
angiografi. CT scan telah menjadi uji pilihan dalam mendiagnosis
beberapa kondisi mendesak dan muncul seperti pendarahan otak,
emboli paru (penyumbatan dalam arteri paru-paru), diseksi aorta
(robeknya dinding aorta), radang usus buntu, divertikulitis, dan batu
ginjal menghalangi . Melanjutkan perbaikan dalam teknologi CT
termasuk kali pemindaian lebih cepat dan resolusi ditingkatkan telah
secara dramatis meningkatkan keakuratan dan kegunaan CT scan dan
akibatnya meningkatkan pemanfaatan dalam diagnosis medis.
Yang komersial pertama CT scanner ditemukan oleh Sir Godfrey
Hounsfield di EMI Pusat Penelitian Labs, Inggris pada tahun 1972.
EMI memiliki hak distribusi ke The Beatles musik dan itu keuntungan
mereka yang mendanai penelitian. Sir Hounsfield dan Alan McLeod
McCormick berbagi Penghargaan Nobel untuk Kedokteran pada tahun
1979 untuk penemuan CT scan. CT scanner yang pertama di Amerika
Utara dipasang di Klinik Mayo di Rochester, MN pada tahun 1972.

d. USG
Medis ultrasonografi menggunakan USG (frekuensi tinggi gelombang
suara) untuk memvisualisasikan struktur jaringan lunak dalam tubuh
secara real time. Tidak ada radiasi pengion yang terlibat, tetapi kualitas
gambar yang diperoleh dengan menggunakan USG sangat tergantung

14
pada keterampilan orang (ultrasonographer) melakukan ujian. USG
juga dibatasi oleh ketidakmampuan untuk foto melalui udara (paru-
paru, usus loop) atau tulang. Penggunaan USG dalam pencitraan medis
telah mengembangkan sebagian besar dalam 30 tahun terakhir. Gambar
USG pertama statis dan dua dimensi (2D), tapi dengan zaman modern
rekonstruksi 3D ultrasonografi dapat diamati secara real-time; efektif
menjadi 4D.

Karena USG tidak menggunakan radiasi pengion, tidak seperti


radiografi, CT scan, dan teknik kedokteran nuklir imaging, umumnya
dianggap lebih aman. Untuk alasan ini, modalitas ini memainkan peran
penting dalam pencitraan kandungan. Anatomi perkembangan janin
dapat dievaluasi secara menyeluruh memungkinkan diagnosis dini
banyak anomali janin. Pertumbuhan dapat dinilai dari waktu ke waktu,
penting pada pasien dengan penyakit kronis atau kehamilan akibat
penyakit, dan pada kehamilan multipel (kembar, kembar tiga dll).
Warna-Flow Doppler USG mengukur keparahan penyakit pembuluh
darah perifer dan digunakan oleh Kardiologi untuk evaluasi dinamis
jantung, katup jantung dan pembuluh besar. Stenosis dari arteri karotid
bisa pertanda infark otak (stroke). DVT pada kaki dapat ditemukan
melalui USG sebelum terhalau dan perjalanan ke paru-paru (emboli
paru), yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati. USG berguna untuk
gambar-dipandu intervensi seperti biopsi dan drainase seperti
Thoracentesis). Kecil perangkat ultrasound portabel sekarang ganti
peritoneal lavage di triage korban trauma dengan langsung menilai
keberadaan perdarahan di peritoneum dan integritas jeroan utama
termasuk limpa, hati dan ginjal. Hemoperitoneum ekstensif
(perdarahan di dalam rongga tubuh) atau cedera pada organ utama
mungkin memerlukan eksplorasi bedah muncul dan perbaikan.

e. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


MRI menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan inti
atom (biasanya proton hidrogen) di dalam jaringan tubuh, kemudian

15
menggunakan sinyal radio untuk mengganggu sumbu rotasi inti ini dan
mengamati sinyal frekuensi radio yang dihasilkan sebagai inti kembali
ke negara awal mereka ditambah semua sekitarnya daerah. Sinyal
radio yang dikumpulkan oleh antena kecil, yang disebut gulungan,
ditempatkan di dekat daerah tertentu. Keuntungan dari MRI adalah
kemampuannya untuk menghasilkan gambar di aksial, koronal, sagital
pesawat miring dan beberapa dengan mudah sama. MRI scan
memberikan kontras jaringan lunak terbaik dari semua modalitas
pencitraan. Dengan kemajuan dalam pemindaian kecepatan dan
resolusi spasial, dan perbaikan dalam algoritma 3D komputer dan
perangkat keras, MRI telah menjadi alat dalam radiologi
muskuloskeletal dan neuroradiology.

Salah satu kelemahan adalah bahwa pasien harus terus diam selama
jangka waktu yang lama dalam ruang, bising sempit sedangkan
imaging dilakukan. Claustrophobia cukup parah untuk mengakhiri
ujian MRI dilaporkan dalam sampai 5% pasien. Perbaikan terbaru
dalam desain magnet, termasuk bidang magnet yang lebih kuat (3
teslas), ujian kali memperpendek, lebih luas, membosankan magnet
lebih pendek dan desain magnet lebih terbuka, telah membawa
beberapa bantuan untuk pasien sesak napas. Namun, dalam kekuatan
medan magnet yang sama sering ada trade-off antara kualitas gambar
dan desain terbuka. MRI memiliki manfaat besar dalam pencitraan
otak, tulang belakang, dan sistem muskuloskeletal. Modalitas saat ini
kontraindikasi untuk pasien dengan alat pacu jantung, implan koklea,
beberapa pompa obat berdiamnya, jenis tertentu dari klip aneurisma
serebral, fragmen logam di mata dan beberapa perangkat keras metalik
karena medan magnet kuat dan kuat sinyal radio berfluktuasi tubuh
terkena . Wilayah kemajuan potensial termasuk pencitraan fungsional,
MRI jantung, serta MR terapi gambar dipandu.

16
f. Kedokteran Nuklir
kedokteran nuklir melibatkan administrasi ke pasien radiofarmasi
terdiri dari zat dengan afinitas untuk jaringan tubuh tertentu diberi
label dengan perunut radioaktif. Para pelacak yang paling umum
digunakan adalah Technetium-99m, Yodium-123, Iodine-131, Gallium-
67 dan Thallium-201. Jantung, paru-paru, tiroid, hati, kandung
empedu, dan tulang umumnya dievaluasi untuk kondisi tertentu
menggunakan teknik ini. Sementara detail anatomi terbatas dalam
studi ini, kedokteran nuklir ini berguna dalam menampilkan fungsi
fisiologis. Fungsi ekskretoris pada ginjal, kemampuan berkonsentrasi
yodium dari aliran, tiroid darah ke otot jantung, dll dapat diukur.
Perangkat pencitraan utama adalah kamera gamma yang mendeteksi
radiasi yang dipancarkan oleh pelacak dalam tubuh dan
menampilkannya sebagai gambar. Dengan pemrosesan komputer,
informasi yang dapat ditampilkan sebagai aksial, gambar koronal dan
sagital (SPECT gambar, tunggal emisi photon computed tomography).
Dalam perangkat yang paling modern Kedokteran Nuklir gambar dapat
menyatu dengan CT scan diambil kuasi-secara bersamaan sehingga
informasi fisiologis dapat dilakukan overlay atau co-terdaftar dengan
struktur anatomis untuk meningkatkan akurasi diagnostik.
PET, (positron emission tomography), pemindaian juga berada di
bawah "kedokteran nuklir." Dalam PET scan, zat biologis aktif
radioaktif, paling sering Fluorin-18 fluorodeoxyglucose, disuntikkan
ke pasien dan radiasi yang dipancarkan oleh pasien terdeteksi untuk
menghasilkan multi-planar gambar tubuh. Jaringan lebih aktif
metabolisme, seperti kanker, zat aktif berkonsentrasi lebih dari
jaringan normal. PET gambar dapat dikombinasikan dengan gambar
CT untuk meningkatkan akurasi diagnostik.
Aplikasi kedokteran nuklir dapat mencakup pemindaian tulang yang
secara tradisional memiliki peran yang kuat dalam work-up/staging
kanker. Pencitraan perfusi miokard adalah ujian penyaringan sensitif

17
dan spesifik untuk iskemia miokard reversibel. Molekuler Imaging
adalah perbatasan yang baru dan menarik dalam bidang ini.

Radioterapi
Radioterapi adalah metode pengobatan di bidang kesehatan dimana
radiasi pengion digunakan untuk mengobati penyakit keganasan yang
bertujuan mematikan atau menghambat pertumbuhan sel tumor/kanker.
Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup.
Radiasi pengion dapat bersumber dari unsur radioaktif (radionuklida)
berupa sinar gamma ataupun dari suatu pembangkit radiasi (generator sinar-x)
berupa sinar-X, elektron, dan lain sebagainya. Contoh sumber radiasi gamma
dari Unsur radioaktif: Cobalt (Co-60), Caesium (Cs-137) dan Iridium (Ir-
192). Sedangkan contoh sumber radiasi berupa pembangkit LINAC (Linear
Accelerator).

1. Sejarah Radioterapi
Radioterapi adalah metode yang menggunakan energi radiasi tinggi
untuk mengecilkan tumor dan membunuh sel kanker. Metode pengobatan ini
mulai digunakan orang sebagai salah satu pengobatan tumor ganas, segera
setelah ditemukannya sinar-x oleh WC Roentgen, sifat-sifat radioaktivitas
oleh Becquerel dan radium oleh Pierre dan Marie Curie, yaitu pada akhir abad
ke-19.
Pada saat tersebut para medisi amat berbesar hati melihat suksesnya
hasil pengobatan pada berbagai jenis kanker kulit serta neoplasma-neoplasma
yang letaknya superfisial. Bahkan mereka menggunakan sinar ini untuk
kelainan-kelainan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan proses
neoplastik seperti acne, artritis, verruca atau untuk epilasi dari rambut-rambut
yang tidak dikehendaki. Mereka mengatakan bahwa keajaiban di dunia
pengobatan kanker telah ditemukan ("miraculous cure"). Tetapi gambaran ini
berubah sama-sekali, ketika ditemukan bahwa tumor-tumor yang semula
hilang karena terapi radiasi kembali muncul dan kerusakan pada jaringan
sehat akibat radiasi mulai tampak.

18
2. Prinsip Radioterapi
Adapun prinsip radioterapi sebagai berikut:
1. Memberikan dosis radiasi yang tepat dan terukur pada volume tumor yang
ditentukan.
2. Menghindari atau mengurangi kerusakan jaringan sehat disekitarnya
seminimal mungkin

3. Tujuan Radioterapi
1. Kuratif
Pasien mempunyai kemungkinan bertahan hidup atau sembuh setelah
pengobatan adekuat dengan pemberian dosis yang cukup tinggi. Biasanya
tujuan penyinaran dilakukan pada kasus stadium awal, sehingga
kemungkinan pasien untuk sembuh masih tinggi.
2. Paliatif
Tidak ada harapan pasien bertahan hidup dalam periode tertentu. Tujuan
penyinaran hanya mengurangi gejala atau keluhan (meningkatkan kualitas
hidup). Biasanya dilakukan pada kasus stadium lanjut. Dosis yang
diberikan secukupnya (2/3 dosis kuratif) dengan pemberian yang
sesingkat mungkin.
3. Preventif
Bila suatu kanker menyebar ke daerah risk, kemungkinan akan dilakukan
penyinaran agar sel pada daerah tersebut tidak berubah menjadi tumor.

4. Prosedur Radioterapi
1. Investigasi: diagnose awal (patologi anatomi, radiologi, laboratorium,
fisik), stadium, riwayat penyakit yang semuanya dilakukan oleh dokter
onkologi
2. Ada atau tidak indikasi dengan pengobatan radiasi.
3. Penentuan tujuan pengobatan radiasi, yaitu kuratif atau paliatif.
4. Penentuan volume radiasi (simulasi), dengan mempertimbangkan sel sehat
yang terkena radiasi seberapa banyak.
5. Penetapan planning radiasi (Treatment Planning Systems)
6. Pelaksanaan radiasi (Treatment Delivery)
5. Jenis-Jenis Radioterapi
1. Radiasi Eksterna (Teleterapi)
Radiasi eksterna adalah bentuk pengobatan radiasi dengan sumber
radiasi mempunyai jarak dengan target yang dituju atau berada di luar
tubuh. Sumber radiasi yang dipakai adalah sinar-x atau photon yang

19
merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang dikeluarkan oleh
pesawat Linear Accelerator (LINAC).
2. Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan pemberian radiasi dengan meletakkan
sumber energi di dalam tumor atau berdekatan dengan tumor di dalam
192
rongga tubuh. Sumber radiasi yang dipakai adalah Iridium dan nama
alat / pesawat adalah Microselectron.
3. Radiasi Interna
Radiasi interna adalah jenis terapi radiasi dengan cara memasukkan
sumber radiasi ke dalam tubuh, baik secara oral maupun intravena
sehingga mengikuti metabolisme tubuh. Sumber radiasi yang dipakai
adalah Iodium131 dan Samarium. Selama proses radiasi, pasien
ditempatkan pada ruang khusus (ruang isolasi radiasi) dan Pasien
diperbolehkan pulang, setelah aktivitas radiasi yang ada dalam tubuh
pasien dianggap aman ( ≤ 0,33 mCi ).

6. Pesawat Radioterapi
1. Teletrapi Gamma/Cobalt-60
Menggunakan sumber tertutup dari zat Radioaktif Cobalt-60 dan
Cesium-137. Pesawat teleterapi Cobalt-60 aktivitas sumber 2500 – 12.500
Ci dengan waktu paruh 5.4 tahun yang memancarkan sinar gamma dengan
energy 1.17 MeV dan 1.33 MeV.
Komponen utama Teletrapi Gamma (Cobalt-60) yaitu:
• Gantry stand: merupakan suatu tempat sumber radioaktif dan yang
menjamin perputaran isocentric dari wadah sumber atau peralatan
pembatas berkas
• Source head: merupakan wadah dari sumber radioaktif yang terbuat dari
baja dan diberi pelindung timbal ( Pb ) + depleted uranium. Head
tersebut dilengkapi dengan sistem beam On / Off dan pembatas lapangan
radiasi.
• Collimator: adalah alat pengatur pembatas ukuran lapangan radiasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan.
• Distance indicator: adalah suatu penunjuk jarak secara optik yang
ditempatkan pada sudut 45 terhadap sumbu kontrol di dalam gantry yang
menunjukkan jarak 65 – 130 cm.

20
• Control consule: merupakan sistem kontrol yang dilengkapi dengan
berbagai tombol dan ditempatkan di ruang operator.
• Source (sumber): berada di dalam kapsul stainless steel ( welded )
dengan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh IAEA. Diameter
sumber Cobalt-60 adalah 2 cm, aktivitas nominal 8000 Ci

2. Teletrapi Linac
Pesawat teleterapi jenis Linear Accelerator ( Linac ) digunakan
sejak tahun 1945. Linac pada umumnya dilengkapi dengan 2 pilihan
berkas radiasi yaitu berkas foton dan electron. Energi foton bervariasi: 4 –
10 MV atau 4 – 15 MV sedangkan Energi elektron bervariasi: 4, 6, 8, 9,
12, 15, dan 20 MeV.
Electron digunakan untuk mengobati tumor yang terletak
dipermukaan sampai +4-5 cm di bawah kulit. Karena jarak jangkauan
relative lebih rendah, maka electron hanya dapat digunakan untuk teknik
lapangan langsung menggunakan aplikator.
Komponen utama Teletrapi Linac:
• Stand: yang terdiri dari beberapa komponen di dalamnya, yaitu
1. Klystron atau Magnetron, merupakan pembangkit dan penguat
gelombang mikro.
2. Wave guide, yaitu pemandu gelombang yang di dalamnya
dilengkapi circulator
3. Circulator, berfungsi unuk menghindari berbaliknya gelombang
mikro ke Klystron
4. Oil tank, berfungsi sebagai tempat minyak untuk pendingin
5. Cooling water system, berfungsi menjaga temperatur supaya tetap
stabil dan mencegah terjadinya kondensasi dari gelembung udara.
• Gantry: terdiri dari beberapa komponen:
- Accelerator Structure, merupakan struktur pemercepat elektron yang di
dalamnya ada modulator
- Modulator, adalah pencatu daya tinggi
- Electron Gun ( Cathode ), sebagai sumber elektron
- Bending Magnet, sebagai pembelok berkas elektron
- Treatment Head, di dalamnya terdapat alat yang membentuk berkas
radiasi
- Beam Stopper, merupakan penyerap berkas radiasi, sehingga
mengurangi persyaratan shielding ruang radiasi.

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Radioterapi merupakan tindakan medis yang dilakukan pada pasien
yang mengalami kanker atau tumor dimana radiasi pengion digunakan untuk
mengobati penyakit keganasan dengan maksud mematikan atau menghambat
pertumbuhan sel tumor/kanker.
Berdasarkan sumbernya radioterapi dibagi menjadi 2 yaitu Linac dan
Cobalt. Pelaksanaan radioterapi di RSPAD Gatot Soebroto pada kasus KNF
dimulai dari pendaftaran dan registrasi pasien kemudian dilanjutkan ke Poli
utama lalu dilanjutkan ke Mould room untuk pembuatan masker lalu CT
Simulator lalu ke Treatment Planing System (TPS) dan selanjutnya dilakukan
penyinaran tentunya dengan teknik-teknik tertentu. Pelaksanaan radiasinya
didukung beberapa alat yang memiliki peranan penting selama masa
penyinaran berlangsung.

B. Saran
Dengan makalah ini penulis berharap agar pelaksanaan penyinaran
radioterapi dapat dilaksanakan dengan tetap memperhatikan prinsip
radioterapi. Semoga makalah ini dapat memberikan gambaran pelaksanaan
penyinaran radioterapi

22
DAFTAR PUSTAKA

Asroel, Harry A. 2002. Penatalaksanaan Radioterapi pada Karsinoma


Nasofaring. Sumatera Utara: USU digital library.

Physics, Medical. 2011. Radioterapi. Diakses pada tanggal 20 Januari 2014. Dari
situs jannahmedicalphysics.blogspot.com

http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/kanker-nasofaring

http://id.wikipedia.org/wiki/Radioterapi

23
24

Anda mungkin juga menyukai