Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

TAHUN 2019

Disusun oleh:

Satria Ghaibi Saputra

406181027

Hemofilia

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI - BOGOR
PERIODE 20 MEI – 4 AGUSTUS 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN PENYULUHAN
TENTANG “HEMOFILIA”
DI RSUD CIAWI KABUPATEN BOGOR

A. PENDAHULUAN

Organisasi rumah sakit merupakan salah satu organisasi pemberi jasa


kemasyarakatan terhadap masyarakat yang semakin dituntut untuk bekerja secara
profesional sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan. Rumah sakit
juga mempunyai kewajiban terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan
masyarakat di sekitar rumah sakit, sebagai bagian dari usaha promotif kesehatan.
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2006)
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam menyatakan bahwa Hemartrosis paling
sering ditemukan (85%) dengan lokasi berturut-turut sebagai berikut, sendi lutut,
siku, pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan dan lainnya.
Penyakit ini bermanifestasi klinis pada laki-laki. Angka kejadian hemofilia A
sekitar 1:10.000 orang dan hemofilia B sekitar 1:25.000-30.000 orang. Belum ada
angka mengenai kekerapan di Indonesia saat ini. Kasus hemofilia A lebih sering
dijumpai disbanding kasus hemofilia B, yaitu berturut-turut mencapai 80-85% dan
10-15% tanpa memandang ras, geografi dan keadaan sosial ekonomi..
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Federation of Hemofilia (WFH)
pada tahun 2010, terdapat 257.182 penderita kelainan perdarahan di seluruh dunia,
di antaranya dijumpai 125.049 penderita hemofilia A dan 25.160 penderita
hemofilia B. Penderita hemofilia mencakup 63% seluruh penderita dengan kelainan
perdarahan. Penyakit von Willebrand merupakan jenis kelainan perdarahan yang
kedua terbanyak dalam survei ini setelah hemofilia yaitu sebesar 39.9%.

2
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang “Hemofilia”, diharapkan


masyarakat memahami tentang apa yang dimaksud dengan hemofilia, penyebab
dan faktor resikonya, tanda gejala, penanganan serta cara pencegahannya.
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling
sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten. Hemofilia
disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (F VIII) atau faktor IX (F IX),
dikelompokkan sebagai hemofolia A dan hemofilia B. Kedua gen tersebut terletak
pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait-X.
Berdasarkan etiologinya, hemofilia dapat dibagi menjadi hemofilia A yang
dikarakteristikkan oleh akibat adanya defisiensi F VIII, bentuk paling umum yang
ditemukan, terutama pada pria. Hemofilia B dikarakteristikkan oleh karena adanya
defisiensi F IX yang terutama ditemukan pada pria. Dan yang terakhir adalah
penyakit Von Willebrand yang ditandai oleh defek pada perlekatan trombosit dan
defesiensi F VIII, yang dapat terjadi pada pria dan wanita.
Saat ini faktor gen atau keturunan, merupakan faktor yang paling berperan
dalam mencetuskan kejadian penyakit hemofilia. Pada hemofilia A dan B, kedua
gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif
terkait –X. Oleh karna itu semua anak perempuan dari laki-laki yang menderita
hemofilia adalah karier penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena.

Gambaran klinis yang sering terjadi pada klien dengan hemofilia adalah adanya
perdarahan berlebihan secara spontan setelah luka ringan, pembengkakan, nyeri,
dan kelainan-kelainan degeneratif pada sendi, serta keterbatasan gerak. Hematuria
spontan dan perdarahan gastrointestinal juga kecacatan terjadi akibat kerusakan
sendi.
Pada penderita hemofilia ringan perdarahan spontan jarang terjadi dan
perdarahan terjadi setelah trauma berat atau operasi,. Pada hemofilia sedang,
perdarahan spontan dapat terjadi atau dengan trauma ringan. Sedangkan pada

3
hemofilia berat perdarahan spontan sering terjadi dengan perdarahan ke dalam
sendi, otot dan organ dalam.
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang “Hemofilia”, diharapkan
masyarakat memahami tentang apa yang dimaksud dengan hemofilia, penyebab
dan faktor resikonya, tanda gejala, penanganan serta cara pencegahannya.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan masyarakat dapat


menjelaskan kembali tentang :

 Definisi hemofilia

 Penyebab dan faktor resiko hemofilia

 Tanda dan gejala hemofilia

 Pemeriksaan hemofilia

 Komplikasi hemofilia

 Penatalaksanaan dan pencegahan hemofilia

D. MATERI

Terlampir

E. METODE

 Membagikan leaflet

 Memaparkan tentang topik

 Tanya jawab interaktif

4
F. KEGIATAN

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dalam bentuk penyampaian materi melalui


ceramah oleh pembicara dan tanya jawab.

Rincian kegiatan :

1) Pelaksana : Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UNTAR:

Satria Ghaibi Saputra (406181027)

2) Tempat : Depan Poliklinik IPD RSUD Ciawi

3) Waktu : Rabu, 10 Juli 2019, pukul 11.30 WIB

4) Peserta : ±20 orang pengunjung & keluarga di depan poliklinik


......................penyakit dalam

5) Alat : Leaflet, power point, proyektor dan laptop

G. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

No Langkah Kegiatan Waktu

1. Kegiatan Pendahuluan

Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan 5 menit


menjelaskan tujuan penyuluhan.

2. Kegiatan Pokok

 Definisi hemofilia

 Penyebab dan faktor resiko hemofilia 15 menit

 Tanda dan gejala sindrom hemofilia

 Pemeriksaan sindrom hemofilia

5
 Komplikasi sindrom hemofilia

 Penatalaksanaan dan pencegahan hemofilia

3. Kegiatan Penutup

Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta dan menarik


kesimpulan secara lisan.
10 menit
Terakhir mengucapkan salam dan terima kasih atas
partisipasi peserta.

Jumlah 30 menit

H. SASARAN

 Terlaksananya kegiatan penyuluhan sesuai dengan jadwal yang telah


ditentukan

 Peserta yang hadir mengerti dan paham mengenai materi yang disampaikan
pada penyuluhan tentang “Hemofilia”

I. DAFTAR HADIR

Terlampir

J. EVALUASI KEGIATAN PENYULUHAN

Peserta penyuluhan antusias mengikuti penyuluhan dapat dilihat yaitu:

1. Peserta mendengarkan penyuluhan dengan seksama dan mau mengikuti


jalannya penyuluhan sampai selesai.

2. Ada partisipasi dari peserta sehingga terjadi diskusi tanya jawab antara pemberi
penyuluhan dengan peserta.

6
a. Pertanyaan: Apakah penderita hemofilia bisa sembuh?

Jawab: Pada dasarnya hemofilia tidak dapat disembuhkan, karena


kelainan pada darah ini disebabkan oleh bawaan/ genetika. Jadi,
untuk menyembuhkannya cukup sulit, merubah DNA/ genetika
sendiri saja sudah sangat sulit. Untuk menyembuhkan suatu
penyakit yang hanya disebabkan oleh satu faktor apalagi faktor
bawaan akan lebih susah dibanding menyembuhkan penyakit yang
berasal dari luar. Mungkin saja, suatu saat nanti penyakit ini dapat
disembuhkan melalui rekayasa (transfer) genetika atau dengan cara
yang lain. Namun, pada intinya, untuk sekarang ini, cukup susah
untuk menyembuhkan penyakit ini.

b. Pertanyaan: Mengapa hemofilia lebih sering terjadi pada laki-laki


dibandingkan wanita?

Jawab: Karena, kromosom yang membawa faktor pembekuan darah


terdapat di kromosom X. Pria terbentuk atas satu kromosom X dan
satu kromosom Y, sedangkan wanita terbentuk atas dua kromosom
X. Maka dari itu karena pria hanya memiliki satu kromosom X, pria
akan sangat berpotensi menderita hemofilia.
c. Pertanyaan: Bagaimana cara merawat anak dengan hemofilia?

Jawab: Ada beberapa cara pencegahan serta perawatan yang bisa


kita lakukan yang intinya mencegah faktor risiko, antara lain:
 Menjaga berat badan normal. Karena peningkatan berat badan
dapat menyebabkan tekanan pada beberapa bagian tubuh
sehingga meningkatkan risiko perdarahan.
 Memelihara kesehatan gigi. Kebiasaan menyikat gigi dua hari
sekali, menggunakan benang gigi, dan minum air yang

7
mengandung florida dapat menjaga kesehatan gigi secara
maksimal. Dengan begitu, perdarahan akan lebih jarang terjadi
pada gusi maupun gigi. Cari tahu cara menghentikan perdarahan
dari dokter gigi yang berpengalaman dengan pasien hemofilia.
 Mengawasi sudut-sudut yang tajam dari perabotan rumah.
Memasang pengaman pada berbagai sudut tajam dari perabotan
rumah dapat menghindari perdarahan pada sang bayi dan anak.
 Memberikan pengaman pada kaki dan siku tangan untuk bayi
yang baru belajar merangkak.
 Memberikan helm sebagai pengaman kepala untuk menghindari
cedera kepala pada bayi dan anak yang baru belajar berjalan.

8
DOKUMENTASI KEGIATAN

9
10

Anda mungkin juga menyukai