Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan / Locus Minoris
Resistentiae (LMR). Bagian - bagian hernia meliputi pintu hernia, kantong hernia,
leher hernia dan isi hernia. Sedangkan dikatakan hernia inguinalis lateral apabila
hernia tersebut melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus)
dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui
annulus inguinalis subcutan (externus) sampai scrotum. Hernia inguinalis disebut
juga hernia scrotalis bila isi hernia sampai ke scrotum. Menurut sifatnya, hernia dapat
disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Bila isi kantong hernia
tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga disebut hernia ireponibel. Hernia eksterna
adalah hernia yang menonjol ke luar melalui dinding perut, pinggang atau perineum.
Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lobang dalam
rongga perut seperti Foramen Winslow, resesus rektosekalis atau defek dapatan pada
mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus. Hernia disebut hernia inkarserata
atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.1
Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya
sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan
operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang
menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria.2
Lebih dari setengah juta operasi hernia dilakukan di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Lima puluh persennya adalah untuk hernia inguinal indirek, dengan rasio
pria-wanita 7:1. Dua puluh lima persen menunjukan hernia inguinalis direk. Pada

1
populasi anak, dengan hernia inguinalis adalah kondisi paling umum yang
membutuhkan operasi. Kejadian hernia inguinalis pada anak-anak diperkirakan antara
10 dan 20 / 1.000 kelahiran hidup. Rasio anak laki-laki dan perempuan adalah 4:1 dan
sekitar 50% akan timbul sebelum usia 1 tahun, kebanyakan dilihat pada 6 bulan
pertama kehidupan. Hernia inguinalis yang paling umum pada anak-anak adalah
hernia inguinal indirek, dan jarang ditemukan, hernia inguinalis direk terjadi sekitar
1%.3
Prevalensi hernia yang tinggi dimana kejadian pada segala usia pria adalah
27% dan 3 % pada wanita telah menjadi perhatian yang serius dalam sejarah
penatalaksanaan bidang bedah. Bangsa Mesir (1500 SM), dan Yunani kuno
(hipocrates 400 SM) telah mengenal hernia sejak dulu. Selama periode tersebut
sejumlah alat dan teknik operasi telah banyak tercatat. Usaha perbaikan biasanya
berhubungan dengan penanganan strangulasi yang dapat mengakibatkan kematian.4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defekatau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isiperut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

Gambar 1. Hernia

2. Klasifikasi Hernia
Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:2
1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol
secara keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia
inguinal(direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia
epigastrika.

3
2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding
abdomen.
3. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga
abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang
didapat.
4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaringatau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat
kembali ke abdomen.
6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan
vaskularisasi.

Sedangkan berdasarkan lokasinya hernia dikalsifikasikan menjadi:1,4

Gambar 2: Lokasi Hernia

 Hernia inguinalis
 Hernia femoralis

4
 Jenia Hernia Lainnya seperti : Hernia umbilikalis, paraumbilikalis,
ventralis, epigastrika, lumbalis, littre, speighel, obturatoria, perinealis
dan pentalon

3. Hernia Inguinalis

3.1. Etiologi
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
daripada perempuan. Lemahnya dinding rongga perut, congenital, tekanan
interaabdomen yang tinggi, distensi abdomen karena tekanan intraabdomen.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong
hernia dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong
isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3

3.2. Faktor Predisposisi

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya strukturm.obliqus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat yang
menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.1,5

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis


antara lain:1,6

a. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis


b. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat
c. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi
prostat,konstipasi dan asites

5
d. Kelemahan otot dinding perut karena usia
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot
dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong
hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.4

3.3. Jenis-jenis Hernia Inguinalis

A. Hernia inguinalis indirek (lateralis).Hernia inguinalis lateralis adalah


hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah
lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.
B. Hernia inguinalis direk (medialis).Hernia inguinalis direk adalah hernia
yang kantongnya menonjol langsung ke anterior melalui dinding
posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena epigastrika
inferior. Pada hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia ini
tidak lebih hanya penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum.

6
Gambar 6.Direct dan Indirect Inguinal Hernia

C. Hernia inguinalis inkarserata. Inkarserasi hernia inguinalis adalah


hernia yang menjadi menetap di pangkal paha yang tidak dapat kembali ke
perut. Inkarserasi hernia disebabkan oleh pembengkakan dan dapat
menyebabkan hernia Strangulasi, di mana pasokan darah ke daerah usus
halus yang inkarserasi membahayakan. Inkarserasi dapat disebabkan
oleh:4,6
 Leher kantung hernia yang sempit
 Adhesi antara isi kantung hernia dan kantung hernia. Adhesi ini kadang-
kadang merupakan manifestasi dari iskemia dan inflamasi
 Terjadi proses patologis pada viskus yang mengalami inkarserasi seperti
adanya karsinoma atau diverticulitis pada colon.
 Impaksi dari feses pada colon yang terinkarserasi

7
Inkarserasi merupakan temuan penting. Hal ini merupakan
kegawatdaruratan dan harus segera ditangani oleh dokter bedah.
Memasukan hernia harus dilakukan dengan lembut. Reduksi paksa hernia
inkarserata dapat mempresipitasi reduction mass. Jika usus dengan dengan
suplai darah yang kurang direduksi, maka dapat menyebabkan striktur dan
adhesi pada lengkung usus. Hal ini akan menjadi obstruksi usus dalam
beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Jalan terbaik adalah
dengan mengoperasi hernia inkarserata dan untuk memeriksa viabilitas
usus pada saat operasi.4
D. Hernia inguinalis strangulasi. Hernia Strangulasi merupakan kondisi
serius dan memerlukan perhatian medis emergensi. Gejala hernia
strangulasi yaitu:4
 Nyeri hebat dan kemerahan di daerah tonjolan
 Tiba-tiba rasa sakit yang memburuk dalam waktu singkat
 Demam
 Denyut nadi cepat
Waktu tidak diobati, mual, muntah, dan infeksi berat dapat terjadi. Jika
operasi tidak dilakukan segera, kondisi ini bisa menjadi mengancam
kehidupan, dan usus yang terkena mungkin akan mati. Kemudian bagian
bawah usus harus dibuang.4

3.4. Gambaran Klinis dan Diagnosis


Gejala pertama dari hernia biasanya bulging kecil di bawah kulit yang
biasanya tidak sakit tetapi dapat menghasilkan ketidaknyamanan dan bisa
lebih besar selama aktivitas berat atau batuk. Pada tahap ini, hernia ini
direduksi karena isinya (usus) dapat didorong kembali ke dalam perut.
Namun, jika hernia tumbuh, mungkin menjadi inkarserata (tidak dapat
didorong kembali). Jika darah berhenti mengalir melalui usus inkarserata,
hasil ini dalam strangulasi, yang disertai dengan rasa sakit, sering dengan
mual, muntah, atau sembelit.8

8
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di
lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan
menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul
kalau terjadi inkaserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren.4
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
saat inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas
medial bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,
tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan.4

Gambar 5.Finger Test

Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi


mungkin terabausus, omentum maupun ovarium. Dalam hal hernia dapat

9
direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien
diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis
lateralis, dan bagian sisi jari yangmenyentuhnya adalah hernia inguinalis
medial. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau
jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah
kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.1

Pemeriksaan laboratorium meliputi:7


 Pewarna atau kultur jaringan
 hitung darah lengkap (CBC)
 Elektrolit, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin
 Urinalisis
 Laktat

Pencitraan tidak diperlukan dalam pemeriksaan normal hernia. Namun,


mereka mungkin berguna dalam skenario tertentu, sebagai berikut:
 Ultrasonografi dapat digunakan dalam membedakan massa pada lipatan
paha atau dinding perut atau dalam membedakan sumber testis
pembengkakan
 Jika hernia inkarserata atau strangulasi diduga, film dada tegak atau film
perut datar dan tegak dapat diperoleh
 Computed tomography (CT) atau ultrasonografi mungkin diperlukan
jika pemeriksaan yang baik tidak bisa diperoleh atau dalam rangka
untuk mendiagnosis hernia spigelian atau obturator.7

3.5. Diagnosis Banding9


1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber
infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari
tingkat umbilikus.

10
2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.
3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol
di fosa ovalis.
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang
disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain
seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan aktivitas.

3.6 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi.
a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali
pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan
kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih
sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih
sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin
hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil
anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia
tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
Pada tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn
posisi seperti pada gambar :

11
Gambar : Reposisi dengan posisi trendelenburg

- Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah


direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup. Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena menimbulkan komplikasi
antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan
sedangkan strangulasi tetap mengancam.

Gambar: celana hernia

2. Operatif
Tujuan dari operasi adalah reposisi ini hernia, menutup pintu hernia
untuk menghilangkan lokus minorus resisten, dan mencegah residif dengan
memperkuat dinding perut. Prinsip dasar dari operasi hernia terdiri dari
Herniotomy, Hernioraphy, dan Hernioplasty.4
Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantung hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,

12
kemudian direposisi ke cavum abdomen seperti semula. Kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioraphy, leher hernia
diikat dan digantungkan pada conjoint tendon (pertemuan m.transversus
internus abdominis dan m. obliqus internus abdominis). Pada hernioplasty
dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis.4
Pada operasi hernia ingunalis, ada 3 prinsip yang harus diperhatikan,
yaitu eksisi kantong hernia, ligasi tinggi kantong hernia, dan repair dinding
kanalis inguinalis.4
Teknik Operasi4

Gambar 7. Teknik Operasi Hernia Inguinalis

13
 Insisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinal ke
tuberculum pubicum. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE
→ tampak crus medial dan lateral yg merupakan annulus eksternus.
 Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau, dengan bantuan pinset
anatomis dan gunting dibuka lebih lanjut ke cranial sampai annulus
internus dan ke kaudal sampai membuka annulus inguinal eksternus.
 Funiculus dibersihkan, kemudian digantung dengan kain kasa dibawa ke
medial, sehingga tampak kantong peritoneum
 Peritoneum dijepit dengan 2 pinset → dibuka → usus didorong ke cavum
abdomen dengan melebarkan irisan ke proksimal sampai leher hernia.
Kantong sebelah distal dibiarkan
 Leher hernia dijahit dengan kromik → ditanamkan di bawah conjoint
tendon dan digantungkan.
 Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara:

Ferguson. Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI


abdominis MOI dan transverses dijahitkan pada ligamentum inguinale dan
meletakkan funiculus di dorsalnya, kemudian aponeurosis MOE dijahit
kembali, sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.
Bassini. MOI dan transverus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal,
funiculus diletakkan disebelah ventral → aponeurosis MOE tidak dijahit,
sehingga kanalis inguinalis tetap ada. Kedua musculus berfungsi memperkuat
dinding belakang canalis sehingga LMR hilang
Halsted. Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m. transverses abdominis,
untuk memperkuat / menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan
di subkutis.

Teknik operasi terbaru pada hernia inguinalis adalah menggunakan mesh,


suatu materi prostese yang digunakan untuk memperkuat otot-otot di region
inguinalis sehingga mengurangi timbulnya residif.

14
Keuntungan pemakaian mesh antara lain:
 Aman, terutama pada pasien dengan penyakit penyerta kronik
 Efektif dan kuat
 Penyembuhan berlangsung lebih cepat
 Nyeri pasca operasi minimal
 Jarang menimbulkan komplikasi

3.7 Komplikasi4
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia
irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum,
organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik
kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi
hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual,
muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata.
Hernia strangulata merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat
darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.

15
3.8 Prognosis4
Prognosis dari hernia jenis ini baik. Insidens residif bergantung pada
umur, letak hernia, teknik hernioplastik atau herniotomi yang dipilih.
Sebenarnya residif lebih banyak terjadi pada hernia inguinalis medialis
dibandingkan hernia inguinalis lateralis. Penyebab hernia inguinalis residif
antara lain:
 Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia
 Terjadinya infeksi pada luka operasi
 Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal
 Kesalahan tehnik operasi, misalnya ketegangan penjahitan serta
terjadinya kekurangan dalam menutup annulus inguinalis internus.

16
BAB III

ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Garuda
Tanggal Masuk RS : 12 Maret 2016

Keluhan Utama
Datang dari poli RSUD Kota Dumai pukul 15.00 WIB dengan keluhan benjolan
dilipat paha kanan sejak 1 tahun ini.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan benjolan dilipat paha
kanan. Benjolan dirasakan semakin membesar. Benjolan berdiameter ±4 cm.
Awalnya benjolan bisa keluar masuk, benjolan timbul dan semakin membesar apabila
pasien berdiri dan mengedan, dan akan hilang pada saat pasien berbaring dan tidur
atau pun saat pasien mengurut dengan tangan sendiri. ± 1 minggu ini benjolan tidak
dapat masuk kembali, selain itu pasien mengeluhkan nyeri yang hilang timbul, mual
(-), muntah (-), demam (-), nafsu makan baik, BAB terakhir 1 hari yang lalu, kentut 5
jam yang lalu, BAK lancar, nyeri BAK (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat benjolan dilipat paha (-)
- Riwayat batuk yang lama (-)
- Riwayat sulit BAB (-)
- Riwayat trauma disekitar perut (-)

17
Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada keluarga yang menderita keganasan

Riwayat pengobatan

- Pasien sebelumnya belum pernah berobat

Riwayat Psiksosial
- Pasien mengaku tidak sering makan makanan berserat
- Pasien bekerja sebagai pemotong kayu sejak 10 tahun yang lalu (+) dan
mengangkat benda berat

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan gizi : Baik
Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi napas : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37 0C
Kepala
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)\
Leher
Trakhea : Berada di tengah, deviasi (-), Pembesaran KGB (-)
Thorak (Paru)
Inpeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris.
Palpasi : Fremitus taktil kanan kiri sama
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.

18
Auskultasi : Suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, ronkhi tidak ada, wheezing
tidak ada.
Thorak (Jantung)
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 cm di SIC V linea midklavikula sinistra
Perkusi :
- Batas atas : SIC II garis parasternal sinistra
- Batas kanan : SIC IV garis sternal dekstra
- Batas kiri : SIC IV garis midklavikula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I - II normal, reguler
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar, simetris
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit
Palpasi : Supel, asites tidak ada, nyeri tekan epigastrium tidak ada, hepar, lien,
dan ginjal tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Akral hangat CRT < 2 detik, Edema (-/-)

Status Lokalis

Regio inguinalis dekstra :


Inspeksi: terdapat benjolan di bawah ligamentum inguinale, permukaan rata,
warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan, tidak terdapat tanda radang
Palpasi: teraba benjolan diameter 4x3 cm, tidak teraba hangat, kenyal, nyeri
tekan (-), benjolan tidak dapat dimasukkan, Finger Test : teraba impuls
diujung jari (+)
Auskultasi : bising usus (+).

19
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin
Hematologi

• Gol. Darah A
• Rhesus POSITIF
• Hemoglobin 13,6 gr/dl
• Leukosit 8.900 mm3
• Trombosit 181.000
• Eosinofil 3%
• Basofil 0%
• Netrofil batang 0%
• Netrofil segment 44 %
• Limfosit 40 %
• Monosit 13 %
• Hematokrit 38 %

Hemostasis

• Massa Perdarahan 2’
• Massa Pembekuan 3’
• Gula darah Sewaktu 98 mg/dl
Faal Hati
• SGOT 47 mg/dl
• SGPT 50 mg/dl
Faal Ginjal
• Ureum 15 mg/dl
• Kreatinin 1,5 mg/dl

20
Diagnosis

- Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Ireponibel

Rencana Penatalaksanaan
Pro operasi hernioraphy

Penatalaksanaan
- IFVD RL 20 gtt/i
- Puasa
- Pasang kateter urin

Prognosis
Dubia ad bonam

21
BAB IV
CATATAN PERKEMBANGAN PENYAKIT/FOLLOW UP
Tanggal: 13 Maret 2017; Hari rawat ke 1
Keluhan Benjolan dirasakan nyeri hilang timbul, mual (-), muntah (-),
demam (-), BAK lancar, kentut (+), BAB terakhir 1 hari yang
lalu
Pemeriksaan Fisik TD: 110/70 mmHg, HR: 78x/i, RR: 18X/i, T: 36,7 °C
Status lokalisata:
Inspeksi: terdapat benjolan di bawah ligamentum inguinale,
permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan,
tidak terdapat tanda radang
Palpasi: teraba benjolan diameter 4x3 cm, tidak teraba hangat,
kenyal, nyeri tekan (-), benjolan tidak dapat dimasukkan, Finger
Test : teraba impuls diujung jari (+)
Auskultasi : bising usus (+).
Diagnosis Hernia Ingunalis Lateralis Dekstra Ireponible
Terapi IVFD RL 20 tpm
Rencana Hernioraphy

Tanggal: 14 Maret 2017; Hari rawat ke 2


Keluhan Nyeri post op (+), kembung (+), mual (-), muntah (-), demam (-)
BAK warna kuning, kentut (-), BAB (-)
Pemeriksaan Fisik TD: 110/70 mmHg, HR: 80x/i, RR: 18X/i, T: 36,7 °C
Status lokalisata:
Inspeksi: perut tampak cembung, tampak luka tertutup perban,
perban kering dan bersih, rembesan nanah (-), darah (-), tanda-
tanda radang (-)
Auskultasi: BU (+) normal

22
Palpasi: Supel (+), Nyeri tekan (+)
Perkusi: hipertimpani diabdomen
Diagnosis Post hernioraphy hari ke 1 a/i Hernia Ingunalis Lateralis
Dekstra Ireponible
Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj ketorolac amp 30 mg /8 jam
Inj Asam traneksamat amp 50 mg/8 jam

Tanggal: 15 Maret 2017; Hari rawat ke 3


Keluhan Nyeri post op (+)↓, kembung (-), mual (-), muntah (-), demam
(-) BAK warna kuning, kentut (+), BAB (+)
Pemeriksaan Fisik TD: 120/70 mmHg, HR: 80x/i, RR: 20X/i, T: 36,4 °C
Status lokalisata:
Inspeksi: perut datar, tampak luka tertutup perban, perban kering
dan bersih, rembesan nanah (-), darah (-), tanda- tanda radang (-)
Auskultasi: BU (+) normal
Palpasi: Supel (+), Nyeri tekan (+)↓
Perkusi: timpani diseluruh kuadran abdomen
Diagnosis Post hernioraphy hari ke 2 a/i Hernia Ingunalis Lateralis
Dekstra Ireponible
Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj ketorolac amp 30 mg /8 jam
Inj Asam traneksamat amp 50 mg/8 jam

Tanggal: 16 Maret 2017; Hari rawat ke 4


Keluhan Nyeri post op (+)↓, kembung (-), mual (-), muntah (-), demam
(-) BAK warna kuning, kentut (+), BAB (+)
Pemeriksaan Fisik TD: 120/70 mmHg, HR: 80x/i, RR: 20X/i, T: 36,4 °C

23
Status lokalisata:
Inspeksi: perut datar, tampak luka tertutup perban, perban kering
dan bersih, rembesan nanah (-), darah (-), tanda- tanda radang (-)
Auskultasi: BU (+) normal
Palpasi: Supel (+), Nyeri tekan (+)↓
Perkusi: timpani diseluruh kuadran abdomen
Diagnosis Post hernioraphy hari ke 3 a/i Hernia Ingunalis Lateralis Dekstra
Ireponible
Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj ketorolac amp 30 mg /8 jam
Inj Asam traneksamat amp 50 mg/8 jam

Tanggal: 17 Maret 2017; Hari rawat ke 5


Keluhan Nyeri post op (-), kembung (-), mual (-), muntah (-), demam (-)
BAK warna kuning pucat, kentut (+), BAB (+)
Pemeriksaan Fisik TD: 110/70 mmHg, HR: 80x/i, RR: 20X/i, T: 36,5 °C
Status lokalisata:
Inspeksi: perut datar, tampak luka tertutup perban, perban kering
dan bersih, rembesan nanah (-), darah (-), tanda- tanda radang (-)
Auskultasi: BU (+) normal
Palpasi: Supel (+), Nyeri tekan (-)
Perkusi: timpani diseluruh kuadran abdomen
Diagnosis Post hernioraphy hari ke 4 a/i Hernia Ingunalis Lateralis
Dekstra Ireponible
Terapi Pasien diperbolehkan pulang dan pasien berobat jalan
- Cefadroxil tab 500 mg 2x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 2x1

24
BAB V

ANALISA KASUS

Telah dilaporkan seorang pasien berusia 66 tahun dengan diagnosis Hernia


inguinalis lateralis dekstra ireponibel. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Berdasarkan anamnesis didapatkan benjolan dilipat paha kanan, hal tersebut


menandakan terdapat penonjolan atau protursi sesuai dengan definisi dari Hernia.
Benjolan dilipat paha tersebut tidak dapat masuk kembali yang mengarah pada hernia
ireponibel, tetapi pada pasien tidak ditemukan adanya demam, mual (-), muntah (-)
dan pasien masih flatus dan masih dapat BAB dimana gejala tersebut tidak mengarah
pada hernia inkaserata ataupun strangulata. Dari faktor predisposisi pasien
mempunyai riwayat mengangkat benda berat. Dan dari anamnesis mengarah pada
hernia inguinalis dekstra ireponible. Dan untuk membedakan hernia tersebut lateralis
atau medialis dilakukanlah pemeriksaan fisik.

Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di bawah ligamentum


inguinale, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan, tidak terdapat
tanda radang dan pada saat di palpasi teraba benjolan diameter 4x3 cm, bentuk
lonjong, tidak teraba hangat, kenyal, nyeri tekan (-), benjolan tidak dapat
dimasukkan. Dan auskultasi bising usus (+), pada pemeriksaan penunjang yakni
dilakukan Finger Test dengan cara menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5, dimasukkan
lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal lalu penderita disuruh
batuk dan jika teraba impuls diujung jari (+) berarti Hernia inguinalis lateralis dan
jika teraba impuls disamping jari berarti Hernia inguinalis Medialis. Dan pada pasien
ini teraba impuls diujung jari yang berarti Hernia inguinalis Lateralis.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka


untuk tatalaksana pada pasien ini dilakukan hernioraphy yang terdiri dari herniotomi
dan hernioplasti. Dimana herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai

25
kelehernya. Kantong dibuka da nisi hernia dibebaskan lalu kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong. Setelah itu dilakukan tindakan memperkecil annulus
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis atau biasa disebut
dengan hernioplasty.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi Revisi. Jakarta:
EGC.1997.
2. Kingsnorth, AN. Hernia Management in Fundamental of Surgery Second
Edition. Cambridge: Cambridge University Press. 2006. p. 264.
3. Brucinardi C. Hernia. 8th edition. E-book Schwartz’s Principal of Surgery.
2007.
4. National Digestive Disease Information Clearinghouse (NDDIC). Inguinal
Hernia. http://www.digestive.niddc.nih.gov.
5. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta.
Edisi ke-3. Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000. p. 313-317.
6. Rudita, M. Hernia Inguinalis Lateralis. http://www.fkumycase.net.
7. Rather AA. Abdominal Hernias.
http://emedicine.medscape.com/article/189563-overview#showall
8. Ryszard M.P. Abdominal Hernia
.jama.jamanetwork.com/data/Journals/JAMA/20329/jpg15003_2130_2130.p
df
9. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P,
Maulany R.F, Tambajong J. Jakarta : EGC, 1995.

27

Anda mungkin juga menyukai