PENDAHULUAN
1
1) Bagaimana konsep teori pre-eklampsia dan eklampsia dalam kasus
kegawatdaruratan obstetric gynecology?
2) Bagaimana konsep asuhan keperawatan pre-eklampsia dan eklampsia
dalam kasus kegawatdaruratan obstetric gynecology?
2
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Preeklampsia merupakan tekanan darah > 140/90 mmHg yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Menurut Cunningham (2011) kriteria
minimum untuk mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi disertai
proteinuria minimal.
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,
edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau
kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas
pada vili dan korialis (Mitayani, 2011).
Preeklampsia adalah sindroma khusus kehamilan yang ditandai dengan derajat
ketidakseimbangan plasenta dan respons ibu yang mencakup inflamasi sistemik.
Sebagian besar mempertimbangkan hipertensi dan proteinuria sebagai ciri
preeklampsia, namun manifestasi klinis sindrom ini sangat heterogen (James et al,
2011).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang
dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang
dan koma (Kamus Istilah Medis: 163, 2011).
B. ETIOLOGI
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak
teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut, tetapi tidak ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima menerangkan
sebagai berikut:
a. Sering terjadi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidos.
b. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan ibu dengan kematian janin dalam
uterus.
d. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilankehamilan berikutnya.
3
e. Sebab timbul hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Teori-teori pada saat ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeclampsia ialah
iskemia plasenta. Faktor resiko preeclampsia antara sebagai berikut :
a. Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda.
b. Kelompok sosial ekonomi rendah.
c. Hipertensi esensial.
d. Penyakit ginjal kronis (menahun/terus menerus)
e. DM (diabetes melitus)
f. Multipara
g. Pohidramnion
h. Obesitas
i. Riwayat preeklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga (Mitayani,
2011).
Menurut Maryunani (2016), penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti penyebabnya. Frekuensi meningkat pada ibu dengan:
a. Sering terjadi pada primigravida, hidramnion, dan molahdatidosa.
b. Molahidatidosa
c. Gemeli
d. Umur > 35 tahun
e. Gizi buruk dan anemia
f. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga.
4
2) Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan dan selalu
dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas, seperti
kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
b. Hipertensi
1) Peningkatan tekanan darah merupakan tanda awal yang penting pada pre-
eklampsia.
2) Tekanan diastolic merupakan tanda prognostic yang lebih andal dibandingkan
dengan tekanan sistolik.
3) Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus
menunjukan keadaan abnormal.
c. Proteinuria
1) Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal dan positif satu, positif
dua tidak sama sekali.
2) Pada kasus berat, protenuria dapat ditemukan dan mencapai 10 g/dl.
3) Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi dan
kenaikan berat badan.
5
Berdasarkan klasifikasinya, adapun tanda dan gejala pre-eklampsi adalah
sebagai berikut:
1. Preeklampsi
a. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.
Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit
trofoblas. Preeklampsia dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda
dibawah ini:
a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, yaitu kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
b) Edema umum, kaki, jari, tangan, dan wajah atau kenaikan BB 1 kg atau
lebih per minggu.
c) Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+
pada urine kateter / midstream
b. Preeklampsia Berat
Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Preeklampsia dikatakan
berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda-tanda di bawah ini:
a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b) Proteinuria 5 gram atau lebih per liter.
c) Oliguria jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium.
e) Ada edema paru dan sianosis (Maryunani, 2016).
Dapat disertai keterlibatan organ lain:
1) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
2) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
3) Sakit kepala , skotoma penglihatan
4) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
6
c. Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
1) Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan
20 minggu)
2) Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000
sel/uL pada usia kehamilan > 20 minggu (Kementerian kesehatan RI,
2013)
7
Resiko cedera
pada ibu
8
D. PATOFISIOLOGI
9
Terlepasnya material plasenta memicu gambaran klinis tahap 2, yaitu
tahap simtomatik (timbul gejala). Pada tahap ini berkembang gejala hipertensi,
gangguan renal, dan proteinuria, serta potensi terjadinya sindrom HELLP,
eklamsia dan kerusakan end organ lainnya.
Sindroma HELLP adalah pre eklampsia dan eklampsia yang disertai
dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan
trombositopenia. (H = Hemolisis; EL = Elevated Liver Enzim; LP = Low
Platelets Count).
Klasifikasi sindroma HELLLP :
1. Klasifikasi missisippi
Kelas I : Trombosit 50.000/ml atau kurang; serum LDH 600.000 IU/l
atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.
Kelas II : Trombosit lebih 50.000 sampai 100.000/ml; serum LDH
600.000 IU/l atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.
Kelas III : Trombosit lebih 100.000 sampai 150.000/ml; serum LDH
600.000 atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.
2. Klasifikasi Tennese
Kelas lengkap: Trombosit kurang 100.000/ml; LDH 600.000 IU/l
atau lebih; AST 70 IU/l atau lebih.
Kelas tidak lengkap : Bila ditemukan 1 atau 2 dari tanda-tanda diatas.
Dua fakta klinis tersebut menuntun pada hipotesis kuat bahwa plasenta
memegang peranan penting dalam patogenesis preeklampsia. Terapi paling
efektif dari preeklampsia adalah dengan melahirkan plasenta. Selain itu bila
plasenta berkembang berlebihan (hiperplasentosis), misalnya pada mola
hidatidosa atau gemeli, seringkali berkembang menjadi preeklampsia berat.
Hal tersebut didukung oleh pemeriksaan patologi bahwa pada plasenta dengan
preeklampsia terdapat infark luas, sklerosis yang menyebabkan penyempitan
arteri dan arteriol serta terdapat remodeling yang in adekuat pada arteri
spiralis.
10
Pemeriksaan USG doppler arteri uterina dapat menilai adanya perubahan pada
aliran darah yang disebabkan karena peningkatan resistensi vaskular sebelum
gejala klinis timbul. Selanjutnya peningkatan vasokontriksi ateri uterina akan
menimbulkan hipertensi, proteinuria, dan endoteliosis glomerular. Gejala-
gejala tersebut yang mendukung untuk ditegakkannya diagnosis preeklampsia,
dan merupakan suatu tahap kedua atau preeklampsia dengan manifestasi gejala
klinik. Sehingga adanya ganguan histologi, fungsi, dan metabolisme plasenta
diduga sangat besar peranannya pada patofisologi preeklampsia (Pribadi,
DKK. 2015).
Gangguan berat fungsi kardiovaskular yang normal umum terjadi pada
preeklamsia atau eklamsia. Ini terkait dengan:
1. Afterload jantung meningkat yang disebabkan oleh hipertensi
2. Preload jantung, yang secara substansial dipengaruhi oleh
hipervolemiapada kehamilan
3. Aktivasi endotel dengan ekstravasasi cairan intravaskular ke
ruangekstraseluler, dan yang terpenting, ke dalam paruparu.Selama
kehamilan normal, terjadi peningkatan masa ventrikel, tetapi tidak
ada bukti yang meyakinkan bahwa terjadi perubahan struktural
tambahan yang disebabkan oleh preeklamsia (Hibbard, DKK. 2009).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Maternal
a) Asam urat
Hipertensi yang disertai peningkatan asam urat berhubungan dengan
PJT. Hiperurikemia merupakan tanda dini penyakit karena terjadi
penurunan klirens asam urat sebelum penurunan filtrasi glomerular
filtration rate (GFR) ginjal terjadi. Peningkatan asam urat dalam darah
tidak hanya gangguan fungsi ginjal tetapi dapat pula disebabkan
peningkatan stres oksidatif.
b) Kreatinin
Terjadi peningkatan kreatinin pada preeklampsia berat tetapi biasanya
belum terjadi perubahan pada preeklampsia ringan.
c) Tes fungsi hepar
11
Peningkatan aspartat aminotranferase (AST/SGOT) dan alanine
aminotransferase (ALT/SGPT) merupakan tanda prognosis buruk pada
ibu dan janin. Konsentrasi dari protein ini berhubungan dengan
beratnya penyakit preeklampsia dengan komplikasi berat pada hepar.
d) Faktor pembekuan
Terjadi penurunan dari faktor III, faktor VIII selain trombositopenia.
Gangguan ini menimbulkan risiko terjadi perdarahan pasca persalinan.
e) Analisis urine (proteinuria).
f) Pencocokan ulang: cross matching.
g) Pemeriksaan urine untuk ekskresi protein 24 jam
2) Fetal
a) Klik chart (rekaman gerakan janin)
b) CTG (kardiografi)
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan kasus preeklampsia berat / eklampsia ialah:
1. Mencegah timbulnya kejang / kejang ulangan pada eklampsia.
2. Mencegah timbulnya komplikasi pada ibu dan atau anaknya.
3. Terminasi kehamilan secara aman.
a) Preeklampsia Ringan
Pada preeklapmsia ringan pengobatan bersifat simtomatis dan istirahat yang
cukup. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari dapat dilakukan bila tidak bisa tidur.
Bila tekanan darah tidak turun dan ada tanda-tanda ke arah preeklamsi berat
maka dapat diberikan obat antihipertensi serta dianjurkan untuk rawat inap.
b) Preeklampsia Berat/Eklampsia
1. Pengobatan medikamentosa
Pasien eklamsia harus ditangani di Rumah Sakit diberi pengobatan awal untuk
mengatasi kejang dan pemberian obat Antihiperentensi. Berikan O 2 4-6
liter/menit. Pasang infus D5 % 500 ml/ 6 jam dengan kecepatan 20 tetes
permenit. pasang kateter urin, pasang guedel atau spatel. Bahu diganjal kain
12
setebal 5 cm agar lebih defleksi sedikit. Posisi tempat tidur dibuat sedikit
fowler agar kepala tetap tinggi. Fiksasi pasien agar tidak jatuh.
Kriteria minimum untuk mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi
dan proteinuria. Kriteria lebih lengkap digambarkan oleh Working Group of
the NHBPEP (2000) seperti digambarkan dibawah ini:
Disebut preeklamsi ringan bila terdapat:
1) Tekanan darah >140 / 90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.
2) Proteinuria kuantitatif (Esbach) 300 mg / 24 jam, atau dipstick +1.
Disebut preeklampsia berat bila terdapat:
1) Tekanan darah >160 / 110 mmHg.
2) Proteinuria kuantitatif (Esbach) 3 gr / 24 jam, atau dipstick +2.
13
Penurunan - +
Platelet
Peningakatan - +
Bilirubin
Peningkatan - +
Kreatinin
14
Perawatan kalau kejang
a. Kamar isolasi yang cukup tenang
b. Pasang sudep lidah ke dalam mulut
c. Kepala direndahkan dan orofaring dihisap
d. Oksigenasi yang cukup
e. Fiksasi badan di tempat tidur harus cukup longgar agar tidak terjadi fraktur.
Perawatan kalau koma
a. Monitoring kesadaran dan dalamnya koma dan tentukan skor tanda vital
b. Perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita.
c. Pada koma yang lama bila nutrisi parenteral tidak mungkin maka berikan
dalam bentuk per NGT.
Antihipertensi
Pengobatan hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah secara
bertahap sampai pada angka normal dan mencegah pendarahan pada janin.
Penatalaksanaan hipertensi pada ibu hamil dibagi menjadi:
a. Ringan – Sedang
Jika tekanan darah sistolik 140-160 mmHg dan diastolik 90-100 mmHg dapat
menggunakan terapi:
Tabel : Penatalaksanaan hipertensi pada ibu hamil (ringan-sedang)
menurut QueenslandHealth (Hypertensive Disorders of Pregnancy) tahun
2013
Nama Obat Dosis Frekuensi Rute
Lini Metildopa 250 mg 2x PO
Pertama Labetolol 100 mg, max 2,4 2x PO
g/hari
Oxeprenolol 80-160 mg, max 2x PO
320 mg/hari
Lini Kedua Hydralazine 25 mg, max 100 2x PO
mg/hari
Nifedipine 5-20 mg 2-3x PO
Prazosin 1 mg, max 20 2-3x PO
mg/hari
15
b. Berat / Akut
Jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 100
mmHg dapat menggunakan terapi:
Tabel : Penatalaksanaan hipertensi pada ibu hamil (berat/akut) menurut
QueenslandHealth (Hypertensive Disorders of Pregnancy) tahun 2013
b) Janin
- Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
16
- Adanya tanda IUGR
c) Laboratorium
Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
c. Pengobatan medikamentosa
1) Segera masuk rumah sakit.
2) Tidur baring, miring ke satu sisi (sebaiknya kiri), tanda vital diperiksa
setiap 30 menit, refleks patella setiap jam.
3) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc.
4) Antasida.
5) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6) Pemberian obat anti kejang: diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan 40
mg dalam Dekstrose 10% selang 4-6 jam atau MgSO4 40% 5 gram IV
pelanpelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500 cc untuk 6 jam.
7) Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40
mg/IV.
8) Antihipertensi diberikan bila: tekanan darah sistolik ”180 mmHg,
diastolik ” 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Dapat diberikan
catapres ½-1 ampul IM dapat diulang tiap 4 jam, atau alfametildopa 3 x
250 mg, dan nifidipine sublingual 5-10 mg.
9) Kardiotonika, indikasinya, bila ada tanda-tanda payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid.
10) Lain-lain:
a) Konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata.
b) Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih dari 38,5 derajat
celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
atau xylamidon 2 cc IM.
c) Antibiotik diberikan atas indikasi, diberikan ampicilin 1 gr/6
jam/IV/hari.
17
d) Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus, dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-
lambatnya 2 jam sebelum jalan lahir.
d. Pengobatan obstetrik
1) Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
a) Induksi persalinan: tetesan oksitosin dengan syarat nilai bishop 5 atau
lebih dan dengan fetal heart monitoring.
b) Sectio caesarea
Sectio Caesar adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histeretomi)
untuk mengeluarkan bayi (Maryunani A, 2014). Dilakukannya SC bila
ada tanda dan gejala :
- Plasenta Previa sentralis dan lateralis (posterior)
- Panggul sempit
- Disporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran
kepala dan ukuran panggul
- Rupture uteri mengancam
- Partus lama (prolonged labor)
- Partus tak maju (obstructed labor)
- Distosia serviks
- Pre-eklamsia dan hipertensi
- Malpresentasi janin (Nanda Nic Noc. 2015).
2) Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala I
a) Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan sectio
caesarea.
b) Fase aktif : amniotomi saja, bila 6 jam setelah amniotomi belum
terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan sectio caesarea (bila perlu
dilakukan tetesan oksitosin)
Kala II
e. Perawatan konservatif
1) Indikasi: bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-
tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2) Terapi medikamentosa: sama dengan terapi medikamentosa pada
pengelolaan aktif, hanya laoding dose MgSO4 tidak diberikan
intravenous, cukup intramuskular saja dimana 4 gram pada bokong kiri
dan 4 gram pada bokong kanan.
3) Pengobatan obstetri:
a) Selama perawatan konservatif: observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tandatanda
preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap terapi
medikamentosa gagal dan harus diterminasi.
d) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
4) Penderita dipulangkan bila:
a) Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda preeklampsia ringan
dan telah dirawat selama 3 hari.
b) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklampsia ringan:
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan
(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
c) Eklampsia
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi
fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC),
mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah
trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya
pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan
cara yang tepat.
19
Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia, merupakan
perawatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa
eklampsia adalah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi
penyulit, khususnya hipertensi kritis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin
sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat.
Perawatan yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan
karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk
terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut
belum jelas, terapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan
oliguria ialah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradien
tekanan onkotik koloid/pulmonary capillary wedge pressure.
Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan
output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting artinya harus dilakukan
pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan
melalui urin.
Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi.
Cairan yang diberikan dapat berupa (a) 5 % Ringer-dekstrose atau cairan garam
faali jumlah tetesan: < 125 cc/jam atau (b) Infus Dekstrose 5 % yang tiap 1
liternya diselingi dengan infus Ringer laktat (60-125 cc/jam) 500cc.
Dipasang Foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi
bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan
antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat
menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang cukup
protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
Pengelolaan kejang:
20
6. Berikan O2 4-6 liter/menit
7. Pengelolaan umum
8. Jika tekanan diastolik ≥ 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik antara 90-100 mmHg
9. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
10. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
21
MgSO4, jika:
ANTI KONVULSAN
22
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat
dan eklampsia:
a. Solutio Plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering
terjadi pada pre eklampsia.
b. Hipofibrinogemia
Kadar fibrin dalam darah yang menurun.
c. Hemolisis
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah
yang tidak berwarna menjadi merah.
d. Perdarahan Otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.
e. Kelainan Mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu,
dapat terjadi.
f. Edema Paru
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.
g. Nekrosis Hati
Nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan akibat
vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,tetapi
ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.Kerusakan sel-sel hati dapat
diketahui dengan pemeriksaan pada hati,terutama penentuan enzim-enzimnya.
h. Sindrome Hellp
Haemolisis, elevatea liver anymes dan low platelet
i. Kelainan Ginjal
Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel
endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat
timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
23
j. Komplikasi lain
• Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang
preumania
• aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)
• Prematuritas
• Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.
A. PENGKAJIAN
1) Identitas
a) Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama,
Bangsa
b) Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.
2) Pengkajian Primer
a) Airway
Kaji :
- Bersihan jalan nafas
- Adanya/ tidaknya jalan nafas
- Distres pernafasan
- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
b) Breathing
Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara nafas melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c) Circulation
Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembapan kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
24
d) Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS ( Glasgow Coma Scale )
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
e) Exposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada (Muslicha : 45-46 )
3) Pemeriksaan Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan
diagnostik.
Anamnesis
a) Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, Takipnea
b) Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler
Tanda: Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit,
suhu dingin
c) Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, Factor
stress multipel
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan
pola bicara
d) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e) Makanan/Cairan
25
Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
Tanda: BB normal atau obesitas, adanya edema
f) Neurosensori
Gejala: keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optic
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
h) Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda: distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis
i) Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda: episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura
j) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone.
(Dongoes Marilynn E, 2000)
Pemeriksaan penunjang:
a) Pemeriksaan hemoglobin
b) Proteinuria 3 gram
c) Produksi urine (oliguria produksi urine kurang dari 500cc/24 jam)
d) Pemeriksaan kadar asam urat darah (meningkat)
e) Pemeriksaan kadar BUN dan Kreatinin serum(meningkat)
f) Pemeriksaan berat badan (Peningkatan berat badan sekitar 0,5 kg
perminggu adalah normal tetapi bila melebihi dari 1 kilo dalam seminggu
atau 3 kilo dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya preeklampsia
harus dicurigai Berat badan: peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu)
26
g) USG: untuk mengetahui keadaan janin
h) NST: untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan interstitial yang berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemia/penurunan
aliran balik vena
3. Resiko cidera pada janin b.d tidak adekuatnya perfusi darah ke placenta
4. Risiko cedera pada ibu b.d edema/ hipoksia jaringan, kejang tonik klonik
5. Nyeri epigastrik b.d peregangan kapsula hepar
C. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO NOC NIC Commented [AM1]:
KEPERAWATAN
27
3. Monitor tanda kelebihan cairan
atau retensi
4. Kaji apakah ada edema
5. Monitor status nutrisi
6. Berikan cairan bila diperlukan
7. Monitor intake dan output
Monitor cairan
1. Menentukan jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
2. Menentukan faktor risiko yang
mungkin muncul dari
ketidakseimbangan cairan
3. Monitor berat badan
4. Monitor intake dan output
5. Monitor TD, RR, nadi, dan suhu
6. Jaga keakuratan intake dan
output
2 Penurunan curah Status sirkulasi Perawatan Jantung
jantung yang Indikator : 1. Melakukan penilaian
berhubungan dengan 1. Tekanan darah sistolik komprehensif sirkulasi perifer
hipovolemia/penurunan normal (misalnya, memeriksa denyut
aliran balik vena 2. Tekanan darah diastolic perifer, edema, pengisian kapiler,
normal warna, dan suhu ekstremitas)
3. Tekanan paru normal 2. Perhatikan tanda-tanda dan gejala
4. Tekanan darah rata-rata penurunan curah jantung
dalam rentang normal 3. Memonitor tanda-tanda vital yang
5. Tekanan vena sentral normal sering
6. Saturasi oksigen normal 4. Memonitor keseimbangan cairan
(misalnya, asupan / output dan
harian delapan)
5. Menginstruksikan pasien dan
keluarga tentang pembatasan
aktivitas dan perkembangan
28
6. Memonitor toleransi aktivitas
pasien
7. Memantau dyspnea, kelelahan,
takipnea, ortopnea dan
8. Mempromosikan pengurangan
stress
9. Membangun hubungan yang
mendukung dengan pasien dan
keluarga
3 Resiko cidera pada janin Status fetal : Antepartum Antenatal care
b.d tidak adekuatnya Indikator : 1. Monitor tekanan darah
perfusi darah ke 1. HR janin (120-160 bpm) 2. Monitor glukosa urin dan level
placenta normal protein
2. Frekuensi pergerakan janin 3. Monitor level hemoglobin
normal 4. Monitor mata kaki, tangan, dan
3. Tes kontraksi stress wajah dari edema
4. Temuan sampel cairan 5. Monitor HR janin
amnion normal 6. Instruksikan pasien untuk
5. Aliran darah arteri tali pusat monitor aktivitas janin
normal 7. Instruksikan pasien tentang efek
alcohol dan obat terlarang
8. Instruksikan pasien tentang
pertumbuhan dan perkembangan
janin
9. Monitor status nutrisi
4 Risiko cedera pada ibu Kontrol resiko Management Lingkungan
b.d edema/ hipoksia Indikator : 1. Ciptakan lingkungan yang
jaringan, kejang tonik 1. Menyatakan resiko nyaman bagi klien
klonik 2. Memantau faktor resiko 2. Identifikasi kebutuhan keamanan
lingkungan klien
3. Memantau faktor resiko 3. Sediakan tempat tidur yang
perilaku pribadi nyaman dan bersih
4. Mengembangkan strategi 4. Posisikan tempat tidur agar
29
kontrol risiko yg efektif mudah terjangkau
Kontrol gejala 5. Kurangi stimulus lingkungan
Indikator : Identifikasi Resiko
1. Mengenal permulaan gejala 1. Identifikasi resiko yang mungkin
2. Mengenal gejala menetap muncul
3. Mengenal kepelikan gejala 2. Berikan status pengajaran
4. Mengenal frekuensi gejala 3. Rencanakan untuk mengurangi
5. Mengenal variasi gejala aktivitas yang beresiko
6. Gunakan tindakan 4. Identifikasi sumber yang
pencegahan dapat membantu klien
7. Gunakan tindakan
mengurangi gejala
8. Laporakan pengontrolan
gejala
5 Nyeri epigastrik b.d Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
peregangan kapsula Indikator : 1. Lakukan penilaian nyeri secara
hepar 1. Menilai faktor penyebab komprehensif dimulai dari lokasi,
2. Menghitung lamanya nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
3. Gunakan ukuran kualitas, intensitas dan penyebab
pencegahan 2. Pastikan pasien mendapatkan
4. Pengurangan nyeri dengan perawatan dengan analgesic
non analgesic 3. Gunakan komunikasi yang
5. Gunakan TTV untuk terapeutik agar pasien dapat
memantau perawatan menyatakan pengalamannya
6. Penggunaan analgesic terhadap nyeri serta dukungan
7. Laporkan tanda dan gejala dalam merespon nyeri
nyeri pada petugas 4. Tentukan dampak nyeri terhadap
kesehatan kehidupan sehari-hari (tidur,
Tingkatan Nyeri nafsu makan, aktivitas,
Indikator : kesadaran, mood, hubungan
1. Melaporkan nyeri sosial, performance kerja dan
2. Respon tubuh melakukan tanggung jawab
3. Panjangnya episode nyeri sehari-hari
30
4. Eksperesi wajah saat nyeri 5. Menyediakan informasi tentang
5. Melindungi bagian yang nyeri, contohnya penyebab nyeri,
nyeri bagaimana kejadiannya,
6. Gelisah mengantisipasi ketidaknyamanan
terhadap prosedur
6. Kontrol faktor lingkungan yang
dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien
(suhu ruangan, pencahayaan,
keributan)
7. Pertimbangkan tipe dan sumber
nyeri ketika memilih metoda
mengurangi nyeri
8. Mendorong pasien dalam
memonitor nyerinya sendiri
Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi, karakteristik,
mutu, dan intensitas nyeri
sebelum mengobati pasien
2. Cek riwayat alergi obat
3. Tentukan jenis analgesik yang
digunakan (narkotik, non narkotik
atau NSAID) berdasarkan tipe dan
tingkat nyeri
4. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian obat narkotik
dengan dosis pertama atau jika
ada catatan luar biasa
5. Tentukan analgesik yang cocok,
rute pemberian dan dosis optimal
31
BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi
dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan
tidak tergantung pada keadaan emosional pasien.
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada 2
pengukuran berjarak 1 jam atau lebih
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:
1. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan
20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum
2. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu.
Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah
hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin. Manfaat aspirin,
kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum
sepenuhnya terbukti, yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-
tepat.
Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas
bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan,
keluarga (suami, orang tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal. Pemasukan
cairan terlalu banyak dapat mengakibatkan edema paru.
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko
terjadinya depresinafas pada neonatus.
1.2 Saran
Sebagai penyusun makalah ini, kami menyarankan kepada para pembaca
khususnya kepada para perawat agar lebih mendalami materi yang telah
terpaparkan dalam makalah ini agar dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
32
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Anik & Yulianingsih 2009, Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan, Trans Info
Media, Jakarta.
Astuti, Sri Lestari Dwi, Sunaryo , Tri. Haryati, Susi Dwi. 2013. Analisis Faktor Resiko Yang
Terjadinya Pre Eklampsi Berat Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga. Jurnal Nasional.
Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan.
Leveno, Kenneth J. 2009. Williams Manual of Obstetrics. Ed, 21. Jakarta: EGC
33