Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI DAN KIMIA KLINIK

PRAKTIKUM II

(PEMERIKSAAN URINALIS DAN SERUM KREATININ)

Nama Dosen Koordinator :

IK. Putra Juliantara, S.Pd.,M.Si

Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 31 Mei 2019

Nama Praktikan : I Wayan Juniarsa

NIM : 171200248

Kelas : A2D

Kelompok : II

PRAKTIKUM PATOLOGI DAN KIMIA KLINIK

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI

2019
BAB I

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


2. Mahasiswa mampu menentukan berat jenis urin.
3. Mahasiswa mampu menetapkan kadar kreatinin pada serum atau plasma darah.

1.2 PRINSIP PRAKTIKUM


Urea
Urea + H2O 2 NH3 + CO2
GD

2NHO4 + 2 α-ketoglutarate + 2NADH 2 L-glutamate + 2NAD + + 2H2O Urea


dihidrolisis oleh urea untuk menghasilkan ammonia dan karbon dioksida. Ammonia yang
dibebaskan bereaksi dengan α-ketoglutarate dengan adanya NADH untuk menghasilkan
glutamatr, jumah equimolar NADH mengalami oksidasi selama reagen yang menghasilkan
penurunan absensi yang berbanding lurus dengan konsentrasi nitrogen urea dalam sampel.

Alkali Medium

Creatinine + Sodium picrate creatine-picrate complex

(yellow-orange)

Kreatinin bereaksi dengan asam pikrat dalam koalisi alkali untuk membentuk kmpleks
warna yang menyerap pada 510 nm. Laju formasi warna sebanding dengan kreatinin dalam
sampel.

BAB II

DASAR TEORI
Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan tangan. Ginjal
berada di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, satu di setiap sisi
tulang belakang. Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200 liter darah untuk menyaring
sekitar 2 liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan air ekstra menjadi urin, yang
mengalir ke kandung kemih melalui tabung yang disebut ureter. Kandung kemih menyimpan
urin sampai melepaskannya melalui air seni (NIDDK, 2009).
Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh, melakukan banyak fungsi
penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran
darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-
basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit.
Dalam ginjal, senyawa kimia sisa metabolisme disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama
dengan air berlebihan) sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang
disebut sebagai glomeruli. Selain mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormon penting
yaituerythropoietin atau EPO, yang merangsang sumsum tulang untuk membuat sel-sel
darah merah; renin, yang mengatur tekanan darah; calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang
membantu mempertahankan kalsium untuk tulang dan untuk keseimbangan kimia yang
normal dalam tubuh (NIDDK, 2009).
Ureum merupakan hasil akhir dari metabolisme protein dalam tubuh sedangkan kreatinin
merupakan hasil akhir dari metabolisme keratin di dalam otot. Senyawa-senyawa ini harus
dikeluarkan dari tubuh secara terus menerus untuk memastikan terus berlangsungnya
metabolisme protein di dalam sel. Gangguan ginjal kronik akan menyebabkan penurunan
laju filtrasi glomerulus (fungsi penyaringan ginjal) sehingga kemampuan ginjal menyaring
ureum maupun kreatinin juga menurun, akibatnya zat-zat tersebut akan meningkat
jumlahnya di dalam darah (Satriana, 2008).
Kadar normal dari urea didalam darah adalah pada rentang 10-50 mg/dL sedangkan nilai
normal dari kreatinin didalam darah untuk pria adalah 0.75-1.3 mg/dL dan untuk wanita 0.6-
1.1 mg/dL (prodia). Parameter kreatinin dan nitrogen urea darah atau blood urea nitrogen
(BUN) dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat adanya gangguan fungsi ginjal
(Widhyari, 2015).
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine
triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin
dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian
energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi
oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin. (Corwin J.E, 2001).
Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Kreatinin telah ditemukan
untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji fungsi ginjal.
Rentang normal untuk bayi baru lahir : 0,3 –1,0 mg/dL atau 27 –88 µmol/L ; Balita : 0,2
–0,4 mg/dL atau 18 –35 µmol ; Anak –anak : 0,3 –0,7 mg/dL atau 27 –62 µmol/L ; Remaja :
0,5 –1,0 mg/dL atau 44 –88 µmol/L ; Dewasa pria : 0,6 –1,2 mg/dL atau 53 –106 µmol/L ;
Dewasa wanita : 0,5 –1,1 mg/dL atau 44–97 µmol/L. Kadar pada wanita sedikit lebih
rendah, karena masa otot yang lebih rendah dari pria. Kreatinin darah meningkat jika fungsi
menurun. Selain itu kreatinin darah meningkat karena kegagalan ginjal akut atau kronis,
syok yang lama, kanker, lupus, diabetik, gagal jantung, diet ( contohnya : daging sapi tinggi,
unggas dan ikan ). Sedangkan penurunan kreatinin dapat dijumpai pada distrofiotot ( tahap
akhir ) dan myastenia gravis. ( Anggraeni, 2012 ).

BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT
1. Mikropipet dan tip
2. Tabung reaksi
3. Spektrofotometer
4. Water bath
5. Kuvet
3.2 BAHAN
1. Sampel darah
2. Reagen urea dan kratin (Reiged).

BAB IV

CARA KERJA

I.1 Urea
a. Larutan Blanko

Pipet aquadest sebanyak 1000 µL masukkan kedalam tabung reaksi


dan kemudian dibaca absorbansinnya pada spektrofotometer.
b. Larutan Standar Urea

Dibuat larutan working reagent dengan mencampurkan reagen 1 sebanyak


800 µL dan reagen 2 sebanyak 200 µL dalam tabung reaksi

Kemudian ditambahkan 10 µL larutan standar

ditunggu hingga 30 detik kemudian dibaca absorbansinya (abs 1) pada


spektrofotometer

Setelah itu dipanaskan dulu dengan water bath pada suhu 370C, lalu tunggu
selama 60 detik kemudian dibaca absorbansinya (abs 2) pada
spektrofotometer

c. Larutan Sampel Urea

Dibuat larutan working reagent dengan mencampurkan reagen 1 sebanyak


800 µL dan reagen 2 sebanyak 200 µL di dalam tabung reaksi

Kemudian ditambahkan 10 µL sampel, campurkan.

Lalu ditunggu hingga 30 detik lalu dibaca absorbansinya (abs 1) di


spektrofotometer
Setelah itu dipanaskan dulu dengan water bath pada suhu 370C, lalu tunggu
selama 60 detik lalu dibaca absorbansinya (abs 2) di spektrofotometer

I.2 Kreatinin
a. Larutan Blanko

Pipet aquadest sebanyak 1000 µL masukkan kedalam tabung reaksi dan


kemudian dibaca absorbansinnya pada spektrofotometer.

b. Larutan Standar Kreatinin

Masukkan reagent 1 (R1) ke dalam tabung reaksi sebanyak 500 µL

Tambahkan reagen 2 (R2) sebanyak 500 µL dan standar sebanyak 100 µL,
campurkan

Kemudian diinkubasi dengan water bath pada suhu 370C lalu ditunggu
hingga 60 detik lalu dibaca absorbansinya (abs 1) pada spektrofotometer

Setelah itu diinkubasi kembali dengan water bath pada suhu 370C, lalu
tunggu selama 120 detik lalu dibaca absorbansinnya (abs 2) pada
spektrofotometer.
c. Larutan Sampel Kreatinin

Masukkan reagent 1 (R1) ke dalam tabung reaksi sebanyak 500 µL


Tambahkan reagen 2 (R2) sebanyak 500 µL dan sampel sebanyak 100 µL,
campurkan

Kemudian diinkubasi dengan water bath pada suhu 370C lalu ditunggu
hingga 60 detik lalu dibaca absorbansinya (abs 1) pada spektrofotometer

Setelah itu diinkubasi kembali dengan water bath pada suhu 370C, lalu
tunggu selama 120 detik lalu dibaca absorbansinnya (abs 2) pada
spektrofotometer.

BAB V

HASIL PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai