Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas tidak memadai merupakan salah
satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari masalah
pengangguran, kesehatan, pendidikan, kekurangan pangan, sampai dengan
kerusakan lingkungan dan bencana alam akhir-akhir ini sering terdengar. Oleh
karena itu, disamping upaya pembangunan di bidang ekonomi yang semakin
ditingkatkan, pengendalian jumlah penduduk agar tidak bertambah terlalu cepat
harus tetap menjadi perhatian.

Keluarga Berencana (KB) adalah merencanakan jumlah anak sesuai kehendak


kita, dan menentukan sendiri kapan kita ingin hamil (Kesrepro,1997). Menurut
WHO (World Health Organisation) KB adalah tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi Hartanto,2004).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, (1996), setiap tahun, lebih dari
600.000 wanita di dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan saat melahirkan,
99% kematian itu terjadi di negara berkembang. Dalam jangka waktu yang sama,
tak kurang dari 50 juta aborsi akibat kehamilan tak diinginkan terjadi di muka bumi
ini (Dipo Handoko,2001). Saat ini diketahui jumah penduduk Indonesia sebesar
225,5 juta penduduk dengan rata-rata petumbuhan penduduk sebesar 1,3%.
Pemerintah merencanakan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk tersebut
hingga 1,14% pada tahun 2009 (Depkes,2008).

Komponen dalam pelayanan KB yang dapat diberikan adalah KIE (Komunikasi,


Informasi, dan Edukasi), konseling, pelayanan kontrasepsi (PK), pelayanan

1
infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan,
konsultasi genetik, tes keganasan, adopsi (Hanafi Hartanto,2004).

Pada dasarnya pelayanan kontrasepsi dapat dibagi sesuai dengan sasaran yang
akan dicapainya, pada peserta wanita berumur di bawah 20 tahun dengan alasan
menunda kehamilan maka di utamakan pemakaian kontrasepsi pil oral, sedangkan
penggunaan kondom tidak disarankan karena biasanya pasangan muda masih tinggi
frekuesi bersenggamanya sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam mencegah
kehamilan, dapat juga digunakan IUD-Mini (Intra Uterine Device-Mini) terutama
pada calon peserta yang kontraindikasi terhadap pil oral.

Pada peserta umur 20-30 tahun dengan alasan menjarangkan kehamilan maka
segera setelah anak pertama lahir maka dianjurkan untuk memakai IUD (Intra
Uterine Device) sebagai pilihan utama dan kegagalan kontrasepsi di sini bukanlah
suatu kesalahan program.

Pada peserta di atas 30 tahun dengan alasan tidak mau hamil maka pilihan utama
adalah kontrasepsi mantap, pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif
tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi
(Hanafi Hartanto,2004).

Pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan hal
penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan.
Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan angka
kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka
kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan akibat
efek samping kontrasepsi (Anonim, 2010).

Pada umumnya masyarakat masih merasa takut untuk menggunakan AKDR,


karena metode pemasangannya yang menggunakan berbagai macam alat-alat medis

2
yang diperlukan. Sehingga menimbulkan rasa takut pada sebagian dari masyarakat
yang akan mengunakannya (Saifuddin, 2006).

Peran bidan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga


berencana salah satu kewenangannya adalah melakukan konseling atau KIE untuk
memberikan gambaran tentang berbagai macam metode alat kontrasepsi sehingga
klien dipersilahkan untuk memilih metode kontrasepsi yang diyakini (Manuaba,
2002).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk memilih kasus dengan
judul Asuhan Kebidanan Pada Ny.K G1P0A0 umur 26 tahun dengan KB IUD di
Puskesmas Kelurahan Bidara Cina.

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah pembelajaran klinik penulis mendapatkan pengalaman nyata
dalam Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada Keluarga Berencana
2. Tujuan khusus
 Mampu melakukan pengkajian data dengan KB IUD
 Mampu mengatahui diagnosa kebidanan pada dengan KB IUD
 Mampu mengetahui diagnosa potensial pada dengan KB IUD
 Mampu melakukan tindakan segera dengan KB IUD
 Mampu memberikan rencana tindakan dengan KB IUD
 Mampu melaksanakan tindakan kebidanan dengan KB IUD
 Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan dengan KB
IUD

1.3 Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Sebagai sarana untuk membantu pemerintah menciptakan tenaga
kesehatan yang professional dimasa yang akan datang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Menciptakan bidan yang terampil dan professional serta mempunyai
pengetahuan dan kemampuan yang komponen.

3
3. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dengan memperaktikkan teori yang telah
diberikan dalam perkuliahan yang dipraktikkan di lahan. Serta meningkatkan
kemampuan diri agar dapat bersaing di dunia global.

1.4 Ruang Lingkup


Lingkup Tempat dan Waktu
Laporan kasus ini dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Bidara Cina I yang
beralamat di Jalan Otista No.82 Rt 006/06. Laporan kasus ini dilaksanakan pada tanggal
08 Juni 2015.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat atau benda yang
dimasukan ke dalam rahim yang efektif, reversible, dan berajangka panjang
(dapat sampai 10 tahun: CuT-380A), dapat dipakai oleh semua perempuan usia
produktif (saifuddin, 2006).

AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu alat yang dimasukaan ke dalam
rahim wanita untuk tujuan mencegah terjadinya kehamilan. AKDR atau IUD
atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastic yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010).

2.2 Mekanisme Kerja


AKDR akan berada dalam uterus, bekerja terutama mencegah terjadinya
pembuahan (fertilisasi) dengan mengahalangi bersatunya ovum dengan sperma,
mengurangi jumlah sperma yang mencapai tubafalopi dan menginaktifasikan
sperma. Ada beberapa mekanisme cara kerja AKDR sebagai berikut :
 Timbulnya reaksi radang radang lokal di dalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
 Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
 Gangguan / terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi didalam
endometrium.
 Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi.
 Immobilissi spermatozoa saat melewati cavum uteri

2.3 Keuntungan AKDR / IUD


1) Kontrasepsi efektif tinggi
2) AKDR segera efektif setelah pemasangan

5
3) Metode jangka panjang
4) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat lagi
5) Tidak mempengaruhi hubungan seksualitas
6) Meningkatkan kenyaman sexual karena tidak perlu takut untuk hamil
7) Tidak ada efek samping hormonal dengan CU AKDR (CUT- 380 A)
8) Tidak mempengaruhi ASI
9) Dapat dipasang segera setelah persalinan atau abortus
10) Dapat digunakan sampai menopause dan tidak ada interaksi dengan obat-
obat

2.4 Kerugian AKDR / IUD


Efek samping yang akan terjadi :
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan atau (spooting) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering ganti-ganti pasangan
7) Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
8) Prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan AKDR
9) Seringkali perempuan takut selama pemasangan, sedikit nyeri
perdarahan (spooting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
10) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan
terlatih yang harus melakukanya
11) Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR di pasang setelah melahirkan)

6
12) Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu kewaktu,untuk
melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan jarinya kedalam
vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau melakukanya.

2.5 Indikasi AKDR / IUD


1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara / multipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya adanya infeksi
7) Resiko rendah IMS
8) Tidak menghendaki metode hormonal
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

2.6 Kontraindikasi AKDR/ IUD


1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3) Sedang menderita infeksi alat genital
4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri
6) Penyakit trofoblas yang ganas
7) Diketahui menderiata TBC pelvic
8) Kanker alat genital

7
2.7 Waktu Pemasangan AKDR / IUD
Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB, waktu pemasangan IUD yaitu :
Sedang Haid
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena kanalis servikalis agak
melebar dan kemumgkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit
kurang dan perdarahan tidak begitu banyak.
Pasca Persalinan
Pemasangan dini yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah
sakit.
 Pemasangan langsung yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu
dipulangkan.
 Pemasangan tidak langsung yaitu pemasangan setelah lebih dari 3
bulan pasca persalinan atau keguguran.
Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu ibu pulang dari
rumah sakit.
Masalah Interval
Yaitu antara dua haid bila dipasang setelah masa ovulasi, harus
dipastikan wanita tidak hamil atau mereka telah memakai cara-cara lain
mencegah (kondom, sistem kalender, dan sebagainya).
Sewaktu Seksio Sesaria
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah
beku dari kavum uteri, kemudian IUD dipasangkan pada bagian fundus.

2.8 Hal yang Harus Diketahui oleh Akseptor AKDR / IUD


 Cara memeriksa sendiri benang IUD pada bulan-bulan pertama post
insersi dan setiap selesai haid. Caranya :
a) Mencuci tangan dengan air sabun kemudian duduk dengan posisi
jongkok
b) Memasukkan jari telunjuk atau jari tengah kedalam liang senggama
sampai menjangkau rahim

8
c) Raba adanya benang berarti IUD ada pada posisi yang benar dan
jangan ditarik. Setelah pemasangan IUD boleh melakukan aktifitas
seperti biasa dan boleh melakukan hubungan suami istri setelah 3
hari pemasangan.
 Efek samping yang terjadi misalnya perdarahan bertambah banyak atau
lama, rasa sakit atau kram.
 Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD :
a) Terlambat haid, perdarahan abnormal.
b) Nyeri abdomen, disparenmia.
c) Vaginal discargo abnormal.
d) Merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba tambah
panjang, ujung IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak
teraba.
 Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem sexual)
beritahu dokter bahwa metode KB yang dipakai IUD.
 Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil kembali setelah IUD dilepas dan
gunakan kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk mencegah
hubungan ektopik.
 IUD tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan penyakit sexual
lainnya dan bagian perut tidak boleh dipijat.
 Bila suami merasa nyeri saat berhubungan intim kemungkinan
disebabkan oleh benang yang terlalu panjang atau pendek, segera
kontrol.
 Boleh dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada komplikasi berat
meskipun daya kerjanya belum habis.

2.9 Pencegahan Infeksi saat Pemasangan dan Pencabutan AKDR / IUD


 Ikuti Prosedur PI yang benar
 Gunakan alat yang sudah di DTT atau steril
 Gunakan AKDR baru, yang dikemas beserta inserternya
 Teknik “tanpa sentuh” adalah yang terbaik

9
 Tidak membiarkan AKDR dalam inserter bersentuhan dengan
permukaan tidak steril
 Memasukan lengan AKDR ke dalam inserter di dalam kemasan steril
 Membersihkan serviks secara menyeluruh dengan larutan antiseptik
 Tidak menyentuh dinding vagina atau bilah spekulum sonde uterus atau
inserter AKDR yang sudah berisi AKDR
 Memasukkan sonde uterus dan inserter AKDR yang sudah diisi hanya
sekali saja melalui kanalis servikalis

2.10 AKDR / IUD yang Digunakan Sekarang


AKDR jenis IUD CuT-380A
 Berbentuk T mengandung gulungan kawat tembaga pada batang utama
dan lengan, berukuran kecil, sesuai dengan kavum uteri, terbuat dari
plastik.
 Terdapat satu benang (satu atau dua) yang dikaitkan pada ujung bawah
batang utama digunakan saat proses pencabutan.

2.11 Konsep Dasar Kebidanan


Tanggal ……. Jam ….
Data Subyektif
1) Identitas
 Nama
Agar lebih mudah dalam berkomunikasi dan menghindari kesalahan
dalam memanggil.
 Umur
Untuk mengetahui usia ibu (>45 tahun, kemungkinan sudah menopause).
 Agama
Sebagai pengarahan bimbingan (dukungan spiritual, dalam keadaan
gawat ketika memberi pertolongan dan perawatan).
 Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku seseorang.

10
 Pekerjaan
Pekerjaan klien dan suami dapat digunakan untuk menggambarkan taraf
hidup dan sosial ekonomi klien sehingga petugas dapat memberi nasehat
yang sesuai.
 Alamat
Untuk mempermudah hubungan bila diperlukan saat keadaan mendesak,
dan bermanfaat untuk mempermudah komunikasi dan kunjungan rumah.

2) Alasan ingin menjadi aseptor


Mengetahui alasan klien mengikuti KB IUD apakah ingin menunda kehamilan,
mengatur atau mengakhiri kehamilan.

3) Keluhan utama
Mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien datang ke pelayanan
kesehatan, keluhan klien menunjang data untuk menentukan apakah klien boleh
atau tidak menggunakan KB IUD.

4) Riwayat kesehatan yang lalu


Mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit yang merupakan
kontraindikasi pemasangan KB IUD seperti:
 Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya serta anemia
(dugaan dengan insersi IUD menyebabkan meningginya konsentrasi
plasminogen aktivitas dalam endometrium dan enzim-enzim ini
menyebabkan bertambahnya aktivitas fibrinolitik serta menghalangi
pembekuan darah, akibatnya timbul perdarahan yang lebih banyak)

 Infeksi alat genetalia dan PID (mekanisme timbulnya infeksi pada


pemasangan IUD : masuknya kuman-kuman yang biasanya hidup di
dalam traktus genetalia bagian bawah ke dalam uterus pada saat insersi,
bertambahnya volume dan lamanya perdarahan dimana darah merupakan
media sumber untuk berkembangbiaknya kuman-kuman, naiknya
kuman-kuman melalui benang ekor IUD)

11
a) carsinoma atau mioma uteri, karena dapat mempengaruhi ukuran
rongga uterus.
b) kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
(yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR dengan ukuran
rongga rahim kurang dari 5 cm)
c) abortus (resiko kehamilan dengan IUD in vitro)
d) alergi terhadap logam/tembaga

5) Riwayat kesehatan sekarang


Dikaji apakah klien sedang menderita penyakit-penyakit yang telah disebutkan
diatas.

6) Riwayat kesehatan keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, seperti DM, penyakit kuning,
HIV/AIDS karena sangat rentan terhadap infeksi, carcinoma dan mioma uteri
karena dapat mempengaruhi ukuran rongga rahim, hemophilia karena terjadi
gangguan pembekuan darah, serta penyakit lain yang menjadi kontraindikasi
pemakaian IUD.

7) Riwayat haid menarche usia pertama kali haid


Untuk menentukan masa subur sehingga dapat menentukan metode kontrasepsi
yang tepat.
 Lama haid : untuk mengetahui perubahan yang mungkin terjadi
selama atau setelah menjadi akseptor KB IUD (efek samping di
kemudian hari dari pemasangan IUD, salah satunya perdarahan yang
berlangsung lebih lama).
 Siklus haid : untuk mengetahui adakah perubahan siklus haid, setelah
menjadi aseptor KB IUD.
 HPHT : untuk mengetahui/memastikan apakah klien mungkin
hamil/tidak.

12
 Banyaknya : darah untuk mengetahui perubahan yang mungkin
terjadi setelah menjadi akseptor IUD.

8) Riwayat perkawinan
Merupakan data tentang status perkawinan, usia pertama kali menikah, berapa
kali menikah, untuk mengetahui persepsi dan tujuan ikut KB serta menilai
kemungkinan apakah ibu dapat terkena IMS / tidak. Bila ada kemungkinan
sebaiknya menggunakan KB yang aman untuk pencegahan IMS.

9) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas


Apakah hamil di luar kandungan (sebaiknya tidak menggunakan IUD karena
dapat terulang lagi, IUD tidak menimbulkan/menambah resiko kehamilan
ektopik tetapi karena IUD mengurangi kemungkinan implantasi intra uterine,
maka kehamilan yang terjadi akan lebih cenderung kearah kehamilan ektopik).
Apabila waktu nifas mengalami komplikasi seperti radang panggul sebaiknya
tidak memakai IUD (akseptor IUD mempunyai resiko 2X lebih besar untuk
mendapatkan PID).

10) Riwayat KB
Perlu ditanyakan kepada ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB sebagai
berikut:
a) Jenis kontrasepsi yang digunakan
b) Efek samping
c) Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
d) Lamanya menggunakan alat kontrasepsi
e) Keluhan selama menjadi akseptor sehingga dapat mengetahui klien
cocok/tidak menggunakan kontrasepsi IUD saat ini seperti perdarahan,
dan nyeri perut.

13
11) Pola kebiasaan sehari-hari
Meliputi nutrisi (kualitas dan kuantitas), lamanya istirahat (ada gangguan /
tidak), aktivitas (ibu sering kecapean / tidak ) dan seksual (ada gangguan / tidak,
hubungan seksual terakhir).

12) Data psikososial spiritual


a) Meliputi bagaimana perasaan ibu terhadap kontrasepsi yang dipakai
Untuk mengetahui bagaimana hubungan ibu dengan suami dan keluarga,
apakah suami mendukung atau tidak jika ibu menggunakan KB IUD
b) Meliputi kepercayaan beragama ibu dan adakah larangan metode KB
yang dipilih ibu dalam pandangan agamanya

13) Personal Hygiene


Untuk mengetahui pola kebersihan ibu terhadap alat genetalia, apakah sudah
benar atau tidak.

Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :
Kesadaran :
Tekanan darah : ....mmHg
Nadi : ....x/menit
RR : ....x/menit
BB : …kg, IUD dapat digunakan oleh orang gemuk atau
kurus

2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi dan Palpasi
 Mata
konjungtiva pucat/tidak (menandakan anemia), sclera kuning/tidak
(kuning menandakan hepatitis)
 Leher

14
tampak pembesaran kelenjar thyroid/ tidak, dan vena jugularis/tidak
 Dada
payudara simetris/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
 Abdomen
ada benjolan abnormal/tidak, tampak bekas operasi/ tidak
 Genetalia
 adakah kondiloma akuminata yang disebabkan Gonore
(ditandai pada labia ada tumor seperti kutil runcing seperti
cengger ayam)
 adakah kondilomatalata yang disebabkan oleh Sifilis (ditandai
borok sebesar uang logam)
 adakah vulvitis (ditandai adanya pembengkakan pada labia,
kelihatan merah, gatal, nyeri dan panas waktu kencing)
 adakah warna kebiruan yang menandakan kehamilan, adakah
vaginitis (ditandai secret berbau anyir, terasa panas dan
gatal)
 adakah tanda-tanda infeksi yang ditandai adanya
pembengkakan dan merah pada kelenjar skene dan bartholini
 Ekstremitas
oedema/tidak, ada varises/ tidak

b) Pemeriksaan Inspekulo
Dinding vagina
Normalnya adalah warna merah muda, lipatan memanjang dan melingkar
Adakah :
 Erosi portio
Kelihatan merah dan tidak rata
 Kanker serviks
Permukaan kasar seperti bunga kol, mudah berdarah, keluar
cairan yang khas encer berwarna coklat dan berbau busuk
 Polip
Benjolan seperti kutil pada portio

15
 Infeksi dalam rahim
Ditandai adanya pengeluaran cairan abnormal kuning kehijauan.
Bila ada sekretnya dengan lidi kapas dan dimasukkan dalam
tabung steril yang disediakan untuk diperiksa di laboratorium

c) Pemeriksaan Dalam
Adakah infeksi panggul, ditandai bila serviks digerakkan ke kanan kiri
dengan kedua jari terasa sakit. Menentukan posisi rahim :
 Posisi rahim antefleksi
Jari pada forniks posterior, maka perabaan uterus seperti duduk, bila
jari ada didalam forniks anterior digerakkan maka tangan yang ada
diluar tidak terasa
 Posisi rahim retrofleksi
Jari yang ada di forniks anterior digerakkan terasa oleh tangan yang
ada di luar
 Adakah kehamilan, ditandai rahim yang membesar, lunak, dan
licin
 Adakah mioma uteri, ditandai rahim membesar, kokoh, kenyal,
tidak rata
 Adakah cistoma ovari, ditandai rahim yang lunak, licin, dan
berisi cairan Adakah adnexitis, bila terasa nyeri tekan saat
menekan adnexa kanan/kiri

d) Pemeriksaan Rektovaginal
Bila ada indikasi adanya tumor pada cavum douglas dan kesulitan
menentukan
besarnya uterus retrofleksi.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium Plano Test (+) / (-) melalui pemeriksaan urine.

16
Asessment

Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien :

1) Apakah dalam keadaan hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir?


2) Apakah kondisinya dalam keadaan normal?

Diagnosa ini dirumuskan dengan menggunakan nomenklatur (diagnosa yang


sudah disepakati oleh profesi). Contoh :

Data : ibu datang mengatakan umurnya 26 tahun sudah mempunyai 1


orang anak. Ibu mengatakan bahwa ingin menggunakan alat kontrasepsi AKDR
/ IUD untuk mengatur kehamilan.

Diagnosa : Ny.K umur 26 tahun G1P0A0 calon aseptor KB AKDR / IUD.

Masalah : Tidak ada

Penatalaksanaan

Berdasarkan hasil analisa data bahwa klien membutuhkan tindakan


segera yang bersifat observasi atau pengkajian kembali. Contoh :

1) Melakukan pelepasan IUD saat terjadi lepasnya IUD dengan sendirinya.


2) Penghentian pemakaian KB suntik 3 bulan yang menyebabkan terjadinya
kenaikan berat badan secara siknifikan.
3) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh Pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, yang sifatnya segera
ataupun rurin.
Contoh : Rencana komprehensif pada kasus pemasangan KB IUD seperti
disebut dibawah ini :
1) Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan
2) Berikan dukungan bagi ibu dan keluarga

17
3) Beritahu ibu tindakan yang akan dilakukan
4) Siapkan alat dan bahan utuk pasang IUD

18
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS

3.1 Data Subyektif


1. Identitas
KLIEN SUAMI
Nama : Ny. K Tn. C
Umur : 26 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : DIII S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta
Alamat Rumah : Jalan Tanggung Kulon RT/RW 001/004 Kel.
Sonoharjo
Kec. Wonogiri

2. Anamnesa
a) Alasan Ingin Menjadi Aseptor :
Alasan ibu ingin menggunakan KB IUD karena ingin mengatur kehamilan,
karena ibu baru saja melahirkan anak pertama yang sekarang berusia 28
minggu.

b) Keluhan Utama
Ibu tidak sedang merasakan keluhan apapun, ibu merasa dirinya sehat.

c) Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan yang lalu :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit perdarahan vagina,
infeksi alat genetalia, sakit kuning, keputihan yang lama, mioma
uteri, tumor payudara, indung telur dan rahim.
 Riwayat kesehatan sekarang :
Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit
perdarahan vagina, infeksi alat genetalia, mioma uteri, tumor rahim.
 Riwayat kesehatan keluarga :

19
Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita diabetes
militus, penyakit kuning, HIV/AIDS, carcinoma, mioma uteri dan
hemophilia.

d) Riwayat Haid
Usia pertama kali haid : 12 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus haid : 28-30 hari, teratur
HPHT : 3 Juni 2015
Banyaknya : darah yang keluar encer dan sedikit gumpalan

e) Riwayat Perkawinan
Usia pertama kali menikah : 25
Jumlah pernikahan : syah 1 kali
Lama perkawinan : 2 tahun

f) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas


 Riwayat kehamilan :
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami abortus dan kehamilan
ektopik
 Riwayat persalinan :

No Tahun Tempat Jenis Penolong Penyulit Anak


persalinan persalinan persalinan Kelamin BB TB
1. 2014 Rumah Normal Bidan - Laki- 2,9kg 49cm
Bersalin laki

 Riwayat nifas :
Ibu mengatakan saat nifas ibu tidak mengalami masalah, seperti
rdang panggul

g) Riwayat KB
 Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan :

20
Belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya
 Efek samping : -
 Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) : -
 Lamanya menggunakan alat kontrasepsi : -
 Keluhan selama menjadi akseptor : -

h) Pola Kebiasaan Sehari-hari


Makan sehari-hari : Nasi, sayur dan lauk-pauk 3 kali sehari
Pola istirahat dan tidur : Ibu tidur malam biasanya tidur pukul 20.00-
04.30
WIB, ibu tidak pernah tidur siang
Aktivitas sehari-hari : Ibu rumah tangga
Seksualitas : Tidak ada keluhan dan rasa nyeri saat
berhubungan

i) Data Psikososial Spiritual


 Perasaan terhadap alat kontrasepsi yang diapakai :
Ibu merasa sejauh ini belum ada keluhan dan nyaman dengan alat
kontrasepsi yang dipilih
 Kepercayaan yang berhubungan dengan kontrasepsi :
Ibu mengatakan tidak ada kepercayaan yang diyakini tentang
kehamilan
 Pengambil keputusan dalam pemilihan alat kontrasepsi :
Ibu mengatakan pengambil keputusan dilakukan bersama-sama

j) Personal Hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Membersihkan alat kelamin : saat mandi, BAB dan BAK
Mengganti pakaian dalam : ketika terasa basah segera ganti

3.2 Data Obyektif


1) Pemeriksaan Umum

21
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tekanan darah : 120/80mmHg
Nadi : 22x/menit
Pernafasan : 85x/menit
BB : 65kg
TB : 157cm

2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi dan Palpasi
 Mata
Konjungtiva : Baik
Sklera : Tidak kuning
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Dada
payudara : Simetris, tidak ada benjolan
 Abdomen : Baik, tidak ada benjolan, tidak nyeri saat ditekan
 Genetalia : Tidak ada keluhan pada alat genetalia, alat
genetalia
Terlihat bersih, tidak ada sifilis, pembengkakan,
tumor
dan tidak berbau.
 Ekstremitas
Oedema : tidak ada
Kekuatan sendi : baik
Varices : tidak terdapat varices
Cianosis : tidak ada

b) Pemeriksaan Inspekulo

22
Dinding vagina baik, berwarna merah muda, lipatan memanjang dan
melingkar. Tidak portio, kanker serviks, polip dan infeksi dalam rahim.

c) Pemeriksaan Dalam
Tidak ada infeksi panggul, saat digerakan ke kanan kiri dengan kedua
jari, ibu tidak merasa sakit. Posisi rahim antefleksi. Tidak adanya tanda-
tanda kehamilan, mioma uteri, cistoma ovari.

d) Pemeriksaan Rektovaginal
Mudah untuk menentukkan uterus retrofleksi.

3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium Plano Test (+) / (-) melalui pemeriksaan urine :
Tidak dilakukan

Assessment
Data :
ibu datang mengatakan umurnya 26 tahun sudah mempunyai 1 orang anak. Ibu
mengatakan bahwa ingin menggunakan alat kontrasepsi AKDR / IUD untuk
mengatur kehamilan.
Diagnosa : Ny. “ K” akseptor KB AKDR / IUD
Masalah : Tidak ada

Penatalaksanaan
1) Beritahu hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu.
 Ibu mengerti keadaan nya saat ini.
2) Cek jadwal kunjungan ulang jika ibu merasakan keluhan yang membuat diri ibu
tidak nyaman.
 Ibu mengerti dan sejauh ini ibu tidak merasakan keluhan apapun
3) Jelaskan kembali tentang kelebihan AKDR / IUD
 Ibu sudah jelas dan paham kelebihan AKDR / IUD
4) Jelaskan kembali tentang kekurangan serta efek samping yang mungkin terjadi
pada akseptor AKDR / IUD

23
 Ibu mengerti kekurangan dan efek samping AKDR / IUD dan tetap ingin
menggunakan AKDR/ IUD.
5) Jelaskan prosedur AKDR/ IUD.
 Ibu mengerti apa prosedurnya dan posisi yang akan di lakukan.
6) Atur posisi ibu senyaman mungkin.
 Ibu sudah dalam posisi yang nyaman.
7) Lakukan pemasangan AKDR / IUD sesuai prosedur.
 Ibu tidak merasakan sakit dalam pemasangan
8) Berikan informasi kepada ibu bahwa jangan berhubungan dulu sampai 4 hari,
agar benang menjadi lunak.
 Ibu mengerti dan bersedia untuk tidak berhubungan dulu.
9) Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang 10 tahun untuk mengganti AKDR / IUD
dan dapat dilepas kapan saja jika ibu ingin memiliki anak kembali.
 Ibu mengerti dan dapat mengulangi tanggal kunjungan ulang serta
bersedia datang sesuai jadwal/ sewaktu-waktu bila ingin dilepas AKDR /
IUD nya.

24
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Pelayanan KB yang merupakan salah satu pelayanan kesehatan reproduksi


esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan KB
yang berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat (Saifudin, 2003).

Asuhan yang diberikan oleh penulis kepada Ny.K adalah dengan memberikan
keyakinan bahwa AKDR / IUD itu aman dan tidak sakit seperti yang dibayangkan
kebanyakan orang dan memberitahu cara memeriksa benang AKDR / IUD setelah
selesai pemakaian. Dengan berdasarkan data subjektif dan objektif diatas maka penulis
dapat menarik kesimpulan bahwa Ny.K G1P0A0 tenyata benar tidak hamil dan dapat
menggunakan alat kontrasepsi AKDR / IUD.

25
DAFTAR PUSTAKA

 http://repository.maranatha.edu/1701/3/0410005_Chapter1.pdf
 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-sitisetian-5889-2-
babii.pdf
 http://www.academia.edu/8894077/asuhan_kebidanan_keluarga_berencana
 http://www.academia.edu/8847754/BAB_II_TINJAUAN_TEORI
 BKKBN. 2008. Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
BKKBN
 Hartono, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
 Manuaba, Ida Bagus. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta: EGC
 Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: YBPSP
 Marjati. 2011.Makalah Manajemen Asuhan Kebidanan.Malang.

26

Anda mungkin juga menyukai