PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerintahan Indonesia mempunyai sistem kesehatan nasional yang diadopsi
dari gagasan WHO UNICEF yaitu primary health care dan Health for all the years
2000 (Manuaba,2007) dengan penekanan bahwa konsep pelaksanaan Health for all
the years 2000 menjadi sasaran pelayanan kesehatan utama, yang memilki beberapa
unsur seperti pelayanan obstetric dasar (asuhan antenatal dan persalinan bersih dan
aman), pelaksanaan program keluarga berencana, pelayanan obstetric essensial dan
peningkatan rujukan.
1
Berdasarkan hasil survei Demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007,
menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup,
sedangkan 226/100.000 kelahiran hidup tahun 2009. Angka kematian ibu akibat
melahirkan (AKI) di Indonesia mengalami penurunan.253/100.000 kelahiran hidup
tahun 2006.Pada 2005 turun menjadi 262/100.000 kelahiran hidup.Pada tahun 2002,
menurut data survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) dari 100.000
persalinan sebanyak 307 ibu meninggal.
2
tahun 2010 adalah angka kematian Ibu menjadi 125/100.000 kelahiran hidup dan
angka kematian Bayi Baru lahir menjadi 15/1000 kelahiran hidup (Depkes,2012).
Bidan adalah tenaga kesehatan yang langsung terlibat dalam melayani wanita
selama siklus kehidupannya terutama pada wanita hamil dan melahirkan. Bidan yang
professional harus dapat menerapkan asuhan kebidanan yang terfokus dan terarah
sesuai Lima Benang Merah Asuhan Kebidanan yaitu pengambilan keputusan klinik,
asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan (Rekam Medik)
asuhan persalinan, dan sistem rujukan yang efektif.Bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan
praktiknya.Dengan demikian bidan dituntut memberikan pelayanan dengan
3
pendekatan ilmiah, memiliki kemampuan berfikir kritis serta membuat keputusan
klinis yang logis.Hal ini harus dilakukan dengan penatalaksanaan kebidanan.
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Jika ditinjau dari sistim pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan
kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistim pelayanan kcsehatan di
Indonesia. Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia, maka
Puskesmas bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayartan kesehatan
masyarakat, juga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan
kedokteran.Oleh karena itu, penulis mengambil kasus yang berjudul“Asuhan
Kebidanan Praktik Fisiologis (PKK1) pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan Bayi
Baru Lahir di Buld Puskesmas Kecamatan Menteng”.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Kebidanan dengan penerapan manajemen
asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir di Blud
Puskesmas Kecamatan Menteng.
2. Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.
4
2. Dapat menganalisa asuhan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.
3. Dapat menarik diagnosa potensial pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir, dan nifas.
4. Dapat melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir, dan nifas.
5. Dapat merencanakan tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.
6. Dapat melaksanakan rencana pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.
7. Dapat melaksanakan evaluasi pada ibu haamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.
8. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KEHAMILAN
1. Definisi
Periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir
(HPHT) sehingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal
periode antepartum.Sebaliknya, periode prenatal adalah kurun waktu
terhitung sejak hari pertama haid terakhir hingga kelahiran bayi yang
menandai awal periode pascanatal. (Varney, 2007: 492)
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,
dimana trimester I berlangsung dalam 12 minggu, trimester II 15 minggu
(minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester III 13 minggu (minggu ke 28
hingga ke 40). (Sarwono, 2008: 213)
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin.Lamanya lahir normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan I dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan II
dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan III dari bulan ketujuh sampai
9 bulan. (Saifuddin, 2006: 89)
Kehamilan normal adalah ibu sehat, tidak ada riwayat obstetri
buruk ukuran uterus sama atau sesuai dengan kehamilan, pemeriksaan
fisik dan laboratorium normal. (Saifuddin, 2002: N1)
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih
dari 300 hari (40 minggu). Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu
6
triwulan pertama (antara 0–12 minggu), triwulan kedua (antara 12–28
minggu), dan triwulan ketiga (antara 28–40minggu). (Sarwono, 2005).
7
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan.
Usia kehamilan
22-27
dalam minggu = -
minggu
cm (±2 cm)
8
Usia kehamilan
29-35
dalam minggu = -
minggu
cm (±2 cm)
Pada kunjungan
TT1 - -
antenatal pertama
25 tahun/seumur
TT5 1 tahun setelah TT4 99
hidup
9
6. Anamnesis meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan,riwayat kehamilan, persalinan, persalinan dan
nifas,biopsikososial, dan pengetahuan klien. (Saifuddin,2002:90).
7. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung
8. Tes laboratorium
9. Tatalaksana kasus
10. Tentukan nilai status gizi
11. Timbang berat badan
Bertambahnya berat badan normalnya antara 6,5 – 16,5 kg selama
kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu
(Manuaba, 2010: 95), normalnya 11,5 – 16 kg (Sarwono, 2008 ),
12,5 – 18 kg (Varney, 2008). 7 – 10 kg (Ladewig, 2005)
10
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia
terlihat jelas pada kulit, sehingga pada vagina akan terlihat
berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick.
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan
persiapan unruk mengalami peregangan pada waktu persalinan
dengan meningkatnya kekebalan mukosa, mengendornya jaringan
ikat, dan hipertrofi sel otot polos.Perubahan ini mengakibatkan
bertambah panjangnya dinding vagina.
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana
sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5 – 6
yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat
glikogen yang di hasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
Lactobacillus acidophilus. (Sarwono, 2008: 178)
c. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan
bertambah ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih
terlihat. Putting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak.
Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang
disebut kolostrum dapat keluar.Kolostrum ini berasal dari kelenjar
– kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon
prolaktin di tekan oleh prolactin inhibiting hormone. Setelah
persalinan kadar progesterone dan esterogen akan menurun
sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap a-laktalbumin
akan hilang. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis
laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu.
Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman.
Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan
11
membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara
makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan
muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai
hubungan dengan banyaknya air susu yang akan dihasilkan.
(Sarwono, 2008: 179)
d. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya.Kemudian payudara, volume darah,
dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat
badan akan bertambah 12,5 kg (sarwono, 2007).
Pada trimester ke – 2 dan ke – 3 pada perempuan dengan gizi
baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,
sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing – masing
sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg. (Sarwono, 2008: 180)
e. Sirkulasi Darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah
lebih segar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia
kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25 sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar
20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya
hemodilusi darah mulai tampak sekitar usia kehamilan 16 minggu.
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan
sel darah tidak seimbangan dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis.Jumlah
sel darah putih meningkat hingga mencapai 10.000/ml. Dengan
hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin
12
tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal. (Manuaba,
2010: 93)
f. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah
dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan
meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan
sikap ibu pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada
bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan.
(Sarwono, 2008: 186)
13
ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan
memerlukan dukungan yang sangat besar dari suami, keluarga dan bidan.
Peran bidan dalam hal ini adalah : membangun hubungan saling
percaya, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan
pencegahan, memulai persiapan kelahiran bayi, mendorong perilaku sehat,
kewaspadaan khusus, palpasi abdominal, dan deteksi letak bayi yang tidak
normal. (Varney, 2007: 503)
14
5. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
a. Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada
umumnya disebabkan oleh plasenta previa.Perdarahan yang terjadi
sangat terkait dengan plasenta dan kondisi segmen bawah rahim
yang menjadi tempat implementasi plasenta tersebut.Pada plasenta
yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya
terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah
rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian
terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat hingga
tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu.Plasenta
yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan
perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau
berulang sebelumnya.Plasenta previa menjadi penyebab dari 25%
kasus perdarahan antepartum.Bila mendekati saat persalinan,
perdarahan dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40%) atau vasa
previa (5%) dari keseluruhan kasus perdarahan antepartum.
(Sarwono, 2008: 282)
b. Sakit kepala
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Kadang - kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu
mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala
dari pre-eklampsia.
c. Masalah penglihatan.
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihtan ibu dapat
berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah
15
normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya
pandangan kabur atau terbayang. Perubahan penglihatan ini
mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin
merupakan suatu tanda pre-eklampsia. Seperti pandangan kabur,
berbayang, dan berbintik - bintik. Perubahan mendadak mungkin
merupakan suatu tanda pre-eklampsia.
16
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi
akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat serta
jika ibu makan dan minum dengan baik.
17
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli.Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut.
1) Hb 11 g% Tidak anemia
2) Hb 9-10 g% Anemia ringan
3) Hb 7-8 g% Anemi sedang
4) Hb <7 g% Anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III.Dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia,
maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu
hamil di puskesmas. (Manuaba: 2010: 239)
18
atonia uteri. Kala empat dapat terjadi perdarahan post
partum sekunder dan atonia uteri.
19
dari zat besi oral. Zat besi heme terkandung dalam sayuran hijau,
collard green (sejenis sayuran hijau), daging merah, kuning telur,
kismis, buah plum, hati, tiram, dan beberapa sereal yang diperkaya.
Zat besi yang terkandung dalam daging, ikan, dan daging unggas
diserap tubuh dalam jumlah lebih besar daripada zat besi yang
terkandung dalam makanan lain. Vitamin C dan berbagai senyawa
dalam daging-dagingan, misalnya meningkatkan absorpsi zat besi
nonheme, sedangkan asam phytic (terkandung dalam protein biji-
bijian dan kedelai). (Varney, 2007: 624)
B. PERSALINAN
1. Pengertian
Partus atau persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
(Sarwono, 2006)
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan progrsif pada serviks dan diakhiri
dengan pelahiran plasenta.(Varney, 2006: 672)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. (JNPK-KR, 2008: 37)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, 2006: 100)
20
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum di ketahui
kebenarannya, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks
antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi, seperti :
e. Teori oksitoksin
Oksitosin di keluarkan oleh kelenjar hipofise, menurunnya
konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin
dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat di
mulai.
21
f. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang di keluarkan oleh desidua, pemberian prostaglandin
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil
konsepsi keluar, prostaglandin diaanggap pemicu terjadinya
persalinan.
22
Janin bergerak disepanjang lahir merupakan akibat interalis
beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin, persentasi, letak, sikap,
posisi janin.
e. Penolong
Sebaiknya tenaga kesehatan yang menolong persalinan ibu
sebaiknya menjaga agar persalinan berjalan secara fisiologis dan
meminimalkan trauma sekecil mungkin.
23
a. Pengertian
Lima benang merah merupakan lima aspek dasar yang penting
dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman
(JPNK-KR, 2008: 7)
24
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi di anggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih)
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
c) Terjadinya penurunan bagian terbawah janin.
25
5) Membantu pengaturan posisi ibu
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling
nyaman.Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur
selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan
persalinan.
1) Cuci tangan
2) Memakai sarung tangan
26
3) Memakai perlengkapan pelindung (clemek, kaca mata,
sepatu tertutup)
4) Menggunakan asepsis atau teknik aseptic
5) Memproses alat bekas pakai
6) Menangani peralatan tajam dengan aman
7) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta
pembuangan sampah secara benar(Sarwono, 2008: 337)
8) Memantau kemajuan persalinan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik dengan
partograf.
b. Kala II (Pengeluaran)
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. (JPNK-KR, 2008: 77)
Pada kala dua his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira
2 sampai 3 menit,dengan durasi 50 sampai 100 detik. Pada
primigravida kala dua berlangsung rata-rata 1-1 ½ jam dan pada
multipara rata-rata ½ -1 jam. (Manuaba, 2010: 175)
27
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus
vagina
a) Sarung tangan
28
Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu
memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong
pesalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara
meneran yang efektif dan benar. Harap diingat bahwa
sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi,
dihasilkan dari kontraksi uterus.Meneran hanya
menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
29
2) Tanda-tanda lepasnya plasenta mencangkup beberapa atau
semua hal-hal dibawah ini :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi
lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
biasannya di bawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atu
alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali
mengarah ke sisi kanan).
b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur
keluar melalui vulva (tanda alhfeld).
c) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang
terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan di bantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental
pooling) dalam ruangan di antara dinding uterus
dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi
plasenta yang terlepas.
3) Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga :
a) Persalinan kala tiga yang lebih singkat
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah
c) Mengurangi kejadian retensio plasenta
4) Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:
a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit
pertama setelah bayi lahir
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
c) Massase fundus uteri
d. Kala IV (Kala pengawasan)
30
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam setelah itu. Dua jam pertama setelah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru
saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa- si ibu melahirkan
bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam
perut ibu ke dunia luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu
dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang
stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan
stabilisasi.
31
b) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama
persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segera
setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan
(JNPK-KR, 2008)
Partograf
32
mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban dan
mules.
b) Denyut jantung janin, setiap ½ jam.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara
garis tebal pada angka 180-100. Sebaiknya, penolong
harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah
120 atau diatas 160.
33
f) Penurunan bagian terbawah janin setiap pemeriksaan
dalam (setiap 4 jam), diberi tanda ’ O ’
g) Waktu : untuk mencatat waktu aktual saat melakukan
pemeriksaan, setiap kotak menyatakan satu jam
penuh.Kontraksi uterus setiap 30 menit raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya dalam
satuan detik.
< 20 detik
20– 40 detik
> 40 detik
h) Oksitosin
i) Obat-obatan lain dan cairan IV : catat semua obat
yang diberikan
j) Nadi : catat setiap 30 menit diberi tanda ( • )
k) Tekanan darah : catat setiap 4 jam,diberi tanda :
l) Suhu badan setiap 2 jam.
m) Volume urin, protein dan aseton dicatat setiap kali ibu
berkemih. (JNPK-KR, 2008)
C. Nifas
1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelahnya lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Sarwono, 2008:
356)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2006: 122).
34
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput
janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil(Varney, 2007: 958).
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003 ).
35
keadaan ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.
36
2) Lochea sanguinolenta, keluar dari hari ke-3 sampai 7 hari,
berwarna putih bercampur merah.
3) Lochea serosa : keluar dari hari ke-7 sampai 14 hari,
berwarna kekuningan
4) Lochea alba : keluar setelah hari ke-14, berwarna putih
(Manuaba, 2010: 201)
e. Serviks ;setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan
masih dapat masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh
2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
f. Ligamen-ligamen ;ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembalisehingga tidak
jarang uterus menjadi jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi,
karena ligament rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkannya
kembali dapat dilakukan dengan melakukan senam nifas.
37
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan /atau terasa
sakit.
h. Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki.
i. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
atau diri sendiri.
38
Faktor-faktor penyebabnya antara lain sub-involusi,
sisa plasenta, mioma uteri, kelainan uterus, inversio uteri,
dan pemberian estrogen untuk menekan laktasi.
2) Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar
tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan
pada puting susu. Gejalanya antara lain payudara bengkak,
keras, panas, dan nyeri.
3) Mastitis
Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara
disebabkan kuman, terutama StaphylococcusAureus
melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran
darah. Gejalanya antara lain payudara membesar, keras,
nyeri, kulit memerah dan membisul (abses), dan akhirnya
pecah serta keluar cairan nanah bercampur air susu, dapat
disertai suhu badan yang naik dan menggigil.
4) Galaktokel
Air susu membeku dan terkumpul pada suatu bagian
payudara menyerupai tumor kistik. Terjadi karena
sumbatan air susu. Hanya dengan pengurutan dan tekanan
ketat pada payudara dapat hilang dengan sendirinya.
39
Pada umumnya klien pasca persalinan ingin menunda
kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin
tambahan anak lagi.Konseling tentang keluarga berencana atau
metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal
maupun pasca persalinan.
a) Sangat efektif
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
e) Sedikit efek samping
f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
g) Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik
h) Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
i) Menurunkan krisis anemia bulan sabit
Keterbatasan:
40
atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama
sekali.
b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana
kesehatan (harus kembali untuk suntikan)
c) Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum
suntikan berikut.
d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering
e) Terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan
karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari
deponya (tempat suntikan)
f) Terjadi perubahan pada lipid serum pada
penggunaan jangka panjang
g) Pada penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala
(Saifuddin, 2006: U-51)
41
b. Kehangatan : terlalu panas (>380C) atau (<360C)
c. Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
memar.
d. Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
e. Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
f. Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah),
bau busuk pernapasan sulit.
g. Tinja/kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering,
hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
h. Aktivitas : menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang halus, tidak
bisa tenang, menangis terus menerus (Saifuddin, 2002: N-36)
42
1) Evaporasiadalah kehilangan panas terjadi
karenamenguapnyacairan ketuban pada permukaan tubuh
karena tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan dingin
(meja, tempat tidur atau timbangan)
3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin (kipas
angin).
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur
tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
d. Klem dan potong tali pusat :
1) Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira
2 - 3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan 1 cm diantara
klem - klem tersebut).
2) Potonglah tali pusat diantara 2 klem sambil melindungi
bayi dari gunting dengan tangan kiri anda.
3) Pertahankan kebersihan pada saat menolong tali pusat.
Ganti sarung tangan anda bila ternyata sudah kotor.
Potonglah tali pusat dengan pisau atau gunting yang steril
atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT).
4) Periksa tali pusat tiap 15 menit. Apabila masih terjadi
perdarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat
(Saifuddin, 2002: N-31)
e. Pernafasan
1) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi selama 5 menit.
43
2) Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal - hal berikut :
keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat,
gosoklah punggung bayi dengan lembut.
3) Jika bayi belum bernapas setelan 60 detik (frekuesi kurang
dari 30 atau lebih dari 60 x/menit), berikan oksigen kepada
bayi.
f. Perawatan mata
Obat salep mata Eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena Clamidia (penyakit
menular seksual). Obat mata perlu diberikan pada jam pertama
setelah persalinan. Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat
atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera
setelah lahir.
44
2) Suntikan secara intramuscular di paha kiri bayi bagian
anterolateral sepertiga tengah sebanyak 0,1 ml (1 mg dosis
tunggal).
i. Berikan immunisasi Hepatitis B
Immunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu -
bayi.Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam setelah
pemberian Vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam.
45
4. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
a. Definisi
Inisiasi Menyusu Dini berarti meletakkan atau membiarkan bayi di
dada ibunya segera setelah lahir, minimal satu jam, agar bayi
mencari puting ibunya dan menyusu. (Roesli, 2008)
b. Proses
1) Tahap pertama disebut istirahat siaga. Dalam waktu 30
menit, biasanya bayi hanya terdiam. Paling tidak 1 jam
melekat.
2) Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan
gerakan menghisap pada mulutnya. Pada menit ke 30
sampai 40 ini bayi memasukkan tangannya ke mulut.
3) Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur
yang menetes dari mulut bayi itu jangan dibersihkan
4) Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya.
Kaki mungilnya menghentak guna membantu tubuhnya
bermanuver mencari puting susu. Pada tahap ini, ibu juga
merasakan manfaatnya. Hentakan bayi di perut bagian
rahim merangsang kontraksi uterus usai melahirkan.
5) Tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri
yang masuk lewat mulut akan menjadi bakteri baik
dipencernaan bayi. Jadi biarkan si bayi melakukan kegiatan
itu.
6) Tahap terakhir adalah saat bayi menemukan puting susu
ibunya. Bayi akan menyusu untuk pertama kalinya.
c. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi Ibu dan Bayi
Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi :
46
3) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik
4) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih
cepat dan efektif
5) Meningkatkan kenaikan berat badan
6) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi
7) Bayi tidak terlalu banyak menangis selama 1 jam pertama
8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu didalam
perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap
infeksi
9) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan
mekonium lebih cepat, sehingga menurunkan kejadian
ikterus BBL
10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik
selama beberapa jam pertama hidupnya
d. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu :
1) Merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang
menstimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko
perdarahan pasca persalinan, merangsang pengeluaran
kolostrum dan meningkatkan produksi ASI, keuntungan
dan hubungan mutualistik ibu dan bayi, ibu menjadi lebih
tenang, fasilitasi kelahiran plasenta dan pengalihan rasa
nyeri dari berbagai prosedur pascapersalinan lainnya.
2) Meragsang pengeluaran hormon prolaktin meningkatkan
produksi ASI, membantu ibu mengatasi stress terhadap
berbagai rasa kurang nyaman, memberi efek ralaksasi pada
ibu setelah bayi selesai menyusu, menunda ovulasi.
e. Keuntungan IMD untuk bayi :
1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat
kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi
47
2) Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui
kolostrum) maupun aktif
3) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
4) Meningkatkan kecerdasan
5) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan isap, telan
dan napas
6) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
7) Mencegah kehilangan panas (JNPK-KR, 2008)
f. Manfaat ASI untuk Bayi:
1) Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi
2) Mengandung zat protektif
3) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
4) Menyebabkan pertumbuhan yang baik
5) Mengurangi kejadian karies dentis
6) Mengurangi kejadian maloklusi (maloklusi rahang)
g. Manfaat ASI untuk Ibu:
1) Aspek kesehatan ibu
2) Aspek keluarga berencana
3) Aspek psikologi
h. Langkah-langkah Menyusui yang benar:
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkann sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya sebagai
desinfektan dan kelembaban puting susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau
areolanya saja.
4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting
reflex) dengan cara.
48
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi.
i. Cara Menyusui yang Benar
1) Menyusui dalam posisi dan pelekatan yang benar, sehingga
menyusui efektif.
2) Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam)
3) Menyusui kanan-kiri secara bergantian, setelah
mengosongkan payudara yang sedang disusukan.
4) Keuntungan mengosongkan payudara :
a) Mencegah pembengkakan payudara
b) Meningkatkan produk ASI
c) Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap
(ASI awal dan akhir)
j. Posisi Menyusui
1) Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya
leher dan bahunya saja.
2) Kepala dan tubuh bayi lurus
3) Badan bayi menghadap ke dada ibunya
4) Badan bayi dekat ke ibunya
49
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
S:
Ibu mengatakan ini merupakan kunjungan ulang kehamilannya dan saat ini tidak
ada keluhan yang berarti.
Haid Pertama Haid Terakhir ( HPHT ) tanggal 03Agustus 2015. Siklus 28 hari,
teratur, lamanya 7 hari, banyaknya 3-4 kali ganti pembalut, konsistensi cair
bercampur stolsel. Tafsiran persalinan tanggal 10Mei 2016.
50
Ibu mengatakan ini adalah perkawinan yang pertama dan sah menurut agama
yang dianut.Dalam pengambilan keputusan selalu bermusyawarah dengan
suami.Ibu merasa senang karena sangat mengharapkan kehamilannya.Ibu
mengatakan ini adalah kehamilan yang ketiga dan belum pernah
keguguran.Riwayat persalinan yang lalu mengatakan telah melahirkan
sebelumnya 2 kali. Anak pertama umur 8 tahun, jenis kelamin laki-laki, lahir
hidup, spontan berat badan 3500 gram, lama menyusui 24 bulan, dan persalinan
di tolong oleh bidan dan Anak kedua umur 3 tahun, jenis kelamin laki-laki, lahir
hidup, spontan berat badan 2700 gram, lama menyusui 18 bulan, dan persalinan
di tolong oleh bidan. Ibu mengatakan bahwa ia menginginkan kelahiran bayinya
ditolong oleh bidan di Puskesmas Menteng sesuai dengan Tafsiran Persalinan,
calon pendonor darah keluarga / suami, yang menanggung biaya persalinan
adalah suami, alat transportasi yang digunakan kendaraan umum. Ibu
mengatakan sebelumnya menggunakan alat kontrasepsiPil . Ibu mengatakan
tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat, penyakit menular, atau penyakit
keturunan dalam keluarga seperti : jantung, asma, DM, TBC, hipertensi, kelainan
darah, HIV/AIDS, dan PMS. Ibu mengatakan ingin mengetahui keadaan janinnya
dan ingin mengetahui jenis kelamin bayinya, oleh karena itu Ibu melakukan
pemeriksaan USG atas keinginan sendiri tanpa indikasi.
Dalam sehari ibu makan 3 kali dengan nasi, lauk-pauk, sayur, dan ibu rajin
minum susu. Ibu biasa mandi dua kali dalam sehari.BAK 6-7 kali sehari, BAB 2
kali sehari.Selama kehamilan ini ibu tidak menggunakan obat-obatan, alkohol,
rokok, dan tidak mempunyai kepercayaan tertentu yang berhubungan dengan
kehamilan.
Selama kehamilan ini ibu memeriksakan kehamilannya pada trimester I, II, dan
III di Puskesmas Kecamatan Menteng.Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi
TT1 pada kehamilan anak pertama tahun 2008 dan mendapatkan suntik imunisasi
51
TT2 pada anak kedua tahun 2013.TT terakhir yaitu imunisasi TT 3 pada tanggal
15 Februari 2012.
O:
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, TTV :
TD 110/70 mmHg, nadi 82 kali/menit, suhu 36,50C, pernapasan 22 kali/menit,
tinggi badan 158cm, berat badan sebelum hamil 60 Kg, berat badan sekarang 73
Kg, lila 29 cm.
Pemeriksaan fisik : kelopak mata tidak bengkak, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterik, bibir tidak pecah-pecah, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan ketiak tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Payudara : ya, terdapat
pembesaran, puting susu bersih, menonjol, tidak ada nyeri pinggang abdomen,
Posisi tulang belakang lordosis fisiologis, terdapat pembesaran sesuai dengan
usia kehamilan.
52
A:
P:
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa sampai saat ini keadaan
ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
2. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, tidur malam 8 jam dan tidur siang 1
sampai 2 jam, jangan melakukan pekerjaan yang terlalu berat. Ibu mengerti
dan akan melaksanakannya.
53
4. Memberitahukan ibu mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan, seperti:
perdarahan pervaginam, pusing yang hebat, nyeri perut bagian bawah, nyeri
ulu hati, penglihatan kabur atau berkunang-kunang, bengkak pada muka,
tangan dan kaki, pergerakan janin tidak seperti biasanya. Jika terjadi atau ada
keluhan seperti itu segera ke puskesmas atau tenaga kesehatan terdekat. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6. Menganjurkan ibu untuk tidak meminum sejenis kencur / kunyit (jamu), bila
merasa lelah, karena akan mempengaruhi keadaan dan perkembangan si janin
dan perlengketan pada plasenta. Ibu mengerti dan tidak akan meminum jamu
selama hamil.
7. Memantau persiapan persalinan ibu yaitu persiapan pakaian ibu dan bayi,
rencana tempat bersalin, transportasi ke tempat bersalin, serta persiapan
tabungan untuk bersalin. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
8. Menganjurkan ibu untuk menghabiskan obat yang diberikan yaitu :SF 1x1,
vit.C2x1, vit.B Complek 2x1. Ibu mengerti dan berjanji akan menghabiskan
obat yang diberikan.
S:
54
Ibu datang ke Puskesmas Menteng untuk kunjungan ulang pemeriksaan
kehamilannya.Saat ini ibu mengatakan kaki ibu masih sedikit bengkak dan obat
yang diberikan sebelumnya sudah diminum tetapi masih ada sisa.
O:
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emotional stabil, TTV :
TD 110/70 mmHg, nadi : 82 kali/menit, suhu 36,80C, pernapasan 22 kali/menit.
Berat badan 74 kg, kelopak mata tidak bengkak, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak kuning, bibir tidak pecah-pecah.
A:
55
P:
5. Menganjurkan ibu untuk mengganjal kaki ibu pada saat tidur lebih tinggi dari
kepala ibu. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan
melaksanakannya.
7. Menganjurkan ibu untuk menghabiskan obat yang diberikan yaitu :SF 1x1,
vit.C 1x1, vit.B1 2x1. Ibu mengerti dan berjanji akan menghabiskan obat yang
diberikan.
56
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang seminggu lagi, pada tanggal
19Oktober 2012 atau bila terdapat keluhan.
S:
O:
57
A:
G3 P2 A0 hamil 39 minggu lebih 3 hari partus kala I fase aktif, Janin Tunggal,
hidup, intra uteri, presentasi kepala.Keadaan ibu dan janin saat ini baik.
P:
1) Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pada saat
ini pembukaan ibu 5cm, keadaan ibu dan jainbaik. Ibu dan keluarga
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2) Memberikan support moral pada ibu dan keluarga agar tenang dan rileks,
ibu sedikit tenang. Keluarga juga memberi support.
3) Menganjurkan ibu untuk miring kiri dan mengatur nafas ketika nyeri
persalinan datang. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6) Mengajarkan ibu untuk meneran jika ada kontraksi, ibu merasa semakin
meningkat tekanan pada rectum, perineum telah menonjol, vulva vagina
dan spincterani membuka, ketuban telah pecah pukul 20.50 WIB jumlah air
ketuban 150 ml, warna air ketuban putih jernih, berbau khas air ketuban,
58
tidak ada bagian terkecil janin, tali pusat tidak menumbung, warna jernih,
bau khas.
S:
Ibu mengatakan mules semakin sering, ibu ingin meneran seperti akan BAB.
O:
A:
59
Janin, Tunggal, Hidup, Intra uterin, presentasi kepala.Keadaan ibu dan janin
saat ini baik.
P:
1) Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pada saat
ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik dan ibu telah memasuki masa
persalinan dengan pembukaan lengkap. Ibu dan keluarga mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
3) Mengatur posisi ibu agar nyaman untuk melahirkan dan mengajarkan ibu
meneran yang benar. Ibu dalam posisi setengah duduk, ibu dapat meneran
dengan benar.
7) Mengobservasi his, djj, dan kandung kemih. Telah di obseervasi his, djj,
dan kandung kemih kosong.
60
8) Membimbing ibu untuk meneran ketika ada kontraksi, ibu merasa semakin
meningkatnya tekanan pada rectum, perineum telah menonjol, vulva vagina
dan spingter ani membuka, tidak ada bagian terkecil janin, tali pusat tidak
menumbung, air ketuban warnanya jernih, bau khas, kepala tampak di
vulva, tangan kanan melakukan tahanan pada perineum, bayi lahir mulai
dari kepala, bahu, punggung dan kaki dengan cara sangga susur. Pukul
07.00 WIB bayi lahir spontan , gerakan aktif, warna kulit kemerahan,
bergerak aktif, segera menagis kuat, jenis kelamin laki-laki.
S:
Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan merasa senang atas kelahiran
bayinya.
O:
A:
P3A0 Partus kala III. Keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik
P:
61
1) Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pada saat
ini keadaan ibu baik. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
S:
O:
62
A:
P2A0 Partus kala IV dengan ruptur dari mukosa vagina hingga otot perineum
grade II.
P:
1) Menjelaskan kepada ibu bahwa plasenta telah lahir lengkap. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan dan ibu merasa lega.
2) Menjelaskan dan mengajarkan ibu cara memassase uterus dengan baik dan
benar. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan mempraktikkannya
dengan benar.
4) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT dan waslap, tempat tidur
dengan air klorin, menggantikan pakaian ibu dengan pakaian yang bersih
dan kering lalu memakaikan ibu pembalut. Ibu tampak bersih dan nyaman.
Merapihkan ibu dan mengganti pakaian ibu serta memakaikan pembalut
telah dilakukan.
5) Menjelaskan tanda bahaya kala IV yaitu keluar darah banyak dari jalan
lahir dan uterus menjadi lembek. Ibu mengerti tanda bahaya kala IV.
6) Memberi penkes pada ibu tentang cara menyusui yang benar. Ibu menyusui
dengan cara yang benar
63
7) Merendam, Mencuci, dan mensterilkan partus set dan hecting set.
9) Memberikan makan dan minum ibu. Ibu mau makan dan minum
10) Memindahkan ibu ke ruang perawatan setelah 2 jam post partum yaitu
pada jam 10.00 WIB. Ibu dan bayi sudah dipindahkan dan melakukan
rawat gabung.
S:
Ibu mengatakan perutnya masih merasa mulas dan luka jahitan masih terasa
nyeri, ibu mengatakan sudah BAK ke kamar mandi.Ibu mengatakan sudah
menyusui bayinya.
O:
A:
64
P3A0 Nifas 6 jam Post partum. Keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik.
P:
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini baik. Ibu
mengerti dengan penjalasan yang diberikan.
2) Mengingatkan ibu agar tidak menahan BAK karena dapat mengganggu
kontraksi uterus ibu yang dapat menyebabkan perdarahan. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Ibu BAK dengan di bantu
turun ke kamar mandi. Ibu sudah BAK.
3) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas seperti terabanya
rahim yang lembek, lochea berbau dan adanya perdarahan pervaginam
yang terus-menerus, jika terdapat tanda-tanda tersebut untuk segera
memanggil bidan. Ibu diingatkan kembali bila rahimnya terasa lembek
di massase selama 15 detik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
4) Memberikan support kepada ibu untuk tetap menyusui bayinya.
Menganjurkan ibu untuk tidak stress selama menyusui, karena jika ibu
stress akan mempengaruhi pengeluaran ASI. Ibu mengerti penjelasan
yang diberikan.
5) Menganjurkan ibu agar memberi ASI Eksklusif pada bayinya. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6) Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi, seperti sayur-
sayuran, agar dapat memperlancarkan pengeluaran ASI. Ibu mengerti
penjelasan yang diberikan.
7) Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan diri dan vulva vagina
dengan cara membasuhnya dengan sabun (detol) dan air bersih dan
segera mengganti pembalut jika sudah terasa lembab dan setiap kali
65
ibu BAK. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.ibu sudah
mengganti pembalut.
8) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian yaitu
pada tanggal 31Oktober 2012 di Puskesmas Kecamatan Tambora. Ibu
mengerti dengan anjuran yang diberikan petugas.
S: -
O:
Keadaan umum baik, warna kulit bayi merah, bergerak akif dan segera
menangis dan masih basah oleh air ketuban, tali pusat belum dipotong, jenis
kelamin perempuan.
A:
P:
66
1) Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan membungkus kain bersih dan
hangat. Bayi telah dibungkus dengan kain bersih dan hangat.
2) Mengklem, memotong, dan mengikat tali pusat. Tali pusat telah dipotong.
S:-
O:
keadaan umum baik, tanda-tanda vital : nadi : 145 kali/ menit, pernapasan 42
kali/menit, suhu : 36,6 C, gerakan aktif, antropometri : Berat badan : 3600
gram, Panjang badan : 47 cm, Lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm.
Reflek moro ada, reflek rooting ada, reflek walking ada, reflek plantar ada,
reflek sucking ada, reflek tonick neck ada, kepada tidak terdapat caput
suksadenum, hidung terdapat septum dan mulut tidak terdapat labioskhizis
dan labiopalatoskhizis, leher tidak ada pembengkakan, puting susu simetris,
dada tidak ada pernapasan retraksi dada, abdomen tidak cekung dan cembung,
gerakan tangan normal,jumlah jari normal, tali pusat tidak ada perdarahan dan
tidak bau. Genetalia testis sudah masuk dalam scrotum, terdapat lubang pada
uretra ( anus positif ). Badan Bayi kotor karena belum dimandikan. Bayi telah
diberikan ASI. Pemeriksaan neurologis : Refleks Moro, Rooting, Walking,
Plantar, Sucking, Tonick Neck baik
A:
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 1 jam. Keadaan bayi
saat ini baik.
67
Masalah : tidak ada
P:
2) Melakukan perawatan tali pusat. Kasa pembungkus tali pusat kering dan
tidak terjadi perdarahan.
8) Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui dan dilakukan rawat gabung .
Bayi dan ibu telah melakukan rawat gabung dan bayi telah menyusu.
68
3. Tanggal 24Oktober 2012 jam 14.00 WIB
S:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan tentang bayinya.Bayinya masih diberikan
ASI saja. Ibu mengatakan bayi sudah BAK dan bayi sudah BAB.
O:
keadaan umum baik, tanda-tanda vital : nadi : 140 kali/ menit, pernapasan 41
kali/menit, suhu : 36,7 C. Tali pusat tidak ada perdarahan. Bayi sudah bisa
menghisap puting susu ibu.
A:
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 6 jam. Keadaan bayi
saat ini baik.
P:
1) Menjelaskan pada ibu bahwa saat ini bayinya dalam keadaan baik. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
4) Melakukan perawatan tali pusat sambil menjelaskan pada ibu cara merawat
tali pusat bayi. Ibu mengatakan mengerti tentang perawatan tali pusat dan
berjanji akan merawat tali pusat bayi dengan benar.
69
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
70
bulan (aterm). Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006) masa
kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu) di hitung dari Hari pertama haid terakhir
dan menurut Sarwono (2005) hamil aterm di mulai usia 37-42 minggu dengan
BB >2500 gram.
Ditinjau dari segi paritas dan jarak persalinan sebelumnya maka Ny. W
dengan kehamilan ketiga dan jarak persalinan sebelumnya, yaitu 3 tahun,
dapat dikategorikan sebagai persalinan yang aman, karena paritas yang aman
menurut Manuaba, 2010: 246 yaitu 1 - 3 tahun dan jarak persalinan dari
sebelumnya, yaitu minimal 2 tahun, sehingga pada kehamilan tidak terjadi
hal-hal yang beresiko dan ibu dapat melahirkan secara normal. Pada kasus ini
sudah sesuai dengan teori.
Usia kehamilan pada Ny. R ditentukan berdasarkan hasil pengkajian
HPHT yaitu pada tanggal 03 Agustus 2016.Lalu penulis menentukan taksiran
persalinan menggunakan rumus Neagle, yaitu HPHT + 7, dan bulan + 9. Maka
dapat ditentukan taksiran persalinan pada tanggal 10 Mei 2016, beserta usia
kehamilan pada setiap kunjungan antenatal.
Selama kehamilannya Ny. R melakukan pemeriksaan antenatal care
sebanyak 6 kali, yaitu 1 kali pada trimester I, 2 kali pada trimester II dan 3
kali pada trimester III. Hal inisesuai dengan pendapat Saifuddin (2006),yang
menyatakan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II
dan 2 kali pada trimester III. Kunjungan antenatal ini sangat penting karena
bermanfaat untuk mempersiapkan ibu dalam menghadapi persalinan baik
secara fisik maupun mental juga untuk mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi. Berdasarkan pendapat MNH (2002),
menyatakan bahwa melakukan banyak kunjungan rutin yang tidak
mempunyai tujuan antenatal yang jelas dan lebih berfokus pada kuantitas
dibanding kualitas sudah tidak direkomendasikan lagi. Hal ini disebabkan
karena membebani sistem kesehatan, dan juga dari hasil penelitian didapatkan
bahwa pengurangan jumlah kunjungan antenatal tidak ada pengaruhnya
71
terhadap ibu dan bayi baru lahir. Pada kasus ini, kunjugan antenatal Ny. W
masih berorientasi pada kuantitas kunjungan dengan jadwal kunjungan rutin
yang banyak, hal ini kurang efisien cenderung merugikan klien dari segi
waktu, tenaga, dan ekonomi karena dibutuhkan dana yang lebih besar untuk
melakukan kunjungan rutin.
Pada kasus Ny. Rdilakukan pengukurantinggibadan hanya satu kali
saat pertama kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan teori Depkes RI (2004)
yang menyatakan bahwa pengukuran tinggi badan hanya diukur satu kali pada
saat kunjungan pertama.
Selama hamil berat badan Ny. W naik 14 kg dari berat badan sebelum
hamil. Bertambahnya berat badan normalnya antara 6,5 – 16,5 kg selama
kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu (Manuaba,
2010: 95), normalnya 11,5 – 16 kg (Sarwono, 2008 ), 12,5 – 18 kg (Varney,
2008). 7 – 10 kg (Ladewig, 2005)
Selama kehamilan setiap kunjungan tinggi fundus uteri selalu sesuai
dengan usia kehamilan menurut tabel (Saifuddin, 2006: 93) dengan demikian
tafsiran bayi Ny. R lahir dengan berat badan normal yaitu 3600 gram, dan
dapat mengetahui pertumbuhan janin, menentukan perkiraan berat janin,
mendeteksi masalah yang terkait dengan tinggi fundus yang terlalu besar atau
terlalu kecil
Gerakan janin pertama kali dirasakan pada usia kehamilan 16 minggu,
hal ini tidak sesuai dengan teori (prawihardjo, 2007) gerakan janin pertama
kali pada multipara pada usia kehamilan 18 minggu. Hal ini tidak adanya
kesenjangan antara teori dan kasus, selama kehamilan Ny.W selalu merasakan
gerakan janinnya teratur setiap hari, berarti janin yang dikandung Ny. W tidak
ada masalah dalam gerakan janinnya.
Denyut jantung janin selama pemeriksaan kehamilan berkisar 138-140
x/menit, denyut jantung janin ini masih dalam batas normal, karena menurut
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002),
Sarwono (2005) dan Williams (2005) denyut jantung normal sebesar 120 -
160 x/menit. Dalam hal ini kondisi janin Ny. R termasuk janin dengan
pertumbuhan yang sehat.
72
Pada pemeriksaan laboratorium Ny. R didapatkan hasil sebesar 10,5 gr
% yang dilakukan pada saat usia kehamilan ibu 37 minggu. Hasil pemeriksaan
Hb dapat digolongkan sebagai berikut: Hb 11 g% Tidak anemia, Hb 9-10 g%
Anemia ringan, Hb 7-8 g% Anemi sedang, Hb <7 g% Anemia berat. Oleh
karena itu, Ny.R termasuk penderita anemia ringan pada kehamilan. Menurut
Manuaba (2010) volume darah semakin meningkat dan jumlah serum dalam
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran
darah (hemodilusi) yang disertai anemia fisiologis, dengan puncaknya pada
usia kehamilan 32 minggu, Menurut Sarwono, 2008: 183 pada kehamilan
lanjut kadar Hb di bawah 11 gr% itu merupakan suatu hal yang abnormal dan
lebih berhubungan dengan defisiensi zat besi. Maka dari itu Ny. R dianjurkan
untuk tetap mengkonsumsi tablet zat besi dan makanan dengan tinggi protein
sehingga proses persalinan berjalan dengan normal, tidak terjadi partus lama
dan perdarahan postpartum. Dalam kasus ini sudah sesuai dengan teori.
Selama kehamilan ini Ny. R tidak mengalami keluhan yang berarti,
dari semua keluhan, sebagian merupakan hal yang fisiologis dalam kehamilan.
Pada usia kehamilan 36 minggu Ny. R mengeluh nyeri perut bagian bawah
merupakan hal yang fisiologis yang dirasakan pada kehamilan trimester 3
karena akibat peregangan rahim dan penekanan berat uterus yang meningkat
pesat. Menurut Varney, 2007. Hal ini masih dalam batas normal selama tidak
disertai tanda-tanda bahaya kehamilan lain.
Menurut IBI 2006, tentang pentingnya informed consent merupakan
persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh klien kepada bidan/ tenaga
kesehatan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan. Dialog antara bidan
dengan klien/walinya yang didasari keterbukaan, akal pikiran yang sehat
dengan suatu upacara birokratisasi/ penandatanganan suatu formulir atau
selembar kertas yang merupakan jaminan atau bukti bahwa persetujuan dari
pihak klien/walinya telah terjadi. Dalam hal ini Ny. R menandatangani
formulir atau selembar kertas, sebagai tanda persetujuan untuk menjadi pasien
secara komprehensif, setelah penulis memberikan penjelasan untuk
73
melakukan tindakan sesuai kebutuhan Ny. R yang didasari keterbukaan, akal
pikiran yang sehat.
Memberikan tablet Fe pada setiap kunjungan antenatal bertujuan
karena kehamilan membutuhkan Fe untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak
kehilangan zat besi (Varney).
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan dilakukan penulis pada
saat melakukan asuhan antenatal pertama kali ketika Ny. R menjadi pasien
komprehensif.Kekurangan penulis dalam hal ini tidak melakukan tes terhadap
penyakit menular seksual. Sedangkan hal ini perlu untuk deteksi dini
mencegah penularan PMS selama proses persalinan terhadap bayi maupun
penolong persalinan.
Sehingga dapat disimpulkan dalam memberikan asuhan antenatal pada
Ny. R bertujuan dalam pengawasan pada wanita yang hamil untuk membantu
menyiapkan fisik (memastikan kesehatan dan tumbuh kembang bayi) dan
mental (mempersiapkan peran ibu dan keluarga menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal) sebaik-baiknya agar ibu dan anak
selamat dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.Sehingga pada saat
postpartum mereka dalam keadaan sehat dan normal baik fisik maupun
mental.
74
± 4 jam, hal ini di sebabkan karena ibu mendapatkan asuhan yang tepat pada
saat persalinan. Menurut DepKes RI (2007) bahwa fase Laten dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada primigravida atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm per jam pada multipara dan terjadi penurunan bagian terbawah
janin. Dampak dari persalinan cepat ialah bagi ibu dapat terjadi perlukaan luas
pada jalan lahir sedangkan bagi bayi dapat mengalami perdarahan dalam
tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat (Winkjosastro, 2006)
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi sesuai dengan kesanggupan,
karena menurut DepKes RI (2007) hal ini dapat membantu turunnya kepala
bayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan dan bila ibu ingin di
tempat tidur tidak di anjurkan untuk tidak berbaring terlentang karena berat
uterus dan isinya akan menekan vena cava inferior sehingga bisa
mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta yang dapat
menyebabkan hipoksia kekurangan pasokan oksigen pada janin, selain itu
posisi terlentang berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan
persalinan.
Ibu memasuki kala II dengan tanda- tanda ibu mules semakin sering,
ada dorongan ingin meneran seperti BAB keras. Pada saat inpeksi ada tekanan
pada anus, vulva membuka dan pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil
portio tidak teraba, ketuban pecah spontan warna jernih, presentasi kepala,
penurunan H III+, posisi UUK kiri depan. Tanda-tanda ini sesuai dengan
DepKes RI (2007) gejala dan tanda kala II persalinan yaitu ibu merasakan
ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, adanya peningkatan
tekanan pada rektum/ vagina, perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter
ani membuka, meningkatnya pengeluaran lendir campur darah dan tanda pasti
kala II bisa di tentukan dengan periksa dalam (objektif) yaitu pembukaan
serviks lengkap, terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada Ny. R di dampingi oleh suami agar ibu merasa lebih nyaman
secara psikologis. Penulis mengharapkan dapat memberikan asuhan yang di
75
butuhkan selama proses persalinan dan memberikan semangat serta informasi
yang berhubungan dengan kemajuan persalinan sehingga persalinan berjalan
normal tanpa komplikasi. Menurut DepKes RI (2007) pentingnya pendamping
persalinan yaitu berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai
upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu dan bekerja sama
anggota keluarga untuk mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan
pujian kepada ibu, memijat punggung, menyeka muka ibu secara lembut,
menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa nyaman.
Lama kala III yang dialami oleh Ny. R berlangsung selama 10
menit.Menurut Asuhan Persalinan Normal (2008) lama kala III normal adalah
maksimal 30 menit.Plasenta lahir pukul 22.15 WIB, perdarahan kala III ±200
cc. Di lakukan manajemen aktif kala III yaitu memastikan tidak ada janin ke
2, pemberian suntikan syntocinon 10 unit IM 1/3 bagian atas paha bagian luar,
1 menit setelah kelahiran bayi, mengobsevasi tanda- tanda pelepasan plasenta
yaitu tali pusat bertambah panjang dan ada semburan darah, melakukan
penegangan tali pusat terkendali atau PTT, setelah plasenta lahir masase
fundus selama 15 detik. Hal ini sesuai dengan DepKes RI (2007) bahwa
tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan, mengurangi kehilangan darah dan mengurangi kejadian retensio
plasenta. Kemudian di lakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput
ketuban untuk memastikan tidak ada bagian- bagian yang tertinggal.
Kemudian menjahit luka dengan benang Cutgut menggunakan tehnik
jelujur di bagian dalam pada otot vagina dan sub kutis pada bagian luar di
kulit perineum. Sebelum penjahitan tidak di lakukan anastesi lokal lidokain
1%, hal ini tidak memberikan asuhan sayang ibu karena membuat ibu merasa
kesakitan, karena menurut DepKes RI (2007) bahwa penjahitan sangat
menyakitkan dan harus menggunakan anastesi lokal.
Kemudian membersihkan perineum ibu, di pasang pembalut dan
kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering, biarkan bayi berada pada ibu
untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan
76
menyusui bayinya, karena menyusui dapat membantu kontraksi uterus, dan
mengajarkan ibu dan keluarga cara memeriksa kontraksi uterus, hal ini sesuai
dengan pendapat Saifuddin (2002).
Pada bayi baru lahir berlangsung normal. Masa neonatus adalah masa
yang paling kritis. Menurut teori (Saifuddin, 2006: 132), bahwa lebih dari 50
% kematian bayi terjadi pada periode neonatal sehingga diperlukan manajemen
77
yang baik dalam perawatan neonatus serta pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan yang baik agar menghasilkan bayi yang sehat.
Setelah bayi lahir spontan dan tali pusat telah dipotong, bayi langsung
diletakkan di dada ibu untuk dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Hal ini
sudah sesuai dengan standar APN dan teori, yaitu IMD langsung dilakukan
ketika bayi lahir dan meletakkan bayi di dada ibu selama 60 menit. Dalam
hal ini tidak terdapat kesenjangan karena Bayi Ny. R dapat menemukan putting
dan menghisap dengan kuat dalam waktu 50 menit. (Roesli, 2008)
Penulis melakukan pemantauan pada bayi, mulai dari bayi baru lahir, 2
jam, 6 jam, 2 hari. Dengan pemantauan bayi baru lahir, maka kelainan dan
komplikasi seperti hipotermi, hiperbillirubin, dan infeksi dapat dicegah sedini
mungkin.
Pada 1 jam bayi baru lahir di lakukan pengkajian fisik bayi baru lahir,
pemeriksaan antropometri, pemberian tetes mata, vitamin K, imunisasi Hb 0
serta mengidentifikasikan bayi. Pada pengkajian fisik bayi baru lahir di
lakukan secara head to toe termasuk pemeriksaan antropometri, setelah di
lakukan pemeriksaan bayi Ny. R tidak ada tanda abnormal, anus (+), cacat (-),
dan di lakukan pemeriksaan antropometri di dapatkan BB 3600 kg, PB 47 cm,
LK 33 cm, LD 34 cm.
Menurut DepKes (2007) tetes mata untuk pencegahan infeksi dan
salep antibiotika tersebut harus di berikan dalam waktu 1 jam setelah
kelahiran karena tidak efektif jika di berikan lebih dari 1 jam. Menurut teori
Saifuddin (2002), pemberian obat mata di anjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) dan di berikan 1
jam setelah persalinan. Hal ini sesuai karena bayi Ny. R di berikan salep mata
clorampenicol 1 % dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran.
Bayi Ny. R di berikan imunisasi Hb 0, IM 1/3 paha kanan atas bagian
luar, 1 jam setelah kelahiran bayi hal ini sesuai dengan pendapat DepKes RI
(2007) imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah hepatitis B terhadap
78
bayi, terutama jalur penularan ibu–bayi, dan Hb 0 di berikan pada usia 0
segera setelah lahir menggunakan uniject. Menurut Manuaba (2007) kini
infeksi hepatitis B di anggap dapat terjadi karena infeksi vertikal atau di dapat
setelah lahir, bahaya infeksi hepatitis adalah dapat terjadi dua bentuk yang
serius diantaranya terjadi serosis hepatis pada umur relatif muda dan
hepatoma sebagai bentuk karsinemoma hepatis pada usia relatif muda
Pada 6 jam bayi baru lahir. Ibu di berikan penkes agar memberikan
ASI ekslusif selama 6 bulan, menurut Manuaba (2007) ASI eklusif
mempunyai kelebihan yang tidak mampu di tandingi kualitasnya di
bandingkan susu sapi yang di olah sedemikian rupa, kelebihan ASI bisa
mempunyai antibody sehingga dapat mencegah penyakit, ASI selalu siap
setiap saat dengan steril, komposisi telah tersusun sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kebutuhan bayi, minimal untuk waktu 4 bulan, pemberian ASI
eklusif dapat menjamin tumbuh-kembangnya bayi dengan baik, dengan
kandungan antibodinya, maka morbilitas dan mortalitas bayi akan menurun.
Ny. R di berikan nasehat untuk merawat tali pusat, hal ini sesuai dengan
anjuran DepKes RI (2007) jangan mengoleskan alkohol atau betadin karena
bisa menyebabkan tali pusat menjadi lembab atau basah dan jika tali pusat
kotor bersihkan dengan air bersih dan sabun dan segera keringkan dengan
menggunakan air bersih. Ny. R juga di berikan penkes mengenai tanda-tanda
bahaya neonatus, hal ini sesuai dengan Saifuddin (2002) bayi kuning terutama
24 jam pertama, biru atau pucat, tali pusat lemah atau bengkak, keluar cairan
nanah, bau busuk, berdarah, pemberian makan di dapatkan hisapan lemah,
banyak muntah.
Pada hari ke II, 2 hari bayi baru lahir. Ny. R telah memberikan ASI
eklusif, karena menurut DepKes RI (2007) pada pernyataan WHO (2001) ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan WHO menyatakan bahwa ASI
eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik, bahkan
air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini, namun penulis tetap
memberikan motivasi dan dukungan kepada ibu agar tetap memberikan ASI
79
kepada bayinya sampai dengan 6 bulan. Ny. R di berikan pendidikan
kesehatan mengenai munisasi yaitu LIL ( lima dasar imunisasi lengkap) yaitu
BCG, Polio, DPT, Hepatitis, campak.
80
Saat penulis memberikan asuhan pada masa nifas, ibu dan keluarga
sangat kooperatif sehingga proses masa nifas berjalan dengan lancar. Diakhir
pengkajian masa nifas tidak ditemukan komplikasi, dan ibu akan menjadi
akseptor KB IUD.
81
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Proses kehamilan Ny. R G3P2A0 trimester I, II, III berlangsung normal dan
tidak ada komplikasi yang terjadi baik pada ibu maupun janin. Hasil USG
pada tanggal 03 Mei 2016yang dilakukan atas permintaan ibu sendiri
adalah didapatkan hasil pemeriksaan Janin Tunggal Hidup Intra uterin
presentasi kepala, DJJ + Puki, jenis kelamin perempuan, TBJ : 3390, Air
ketuban +. Pada kasus Ny. R telah mendapatkan asuhan sesuai dengan
standar.Pada umur kehamilan 36minggu pernah mengalami anemia ringan
berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah yaitu
10,5 gr%. Ny.R diberikan tablet Fe sebagai terapi untuk memperbaiki
kondisi ibu yang anemia disertai dengan penyuluhan kesehatan mengenai
pentingnya keteraturan minum tablet Fe.
2. Proses persalinan pada Ny. R pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 22.03 WIB,
Ibu melahirkan secara pervaginam dan spontan. Persiapan fisik dan mental
sebaik-baiknya pada masa kehamilan dan persalinan sangat penting,
sehingga pada saat postpartum mereka dalam keadaan sehat dan normal
baik fisik maupun mental.Ny. R telah mendapatkan asuhan standar, dan
pada saat penjahitan laserasi menggunakan asuhan sayang ibu.
3. Bayi Ny. R lahir spontan pervaginam, letak belakang kepala, jenis kelamin
perempuan, berat badan 3600 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala
33 cm, lingkar dada 34 cm. Hasil pemeriksaan fisik, reflek normal. Bayi
Ny. Rmendapat Vit.K dan salep mata.
4. Masa nifas 6 jam Ny. R berlangsung normal tanpa komplikasi. Selama
pemantauan bayi Ny. R mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
82
normal. Sudah menggunakan alat kontrasepsi yang digunakan setelah
plasenta lahir yaitu KB IUD.
5. Bayi Ny. R merupakan neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan lahir
dengan letak belakang kepala di Puskesmas Kecamatan Tambora
menggunakan manajemen asuhan bayi baru lahir. Bayi Ny. R
mendapatkan asuhan bayi baru lahir yang sesuai dengan asuhan esensial
yang direkomendasikan oleh depkes 2008, hanya membiarkan bayi
melakukan kontak dengan ibunya selama minimal 1 jam, padahal hal ini
bisa membantu mencegah hipotermi pada bayi. Keadaan bayi Ny. R baik
dan bayi mengalami peningkatan berat badan normal karena ibu
memberikan ASI secara eksklusif secara adekuat.
6. Adapun asuhan yang diberikan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan ibu
pada masa kehamilan, persalinan, nifas maupun pada bayi baru lahir.
7. Seluruh asuhan kebidanan yang telah diberikan didokumentasikan dengan
baik yaitu dengan menggunakan metode SOAP.
B. SARAN
1. Bagi tenaga kesehatan (bidan) :
a. Mengingat pentingnya pelayanan antenatal yang berkualitas bagi
kesehatan ibu maka diharapkan tenaga kesehatan (bidan) lebih
memperhatikan kualitas pelayan antenatal dan konseling.
b. Mengingat pentingnya penanganan yang tepat selama proses
persalinan demi keselamatan ibu dan bayi maka sebaiknya bidan
memberikan asuhan sayang ibu dan asuhan persalinan normal
termasuk manajemen aktif kala III yang sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
c. Saat melakukan persiapan adanya komplikasi bidan mengkaji atau
menanyakan lebih dalam karena dengan persiapan yang baik akan
mendukung keselamatan ibu dan bayi.
83
2. Pasien
Ibu diharapkan dapat merawat dan menjaga kesehatan diri dan bayi
setelah dilakukan pemantaun dari hamil sampai konseling KB
sehingga derajat kesehatan ibu dan bayi meningkat.
3. Mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan ke lahan
praktek dan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
asuhan kebidanan secara komprehensif, sehingga dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
4. Institusi Pendidikan
Dapat terus memberikan perkembangan ilmu dalam asuhan kebidanan
secara komprehensif, sehingga dapat menciptakan generasi baru yang
lebih baik dari sebelumnya.
5. Lahan Praktek
Bagi sarana pelayanan kesehatan hendaknya lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan,
menjaga mutu dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta
memberikan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif sehingga
dapat mendeteksi dini kemungkinan terjadi komplikasi.
84
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Antenatal. Edisi 4, Vol.1. Jakarta: ECG.
Varney, Helen. 2008, Buku Ajar Asuhan Antenatal. Edisi 4, Vol.2. Jakarta: ECG.
www.depkes.com , AKI dan AKB tahun 2011 (diakses tanggal 20 Oktober 2012)
85