Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemerintahan Indonesia mempunyai sistem kesehatan nasional yang diadopsi
dari gagasan WHO UNICEF yaitu primary health care dan Health for all the years
2000 (Manuaba,2007) dengan penekanan bahwa konsep pelaksanaan Health for all
the years 2000 menjadi sasaran pelayanan kesehatan utama, yang memilki beberapa
unsur seperti pelayanan obstetric dasar (asuhan antenatal dan persalinan bersih dan
aman), pelaksanaan program keluarga berencana, pelayanan obstetric essensial dan
peningkatan rujukan.

Menurut WHO sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan


atau kelahiran terjadi di Negara-negara berkembang. Pada data WHO tahun 2005
sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih
rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000. Di Indonesia
sebagai Negara berkembang kematian maternal dan perinatal merupakan masalah
besar. Angka kematian maternal di Negara maju adalah 9/100.000 kelahiran hidup
dan di Negara berkembang mencapai 459/100.000 kelahiran hidup, hal ini berarti
99% wanita yang meninggal disebabkan kehamilan dan persalinan, maka di dapatkan
400 ibu meninggal setiap 100.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan
Negara-negara ASEAN dan Negara-negara maju, maka angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia adalah sekitar 3-6 kali AKI Negara ASEAN dan lebih dari 50 kali AKI
Negara maju (Anonimus,1996/1997). Angka kematian ibu akibat melahirkan di
Thailand 40/100.000 kelahiran hidup, Sri langka 92/100.000 kelahiran hidup,
Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup, sementara di Indonesia 230 ibu meninggal
setiap 100.000 kelahiran hidup.

1
Berdasarkan hasil survei Demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007,
menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup,
sedangkan 226/100.000 kelahiran hidup tahun 2009. Angka kematian ibu akibat
melahirkan (AKI) di Indonesia mengalami penurunan.253/100.000 kelahiran hidup
tahun 2006.Pada 2005 turun menjadi 262/100.000 kelahiran hidup.Pada tahun 2002,
menurut data survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) dari 100.000
persalinan sebanyak 307 ibu meninggal.

Hasil beberapa studi serta pengamatan atas peristiwa kematian maternal,


mengungkapkan bahwa penyebab utama kematian dapat dikelompokkan menjadi
penyebab langsung. Penyebab langsung biasanya terkait erat dengan kondisi
kesehatan ibu sejak proses kehamilan, proses persalinan, dan pasca persalinan.
Sedangkan penyebab tidak langsung lebih terkait dengan kondisi sosial,ekonomi,
geografi, serta perilaku budaya yang masih rendah yang digambarkan dalam 3 T yaitu
terlambat merujuk dengan alasan geografi, terlambat menegakkan diagnosis
(sehingga diterima di tempat rujukan sudah dalam keadaan terminal), dan terlambat
mendapatkan penanganan (Depkes,2008).

Penyebab langsung kematian ibu maternal di Indonesia adalah Trias Klasik,


yaitu perdarahan (28%), eklampsi (24%), dan infeksi (11%) sedangkan penyebab
tidak langsung dari kematian ibu maternal yang terbanyak adalah ibu hamil yang
terkena anemia (51%)(SDKI,2010).

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemeritah melalui departemen


kesehatan dewasa ini menerapkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS), yang
merupakan penajaman dari kebijakan sebelumnya tentang “Penyelamatan Ibu Hamil”
setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan
setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Depkes,2012). Dari
pelaksanaan Making Pregnancy Safer, target yang diharapkan dapat dicapai pada

2
tahun 2010 adalah angka kematian Ibu menjadi 125/100.000 kelahiran hidup dan
angka kematian Bayi Baru lahir menjadi 15/1000 kelahiran hidup (Depkes,2012).

MDGs merupakan kependekan dari Millenium Development Goals, atau Tujuan


Pembangunan Milenium yang dideklarasikan pada tahun 2000 oleh sebanyak 189
anggota Persatuan Bangsa – Bangsa (PBB). MDGs mempunyai 8 (delapan) tujuan
dengan 18 target, mulai dari mengurangi kemiskinan, penuntasan pendidikan dasar
baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan, menurunkan angka kematian
balita, meningkatkan kesehatan ibu serta memastikan kelestarian lingkungan hidup.
Target MDGs adalah AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi
23/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Untuk mempercepat penurunan AKI, sejak tahun 2000 Departemen Kesehatan


telah menerapkan MPS (Making Pregnancy Safer) dengan tiga pesan kuncinya yaitu
setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil, setiap komplikasi
kehamilan dan persalinan mendapat penanganan yang adekuat, setiap wanita usia
subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi yang adekuat. Dalam hal ini, pemerintah telah berupaya
menurunkan kematian ibu dan bayi dengan meningkatkan penyediaan pelayanan
kelahiran oleh tenaga kesehatan trampil.Namun demikian, masih harus bekerja keras
untuk mewujudkan akses universal pelayanan persalinan berkualitas oleh tenaga
kesehatan trampil agar dapat mencapai target tujuan MDGs tersebut.

Bidan adalah tenaga kesehatan yang langsung terlibat dalam melayani wanita
selama siklus kehidupannya terutama pada wanita hamil dan melahirkan. Bidan yang
professional harus dapat menerapkan asuhan kebidanan yang terfokus dan terarah
sesuai Lima Benang Merah Asuhan Kebidanan yaitu pengambilan keputusan klinik,
asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan (Rekam Medik)
asuhan persalinan, dan sistem rujukan yang efektif.Bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan
praktiknya.Dengan demikian bidan dituntut memberikan pelayanan dengan

3
pendekatan ilmiah, memiliki kemampuan berfikir kritis serta membuat keputusan
klinis yang logis.Hal ini harus dilakukan dengan penatalaksanaan kebidanan.
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan


kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes, 2011).

Jika ditinjau dari sistim pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan
kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistim pelayanan kcsehatan di
Indonesia. Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia, maka
Puskesmas bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayartan kesehatan
masyarakat, juga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan
kedokteran.Oleh karena itu, penulis mengambil kasus yang berjudul“Asuhan
Kebidanan Praktik Fisiologis (PKK1) pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan Bayi
Baru Lahir di Buld Puskesmas Kecamatan Menteng”.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Kebidanan dengan penerapan manajemen
asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir di Blud
Puskesmas Kecamatan Menteng.

2. Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.

4
2. Dapat menganalisa asuhan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.
3. Dapat menarik diagnosa potensial pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir, dan nifas.
4. Dapat melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir, dan nifas.
5. Dapat merencanakan tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.
6. Dapat melaksanakan rencana pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.
7. Dapat melaksanakan evaluasi pada ibu haamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas.
8. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP

3. TEMPAT DAN WAKTU PENGAMBILAN KASUS


Asuhan Kebidanan dilakukan di Blud Puskesmas Kecamatan Menteng
dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai tanggal :

1. Tanggal 25 April 2016 : Asuhan pada ibu hamil ke III


2. Tanggal 02 Mei2016 : Asuhan pada ibu hamil ke IV
3. Tanggal 11Mei2016 : Pertolongan persalinan
4. Tanggal 12Mei 20126 : Asuhan pada ibu nifas dan bayi baru
lahir 6 jam
5. Tanggal 15Mei 2016 : Asuhan pada ibu nifas dan bayi hari
ke 2

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN
1. Definisi
Periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir
(HPHT) sehingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal
periode antepartum.Sebaliknya, periode prenatal adalah kurun waktu
terhitung sejak hari pertama haid terakhir hingga kelahiran bayi yang
menandai awal periode pascanatal. (Varney, 2007: 492)
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,
dimana trimester I berlangsung dalam 12 minggu, trimester II 15 minggu
(minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester III 13 minggu (minggu ke 28
hingga ke 40). (Sarwono, 2008: 213)
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin.Lamanya lahir normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan I dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan II
dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan III dari bulan ketujuh sampai
9 bulan. (Saifuddin, 2006: 89)
Kehamilan normal adalah ibu sehat, tidak ada riwayat obstetri
buruk ukuran uterus sama atau sesuai dengan kehamilan, pemeriksaan
fisik dan laboratorium normal. (Saifuddin, 2002: N1)
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih
dari 300 hari (40 minggu). Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu

6
triwulan pertama (antara 0–12 minggu), triwulan kedua (antara 12–28
minggu), dan triwulan ketiga (antara 28–40minggu). (Sarwono, 2005).

2. Antenatal Care (ANC)


Asuhan antenatal adalah suatu upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
(Sarwono, 2008: 278)
Asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal. (JNPK-KR, 2006: 89)
Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
(Manuaba, 2010: 110).

Tujuan Asuhan Antenatal

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu


dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.(Saifuddin, 2006:
90)
Kebijakan Program

7
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan.

a. Satu kali pada triwulan pertama


b. Satu kali pada triwulan kedua
c. Dua kali pada triwulan ketiga (Saifuddin, 2006: 90)

Pelayanan /Asuhan Standar Minimal termasuk 10 T

1. Ukur Tekanan darah


Kenaikan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg, dan kenaikan
diastolik tidak lebih dari 15 mmHg.Jika lebih dari kenaikan
tersebut ibu mengarahlan kepada tanda bahaya PEB.

2. Ukur Tinggi Fundus Uteri


Tinggi Fundus
Usia
Menggunakan petunjuk-
Kehamilan Dalam cm
petunjuk badan

12 minggu - Teraba di atas simfisis pubis

Di tengah, antara umbilikus dan


16 minggu -
prosesus sifoideus

20 minggu 20 cm (±2 cm) Pada umbilicus

Usia kehamilan
22-27
dalam minggu = -
minggu
cm (±2 cm)

Di tengah, antara umbilikus dan


28 minggu 28 cm (±2 cm)
prosesus sifoideus

8
Usia kehamilan
29-35
dalam minggu = -
minggu
cm (±2 cm)

36 minggu 36 cm (±2 cm) Pada prosesus xifoideus

(Saifuddin, 2006: 93)

3. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid lengkap


Tabel 2.2.Imunisasi Tetanus Toxoid

Antige Interval Lama


%perlindungan
n (selang waktu minimal) perlindungan

Pada kunjungan
TT1 - -
antenatal pertama

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

25 tahun/seumur
TT5 1 tahun setelah TT4 99
hidup

(Saifuddin, 2006: 91)

4. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan


Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan Asam
Folat 500 µg, minimal masing – masing 90 tablet. Tablet besi
sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan
mengganggu penyerapan. (Saifuddin, 2006: 91)

5. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

9
6. Anamnesis meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan,riwayat kehamilan, persalinan, persalinan dan
nifas,biopsikososial, dan pengetahuan klien. (Saifuddin,2002:90).
7. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung
8. Tes laboratorium
9. Tatalaksana kasus
10. Tentukan nilai status gizi
11. Timbang berat badan
Bertambahnya berat badan normalnya antara 6,5 – 16,5 kg selama
kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu
(Manuaba, 2010: 95), normalnya 11,5 – 16 kg (Sarwono, 2008 ),
12,5 – 18 kg (Varney, 2008). 7 – 10 kg (Ladewig, 2005)

3. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Kehamilan Trimester III


a. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk
bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih
kembali seperti keadaan semula dalam bebrapa minggu setelah
persalinan.Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70
gr dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan
berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,
plasenta dan cairan amnion rata – rata pada akhir kehamilan
volume totalnya mencapai 5 l bahkan dapat mencapai 20 l atau
lebih dengan berat rata – rata 1100 gr. (Sarwono, 2008: 175)

b. Vagina dan Perineum

10
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia
terlihat jelas pada kulit, sehingga pada vagina akan terlihat
berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick.
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan
persiapan unruk mengalami peregangan pada waktu persalinan
dengan meningkatnya kekebalan mukosa, mengendornya jaringan
ikat, dan hipertrofi sel otot polos.Perubahan ini mengakibatkan
bertambah panjangnya dinding vagina.
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana
sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5 – 6
yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat
glikogen yang di hasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
Lactobacillus acidophilus. (Sarwono, 2008: 178)

c. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan
bertambah ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih
terlihat. Putting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak.
Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang
disebut kolostrum dapat keluar.Kolostrum ini berasal dari kelenjar
– kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon
prolaktin di tekan oleh prolactin inhibiting hormone. Setelah
persalinan kadar progesterone dan esterogen akan menurun
sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap a-laktalbumin
akan hilang. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis
laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu.
Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman.
Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan

11
membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara
makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan
muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai
hubungan dengan banyaknya air susu yang akan dihasilkan.
(Sarwono, 2008: 179)

d. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya.Kemudian payudara, volume darah,
dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat
badan akan bertambah 12,5 kg (sarwono, 2007).
Pada trimester ke – 2 dan ke – 3 pada perempuan dengan gizi
baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,
sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing – masing
sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg. (Sarwono, 2008: 180)

e. Sirkulasi Darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah
lebih segar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia
kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25 sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar
20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya
hemodilusi darah mulai tampak sekitar usia kehamilan 16 minggu.
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan
sel darah tidak seimbangan dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis.Jumlah
sel darah putih meningkat hingga mencapai 10.000/ml. Dengan
hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin

12
tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal. (Manuaba,
2010: 93)

f. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah
dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan
meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan
sikap ibu pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada
bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan.
(Sarwono, 2008: 186)

4. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Trimester III


Trimester III merupakan periode penantian atau menunggu dan
merupakan suatu persiapan aktif untuk kelahiran bayinya dan menjadi
orang tua.
Pada periode penantian dengan penuh kewaspadaan, wanita mulai
menyadari bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tak
sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was – was mengingat
bayi dapat lahir kapanpun atau takut kalau bayi yang akan dilahirkan tidak
normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi dari orang atau
benda yang dianggap membahayakan bayinya.
Periode persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan
menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga tentang jenis kelamin
bayinya dan akan mirip siapa atau nama bayi yang akan dilahirkannya
sudah dipilih.
Menjelang akhir kehamilan raasa ketidaknyamanan akibat kehamilan
timbul kembali, ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, disamping itu

13
ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan
memerlukan dukungan yang sangat besar dari suami, keluarga dan bidan.
Peran bidan dalam hal ini adalah : membangun hubungan saling
percaya, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan
pencegahan, memulai persiapan kelahiran bayi, mendorong perilaku sehat,
kewaspadaan khusus, palpasi abdominal, dan deteksi letak bayi yang tidak
normal. (Varney, 2007: 503)

14
5. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
a. Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada
umumnya disebabkan oleh plasenta previa.Perdarahan yang terjadi
sangat terkait dengan plasenta dan kondisi segmen bawah rahim
yang menjadi tempat implementasi plasenta tersebut.Pada plasenta
yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya
terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah
rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian
terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat hingga
tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu.Plasenta
yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan
perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau
berulang sebelumnya.Plasenta previa menjadi penyebab dari 25%
kasus perdarahan antepartum.Bila mendekati saat persalinan,
perdarahan dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40%) atau vasa
previa (5%) dari keseluruhan kasus perdarahan antepartum.
(Sarwono, 2008: 282)
b. Sakit kepala
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Kadang - kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu
mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala
dari pre-eklampsia.
c. Masalah penglihatan.
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihtan ibu dapat
berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah

15
normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya
pandangan kabur atau terbayang. Perubahan penglihatan ini
mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin
merupakan suatu tanda pre-eklampsia. Seperti pandangan kabur,
berbayang, dan berbintik - bintik. Perubahan mendadak mungkin
merupakan suatu tanda pre-eklampsia.

d. Bengkak pada muka dan tangan


Hampir separuh dari ibu - ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan
biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki.
Bengkak menunjukkan adanya masalah yang serius jika muncul
pada muika dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan
pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.

e. Nyeri abdomen yang hebat


Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan
normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin
menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah
yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini
bisa berarti appendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit
radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kandung
empedu, uterus yang iritable, abrupsio plasenta, infeksi saluran
kemih atau infeksi lain.

f. Bayi kurang bergerak tidak seperti biasanya


Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau
bulan ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih
awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus

16
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi
akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat serta
jika ibu makan dan minum dengan baik.

6. Anemia Pada Kehamilan


Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,
dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relative mudah, bahkan
murah.Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
(Manuaba, 2010: 237)
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau
penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Definisi
anemia yang diterima secara umum adalah kadar Hb kurang dari 12
gr/desiliter untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 10,0 gr/dl untuk
wanita hamil. Anemia pada kehamilan disebabkan kekurangan zat besi
mencapai kurang lebih 95%. (Varney, 2007: 623)

a. Tanda dan Gejala Anemia


1) Letih, sering mengantuk
2) Pusing, lemah
3) Nyeri kepala
4) Luka pada lidah
5) Kulit pucat
6) Membran mukosa pucat (konjungtiva)
7) Bantalan kuku pucat
8) Tidak ada nafsu makan, mual, muntah (Varney, 2007: 623)
b. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat
dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan

17
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli.Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut.

1) Hb 11 g% Tidak anemia
2) Hb 9-10 g% Anemia ringan
3) Hb 7-8 g% Anemi sedang
4) Hb <7 g% Anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III.Dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia,
maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu
hamil di puskesmas. (Manuaba: 2010: 239)

c. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan dan Janin


1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan
2) Bahaya selama kehamilan
Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan
tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,
ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g%), mola
hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini.

3) Bahaya saat persalinan


Gangguan His (kekuatan mengejan), kala pertama dapat
berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, kala dua
berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat
diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena

18
atonia uteri. Kala empat dapat terjadi perdarahan post
partum sekunder dan atonia uteri.

4) Pada masa nifas


Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan
postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran
ASI berkurang, anemia masa nifas dan mudah terjadi
infeksi mamae.

5) Bahaya anemia terhadap janin


Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk:
abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas
tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia,
dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi
sampai kematian perinatal, dan intelegensia rendah.
(Manuaba, 2010: 240)

d. Pengobatan Anemia Pada Kehamilan


Untuk menghindari terjadinya anemia sabaiknya ibu hamil
melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui
data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut.Dalam
pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium,
termasuk pemeriksaan feses sehingga diketahui adanya infeksi
parasit. (Manuaba, 2010: 240)
Wanita dengan hemoglobin kurang dari 10 g/dl harus segera
diberi tambahan zat besi, asam folat (400 mcg) dalam jumlah lebih
besar. Konseling tentang pengaturan diet sangat penting diberikan
karena zat besi lebih mudah diserap dari bahan makanan dibanding

19
dari zat besi oral. Zat besi heme terkandung dalam sayuran hijau,
collard green (sejenis sayuran hijau), daging merah, kuning telur,
kismis, buah plum, hati, tiram, dan beberapa sereal yang diperkaya.
Zat besi yang terkandung dalam daging, ikan, dan daging unggas
diserap tubuh dalam jumlah lebih besar daripada zat besi yang
terkandung dalam makanan lain. Vitamin C dan berbagai senyawa
dalam daging-dagingan, misalnya meningkatkan absorpsi zat besi
nonheme, sedangkan asam phytic (terkandung dalam protein biji-
bijian dan kedelai). (Varney, 2007: 624)

B. PERSALINAN
1. Pengertian
Partus atau persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
(Sarwono, 2006)
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan progrsif pada serviks dan diakhiri
dengan pelahiran plasenta.(Varney, 2006: 672)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. (JNPK-KR, 2008: 37)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, 2006: 100)

2. Sebab Mulainya Persalinan

20
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum di ketahui
kebenarannya, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks
antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi, seperti :

a. Teori penurunan hormone


Satu sampai dua minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan
kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
ketegangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron menurun.

b. Teori penuaan plasenta


Plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen
dan progesteron yang menyebabkan ketegangan pembuluh darah,
hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim


Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia
otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.

d. Teori iritasi mekanik


Di belakang serviks terletak ganglion servikale (Fleksus
Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan di tekan, misalnya
oleh kepala janin akan menimbulkan kontraksi uterus.

e. Teori oksitoksin
Oksitosin di keluarkan oleh kelenjar hipofise, menurunnya
konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin
dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat di
mulai.

21
f. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang di keluarkan oleh desidua, pemberian prostaglandin
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil
konsepsi keluar, prostaglandin diaanggap pemicu terjadinya
persalinan.

3. Tanda dan Gejala Inpartu


a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
c. Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina (JNPK-
KR, 2008: 37)

4. Faktor Utama yang Mempengaruhi Persalinan


a. Tenaga (Power)
His (kontraksi otot rahim), kontraksi otot dinding perut,
kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan
dan kontraksi ligamentum rotundum.
Menurut faalnya Winkjosastro (2006) membagi his dapat
dalam 3 jenis yaitu sebagai berikut:

1) His pembukaan adalah his yang menimbulkan pembukaan


dari serviks.
2) His pengeluaran adalah his yang mendorong anak keluar
dan biasanya disertai dengan keinginan mengejan
3) His pelepasan uri adalah his yang melepaskan uri
b. Janin dan Plasenta (Passenger)

22
Janin bergerak disepanjang lahir merupakan akibat interalis
beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin, persentasi, letak, sikap,
posisi janin.

c. Jalan Lahir (Passage)


Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada
uterus, serviks, vagina dari dasar panggul.

d. Psikis Ibu Bersalin


Psikis atau psikologi ibu harus diperhatikan untuk memastikan
agar kala II berjalan dengan aman bagi ibu dan janin yang akan
dilahirkan.

e. Penolong
Sebaiknya tenaga kesehatan yang menolong persalinan ibu
sebaiknya menjaga agar persalinan berjalan secara fisiologis dan
meminimalkan trauma sekecil mungkin.

5. Tanda Bahaya pada persalinan


a. Perdarahan
b. Ketuban pecah dini (KPD)
c. Tekanan darah meningkat
d. Pergerakan janin berkuran
e. Ibu mengalami kejang-kejang
f. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas
g. Tidak kuat mengedan
h. Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir
i. Berat badan ibu hamil tidak naik
j. Bengkak tangan/wajah (Sarwono, 2007)

6. Lima Benang Merah

23
a. Pengertian
Lima benang merah merupakan lima aspek dasar yang penting
dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman
(JPNK-KR, 2008: 7)

b. Isi lima benang merah


1) Membuat keputusan klinik
2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3) Pencegahan infeksi
4) Pencatatan (Rekam Medik) asuhan persalinan
5) Rujukan
(JPNK-KR, 2008: 7)

7. Pembagian Tahap Persalinan


a. Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm).kala satu persalinan terdiri atas
dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif :

1) Fase laten pada kala satu persalinan :


a) Di mulai sejak awal berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4
cm
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam
2) Fase aktif pada kala satu persalinan :

24
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi di anggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih)
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
c) Terjadinya penurunan bagian terbawah janin.

Persiapan Asuhan Persalinan

1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran


bayi
2) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan
yang diperlukan
3) Persiapkan rujukan
4) Memberikan asuhan sayang ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan
kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai
proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,
mereka akan mendapatkan rasa aman dan dapat
mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan. (Sarwono,
2008: 336)

25
5) Membantu pengaturan posisi ibu
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling
nyaman.Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur
selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan
persalinan.

6) Memberikan cairan dan nutrisi


7) Pencegahan infeksi
Tujuan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan
kesehatan.Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari
komponen-komponen lainnya dalam asuhan selama
persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan dalam melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan
tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan
transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,,dan
jamur. Juga upaya untuk menurunkan risiko terjangkit atau
terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-
penyakit berbahaya (hepatitis dan HIV/AIDS).
Definisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi:

1) Asepsis atau teknik aseptic


2) Antiseptik
3) Dekontaminasi
4) Mencuci dan membilas
5) Disinfeksi
6) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
7) Sterilisasi
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi:

1) Cuci tangan
2) Memakai sarung tangan

26
3) Memakai perlengkapan pelindung (clemek, kaca mata,
sepatu tertutup)
4) Menggunakan asepsis atau teknik aseptic
5) Memproses alat bekas pakai
6) Menangani peralatan tajam dengan aman
7) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta
pembuangan sampah secara benar(Sarwono, 2008: 337)
8) Memantau kemajuan persalinan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik dengan
partograf.
b. Kala II (Pengeluaran)
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. (JPNK-KR, 2008: 77)
Pada kala dua his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira
2 sampai 3 menit,dengan durasi 50 sampai 100 detik. Pada
primigravida kala dua berlangsung rata-rata 1-1 ½ jam dan pada
multipara rata-rata ½ -1 jam. (Manuaba, 2010: 175)

1) Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :


a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rectum dan atau vaginannya.
c) Perineum menonjol.Vulva-vagina dan sfingter ani
membuka.
d) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah
(JNPK-KR, 2008: 77)
2) Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam
(informasi obyektif) yang hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap atau

27
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus
vagina

3) Persiapan penolong persalinan

a) Sarung tangan

b) Perlengkapan pelindungan diri

c) Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan

Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran


bayi

d) Persiapan ibu dan keluarga

4) Penatalaksanaa fisiologis kala dua


Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai
serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang
periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara
normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala dan tanda
kala dua juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan
penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah
dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan
pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang
mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian
beristirahat di antara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi
yang nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring yang
dapat mempersingkat kala dua.Beri keleluasaan untuk ibu
mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika
ibu memang menginginkannya atau dapat mengurangi rasa
tidak nyaman yang dialaminya.

28
Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu
memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong
pesalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara
meneran yang efektif dan benar. Harap diingat bahwa
sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi,
dihasilkan dari kontraksi uterus.Meneran hanya
menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.

c. Kala III (Kala uri )


Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.Setelah bayi lahir,
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas
pusat.Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya.Biasannya plasenta lepas
dalam 6 sampai 15 menit setalah bayi lahir dan keluar spontan atau
dengan tekanan pada fundus uteri.pengeluaalah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah.

1) Fisiologis persalinan kala tiga


Pada kala tiga persalinan otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi.Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke
dalam vagina.

29
2) Tanda-tanda lepasnya plasenta mencangkup beberapa atau
semua hal-hal dibawah ini :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi
lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
biasannya di bawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atu
alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali
mengarah ke sisi kanan).
b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur
keluar melalui vulva (tanda alhfeld).
c) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang
terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan di bantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental
pooling) dalam ruangan di antara dinding uterus
dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi
plasenta yang terlepas.
3) Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga :
a) Persalinan kala tiga yang lebih singkat
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah
c) Mengurangi kejadian retensio plasenta
4) Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:
a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit
pertama setelah bayi lahir
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
c) Massase fundus uteri
d. Kala IV (Kala pengawasan)

30
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam setelah itu. Dua jam pertama setelah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru
saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa- si ibu melahirkan
bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam
perut ibu ke dunia luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu
dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang
stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan
stabilisasi.

1) Asuhan dan pemantauan pada kala empat setelah plasenta


lahir :
a) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat
b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari
tangan anda secara melintang dengan pusat sebagai
patokan. Umunya, fundus uteri setinggi atau
beberapa jari dibawah pusat.
c) Memperkirakan kehilangan darah secara
keseluruhan
d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan
(laserasi atau episiotomi) perineum.
Berikan anastesi lokal pada setiap ibu yang memerlukan
penjahitan laserasi atau episiotomi. Penjahitan sangat menyakitkan
dan menggunakan anastesi lokal merupakan asuhan sayang ibu.

Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi


laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas
rujukan:

a) Evaluasi keadaan umum ibu

31
b) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama
persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segera
setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan
(JNPK-KR, 2008)
Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala


satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik
yang dimulai dalam fase aktif persalinan. (JPNK-KR, 2008)
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan.
(Sarwono, 2008: 315)

1) Tujuan utama penggunaan partograf :


a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
dengan menilai pembukaan serviks melalui
pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan
secara normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
c) Data lengkap yang terkait dengan pemantauan
kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses
persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat
keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci
pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi
baru lahir.
2) Pencatatan kondisi ibu dan janin dalam partograf :
a) Informasi tentang ibu: nama, umur, gravida, para,
abortus, nomor catatan medik, tanggal dan waktu

32
mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban dan
mules.
b) Denyut jantung janin, setiap ½ jam.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara
garis tebal pada angka 180-100. Sebaiknya, penolong
harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah
120 atau diatas 160.

c) Warna dan adanya air ketuban


Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksa
dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput
ketuban pecah.

 U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)


 J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
 M: selaput pecah dan air ketuban bercampur mekonium
 D: selaput pecah dan air bercampur darah
 K: selaput pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi(kering)
d) Penyusupan (molase) tulang kepala janin.
Penyusupan adalah indikator penting tentang
seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.

 0: tulang kepala janin terpisah,sutura dapat dipalpasi


 1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
 2: tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
 3: tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
e) Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi
tanda x

33
f) Penurunan bagian terbawah janin setiap pemeriksaan
dalam (setiap 4 jam), diberi tanda ’ O ’
g) Waktu : untuk mencatat waktu aktual saat melakukan
pemeriksaan, setiap kotak menyatakan satu jam
penuh.Kontraksi uterus setiap 30 menit raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya dalam
satuan detik.
< 20 detik

20– 40 detik

> 40 detik

h) Oksitosin
i) Obat-obatan lain dan cairan IV : catat semua obat
yang diberikan
j) Nadi : catat setiap 30 menit diberi tanda ( • )
k) Tekanan darah : catat setiap 4 jam,diberi tanda :
l) Suhu badan setiap 2 jam.
m) Volume urin, protein dan aseton dicatat setiap kali ibu
berkemih. (JNPK-KR, 2008)

C. Nifas
1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelahnya lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Sarwono, 2008:
356)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2006: 122).

34
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput
janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil(Varney, 2007: 958).
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003 ).

2. Tujuan Asuhan Selama Masa Nifas


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin, 2006:122)

3. Periode Masa Nifas


Periode nifas terdiri dari tiga bagian :

a. Immediate peurperium adalah keadaan yang terjadi segera setelah


persalinan selama 24 jam sesudah persalinan (0 - 24 jam sesudah
persalinan).
b. Early peurperium adalah waktu 1 hari yang terjadi peurperium
sesudah melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama).
c. Late peurperium adalah waktu 1 minggu sesudah melahirkan
sampai 6 minggu.

4. Program Kebijakan Nasional


Berdasarkan program dan kebijakan nasional, paling sedikit kunjungan
nifas dilakukan 4 kali selama masa nifas yang bertujuan untuk menilai

35
keadaan ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.

5. Perubahan Fisik pada Masa Nifas


a. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.2.Involusi Uteri

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba 350 gram

6 minggu Seperti hamil 2minggu 50 gram


8 minggu Normal 30 gram
(Saifuddin, 2002)

b. Luka-lukapada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh


dalam waktu 6-7 hari.
c. Rasa sakit,yang disebut after pains atau mules-mules yang
disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari
pasca persalinan.
d. Locheaadalah pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan
sisa dari tempat implantasi plasenta.
Macam-Macam Lochea :

1) Lochea rubra (kruenta), keluar dari hari ke-1 sampai 3 hari,


berwarna merah hitam, dan terdiri dari sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.

36
2) Lochea sanguinolenta, keluar dari hari ke-3 sampai 7 hari,
berwarna putih bercampur merah.
3) Lochea serosa : keluar dari hari ke-7 sampai 14 hari,
berwarna kekuningan
4) Lochea alba : keluar setelah hari ke-14, berwarna putih
(Manuaba, 2010: 201)
e. Serviks ;setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan
masih dapat masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh
2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
f. Ligamen-ligamen ;ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembalisehingga tidak
jarang uterus menjadi jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi,
karena ligament rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkannya
kembali dapat dilakukan dengan melakukan senam nifas.

6. Tanda Bahaya Nifas


a. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan
penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam ).
b. Lochea berbau.
c. Nyeri hebat di bagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan di wajah atau di tangan.
f. Demam, muntah

37
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan /atau terasa
sakit.
h. Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki.
i. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
atau diri sendiri.

7. Komplikasi pada Masa Nifas.


a. Infeksi
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genitalia dalam masa nifas.
Penyebab infeksi nifas:

1) Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama


2) Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun
perabdominal
3) Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan
darah dalam rongga rahim
4) Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti
perdarahan, kelelahan, malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi dan
penyakit ibu lainnya (penyakit jantung, tuberculosis paru,
pneumonia, dan lain-lain)
b. Sub-involusi uterus
Sub-involusi uterus adalah pengecilan uterus yang kurang baik
atau terganggu. Faktor-faktor penyebabnya antara lain infeksi
(endometritis), sisa uri, mioma uteri, bekuan-bekuan darah.

1) Perdarahan nifas sekunder


Perdarahan nifas sekunder yaitu perdarahan yang
terjadi setelah lebih dari 24 jam post partum, dan biasanya
terjadi pada minggu kedua nifas.

38
Faktor-faktor penyebabnya antara lain sub-involusi,
sisa plasenta, mioma uteri, kelainan uterus, inversio uteri,
dan pemberian estrogen untuk menekan laktasi.

2) Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar
tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan
pada puting susu. Gejalanya antara lain payudara bengkak,
keras, panas, dan nyeri.

3) Mastitis
Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara
disebabkan kuman, terutama StaphylococcusAureus
melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran
darah. Gejalanya antara lain payudara membesar, keras,
nyeri, kulit memerah dan membisul (abses), dan akhirnya
pecah serta keluar cairan nanah bercampur air susu, dapat
disertai suhu badan yang naik dan menggigil.

4) Galaktokel
Air susu membeku dan terkumpul pada suatu bagian
payudara menyerupai tumor kistik. Terjadi karena
sumbatan air susu. Hanya dengan pengurutan dan tekanan
ketat pada payudara dapat hilang dengan sendirinya.

5) Pre-eklamsia Post Partum


Dengan tanda dan gejala sama seperti pre-eklamsia
pada kehamilan namun terjadi pada masa nifas.

c. Kontrasepsi Pasca Persalinan

39
Pada umumnya klien pasca persalinan ingin menunda
kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin
tambahan anak lagi.Konseling tentang keluarga berencana atau
metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal
maupun pasca persalinan.

1) Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan Bagi Ibu Menyusui


a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
b) Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
c) Kondom
d) Kontrasepsi Progestin
e) Kontrasepsi Kombinasi
2) Kontrasepsi Progestin
Keuntungan:

a) Sangat efektif
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
e) Sedikit efek samping
f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
g) Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik
h) Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
i) Menurunkan krisis anemia bulan sabit
Keterbatasan:

a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti : siklus


haid yang memendek atau memanjang, perdarahan
yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur

40
atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama
sekali.
b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana
kesehatan (harus kembali untuk suntikan)
c) Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum
suntikan berikut.
d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering
e) Terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan
karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari
deponya (tempat suntikan)
f) Terjadi perubahan pada lipid serum pada
penggunaan jangka panjang
g) Pada penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala
(Saifuddin, 2006: U-51)

D. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat lahir 2500-4000 gram.(Wikanjosastro, 2006).
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2002: N-
30).

2. Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir


a. Pernapasan : sulit atau lebih dari 60 kali permenit.

41
b. Kehangatan : terlalu panas (>380C) atau (<360C)
c. Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
memar.
d. Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
e. Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
f. Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah),
bau busuk pernapasan sulit.
g. Tinja/kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering,
hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
h. Aktivitas : menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang halus, tidak
bisa tenang, menangis terus menerus (Saifuddin, 2002: N-36)

3. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


a. Penilaian awal
Pemeriksaan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir. Hal yang
dilihat yaitu: pernafasan (menangis), warna kulit, dan tonus otot.

b. Membersihkan jalan nafas


Bayi normal akan menangis spontan setelah lahir.

c. Mencegah kehilangan panas


1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
2) Letakkann bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi
3) Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi di kepala bayi
4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Mekanisme kehilangan panas :

42
1) Evaporasiadalah kehilangan panas terjadi
karenamenguapnyacairan ketuban pada permukaan tubuh
karena tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan dingin
(meja, tempat tidur atau timbangan)
3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin (kipas
angin).
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur
tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
d. Klem dan potong tali pusat :
1) Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira
2 - 3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan 1 cm diantara
klem - klem tersebut).
2) Potonglah tali pusat diantara 2 klem sambil melindungi
bayi dari gunting dengan tangan kiri anda.
3) Pertahankan kebersihan pada saat menolong tali pusat.
Ganti sarung tangan anda bila ternyata sudah kotor.
Potonglah tali pusat dengan pisau atau gunting yang steril
atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT).
4) Periksa tali pusat tiap 15 menit. Apabila masih terjadi
perdarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat
(Saifuddin, 2002: N-31)

e. Pernafasan
1) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi selama 5 menit.

43
2) Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal - hal berikut :
keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat,
gosoklah punggung bayi dengan lembut.
3) Jika bayi belum bernapas setelan 60 detik (frekuesi kurang
dari 30 atau lebih dari 60 x/menit), berikan oksigen kepada
bayi.
f. Perawatan mata
Obat salep mata Eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena Clamidia (penyakit
menular seksual). Obat mata perlu diberikan pada jam pertama
setelah persalinan. Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat
atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera
setelah lahir.

g. Pemeriksaan fisik bayi


1) Gunakan tempat yang hangat untuk pemeriksaan.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan
sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani
bayi.
3) Lihat, dengarkan dan rasakan tiap - tiap daerah dimulai dari
kepala dan berlanjut sacara sistematis manuju jari kaki.
h. Berikan vitamin K1
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuskuler setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk
mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialami oleh sebagian BBL.
Cara penyuntikan vitamin K1:

1) Gunakan semprit sekali pakai steril 1 ml (semprit


tuberculin).

44
2) Suntikan secara intramuscular di paha kiri bayi bagian
anterolateral sepertiga tengah sebanyak 0,1 ml (1 mg dosis
tunggal).
i. Berikan immunisasi Hepatitis B
Immunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu -
bayi.Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam setelah
pemberian Vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam.

j. Perawatan tali pusat


Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada
neonatus. Jelly Wharton yang membentuk jaringan nekrotik dapat
berkolonisasi dengan organisme patogen, kemudian menyebar dan
menyebabkan infeksi kulit dan infeksi sistemik pada bayi. Yang
terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat
tetap kering dan bersih.Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum merawat tali pusat.Bersihkan dengan lembut di sekitar tali
pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan longgar atau
tidak terlalu rapat dengan kasa bersih/steril.Popok atau celana bayi
diikat dibawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk
menghindari kontak dengan feses dan urin.Hindari penggunaan
kancing, koin atau logam untuk membalut tekan tali pusat.Alkohol
juga tidak dianjurkan lagi untuk merawat tali pusat karena dapat
mengiritasi kulit dan menghambat pelepasan tali pusat.Saat ini
belum ada petunjuk mengenai antiseptic yang baik dan aman
digunakan untuk perawatan tali pusat, karena itu dikatakan yang
terbaik adalah menjaga tali pusat tetap kering dan bersih.
(Sarwono, 2008: 370)

45
4. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
a. Definisi
Inisiasi Menyusu Dini berarti meletakkan atau membiarkan bayi di
dada ibunya segera setelah lahir, minimal satu jam, agar bayi
mencari puting ibunya dan menyusu. (Roesli, 2008)

b. Proses
1) Tahap pertama disebut istirahat siaga. Dalam waktu 30
menit, biasanya bayi hanya terdiam. Paling tidak 1 jam
melekat.
2) Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan
gerakan menghisap pada mulutnya. Pada menit ke 30
sampai 40 ini bayi memasukkan tangannya ke mulut.
3) Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur
yang menetes dari mulut bayi itu jangan dibersihkan
4) Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya.
Kaki mungilnya menghentak guna membantu tubuhnya
bermanuver mencari puting susu. Pada tahap ini, ibu juga
merasakan manfaatnya. Hentakan bayi di perut bagian
rahim merangsang kontraksi uterus usai melahirkan.
5) Tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri
yang masuk lewat mulut akan menjadi bakteri baik
dipencernaan bayi. Jadi biarkan si bayi melakukan kegiatan
itu.
6) Tahap terakhir adalah saat bayi menemukan puting susu
ibunya. Bayi akan menyusu untuk pertama kalinya.
c. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi Ibu dan Bayi
Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi :

1) Menstabilkan pernapasan dan detak jantung


2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi

46
3) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik
4) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih
cepat dan efektif
5) Meningkatkan kenaikan berat badan
6) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi
7) Bayi tidak terlalu banyak menangis selama 1 jam pertama
8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu didalam
perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap
infeksi
9) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan
mekonium lebih cepat, sehingga menurunkan kejadian
ikterus BBL
10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik
selama beberapa jam pertama hidupnya
d. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu :
1) Merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang
menstimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko
perdarahan pasca persalinan, merangsang pengeluaran
kolostrum dan meningkatkan produksi ASI, keuntungan
dan hubungan mutualistik ibu dan bayi, ibu menjadi lebih
tenang, fasilitasi kelahiran plasenta dan pengalihan rasa
nyeri dari berbagai prosedur pascapersalinan lainnya.
2) Meragsang pengeluaran hormon prolaktin meningkatkan
produksi ASI, membantu ibu mengatasi stress terhadap
berbagai rasa kurang nyaman, memberi efek ralaksasi pada
ibu setelah bayi selesai menyusu, menunda ovulasi.
e. Keuntungan IMD untuk bayi :
1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat
kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi

47
2) Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui
kolostrum) maupun aktif
3) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
4) Meningkatkan kecerdasan
5) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan isap, telan
dan napas
6) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
7) Mencegah kehilangan panas (JNPK-KR, 2008)
f. Manfaat ASI untuk Bayi:
1) Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi
2) Mengandung zat protektif
3) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
4) Menyebabkan pertumbuhan yang baik
5) Mengurangi kejadian karies dentis
6) Mengurangi kejadian maloklusi (maloklusi rahang)
g. Manfaat ASI untuk Ibu:
1) Aspek kesehatan ibu
2) Aspek keluarga berencana
3) Aspek psikologi
h. Langkah-langkah Menyusui yang benar:
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkann sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya sebagai
desinfektan dan kelembaban puting susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau
areolanya saja.
4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting
reflex) dengan cara.

48
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi.
i. Cara Menyusui yang Benar
1) Menyusui dalam posisi dan pelekatan yang benar, sehingga
menyusui efektif.
2) Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam)
3) Menyusui kanan-kiri secara bergantian, setelah
mengosongkan payudara yang sedang disusukan.
4) Keuntungan mengosongkan payudara :
a) Mencegah pembengkakan payudara
b) Meningkatkan produk ASI
c) Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap
(ASI awal dan akhir)
j. Posisi Menyusui
1) Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya
leher dan bahunya saja.
2) Kepala dan tubuh bayi lurus
3) Badan bayi menghadap ke dada ibunya
4) Badan bayi dekat ke ibunya

49
BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


1. Kunjungan ketiga : Senin, 25April 2016 Jam 08.30 WIB

Identitas KLIEN SUAMI

Nama : Ny. R Tn. A

Umur : 40 Tahun 37 Tahun

Suku Bangsa : Jakarta Sunda

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMP SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta

Alamat Rumah : Jln. Matraman Jaya No.21 B Rt. 009 / 06 Pegangsaan


Menteng Jakarta Pusat

No. Telp : 083872535017

S:

Ibu mengatakan ini merupakan kunjungan ulang kehamilannya dan saat ini tidak
ada keluhan yang berarti.

Haid Pertama Haid Terakhir ( HPHT ) tanggal 03Agustus 2015. Siklus 28 hari,
teratur, lamanya 7 hari, banyaknya 3-4 kali ganti pembalut, konsistensi cair
bercampur stolsel. Tafsiran persalinan tanggal 10Mei 2016.

50
Ibu mengatakan ini adalah perkawinan yang pertama dan sah menurut agama
yang dianut.Dalam pengambilan keputusan selalu bermusyawarah dengan
suami.Ibu merasa senang karena sangat mengharapkan kehamilannya.Ibu
mengatakan ini adalah kehamilan yang ketiga dan belum pernah
keguguran.Riwayat persalinan yang lalu mengatakan telah melahirkan
sebelumnya 2 kali. Anak pertama umur 8 tahun, jenis kelamin laki-laki, lahir
hidup, spontan berat badan 3500 gram, lama menyusui 24 bulan, dan persalinan
di tolong oleh bidan dan Anak kedua umur 3 tahun, jenis kelamin laki-laki, lahir
hidup, spontan berat badan 2700 gram, lama menyusui 18 bulan, dan persalinan
di tolong oleh bidan. Ibu mengatakan bahwa ia menginginkan kelahiran bayinya
ditolong oleh bidan di Puskesmas Menteng sesuai dengan Tafsiran Persalinan,
calon pendonor darah keluarga / suami, yang menanggung biaya persalinan
adalah suami, alat transportasi yang digunakan kendaraan umum. Ibu
mengatakan sebelumnya menggunakan alat kontrasepsiPil . Ibu mengatakan
tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat, penyakit menular, atau penyakit
keturunan dalam keluarga seperti : jantung, asma, DM, TBC, hipertensi, kelainan
darah, HIV/AIDS, dan PMS. Ibu mengatakan ingin mengetahui keadaan janinnya
dan ingin mengetahui jenis kelamin bayinya, oleh karena itu Ibu melakukan
pemeriksaan USG atas keinginan sendiri tanpa indikasi.

Dalam sehari ibu makan 3 kali dengan nasi, lauk-pauk, sayur, dan ibu rajin
minum susu. Ibu biasa mandi dua kali dalam sehari.BAK 6-7 kali sehari, BAB 2
kali sehari.Selama kehamilan ini ibu tidak menggunakan obat-obatan, alkohol,
rokok, dan tidak mempunyai kepercayaan tertentu yang berhubungan dengan
kehamilan.

Selama kehamilan ini ibu memeriksakan kehamilannya pada trimester I, II, dan
III di Puskesmas Kecamatan Menteng.Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi
TT1 pada kehamilan anak pertama tahun 2008 dan mendapatkan suntik imunisasi

51
TT2 pada anak kedua tahun 2013.TT terakhir yaitu imunisasi TT 3 pada tanggal
15 Februari 2012.

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, TTV :
TD 110/70 mmHg, nadi 82 kali/menit, suhu 36,50C, pernapasan 22 kali/menit,
tinggi badan 158cm, berat badan sebelum hamil 60 Kg, berat badan sekarang 73
Kg, lila 29 cm.

Pemeriksaan fisik : kelopak mata tidak bengkak, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterik, bibir tidak pecah-pecah, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan ketiak tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Payudara : ya, terdapat
pembesaran, puting susu bersih, menonjol, tidak ada nyeri pinggang abdomen,
Posisi tulang belakang lordosis fisiologis, terdapat pembesaran sesuai dengan
usia kehamilan.

Tinggi Fundus Uteri ( TFU ) 33 cm, palpasi secara Leopold : Leopold I : di


fundus teraba bagian agak bulat, lunak, tidak melenting ( bokong ). Leopold
II :sebelah kiri perut ibu teraba bagian yang keras dan panjang seperti papan
(Punggung), sebelah kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil ( ekstermitas ).
Leopold III bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting (kepala).
Leopold IV bagian terendah janin( kepala ) belum masuk PAP. Auskultasi :
denyut jantung janin ( + ). Frekuensi : 140 kali/menit, teratur, punctum maximum
terdengar di satu tempat, sebelah kiri bawah pusat. TBJ ((33-12)x158) = 3318
gram. Ekstermitas atas dan bawah ; oedem -/-, kekuatan sendi +/+, varices -/-,
sianosis -/-.

pemeriksaan laboratorium urine : protein : negative, reduksi : negative, Hb : 11,5


gram%, golongan darah B , Rhesus +

52
A:

Ibu G3 P2 A0 hamil 37 minggu, Janin Tunggal Hidup Intra uterin Presentasi


Kepala.

Keadaanibu dan janin saat ini baik.

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : tidak ada

Tindakan Segera : tidak ada

P:

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa sampai saat ini keadaan
ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.

2. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, tidur malam 8 jam dan tidur siang 1
sampai 2 jam, jangan melakukan pekerjaan yang terlalu berat. Ibu mengerti
dan akan melaksanakannya.

3. Memberitahu ibu mengenai hal fisiologis kehamilan trimester III seperti


sering BAK, hal ini dikarenakan rahim yang semakin membesar dan turunnya
kepala di dalam panggul menekan kandung kemih, kemudian nyeri pinggang
hal ini dikarenakan rahim ibu yang semakin membesar membuat tumpuan
berat badan berpindah ke pinggang, kemudian bengkak pada kaki bisa
disebabkan karena tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvik duduk
atau pada vena cava inferior ketika berbaring. Ibu dapat menjelaskan kembali
hal fisiologis kehamilan trimester III dengan benar.

53
4. Memberitahukan ibu mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan, seperti:
perdarahan pervaginam, pusing yang hebat, nyeri perut bagian bawah, nyeri
ulu hati, penglihatan kabur atau berkunang-kunang, bengkak pada muka,
tangan dan kaki, pergerakan janin tidak seperti biasanya. Jika terjadi atau ada
keluhan seperti itu segera ke puskesmas atau tenaga kesehatan terdekat. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makan-makanan bergizi seimbang,


terutama sayuran hijau, hati, ikan, daging, buah-buahan, serta setelah makan,
minum dengan air putih minimal 8 gelas perhari. Ibu mengerti dan akan
melaksanakan anjuran yang diberikan.

6. Menganjurkan ibu untuk tidak meminum sejenis kencur / kunyit (jamu), bila
merasa lelah, karena akan mempengaruhi keadaan dan perkembangan si janin
dan perlengketan pada plasenta. Ibu mengerti dan tidak akan meminum jamu
selama hamil.

7. Memantau persiapan persalinan ibu yaitu persiapan pakaian ibu dan bayi,
rencana tempat bersalin, transportasi ke tempat bersalin, serta persiapan
tabungan untuk bersalin. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

8. Menganjurkan ibu untuk menghabiskan obat yang diberikan yaitu :SF 1x1,
vit.C2x1, vit.B Complek 2x1. Ibu mengerti dan berjanji akan menghabiskan
obat yang diberikan.

9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian


pada tanggal 02 Mei 2016.

2. Kunjungan keempat : Senin , 02 Mei 2016 Jam 09.00 WIB

S:

54
Ibu datang ke Puskesmas Menteng untuk kunjungan ulang pemeriksaan
kehamilannya.Saat ini ibu mengatakan kaki ibu masih sedikit bengkak dan obat
yang diberikan sebelumnya sudah diminum tetapi masih ada sisa.

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emotional stabil, TTV :
TD 110/70 mmHg, nadi : 82 kali/menit, suhu 36,80C, pernapasan 22 kali/menit.
Berat badan 74 kg, kelopak mata tidak bengkak, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak kuning, bibir tidak pecah-pecah.

TFU : 32 cm. pemeriksaan palpasi : Leopold I : di fundus teraba bulat, lunak,


tidak melenting (bokong), Leopold II : sebelah kiri perut ibu teraba
bagianpanjang seperti papan (punggung), sebelah kanan perut ibu teraba bagian
kecil janin (ekstermitas), Leopold III : bagian terendah janin teraba bulat, keras,
melenting (kepala), Leopold IV : Teraba bagian kepala 4/5. Bagian terendah janin
sudah masuk PAP. Pemeriksaan auskultasi : DJJ (+) 140 kali/menit, teratur,
punctum maximum terdapat disatu tempat di sebelah bawah kiri pusat. TBJ ((32-
12) x 158) = 3160 gram.

A:

Ibu G2 P1 A0 hamil 38 minggu, Janin Tunggal Hidup Intra uterin Presentasi


Kepala.

Keadaanibu dan janin saat ini baik.

Masalah : kaki oedem

Diagnosa Potensial : preeklampsi

Tindakan Segera : melakukan pemeriksaan laboratorium

55
P:

1. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa sampai saat ini


keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.

2. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium agar dapat


memastikan keaadaan ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan untuk pemeriksaan laboratorium.

3. Mengingatkan ibu untuk melakukan persiapan persalinan, seperti baju ibu


yang berkancing depan, kain atau sarung, popok, bedongan, baju bayi, softex
ibu, celana dalam ibu, dan kartu atau buku periksa ibu. Ibu mengerti dan telah
siap dengan persiapan untuk persalinan.

4. Menganjurkan ibu untuk sering jalan-jalan pagi, duduk bersila,atau jongkok,


sehingga membantu proses penurunan kepala secara perlahan. Karena ibu
sudah masuk bulan untuk bersalin. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

5. Menganjurkan ibu untuk mengganjal kaki ibu pada saat tidur lebih tinggi dari
kepala ibu. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan
melaksanakannya.

6. Mengevaluasi ibu tentang tanda-tanda persalinan, ibu masih ingat seperti


keluar lendir darah, dan mules, yang semakin sering, kuat, dan teratur,
terkadang ada disertai dengan keluarnya air-air. Bila ibu merasakannya
langsung pergi ke puskesmas untuk memeriksakannya.

7. Menganjurkan ibu untuk menghabiskan obat yang diberikan yaitu :SF 1x1,
vit.C 1x1, vit.B1 2x1. Ibu mengerti dan berjanji akan menghabiskan obat yang
diberikan.

56
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang seminggu lagi, pada tanggal
19Oktober 2012 atau bila terdapat keluhan.

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

1. Kala I Tanggal : 11Mei 2016 Jam 19.00 WIB

S:

Ibu datang ke puskesmas dengan keluhan mules-mules, belum keluar air-air,


dan sudah keluar lendir darah sejak pukul 14.00 wib

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emotional stabil.


Tanda-tanda vital, Tekanan darah : 110/60 mmHg, suhu tubuh 36,7 0C, nadi 84
kali/menit, pernapasan 24 kali/menit. Tinggi Fundus Uteri 30 cm. kontraksi 2x
dalam 10 menit frekuensi 25 detik kekuatan sedang, relaksasi baik.
Pemeriksaan Leopold : Leopold I di fundus teraba bagian agak bulat, lunak,
tidak melenting (bokong). Leopold II sebelah kiri perut ibu teraba bagiankeras
dan panjang seperti papan (punggung), sebelah kanan perut ibu teraba bagian-
bagian kecil (ekstermitas). Leopold III : bagian terendah janin teraba bulat,
keras, tidak melenting (kepala). Leopold IV : bagian terendah janin teraba 3/5
bagian. Auskultasi : DJJ (+) frekuensi 140 kali/menit, teratur, punctum
maximum terdengar di satu tempat dibawah kiri pusat. TBJ ((30-12)x158)
=2844 gram. Pemeriksaan anogenital : inspeksi : perineum utuh, vulva vagina
tidak oedem, pengeluaran pervaginam blood slym. Pemeriksaan dalam
(vagina toucher) pukul 19:00 WIB atas indikasi menegakkan diagnosa ,
dinding vagina tidak oedem, portio tebal, lunak, pembukaan 5 cm, ketuban
(+), denominator UUK, posisi UUK Kanan depan, presentasi letak belakang
kepala, tidak ada moulage, penurunan bagian terendah di H II.

57
A:

G3 P2 A0 hamil 39 minggu lebih 3 hari partus kala I fase aktif, Janin Tunggal,
hidup, intra uteri, presentasi kepala.Keadaan ibu dan janin saat ini baik.

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : tidak ada

Tindakan Segera : tidak ada

P:

1) Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pada saat
ini pembukaan ibu 5cm, keadaan ibu dan jainbaik. Ibu dan keluarga
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2) Memberikan support moral pada ibu dan keluarga agar tenang dan rileks,
ibu sedikit tenang. Keluarga juga memberi support.

3) Menganjurkan ibu untuk miring kiri dan mengatur nafas ketika nyeri
persalinan datang. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

4) Menganjurkan keluarga untuk membeli makanan dan teh manis hangat.


Anggota keluarga segera membeli. Ibu makan sedikit potongan roti dan
banyak minum air putih dan teh manis hangat.

5) Memantau kandung kemih ibu. Kandung kemih kosong.

6) Mengajarkan ibu untuk meneran jika ada kontraksi, ibu merasa semakin
meningkat tekanan pada rectum, perineum telah menonjol, vulva vagina
dan spincterani membuka, ketuban telah pecah pukul 20.50 WIB jumlah air
ketuban 150 ml, warna air ketuban putih jernih, berbau khas air ketuban,

58
tidak ada bagian terkecil janin, tali pusat tidak menumbung, warna jernih,
bau khas.

7) Mengobservasi his, djj, dan tekanan darah, serta memantau kemajuan


persalinan ibu dengan melakukan pemeriksaan dalam 4 jam kemudian atau
setiap ada indikasi.

8) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, di lembar observasi his, djj, dan


tekanan darah. Telah di dokumnetasikan dilembar partograf.

2. Kala II Tanggal : 11 Mei 2016 Jam 21:45 WIB

S:

Ibu mengatakan mules semakin sering, ibu ingin meneran seperti akan BAB.

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,


Tanda-tanda vital : Tekanan Darah 110/70 mmHg, Suhu 36,7˚C, Nadi 80
kali/menit, Pernapasan 20 kali/menit. His 4 kali dalam 10 menit, frekuensi 45
detik, kekuatan kuat. Relaksasi ada/baik. Auskultasi : Denyut Jantung Janin
(+), frekuensi : 140 kali/menit, teratur. Pemeriksaan anogenital : vagina
toucher atas indikasi menegakkan diagnosa, portio tidak teraba, pembukaan
10 cm, ketuban (-), denominator UUK, posisi UUK kanan depan, presentasi
letak belakang kepala, tidak ada moulage, penurunan bagian terendah di H III.

A:

G2 P1 A0 hamil 39 minggu lebih 3 hari partus kala II.

59
Janin, Tunggal, Hidup, Intra uterin, presentasi kepala.Keadaan ibu dan janin
saat ini baik.

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : tidak ada

Tindakan Segera : tidak ada

P:

1) Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pada saat
ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik dan ibu telah memasuki masa
persalinan dengan pembukaan lengkap. Ibu dan keluarga mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.

2) Menganjurkan keluarga/suami ibu untuk menemani ibu saat bersalin.

3) Mengatur posisi ibu agar nyaman untuk melahirkan dan mengajarkan ibu
meneran yang benar. Ibu dalam posisi setengah duduk, ibu dapat meneran
dengan benar.

4) Mendekatkan partus set ke dekat ibu dan memakai Alat Perlindungan


Diri(APD). Partus set telah didekatkan dan penolong telah menggunakan
APD.

5) Memberikan dukungan mental dan spiritual dalam menghadapi proses


persalinan.

6) Memberi ibu cukup minum untuk mencegah dehidrasi dan penambah


tenaga.

7) Mengobservasi his, djj, dan kandung kemih. Telah di obseervasi his, djj,
dan kandung kemih kosong.

60
8) Membimbing ibu untuk meneran ketika ada kontraksi, ibu merasa semakin
meningkatnya tekanan pada rectum, perineum telah menonjol, vulva vagina
dan spingter ani membuka, tidak ada bagian terkecil janin, tali pusat tidak
menumbung, air ketuban warnanya jernih, bau khas, kepala tampak di
vulva, tangan kanan melakukan tahanan pada perineum, bayi lahir mulai
dari kepala, bahu, punggung dan kaki dengan cara sangga susur. Pukul
07.00 WIB bayi lahir spontan , gerakan aktif, warna kulit kemerahan,
bergerak aktif, segera menagis kuat, jenis kelamin laki-laki.

9) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada partograf. Telah


didokumentasikan.

3. Kala III Tanggal : 11 Mei 2016 Jam 22.08 WIB

S:

Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan merasa senang atas kelahiran
bayinya.

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,


Tinggi Fundus Uteri sepusat, tidak ada janin kedua, kontraksi uterus baik,
keras, dan bulat berbentuk globular, kandung kemih kosong, terlihat tali pusat
di depan vulva, perdarahan ±150 cc.

A:

P3A0 Partus kala III. Keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik

P:

61
1) Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pada saat
ini keadaan ibu baik. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.

2) Melakukan Manajemen Aktif Kala III : menyuntikan syntocinon 10 IU/IM.

3) Melakukan penegangan tali pusat terkendali saat ada kontraksi. Terlihat


tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu : tampak uterus berbentuk globuler,
terlihat semburan darah tiba-tiba, dan tali pusat bertambah panjang saat
dilakukan PTT.

4) Melahirkan Plasenta secara Brand Andrew, Plasenta lahir lengkap jam


22.15 WIB.

5) Melakukan Massase fundus uteri selama 15 detik, kontraksi uterus kurang


baik, TFU : 2 jari bawah pusat.

6) Memeriksa kelengkapan plasenta. Plasenta tidak terdapat pengapuran,


warna plasenta merah segar, selaput plasenta korion dan amnion lengkap,
jumlah kotiledon ±20 buah, panjang tali pusat ±50 cm, tebal plasenta ± 3
cm, diameter plasenta ± 20 cm, Insersi sentralis.

4. Kala IV Tanggal : 11 Mei 2016 Jam 22.20 WIB

S:

Ibu mengatakan perutnya masih mulas.

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,


Tanda-tanda vital : Tekanan Darah 110/70 mmHg, Suhu tubuh 36,5˚C, Nadi
82 kali/menit, Pernapasan 20 kali/menit. Kontraksi uterus baik, Tinggi Fundus
Uteri 2 jari bawah pusat, kandung kemih kosong, perdarahan  150 ml,
terlihat robekan jalan lahir dari mukosa vagina hingga otot perineum.

62
A:

P2A0 Partus kala IV dengan ruptur dari mukosa vagina hingga otot perineum
grade II.

Masalah : Ruptur grade II

Diagnosa potensial : perdarahan dan infeksi

Tindakan Segera : penjahitan robekan jalan lahir

P:

1) Menjelaskan kepada ibu bahwa plasenta telah lahir lengkap. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan dan ibu merasa lega.

2) Menjelaskan dan mengajarkan ibu cara memassase uterus dengan baik dan
benar. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan mempraktikkannya
dengan benar.

3) Memberitahu ibu bahwa jalan lahirnya akan dijahit. Melakukan penjahitan


pada robekan jalan lahir dengan teknik jelujur. Perineum selesai dijahit dan
jahitan terlihat rapih.

4) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT dan waslap, tempat tidur
dengan air klorin, menggantikan pakaian ibu dengan pakaian yang bersih
dan kering lalu memakaikan ibu pembalut. Ibu tampak bersih dan nyaman.
Merapihkan ibu dan mengganti pakaian ibu serta memakaikan pembalut
telah dilakukan.

5) Menjelaskan tanda bahaya kala IV yaitu keluar darah banyak dari jalan
lahir dan uterus menjadi lembek. Ibu mengerti tanda bahaya kala IV.

6) Memberi penkes pada ibu tentang cara menyusui yang benar. Ibu menyusui
dengan cara yang benar

63
7) Merendam, Mencuci, dan mensterilkan partus set dan hecting set.

8) Mengobservasi keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi, tinggi fundus


uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada
1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua serta mengobervasi
suhu tubuh setiap 1 jam sekali.

9) Memberikan makan dan minum ibu. Ibu mau makan dan minum

10) Memindahkan ibu ke ruang perawatan setelah 2 jam post partum yaitu
pada jam 10.00 WIB. Ibu dan bayi sudah dipindahkan dan melakukan
rawat gabung.

11) Melakukan pendokumentasian. Dokumentasi telah dilakukan.

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


1. Tanggal 12 Mei 2016 Jam 13.00 WIB

S:

Ibu mengatakan perutnya masih merasa mulas dan luka jahitan masih terasa
nyeri, ibu mengatakan sudah BAK ke kamar mandi.Ibu mengatakan sudah
menyusui bayinya.

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,


Tanda-tanda vital : Tekanan Darah 110/70 mmHg, Suhu tubuh 36,5˚C, Nadi
82 kali/menit, Pernapasan 20 kali/menit. Payudara tidak bengkak, ada
pengeluaran ASI, puting susu menonjol. Kontraksi uterus baik, Tinggi Fundus
Uteri 2 jari bawah pusat, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea rubra,
luka jahitan baik.

A:

64
P3A0 Nifas 6 jam Post partum. Keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik.

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : tidak ada

Tindakansegera : tidak ada

P:

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini baik. Ibu
mengerti dengan penjalasan yang diberikan.
2) Mengingatkan ibu agar tidak menahan BAK karena dapat mengganggu
kontraksi uterus ibu yang dapat menyebabkan perdarahan. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Ibu BAK dengan di bantu
turun ke kamar mandi. Ibu sudah BAK.
3) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas seperti terabanya
rahim yang lembek, lochea berbau dan adanya perdarahan pervaginam
yang terus-menerus, jika terdapat tanda-tanda tersebut untuk segera
memanggil bidan. Ibu diingatkan kembali bila rahimnya terasa lembek
di massase selama 15 detik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
4) Memberikan support kepada ibu untuk tetap menyusui bayinya.
Menganjurkan ibu untuk tidak stress selama menyusui, karena jika ibu
stress akan mempengaruhi pengeluaran ASI. Ibu mengerti penjelasan
yang diberikan.
5) Menganjurkan ibu agar memberi ASI Eksklusif pada bayinya. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6) Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi, seperti sayur-
sayuran, agar dapat memperlancarkan pengeluaran ASI. Ibu mengerti
penjelasan yang diberikan.
7) Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan diri dan vulva vagina
dengan cara membasuhnya dengan sabun (detol) dan air bersih dan
segera mengganti pembalut jika sudah terasa lembab dan setiap kali

65
ibu BAK. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.ibu sudah
mengganti pembalut.
8) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian yaitu
pada tanggal 31Oktober 2012 di Puskesmas Kecamatan Tambora. Ibu
mengerti dengan anjuran yang diberikan petugas.

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

1. Tanggal 11 Mei 2016 Jam 22.03 WIB

S: -

O:

Keadaan umum baik, warna kulit bayi merah, bergerak akif dan segera
menangis dan masih basah oleh air ketuban, tali pusat belum dipotong, jenis
kelamin perempuan.

A:

Neonatus Cukup bulan, segera setelah lahir

Masalah : bayi basah

Diagnosa potensial : hipotermi

Tindakan segera : mengeringkan bayi dan memotong tali pusat.

P:

66
1) Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan membungkus kain bersih dan
hangat. Bayi telah dibungkus dengan kain bersih dan hangat.

2) Mengklem, memotong, dan mengikat tali pusat. Tali pusat telah dipotong.

3) Melakukan inisiasi menyusu dini yaitu memposisikan bayi diantara kedua


payudara lebih rendah sedikit dari puting. Bayi di atas dada ibu.

2. Tanggal 11Mei 2016 23.03 WIB

S:-

O:

keadaan umum baik, tanda-tanda vital : nadi : 145 kali/ menit, pernapasan 42
kali/menit, suhu : 36,6 C, gerakan aktif, antropometri : Berat badan : 3600
gram, Panjang badan : 47 cm, Lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm.
Reflek moro ada, reflek rooting ada, reflek walking ada, reflek plantar ada,
reflek sucking ada, reflek tonick neck ada, kepada tidak terdapat caput
suksadenum, hidung terdapat septum dan mulut tidak terdapat labioskhizis
dan labiopalatoskhizis, leher tidak ada pembengkakan, puting susu simetris,
dada tidak ada pernapasan retraksi dada, abdomen tidak cekung dan cembung,
gerakan tangan normal,jumlah jari normal, tali pusat tidak ada perdarahan dan
tidak bau. Genetalia testis sudah masuk dalam scrotum, terdapat lubang pada
uretra ( anus positif ). Badan Bayi kotor karena belum dimandikan. Bayi telah
diberikan ASI. Pemeriksaan neurologis : Refleks Moro, Rooting, Walking,
Plantar, Sucking, Tonick Neck baik

A:

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 1 jam. Keadaan bayi
saat ini baik.

67
Masalah : tidak ada

Diagnosa potensial : tidak ada

Tindakan segera : tidak ada

P:

1) Mempertahankan suhu tubuh bayi. Membungkus tubuh bayi dengan kain


yang kering dan hangat.

2) Melakukan perawatan tali pusat. Kasa pembungkus tali pusat kering dan
tidak terjadi perdarahan.

3) Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu dengan cara memposisikan


bayi diantara kedua payudara lebih rendah sedikit dari putting susu. Bayi
diatas dada ibu.

4) Memberikan tanda pengenal pada bayi. Bayi telah diberikan tanda


pengenal.

5) Memberikan salep mata Chloramhenicol 1% untuk mencegah infeksi pada


mata bayi. Salep mata telah diberikan.

6) Memberikan suntikan vitamin k1 mg/IM. Vitamin k1 telah diberikan di


paha kiri bayi.

7) Memberikan injeksi imunisasi Hepatitis B 0,5 ml secara IM di 1/3 paha


luar bagian kanan 1 jam setelah pemberian vitamin K.

8) Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui dan dilakukan rawat gabung .
Bayi dan ibu telah melakukan rawat gabung dan bayi telah menyusu.

9) Menganjurkan pada ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin. Ibu


mengatakan akan menyusui bayinya.

68
3. Tanggal 24Oktober 2012 jam 14.00 WIB
S:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan tentang bayinya.Bayinya masih diberikan
ASI saja. Ibu mengatakan bayi sudah BAK dan bayi sudah BAB.
O:

keadaan umum baik, tanda-tanda vital : nadi : 140 kali/ menit, pernapasan 41
kali/menit, suhu : 36,7 C. Tali pusat tidak ada perdarahan. Bayi sudah bisa
menghisap puting susu ibu.

A:

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 6 jam. Keadaan bayi
saat ini baik.

Masalah : tidak ada

Diagnosa potensial : tidak ada

Tindakan segera : tidak ada

P:

1) Menjelaskan pada ibu bahwa saat ini bayinya dalam keadaan baik. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2) Mempertahankan suhu tubuh bayi agar bayi tetap hangat.

3) Menganjurkan pada ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin. Ibu


mengatakan akan menyusui bayinya.

4) Melakukan perawatan tali pusat sambil menjelaskan pada ibu cara merawat
tali pusat bayi. Ibu mengatakan mengerti tentang perawatan tali pusat dan
berjanji akan merawat tali pusat bayi dengan benar.

69
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan data yang didapat, Ny. R
berusia 40 tahun, dengan demikian klien digolongkan kedalam faktor resiko
karena ibu yang berusia 20 - 35 tahun biasanya lebih siap untuk hamil, dilihat
dari kematangan fungsi alat reproduksinya.Seorang ibu aman untuk kehamilan
adalah 20 - 35 tahun (Manuaba, 2010: 247), dikarenakan ibu tidak terlalu
muda (< 20 tahun) dan tidak terlalu tua (> 35 tahun) sehingga ibu dan janin
sehat fisik maupun mental.Dalam hal ini terdapat ketimpangan antara kasus
dengan teori, tetapi ibu dapat melahirkan secara normal dan tidak ditemukan
adanya penyulit pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
Lama kehamilan Ny. W dari konsepsi sampai dengan persalinan
adalah 39 minggu yang merupakan lama kehamilan yang normal atau cukup

70
bulan (aterm). Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006) masa
kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu) di hitung dari Hari pertama haid terakhir
dan menurut Sarwono (2005) hamil aterm di mulai usia 37-42 minggu dengan
BB >2500 gram.
Ditinjau dari segi paritas dan jarak persalinan sebelumnya maka Ny. W
dengan kehamilan ketiga dan jarak persalinan sebelumnya, yaitu 3 tahun,
dapat dikategorikan sebagai persalinan yang aman, karena paritas yang aman
menurut Manuaba, 2010: 246 yaitu 1 - 3 tahun dan jarak persalinan dari
sebelumnya, yaitu minimal 2 tahun, sehingga pada kehamilan tidak terjadi
hal-hal yang beresiko dan ibu dapat melahirkan secara normal. Pada kasus ini
sudah sesuai dengan teori.
Usia kehamilan pada Ny. R ditentukan berdasarkan hasil pengkajian
HPHT yaitu pada tanggal 03 Agustus 2016.Lalu penulis menentukan taksiran
persalinan menggunakan rumus Neagle, yaitu HPHT + 7, dan bulan + 9. Maka
dapat ditentukan taksiran persalinan pada tanggal 10 Mei 2016, beserta usia
kehamilan pada setiap kunjungan antenatal.
Selama kehamilannya Ny. R melakukan pemeriksaan antenatal care
sebanyak 6 kali, yaitu 1 kali pada trimester I, 2 kali pada trimester II dan 3
kali pada trimester III. Hal inisesuai dengan pendapat Saifuddin (2006),yang
menyatakan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II
dan 2 kali pada trimester III. Kunjungan antenatal ini sangat penting karena
bermanfaat untuk mempersiapkan ibu dalam menghadapi persalinan baik
secara fisik maupun mental juga untuk mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi. Berdasarkan pendapat MNH (2002),
menyatakan bahwa melakukan banyak kunjungan rutin yang tidak
mempunyai tujuan antenatal yang jelas dan lebih berfokus pada kuantitas
dibanding kualitas sudah tidak direkomendasikan lagi. Hal ini disebabkan
karena membebani sistem kesehatan, dan juga dari hasil penelitian didapatkan
bahwa pengurangan jumlah kunjungan antenatal tidak ada pengaruhnya

71
terhadap ibu dan bayi baru lahir. Pada kasus ini, kunjugan antenatal Ny. W
masih berorientasi pada kuantitas kunjungan dengan jadwal kunjungan rutin
yang banyak, hal ini kurang efisien cenderung merugikan klien dari segi
waktu, tenaga, dan ekonomi karena dibutuhkan dana yang lebih besar untuk
melakukan kunjungan rutin.
Pada kasus Ny. Rdilakukan pengukurantinggibadan hanya satu kali
saat pertama kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan teori Depkes RI (2004)
yang menyatakan bahwa pengukuran tinggi badan hanya diukur satu kali pada
saat kunjungan pertama.
Selama hamil berat badan Ny. W naik 14 kg dari berat badan sebelum
hamil. Bertambahnya berat badan normalnya antara 6,5 – 16,5 kg selama
kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu (Manuaba,
2010: 95), normalnya 11,5 – 16 kg (Sarwono, 2008 ), 12,5 – 18 kg (Varney,
2008). 7 – 10 kg (Ladewig, 2005)
Selama kehamilan setiap kunjungan tinggi fundus uteri selalu sesuai
dengan usia kehamilan menurut tabel (Saifuddin, 2006: 93) dengan demikian
tafsiran bayi Ny. R lahir dengan berat badan normal yaitu 3600 gram, dan
dapat mengetahui pertumbuhan janin, menentukan perkiraan berat janin,
mendeteksi masalah yang terkait dengan tinggi fundus yang terlalu besar atau
terlalu kecil
Gerakan janin pertama kali dirasakan pada usia kehamilan 16 minggu,
hal ini tidak sesuai dengan teori (prawihardjo, 2007) gerakan janin pertama
kali pada multipara pada usia kehamilan 18 minggu. Hal ini tidak adanya
kesenjangan antara teori dan kasus, selama kehamilan Ny.W selalu merasakan
gerakan janinnya teratur setiap hari, berarti janin yang dikandung Ny. W tidak
ada masalah dalam gerakan janinnya.
Denyut jantung janin selama pemeriksaan kehamilan berkisar 138-140
x/menit, denyut jantung janin ini masih dalam batas normal, karena menurut
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002),
Sarwono (2005) dan Williams (2005) denyut jantung normal sebesar 120 -
160 x/menit. Dalam hal ini kondisi janin Ny. R termasuk janin dengan
pertumbuhan yang sehat.

72
Pada pemeriksaan laboratorium Ny. R didapatkan hasil sebesar 10,5 gr
% yang dilakukan pada saat usia kehamilan ibu 37 minggu. Hasil pemeriksaan
Hb dapat digolongkan sebagai berikut: Hb 11 g% Tidak anemia, Hb 9-10 g%
Anemia ringan, Hb 7-8 g% Anemi sedang, Hb <7 g% Anemia berat. Oleh
karena itu, Ny.R termasuk penderita anemia ringan pada kehamilan. Menurut
Manuaba (2010) volume darah semakin meningkat dan jumlah serum dalam
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran
darah (hemodilusi) yang disertai anemia fisiologis, dengan puncaknya pada
usia kehamilan 32 minggu, Menurut Sarwono, 2008: 183 pada kehamilan
lanjut kadar Hb di bawah 11 gr% itu merupakan suatu hal yang abnormal dan
lebih berhubungan dengan defisiensi zat besi. Maka dari itu Ny. R dianjurkan
untuk tetap mengkonsumsi tablet zat besi dan makanan dengan tinggi protein
sehingga proses persalinan berjalan dengan normal, tidak terjadi partus lama
dan perdarahan postpartum. Dalam kasus ini sudah sesuai dengan teori.
Selama kehamilan ini Ny. R tidak mengalami keluhan yang berarti,
dari semua keluhan, sebagian merupakan hal yang fisiologis dalam kehamilan.
Pada usia kehamilan 36 minggu Ny. R mengeluh nyeri perut bagian bawah
merupakan hal yang fisiologis yang dirasakan pada kehamilan trimester 3
karena akibat peregangan rahim dan penekanan berat uterus yang meningkat
pesat. Menurut Varney, 2007. Hal ini masih dalam batas normal selama tidak
disertai tanda-tanda bahaya kehamilan lain.
Menurut IBI 2006, tentang pentingnya informed consent merupakan
persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh klien kepada bidan/ tenaga
kesehatan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan. Dialog antara bidan
dengan klien/walinya yang didasari keterbukaan, akal pikiran yang sehat
dengan suatu upacara birokratisasi/ penandatanganan suatu formulir atau
selembar kertas yang merupakan jaminan atau bukti bahwa persetujuan dari
pihak klien/walinya telah terjadi. Dalam hal ini Ny. R menandatangani
formulir atau selembar kertas, sebagai tanda persetujuan untuk menjadi pasien
secara komprehensif, setelah penulis memberikan penjelasan untuk

73
melakukan tindakan sesuai kebutuhan Ny. R yang didasari keterbukaan, akal
pikiran yang sehat.
Memberikan tablet Fe pada setiap kunjungan antenatal bertujuan
karena kehamilan membutuhkan Fe untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak
kehilangan zat besi (Varney).
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan dilakukan penulis pada
saat melakukan asuhan antenatal pertama kali ketika Ny. R menjadi pasien
komprehensif.Kekurangan penulis dalam hal ini tidak melakukan tes terhadap
penyakit menular seksual. Sedangkan hal ini perlu untuk deteksi dini
mencegah penularan PMS selama proses persalinan terhadap bayi maupun
penolong persalinan.
Sehingga dapat disimpulkan dalam memberikan asuhan antenatal pada
Ny. R bertujuan dalam pengawasan pada wanita yang hamil untuk membantu
menyiapkan fisik (memastikan kesehatan dan tumbuh kembang bayi) dan
mental (mempersiapkan peran ibu dan keluarga menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal) sebaik-baiknya agar ibu dan anak
selamat dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.Sehingga pada saat
postpartum mereka dalam keadaan sehat dan normal baik fisik maupun
mental.

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


Ny. R datang ke Puskesmas Kecamatan Tambora dengan keluhan
mules- mules dan keluar lendir darah sejak pukul 14.00 WIB, tanda gejala ini
sesuai dengan pendapat DepKes RI (2007) bahwa Persalinan di mulai
(inpartu) jika ada tanda dan gejala seperti penipisan dan pembukaan servik,
kontraksi uterus (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), cairan lendir
campur darah (“show”) dan terkadang tidak di sertai keluarnya air ketuban.
Ny. R datang dalam fase Aktif yaitu pembukaan 5 cm pada pukul 19.00 WIB,
kala 1 berakhir pada pukul 22.00 WIB. Ny. R mengalami inpartu sangat cepat

74
± 4 jam, hal ini di sebabkan karena ibu mendapatkan asuhan yang tepat pada
saat persalinan. Menurut DepKes RI (2007) bahwa fase Laten dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada primigravida atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm per jam pada multipara dan terjadi penurunan bagian terbawah
janin. Dampak dari persalinan cepat ialah bagi ibu dapat terjadi perlukaan luas
pada jalan lahir sedangkan bagi bayi dapat mengalami perdarahan dalam
tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat (Winkjosastro, 2006)
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi sesuai dengan kesanggupan,
karena menurut DepKes RI (2007) hal ini dapat membantu turunnya kepala
bayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan dan bila ibu ingin di
tempat tidur tidak di anjurkan untuk tidak berbaring terlentang karena berat
uterus dan isinya akan menekan vena cava inferior sehingga bisa
mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta yang dapat
menyebabkan hipoksia kekurangan pasokan oksigen pada janin, selain itu
posisi terlentang berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan
persalinan.
Ibu memasuki kala II dengan tanda- tanda ibu mules semakin sering,
ada dorongan ingin meneran seperti BAB keras. Pada saat inpeksi ada tekanan
pada anus, vulva membuka dan pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil
portio tidak teraba, ketuban pecah spontan warna jernih, presentasi kepala,
penurunan H III+, posisi UUK kiri depan. Tanda-tanda ini sesuai dengan
DepKes RI (2007) gejala dan tanda kala II persalinan yaitu ibu merasakan
ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, adanya peningkatan
tekanan pada rektum/ vagina, perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter
ani membuka, meningkatnya pengeluaran lendir campur darah dan tanda pasti
kala II bisa di tentukan dengan periksa dalam (objektif) yaitu pembukaan
serviks lengkap, terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada Ny. R di dampingi oleh suami agar ibu merasa lebih nyaman
secara psikologis. Penulis mengharapkan dapat memberikan asuhan yang di

75
butuhkan selama proses persalinan dan memberikan semangat serta informasi
yang berhubungan dengan kemajuan persalinan sehingga persalinan berjalan
normal tanpa komplikasi. Menurut DepKes RI (2007) pentingnya pendamping
persalinan yaitu berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai
upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu dan bekerja sama
anggota keluarga untuk mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan
pujian kepada ibu, memijat punggung, menyeka muka ibu secara lembut,
menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa nyaman.
Lama kala III yang dialami oleh Ny. R berlangsung selama 10
menit.Menurut Asuhan Persalinan Normal (2008) lama kala III normal adalah
maksimal 30 menit.Plasenta lahir pukul 22.15 WIB, perdarahan kala III ±200
cc. Di lakukan manajemen aktif kala III yaitu memastikan tidak ada janin ke
2, pemberian suntikan syntocinon 10 unit IM 1/3 bagian atas paha bagian luar,
1 menit setelah kelahiran bayi, mengobsevasi tanda- tanda pelepasan plasenta
yaitu tali pusat bertambah panjang dan ada semburan darah, melakukan
penegangan tali pusat terkendali atau PTT, setelah plasenta lahir masase
fundus selama 15 detik. Hal ini sesuai dengan DepKes RI (2007) bahwa
tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan, mengurangi kehilangan darah dan mengurangi kejadian retensio
plasenta. Kemudian di lakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput
ketuban untuk memastikan tidak ada bagian- bagian yang tertinggal.
Kemudian menjahit luka dengan benang Cutgut menggunakan tehnik
jelujur di bagian dalam pada otot vagina dan sub kutis pada bagian luar di
kulit perineum. Sebelum penjahitan tidak di lakukan anastesi lokal lidokain
1%, hal ini tidak memberikan asuhan sayang ibu karena membuat ibu merasa
kesakitan, karena menurut DepKes RI (2007) bahwa penjahitan sangat
menyakitkan dan harus menggunakan anastesi lokal.
Kemudian membersihkan perineum ibu, di pasang pembalut dan
kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering, biarkan bayi berada pada ibu
untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan

76
menyusui bayinya, karena menyusui dapat membantu kontraksi uterus, dan
mengajarkan ibu dan keluarga cara memeriksa kontraksi uterus, hal ini sesuai
dengan pendapat Saifuddin (2002).

Pada pengawasan kala IV yaitu satu jam pertama, dilakukan


pengawasan tiap 15 menit sekali, keadaan umum ibu baik TFU 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik, involusi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan
normal. Selanjutnya pengawasan satu jam kedua, dilakukan pengawasan tiap
30 menit sekali, berlangsung dengan normal tanpa ada komplikasi. Pada kala
IV sudah sesuai dengan teori pengawasan 2 jam post partum dengan
memeriksa keadaan umum ibu, kontraksi uterus, kandung kemih, dan
perdarahan. Dalam buku (Saifuddin, 2006: 118) bahwa masa post partum
merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama yang
disebabkan oleh perdarahan.

Setelah 2 jam diobservasi kala IV pada Ny. Rberlangsung normal tanpa


ada komplikasi serta ibu juga sudah diberikan vitamin A, hal ini sesuai dengan
teori (APN, 2008) yang menganjurkan pemberian vitamin A 2 x 200.000 unit
pada ibu postpartum agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI nya.

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


Membersihkan jalan nafas, menurut Saifuddin (2006) sangat penting
membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bayi bernafas tidak akan
menyebabkan aspirasi lendir (masuk lendir ke paru-paru) bila terjadi dapat
menyebabkan kerusakan otak.

Pada bayi baru lahir berlangsung normal. Masa neonatus adalah masa
yang paling kritis. Menurut teori (Saifuddin, 2006: 132), bahwa lebih dari 50
% kematian bayi terjadi pada periode neonatal sehingga diperlukan manajemen

77
yang baik dalam perawatan neonatus serta pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan yang baik agar menghasilkan bayi yang sehat.

Setelah bayi lahir spontan dan tali pusat telah dipotong, bayi langsung
diletakkan di dada ibu untuk dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Hal ini
sudah sesuai dengan standar APN dan teori, yaitu IMD langsung dilakukan
ketika bayi lahir dan meletakkan bayi di dada ibu selama  60 menit. Dalam
hal ini tidak terdapat kesenjangan karena Bayi Ny. R dapat menemukan putting
dan menghisap dengan kuat dalam waktu 50 menit. (Roesli, 2008)

Penulis melakukan pemantauan pada bayi, mulai dari bayi baru lahir, 2
jam, 6 jam, 2 hari. Dengan pemantauan bayi baru lahir, maka kelainan dan
komplikasi seperti hipotermi, hiperbillirubin, dan infeksi dapat dicegah sedini
mungkin.

Pada 1 jam bayi baru lahir di lakukan pengkajian fisik bayi baru lahir,
pemeriksaan antropometri, pemberian tetes mata, vitamin K, imunisasi Hb 0
serta mengidentifikasikan bayi. Pada pengkajian fisik bayi baru lahir di
lakukan secara head to toe termasuk pemeriksaan antropometri, setelah di
lakukan pemeriksaan bayi Ny. R tidak ada tanda abnormal, anus (+), cacat (-),
dan di lakukan pemeriksaan antropometri di dapatkan BB 3600 kg, PB 47 cm,
LK 33 cm, LD 34 cm.
Menurut DepKes (2007) tetes mata untuk pencegahan infeksi dan
salep antibiotika tersebut harus di berikan dalam waktu 1 jam setelah
kelahiran karena tidak efektif jika di berikan lebih dari 1 jam. Menurut teori
Saifuddin (2002), pemberian obat mata di anjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) dan di berikan 1
jam setelah persalinan. Hal ini sesuai karena bayi Ny. R di berikan salep mata
clorampenicol 1 % dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran.
Bayi Ny. R di berikan imunisasi Hb 0, IM 1/3 paha kanan atas bagian
luar, 1 jam setelah kelahiran bayi hal ini sesuai dengan pendapat DepKes RI
(2007) imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah hepatitis B terhadap

78
bayi, terutama jalur penularan ibu–bayi, dan Hb 0 di berikan pada usia 0
segera setelah lahir menggunakan uniject. Menurut Manuaba (2007) kini
infeksi hepatitis B di anggap dapat terjadi karena infeksi vertikal atau di dapat
setelah lahir, bahaya infeksi hepatitis adalah dapat terjadi dua bentuk yang
serius diantaranya terjadi serosis hepatis pada umur relatif muda dan
hepatoma sebagai bentuk karsinemoma hepatis pada usia relatif muda
Pada 6 jam bayi baru lahir. Ibu di berikan penkes agar memberikan
ASI ekslusif selama 6 bulan, menurut Manuaba (2007) ASI eklusif
mempunyai kelebihan yang tidak mampu di tandingi kualitasnya di
bandingkan susu sapi yang di olah sedemikian rupa, kelebihan ASI bisa
mempunyai antibody sehingga dapat mencegah penyakit, ASI selalu siap
setiap saat dengan steril, komposisi telah tersusun sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kebutuhan bayi, minimal untuk waktu 4 bulan, pemberian ASI
eklusif dapat menjamin tumbuh-kembangnya bayi dengan baik, dengan
kandungan antibodinya, maka morbilitas dan mortalitas bayi akan menurun.
Ny. R di berikan nasehat untuk merawat tali pusat, hal ini sesuai dengan
anjuran DepKes RI (2007) jangan mengoleskan alkohol atau betadin karena
bisa menyebabkan tali pusat menjadi lembab atau basah dan jika tali pusat
kotor bersihkan dengan air bersih dan sabun dan segera keringkan dengan
menggunakan air bersih. Ny. R juga di berikan penkes mengenai tanda-tanda
bahaya neonatus, hal ini sesuai dengan Saifuddin (2002) bayi kuning terutama
24 jam pertama, biru atau pucat, tali pusat lemah atau bengkak, keluar cairan
nanah, bau busuk, berdarah, pemberian makan di dapatkan hisapan lemah,
banyak muntah.
Pada hari ke II, 2 hari bayi baru lahir. Ny. R telah memberikan ASI
eklusif, karena menurut DepKes RI (2007) pada pernyataan WHO (2001) ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan WHO menyatakan bahwa ASI
eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik, bahkan
air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini, namun penulis tetap
memberikan motivasi dan dukungan kepada ibu agar tetap memberikan ASI

79
kepada bayinya sampai dengan 6 bulan. Ny. R di berikan pendidikan
kesehatan mengenai munisasi yaitu LIL ( lima dasar imunisasi lengkap) yaitu
BCG, Polio, DPT, Hepatitis, campak.

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


Masa nifas berlangsung dengan normal dan baik. Penulis melakukan
kunjungan nifas pada Ny. R mulai dari 2 jam, 6 jam, 2 hari. Menurut
Saifuddin (2002) kunjungan nifas dilakukan minimal 4 kali yaitu pada 6 jam
post partum, nifas hari ke 6, nifas minggu ke 2 dan nifas minggu ke 6. Pada
kasus ini penulis tidak melakukan kunjungan.
Pada nifas 6 jam, ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan
masih takut untuk ke kamar mandi untuk BAK. Kemudian Ny. R di berikan
asuhan agar tidak menahan BAK karena dapat mengganggu kontraksi rahim
dan menyebabkan perdarahan dan infeksi hal ini sesuai dengan pendapat
Wiknjosastro (2006) bahwa miksi atau berkemih harus secepatnya dapat di
lakukan sendiri, tidak jarang wanita tidak dapat kencing sendiri, karena uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin, sehingga fungsinya terganggu jika tidak
di lakukan akan menimbulkan infeksi seperti uretritis dan sistitis. Di
Puskesmas Tambora setiap ibu melahirkan dilakukan rawat gabung dan di
berikan terapi Amoxcilin 500 mg XV tab 3x1, Fe X tab 1x1, vit A 2 caps 1x1,
hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2002) pada ibu menyusui pil zat
besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin, dan minum kapsul vit A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya.
Ny. R juga di berikan pendidikan kesehatan mengenai personal higine,
hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2002) yaitu menganjurkan ibu agar
menjaga kebersihan diri dan vulva vagina dengan cara membasuhnya dari
depan kemudian belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus
dengan sabun dan air bersih dan segera mengganti pembalut jika sudah terasa
penuh kemudian menganjurkan ibu untuk istrahat yang cukup.

80
Saat penulis memberikan asuhan pada masa nifas, ibu dan keluarga
sangat kooperatif sehingga proses masa nifas berjalan dengan lancar. Diakhir
pengkajian masa nifas tidak ditemukan komplikasi, dan ibu akan menjadi
akseptor KB IUD.

81
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Proses kehamilan Ny. R G3P2A0 trimester I, II, III berlangsung normal dan
tidak ada komplikasi yang terjadi baik pada ibu maupun janin. Hasil USG
pada tanggal 03 Mei 2016yang dilakukan atas permintaan ibu sendiri
adalah didapatkan hasil pemeriksaan Janin Tunggal Hidup Intra uterin
presentasi kepala, DJJ + Puki, jenis kelamin perempuan, TBJ : 3390, Air
ketuban +. Pada kasus Ny. R telah mendapatkan asuhan sesuai dengan
standar.Pada umur kehamilan 36minggu pernah mengalami anemia ringan
berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah yaitu
10,5 gr%. Ny.R diberikan tablet Fe sebagai terapi untuk memperbaiki
kondisi ibu yang anemia disertai dengan penyuluhan kesehatan mengenai
pentingnya keteraturan minum tablet Fe.
2. Proses persalinan pada Ny. R pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 22.03 WIB,
Ibu melahirkan secara pervaginam dan spontan. Persiapan fisik dan mental
sebaik-baiknya pada masa kehamilan dan persalinan sangat penting,
sehingga pada saat postpartum mereka dalam keadaan sehat dan normal
baik fisik maupun mental.Ny. R telah mendapatkan asuhan standar, dan
pada saat penjahitan laserasi menggunakan asuhan sayang ibu.
3. Bayi Ny. R lahir spontan pervaginam, letak belakang kepala, jenis kelamin
perempuan, berat badan 3600 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala
33 cm, lingkar dada 34 cm. Hasil pemeriksaan fisik, reflek normal. Bayi
Ny. Rmendapat Vit.K dan salep mata.
4. Masa nifas 6 jam Ny. R berlangsung normal tanpa komplikasi. Selama
pemantauan bayi Ny. R mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

82
normal. Sudah menggunakan alat kontrasepsi yang digunakan setelah
plasenta lahir yaitu KB IUD.
5. Bayi Ny. R merupakan neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan lahir
dengan letak belakang kepala di Puskesmas Kecamatan Tambora
menggunakan manajemen asuhan bayi baru lahir. Bayi Ny. R
mendapatkan asuhan bayi baru lahir yang sesuai dengan asuhan esensial
yang direkomendasikan oleh depkes 2008, hanya membiarkan bayi
melakukan kontak dengan ibunya selama minimal 1 jam, padahal hal ini
bisa membantu mencegah hipotermi pada bayi. Keadaan bayi Ny. R baik
dan bayi mengalami peningkatan berat badan normal karena ibu
memberikan ASI secara eksklusif secara adekuat.
6. Adapun asuhan yang diberikan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan ibu
pada masa kehamilan, persalinan, nifas maupun pada bayi baru lahir.
7. Seluruh asuhan kebidanan yang telah diberikan didokumentasikan dengan
baik yaitu dengan menggunakan metode SOAP.

B. SARAN
1. Bagi tenaga kesehatan (bidan) :
a. Mengingat pentingnya pelayanan antenatal yang berkualitas bagi
kesehatan ibu maka diharapkan tenaga kesehatan (bidan) lebih
memperhatikan kualitas pelayan antenatal dan konseling.
b. Mengingat pentingnya penanganan yang tepat selama proses
persalinan demi keselamatan ibu dan bayi maka sebaiknya bidan
memberikan asuhan sayang ibu dan asuhan persalinan normal
termasuk manajemen aktif kala III yang sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
c. Saat melakukan persiapan adanya komplikasi bidan mengkaji atau
menanyakan lebih dalam karena dengan persiapan yang baik akan
mendukung keselamatan ibu dan bayi.

83
2. Pasien
Ibu diharapkan dapat merawat dan menjaga kesehatan diri dan bayi
setelah dilakukan pemantaun dari hamil sampai konseling KB
sehingga derajat kesehatan ibu dan bayi meningkat.

3. Mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan ke lahan
praktek dan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
asuhan kebidanan secara komprehensif, sehingga dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

4. Institusi Pendidikan
Dapat terus memberikan perkembangan ilmu dalam asuhan kebidanan
secara komprehensif, sehingga dapat menciptakan generasi baru yang
lebih baik dari sebelumnya.

5. Lahan Praktek
Bagi sarana pelayanan kesehatan hendaknya lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan,
menjaga mutu dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta
memberikan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif sehingga
dapat mendeteksi dini kemungkinan terjadi komplikasi.

84
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Asuhan Persalinan Normal,


JNPK-KR, Depkes RI. Jakarta.

IBI, 2006.Standar Pelayanan IBI.Cetakan ke-VI. Jakarta: PP IBI

Manuaba, IBG., 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG.

Prawihardjo, Sarwono, 2002, Panduan Praktis Maternal dan Neonatal. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Saifudin. A. B, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Saifudin. A. B, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Antenatal. Edisi 4, Vol.1. Jakarta: ECG.

Varney, Helen. 2008, Buku Ajar Asuhan Antenatal. Edisi 4, Vol.2. Jakarta: ECG.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: ECG

www.bkkbn.com , SDKI 1994, 2002/2003, MDGs, dan Bappenas (diakses tanggal 20


Oktober 2012)

www.depkes.com , AKI dan AKB tahun 2011 (diakses tanggal 20 Oktober 2012)

85

Anda mungkin juga menyukai