Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

OSTEOARTHRITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ilmu Penyakit Saraf

Pembimbing:
dr. Wisnu Aji Aribowo, Sp.S

Disusun Oleh
Desmawita Lestari 030.13.051

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL
PERIODE 19 AGUSTUS 2019 – 20 SEPTEMBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PENGESAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

Referat dengan judul:

”Osteoarthritis”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf

Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal

Periode 19 Agustus 2019 – 20 September 2019

Disusun oleh:

Desmawita Lestari

(030.13.051)

Tegal, Agustus 2019

Mengetahui,

dr. Wisnu Aji Aribowo, Sp.S

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah mengizinkan referat ini terlaksana, karena

berkat anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Osteoarthritis”.

Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan

Klinik Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal, periode 19

Agustus 2019 – 20 September 2019.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Wisnu Aji Aribowo, Sp.S, sebagai

pembimbing, dokter dan staf-staf Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah

Kota Tegal, teman-teman sesama koasisten Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah

Kardinah Kota Tegal, dan semua pihak yang turut serta memberikan bantuan, doa, semangat,

dan membantu kelancaran dalam proses penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, namun besar

pengharapan penulis bagi pembaca untuk memberikan masukan dan kritikan yang akan saya

pertimbangkan untuk memperbaiki referat ini menjadi lebih baik. Terima kasih dan Tuhan

memberkati.

Tegal, Agustus 2019


Penulis

Desmawita Lestari

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................8

2.1 Osteoarthritis .....................................................................................8

2.1.1 Definisi........................................................................................8

2.1.2 Etiologi....................................................................................... 8

2.1.3 Klasifikasi.....................................................................................9

2.1.4 Manifestasi Klinis ......................................................................11

2.1.5 Pemeriksaan radiologis...............................................................13

2.1.6 Tatalaksana.................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................24

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Patogenesis Osteoarthritis ..........................................................................12

Gambar 2. Osteoarthritis Grade 0 ............................................................................... 14

Gambar 2. Derajat Osteoarthritis ................................................................................ 15

v
BAB I
PENDAHULUAN

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit kronis jangka panjang yang ditandai oleh degenerasi

tulang rawan pada sendi yang menghasilkan pergesekan antar tulang dan menyebabkan adanya

rasa kekakuan, nyeri, dan gangguan gerak. OA merupakan penyakit yang paling umum terjadi

pada sendi di lutut, tangan, kaki, dan tulang belakang dan relatif umum pada sendi bahu dan

pinggul. OA seringkali dikaitkan dengan penuaan, yang mana terkait dengan berbagai faktor risiko

yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi, termasuk: obesitas, kurangnya aktivitas

fisik, kecenderungan genetik, kepadatan tulang, cedera akibat kerja, trauma, dan jenis kelamin.(1)

Osteoartritis adalah salah satu penyebab disabilitas yang paling umum terjadi pada lansia.

Penelitian yang dilakukan Global Burden of Disease pada tahun 2010 melaporkan diperkirakan

10% hingga 15% dari semua orang dewasa berusia di atas 60 memiliki OA dalam derajat tertentu,

dengan prevalensi lebih tinggi di antara wanita daripada pria. Prevalensi osteoartritis di Eropa dan

Amerika serikat lebih besar dari pada prevalensi di negara maju lainnya. The National Arthritis

Data Workgroup (NADW) memperkirakan penderita osteoartritis di Amerika pada tahun 2005

sebanyak 27 juta yang terjadi pada usia 18 tahun keatas. Angka insidensi osteoartritis di Australia

lebih besar pada wanita dibandingkan pada laki-laki dari semua kelompok usia yaitu 2,95 tiap

1000 populasi dibanding 1,71 tiap 1000 populasi. Di Asia, China dan India menduduki peringkat 2

teratas sebagai negara dengan prevalensi osteoartritis tertinggi yaitu berturut-turut 5.650 dan 8.145

jiwa yang menderita osteoartritis lutut. (1) Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil

dari wawancara pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%.

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi OA tertinggi yaitu

sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9% sedangkan di

6
Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27% (Riskesdas, 2013). 56, 7% pasien

di poliklinik Reumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta didiagnosis menderita

osteoartritis. (2)

Berdasarkan data diatas mengingat angka prevalensi OA di indonesia masih cukup tinggi,

harapan dibuatnya referat ini agar dapat membantu untuk deteksi dini OA sehingga dapat diberikan

tatalaksana yang dini dan adekuat untuk pasien yang menderita OA.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 OSTEOARTHRITIS

2.1.1 Definisi
Osteoartritis (OA) adalah gangguan degeneratif kronis dengan etiologi

multifaktorial yang ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi

pada margin tulang , sklerosis subkondral dan perubahan biokimia dan morfologis

membran sinovial dan kapsul sendi. (3)

2.1.2 Etiologi
Hingga saat ini, etiologi dari OA sendiri masih belum diketahui, namun

beberapa faktor dibawah ini dikaitkan dengan terjadinya OA:

a. Usia

Frekuensi terjadinya OA meningkat sebanding dengan

meningkatnya usia walaupun tidak menutup kemungkinan OA dapat

terjadi pada usia muda. Selain itu, seiring bertambahnya usia, akan

bertambah cepat progresifitas dari OA secara radiologis. (4)

b. Jenis Kelamin

Penelitian yang dilakukan oleh The Framingham Knee

Osteoarthritis menunjukkan bahwa prevalensi OA genu meningkat

seiring lanjutnya usia terutama pada wanita dibandingkan dengan pria.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada wanita didapatkan OA

yang lebih berat, lebih banyak sendi yang terlibat, serta lebih banyak

menunjukkan gejala OA pada tangan dan lutut. Penelitian lainnya

menunjukan bahwa meningkatnya OA pada tangan setelah menepause

8
sehingga disimpulkan bahwa berkurangnya esterogen pada saat

menopause meningkatkan risiko menderita OA. (5)

c. Obesitas(6)

Penelitian TFKO menunjukan bahwa pengurangan berat badan

mencegah perkembangan dari OA genu

d. Genetik(4)

e. Kepadatan Tulang(4)

f. Merokok(4)

g. Faktor Lokal(6)

Trauma lokal yang menghasilkan fraktir pada permukaan sendi

diduga sebagai penyebab dari OA.

i. Faktor Lainnya(7)

Chondrocalsinosis, kristalisasi pada cairan sinovial, prolong

imobilisasi, hipermobilitas pada sensi, dan neuropati perifer termasuk

faktor risiko terjadinya OA.

2.1.3 Klasifikasi(7)

1) Osteoarthritis Primer (Idiopatik)

a. Lokal

- Tangan

- Panggul

- Lutut

9
-Tulang Belakang

b. Generalisata

- Sendi kecil (Perifer): sendi metacarpophalangeal, sendi interphalangeal,

sendi metatarsalphalangeal, ibu jari, dan pergelangan tangan

- Sendi Besar (Sentral): bahu, siku, lutut, pangkal paha, dan pergelangan kaki

- Campuran dan tulang belakang

c. Osteoarthritis Erosif: OA dengan peradangan erosif terutama menyerang sendi

pada jari-jari dan berhubungan dengan episode peradangan akut yang

menimbulkan deformitas dan alkilosis

2) Osteoarthritis Sekunder

a. Kelainan kongenital dan gangguan perkembangan, Displasia tulang

b. Post operasi menisectomy, trauma meniscus

c. Endokrin: Diabetes mellitus, akromegalli, hipotiroid, hipertiroid,

hiperparatiroid, Cushing Syndrome

d. Metabollic: hemachromatosis, Ochrosis, Marfan Syndrome, Ehler-Danlos

syndrome, Paget disease, Gout, Pseudogout, Wilson’s Disease, Hurler disease,

Gaucher disease

e. Rheumatologi: Rheumatoid arthritis

f. Neurologi: Charcot joints

g. Hematologi: Hemoglobinopathy

i. Iatrogenic: Intraarticular steroid

10
2.1.4 Patofisiologi(8)
Meskipun etiologi OA tidak sepenuhnya diketahui, perubahan biokimia,

struktural dan metabolik yang menyertai tulang rawan sendi telah ditemukan. Saat

ini, diketahui bahwa perubahan sitokin, trauma mekanis, dan genetik terlibat dalam

patogenesis dan faktor-faktor ini dapat memulai degenerasi kaskade yang

menghasilkan banyak perubahan karakteristik pada tulang rawan sendi pada OA.

Tulang rawan hialin normal terdiri dari kondrosit yang tertanam dalam matriks

ekstraseluler yang terbentuk oleh air, kolagen tipe II, dan proteoglikan. Tulang rawan

tetap stabil dengan degenerasi aktif dan regenerasi yang terjadi dalam

kesetimbangan. Semua peristiwa yang memicu, mengarah ke matriks dan tulang

rawan degenerasi di satu sisi dan kondrosit aktif replikasi dengan peningkatan

biosintesis di sisi lain tangan yang mengarah ke keadaan homeostasis, yang dikenal

sebagai OA terkompensasi, di mana perbaikan dan degenerasi menjadi seimbang.

Setelah beberapa tahun, proses reparatif habis. Ini menyebabkan degradasi tulang

rawan tanpa hambatan yang mengarah ke OA progresif. Telah dinyatakan bahwa OA

adalah proses penyakit yang mempengaruhi seluruh struktur sendi, termasuk tulang

rawan, membran sinovial, tulang subchondral, ligamen dan otot periarticular. Ini

pada akhirnya menghasilkan peradangan, rasa sakit dan kerusakan struktural yang

menyebabkan kehilangan fungsi.

OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang, dan

inflamasi. Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoartritis yaitu fase

inisiasi, fase inflamasi, nyeri, fase degradasi.

- Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada tulang rawan sendi, tulang

rawan sendi berupaya melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit

mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh

faktor pertumbuhan yaitu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan

11
membantu komunikasi antar sel, faktor seperti Insulin-like growth factor

(IGF-1), growth hormon, transforming growth factor b (TGF-b) dan colony

stimulating factors (CSFs). Faktor-faktor ini menginduksi kondrosit untuk

mensintesis asam deoksiribo nukleat (DNA) dan protein seperti kolagen dan

proteoglikan. IGF-1 memegang peran penting dalam perbaikan tulang rawan

sendi.

- Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap

IGF-1 sehingga akan terjadi peningkatan pro-inflamasi sitokin dan jumlah

leukosit yang mempengaruhi sendi. IL-1(Interleukin-1) dan tumor nekrosis

faktor-α (TNF-α) mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan

gelatinase untuk membuat produk inflamasi pada osteoartritis. Produk

inflamasi memiliki dampak negatif pada jaringan sendi, khususnya pada

kartilago sendi, dan menghasilkan kerusakan pada sendi.

- Fase nyeri: Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik

dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan

trombus dan kompleks lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga

menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini

mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan interleukin

yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat lepasnya

mediator kimia seperti kinin yang dapat menyebabkan peregangan tendo,

ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri juga diakibatkan oleh adanya osteofit

yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis

serta kenaikan tekanan vena intramedular akibat stasis vena pada pada proses

remodelling trabekula dan subkondrial.

- Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu

meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran makrofag


12
didalam cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejas mekanis,

material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin

aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan merangsang kondrosit untuk

memproduksi CSFs. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks rawan

sendi. Faktor pertumbuhan dan sitokin membawa pengaruh yang berlawanan

selama perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi

komponen matriks rawan sendi sedangkan faktor pertumbuhan merangsang

sintesis.

Gambar 1. Patogenesis Osteoarthritis

2.1.5 Manifestasi Klinik

a. Gejala

Nyeri adalah gejala utama yang dikeluhkan oleh pasien yang

13
(8)
menderita OA. Nyeri yang dirasakan berupa nyeri Nosiseptif yang

bersifat lokal dan tidak menjalar. Hal ini disebabkan oleh stimulasi

kapsul saraf yang bertugas untuk merasakan nyeri, mekanoreseptor

(peningkatan tekanan intraartikular oleh karena hipertrofisinovial),

serabut saaraf periosteal dan dengan persepsi dari mikrofraktur dari

subkondral dan bursae. (9)

Kekakuan merupakan keluhan lain setelah lama tidak gerak.

Beberapa pasien juga mengeluhkan bengkak pada lutut. (10)

b. Tanda

Adanya krepitasi oleh karena iregularitas dari permukaan sendi,

pembesaran tulak oleh karena remodelling dan osteofit, deformitas,

instabillitas, keterbatasan gerakan, serta stress pain(11). Pada saat

palpasi sendi terasa nyeri dan nyeri pada saat gerak pasif. (12)

2.1.6 Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan Xray saat ini masih menjadi gold standard dalam diagnostik

OA. Arthroscopy, USG, MRI, CT Scan, dan pemeriksaan radiologis lainnya

digunakan umumnya oada studi eksperimental dan tidak direkomendasikan untuk

pemeriksaan klinis rutin. (13)

Pemeriksaan radiologis tanpa kontras dapat menunjukan penyempitan ruang

antar sendi, osteofit, sklerosis, dan radiolusen subkondral. Gambaran lainnya

seperti effusi, susuna sendi, chondrocalcinosis juga dapat ditemukan.

Dari pemeriksaan radiologis dapat ditentukan derajat dari osteo arthritis:

Grade 0: gambaran normal radiologis, dalam pemneriksaan fisik ditemukan

kekakuan pada pemeriksaan.


14
Gambar 2. Osteoarthritis Grade 0

Grade 1: Terdapat osteofit ringan pada dorsal, terdapat ruang antar sendi,

nyeri ringan pada saat digerakkan

Grade II: Pembentukan osteofit sedang, penyempitan ruang sendi (<50%),

nyeri sedang dengan keterbatasan ROM yang konstan

Grade III: Pembentukan osteofit yang berat, penyempitan ruang sendi yang

> 50%, kekakuan yang signifikan dengan rasa sakit berat, kekakuan, dan

keterbatasan ROM yang berat, namun tidakj nyeri saat digerakkan secara

pasif

Grade IV: sama dengan grade II namun terdapat nyeri pada saat digerakkan

15
pasif(14)

Gambar 3. Derajat Osteoarthritis

2.1.7 Tatalaksana

Tatalaksana Farmakologis

Tatalaksana awal pada OA mencakupi obat anti inflamasi, modifikasi aktivitas,

orthotic cupport atau bracing, dan injeksi kortikosteroid. (15)

a. Tatalaksana Simtomatis

Asetaminofen pada umumnya efektif untuk meredakan nyeri pada

osteo arthritis dengan efeksamping yang lebih ringan jika dibandingkan dengan

golongan NSAID. NSAID diberikan pada pasien yang tidak mendapatkan

perbaikan yang adekuat dengan parasetamol16). COX-2 inhibitor dapat

dipertimbangkan karena memiliki toleransi gastrointestinal yang lebih baik.

Celecoxib, etoricoxib dengan dosis 60 mg/hari dan valdecoxib 10mg/hari


16
cukup efektif sebagai NSAID non selektif untuk meredakan nyeri. (17)

Golongan Opioid (Codein) yang dikombinasikan dengan

parasetamol memberikan efek analgesik yang lebih baik dibandingkan dengan

pemberian parasetamol sendiri. Pada umumnya terapi ini diberikan dengan

pasien yang memiliki nyeri sedang dengan Numeric rating scale 4-7(18).

Penggunaan analog opioid (Tramadol) menunjukan perbaikan secara klinis dan

statistik yang signifikan pada nyeri, kekakuan, fungsi secara fisik, status global,

dna kualitas tidur pada pasien dengan nyeri kronik. Kombinasi Tramadol 37,5

mg/Asetaminofen 325 mg juga efektif dan aman untuk pengobatan nyeri pada

osteoarthritis, umunya pada pasien dengan nyeri sedang berat atau OA grade

II-III(19).

Pada umumnya, injeksi kortikosteroid intra articular dipercaya

sangat efektif pada pasien dengan adanya bukti inflamasi, efusi, atau keduanya.

Dikarenakan adanya kekhawatiran efek merusak pada penggunaan injeksi intra

articular cortikosteroid paka umumnya hanya diberikan < 4x dalam satu tahun.

Injeksi glukokortikoid intraartikular, memberikan pengurangan nyeri yang

sedang dalam jangka pendek. Suspensi Triamcolone hexacetonide (TH)

adalah kortikosteroid yang bersifat long acting yang saat ini umum digunbakan

pada OA(20).

b. Tatalaksana Simtomatik Slow Acting untuk OA

Asam Hyaluronat (HA) adalah polisakarida linear yang berisi unit

disakarida berulang dari N-asetil glukosamin dan asam D-glukuronat

digunakan untuk terapi OA pada genu. Injeksi yang berjarak 1 minggu akan
17
menghasilkan rasa nyeri yang berkurang dengan efek yang kurang lebih

mencapai 6 bukan. Lebih lama dibandingkan dengan injeksi steroid intra

artikular. Dari agen- agen tersebut yang dapat digunakan untuk terapi nyeri

pada OA terdiri dari golongan Hyalgan dan Synvis. Synvis memerlukan 3

injeksi dalam satu kali pengobatan, sedangkan hyalgan memerlukan 5 injeksi.

Keduanya sering disebut sebagai agen pengubah struktur potensial tetapi saat

ini dianggap sebagai obat simtomatik. Terdapat bukti untuk efek anti-inflamasi,

efek pelumas jangka pendek, efek analgesik dengan secara langsung

melindungi ujung saraf sinovial dan efek stimulasi pada sel-sel lapisan sinovial

yang mengarah ke produksi asam hyaluronic normal(21).

Nutraceuticals yang merupakan supplemen yang umumnya

dinamakan glucosamine sulfat dan kondroitin sulfat. Glukosamin sulfat adalah

turunan dari amino monosakarida glukosamin yang terjadi secara alami, yang

ditemukan dalam cairan sinovial dan tulang rawan sendi. Ini adalah substrat

untuk sintesis mucopolysaccharides dan terdapat fase latensi 4-8 minggu

sebelum efek terapeutik muncul(22).

Chondroitin sulfat juga menyediakan tambahan substrat untuk

pembentukan matriks sendi yang sehat. Didukung juga oleh adanya bukti

pemberian oral kondroitin sulfat secara perlahan untuk mengurangi gejala dan

untuk mengurangi kebutuhan NSAID. Chondrotin memperbaiki gejala

osteoarthritis, meskipun efek ini hanya terjadi setelah periode waktu yang lebih

lama. Chondroitin telah ditemukan efektif pada indeks Lequesne, dan skala

analog visual. Mobilitas dan status respons juga sangat baik (800 mg / hari).

Kombinasi penggunaan glukosamin sulfat dan kondroitin sulfat dalam

pengobatan penyakit sendi degeneratif telah menjadi protokol suplementasi

dalam pengobatan OA(23).


18
c. Tatalaksana Modifikasi Struktur OA (Chondroprotektif) (24)

Tetrasiklin adalah inhibitor metalloproteinase jaringan. Minocycline

dan doxycycline telah terbukti menghambat aktivitas kolagenase kartilago

artikular, mencegah kehilangan sel proteoglikan, kematian sel dan

pengendapan matriks tipe-kolagen X. Glycosaminoglycan polysulfuric acid

(GAGPS), yang dikenal sebagai arteparon, bekerja melalui pengurangan

aktivitas kolagenase dan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Demikian

pula agen lain seperti glikosaminoglikan peptida kompleks (GC-P) yang

dikenal sebagai rumalon telah terbukti meningkatkan kadar inhibitor jaringan

metalloproteinase, sementara pentosan polisulfat (cartrofen) menghambat

elastase granulosit. Namun, uji klinis belum membuktikan aktivitas modifikasi

struktur mereka. Diancerin dan rhein metabolit aktifnya memiliki kemampuan

untuk menghambat IL-I beta dalam sinovium manusia. Hal ini telah

mengurangi skor nyeri pada pasien OA serta telah diusulkan sebagai obat

pengubah struktur untuk OA. Selain itu potensi modifikasi agen penyakit

seperti glukosamin, hyaluronan, faktor pertumbuhan dan manipulasi sitokin,

terapi gen serta transplantasi kondrosit perlu evaluasi lebih lanjut.

Tatalaksana Non Farmakologis

Edukasi, intervensi perilaku, penurunan berat badan, latihan olah raga

ekstremitas bawah selama 20-30 menit per hari, olah raga paha depan, latihan

gaya berjalan, rentang gerakan pinggul, lutut dan pergelangan kaki yang aktif,

penggunaan tongkat, penggunaan perban elastis cukup efektif dalam

mengurangi rasa sakit dan cacat. (25)

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Das SK, Ramakrishnan S. Osteoarthritis. In: Manual of Rheumatology (editors)

Pispati PK, Borges NE, Nadkar MY, 2nd edition Indian Rheumatology Association,

The National Book Depot, Mumbai, India, 2012.pp.240-259.

2. Mahajan A, Jasrotia DS, Manhas AS, Jamwal SS. Prevalence of major rheumatic

disorders in Jammu. JK Science 2013;5:63-66.

3. Penelitian B, Pengembangan DAN. RISET KESEHATAN DASAR. 2013

4. Dicesare PE, Abramson SB. Pathogenesis of osteoarthritis. In :Harris ED, Budd RC

Genovese MC et al (editors) .Kelley’s Textbook of Rheumatology, volume II, 7th

edition, Elsevier

5. Martin JA, Buckwalter JA. Aging, articular cartilage chondrocyte senescence and

osteoarthritis. Biogerontology 2009;3:257-64.

6. Felson DT, Ahange Y, Anthony JM, et al. Weight loss reduces the risk for

symptomatic knee osteoarthritis in women. Annals of Internal Medicine

2012;116:535-9.

7. Wright V. Post-traumatic osteoarthritis – a medico-legal minefield. British Journal of

Rheumatology;29:474-8.

20
8. Ruddy S, Harris ED, Sledge CB, Kent NN. Kelly’s Textbook of Rheumatology, 6th

Ed., Philadelphia. WB Saunders, 2010;pp. 1410

9. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor’s Principles of Neurology

10th Edition. Philadelphia: McGraw-Hill Education. 2014;p.128

10. Altman R, Asch E, Bloch D, et al. Development of criteria for the classification and

reporting of osteoarthritis. Classification of osteoarthritis of the knee.

Arthritis;29:1039-49.

11. Doherty M, Jones A, Cawston T. Osteoarthritis. In: Oxford Textbook of

Rheumatology, 3rd Ed. (Eds: Isenberg, D.A. et al.), Oxford University Press, 2004;

pp. 1091-1118.

12. Bouhassira D, Lanteri-Minet M, Attal N, Laurent B, Touboul C. Prevalence of

chronic pain with neuropathic characteristics in the general population. Pain. 2008;

136:380–387

13. Borsook D. Neurological diseases and pain. Brain. 2012; 135:320–344.


14. Moulin D, et al. Pharmacological management of chronic neuropathic pain: revised

consensus statement from the Canadian Pain Society. Pain Res Manag. 2014; 19:328–

335.

15. Kirkley A, Webster-Bogaert S, Litchfield R. et al. The effect of bracing on varus


gonarthrosis. J Bone Joint Surgery Am;81:539-48.

16. Spector TD, Hart DJ, Byrne J, et al. Definition of osteoarthritis of the knee for

epidemiological studies. Annals of the Rheumatic Diseases 2013;52:790-4.

17. Matusumoto AK, Cavanaughr PF Jr. Etoricoxib. Newer Cox2 inhibitor. Drugs Today

(BARE);40:395-414

18. Baful N, Noveck R, Chipman H, et al. Efficacy and safety of extended release, once

daily Tramadol in chronic pain. A randomized 12 weeks clinical trial in osteoarthritis

of knee. J Pain Symptom Manage 2014;28:59-71.

21
19. EmKey R, Rosenthal N, Wu SC, Jordan D, Kamin M. Efficacy and safety of

Tramadol / Acetaminophen tables (ultralet) as add on therapy for osteoarthritis pain

subjects receiving Cox-2 nonsteroidal anti-inflammatory drug: a multicenter,

randomized double blind, placebo controlled trial. J Rheumatol 2004;31:100-6.

22
20. Raynauld JP, Buckland-Wright C. Safety and efficacy of longterm intra-articular

steroid injections in osteoarthritis of the knee: a randomized, double-blind, placebo-

controlled trial. Arthritis Rheum 2013;48:370-7.

21. Caborn D, Rush J, Lanzer W, Parenti D, Murray C. A randomised, single blind

comparison of efficacy and tolerability of hylan GF-20 and triamcolone hexacelonide

in patients with osteoarthritis of knee. J Rheumatol 2014;31:333-43.

22. Das SK, Chandra A, Sahani K, et al. A preliminary clinical trial to assess short term

symptom modifying effect of a regimen containing colchicine in a selected subset of

patients with osteoarthritis knee. J Ind Rheum Assoc 2009;7:8-11.

23. Ray WA, Chung CP, Murray KT, Hall K, Stein CM. Prescription of long-acting

opioids and mortality in patients with chronic noncancer pain. JAMA. 2016;

315:2415–2423

24. Bijisma JW. Glucosamine and chondroitin sulphate as a possible treatment for

osteoarthritis. Ned Tijdschr Geneeskd 2012;146:1819-23.

23
25. Smart KM, Wand BM, O’Connell NE. Physiotherapy for pain and disability in adults

with complex regional pain syndrome (CRPS) types I and II. Cochrane Database Syst

Rev. 2016;2:CD010853

24

Anda mungkin juga menyukai