Referat Desma
Referat Desma
OSTEOARTHRITIS
Pembimbing:
dr. Wisnu Aji Aribowo, Sp.S
Disusun Oleh
Desmawita Lestari 030.13.051
”Osteoarthritis”
Disusun oleh:
Desmawita Lestari
(030.13.051)
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah mengizinkan referat ini terlaksana, karena
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal, periode 19
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Wisnu Aji Aribowo, Sp.S, sebagai
pembimbing, dokter dan staf-staf Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah
Kota Tegal, teman-teman sesama koasisten Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah
Kardinah Kota Tegal, dan semua pihak yang turut serta memberikan bantuan, doa, semangat,
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, namun besar
pengharapan penulis bagi pembaca untuk memberikan masukan dan kritikan yang akan saya
pertimbangkan untuk memperbaiki referat ini menjadi lebih baik. Terima kasih dan Tuhan
memberkati.
Desmawita Lestari
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................v
2.1.1 Definisi........................................................................................8
2.1.2 Etiologi....................................................................................... 8
2.1.3 Klasifikasi.....................................................................................9
2.1.6 Tatalaksana.................................................................................15
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit kronis jangka panjang yang ditandai oleh degenerasi
tulang rawan pada sendi yang menghasilkan pergesekan antar tulang dan menyebabkan adanya
rasa kekakuan, nyeri, dan gangguan gerak. OA merupakan penyakit yang paling umum terjadi
pada sendi di lutut, tangan, kaki, dan tulang belakang dan relatif umum pada sendi bahu dan
pinggul. OA seringkali dikaitkan dengan penuaan, yang mana terkait dengan berbagai faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi, termasuk: obesitas, kurangnya aktivitas
fisik, kecenderungan genetik, kepadatan tulang, cedera akibat kerja, trauma, dan jenis kelamin.(1)
Osteoartritis adalah salah satu penyebab disabilitas yang paling umum terjadi pada lansia.
Penelitian yang dilakukan Global Burden of Disease pada tahun 2010 melaporkan diperkirakan
10% hingga 15% dari semua orang dewasa berusia di atas 60 memiliki OA dalam derajat tertentu,
dengan prevalensi lebih tinggi di antara wanita daripada pria. Prevalensi osteoartritis di Eropa dan
Amerika serikat lebih besar dari pada prevalensi di negara maju lainnya. The National Arthritis
Data Workgroup (NADW) memperkirakan penderita osteoartritis di Amerika pada tahun 2005
sebanyak 27 juta yang terjadi pada usia 18 tahun keatas. Angka insidensi osteoartritis di Australia
lebih besar pada wanita dibandingkan pada laki-laki dari semua kelompok usia yaitu 2,95 tiap
1000 populasi dibanding 1,71 tiap 1000 populasi. Di Asia, China dan India menduduki peringkat 2
teratas sebagai negara dengan prevalensi osteoartritis tertinggi yaitu berturut-turut 5.650 dan 8.145
jiwa yang menderita osteoartritis lutut. (1) Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil
dari wawancara pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi OA tertinggi yaitu
sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9% sedangkan di
6
Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27% (Riskesdas, 2013). 56, 7% pasien
osteoartritis. (2)
Berdasarkan data diatas mengingat angka prevalensi OA di indonesia masih cukup tinggi,
harapan dibuatnya referat ini agar dapat membantu untuk deteksi dini OA sehingga dapat diberikan
tatalaksana yang dini dan adekuat untuk pasien yang menderita OA.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 OSTEOARTHRITIS
2.1.1 Definisi
Osteoartritis (OA) adalah gangguan degeneratif kronis dengan etiologi
multifaktorial yang ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi
pada margin tulang , sklerosis subkondral dan perubahan biokimia dan morfologis
2.1.2 Etiologi
Hingga saat ini, etiologi dari OA sendiri masih belum diketahui, namun
a. Usia
terjadi pada usia muda. Selain itu, seiring bertambahnya usia, akan
b. Jenis Kelamin
yang lebih berat, lebih banyak sendi yang terlibat, serta lebih banyak
8
sehingga disimpulkan bahwa berkurangnya esterogen pada saat
c. Obesitas(6)
d. Genetik(4)
e. Kepadatan Tulang(4)
f. Merokok(4)
g. Faktor Lokal(6)
i. Faktor Lainnya(7)
2.1.3 Klasifikasi(7)
a. Lokal
- Tangan
- Panggul
- Lutut
9
-Tulang Belakang
b. Generalisata
- Sendi Besar (Sentral): bahu, siku, lutut, pangkal paha, dan pergelangan kaki
2) Osteoarthritis Sekunder
Gaucher disease
g. Hematologi: Hemoglobinopathy
10
2.1.4 Patofisiologi(8)
Meskipun etiologi OA tidak sepenuhnya diketahui, perubahan biokimia,
struktural dan metabolik yang menyertai tulang rawan sendi telah ditemukan. Saat
ini, diketahui bahwa perubahan sitokin, trauma mekanis, dan genetik terlibat dalam
menghasilkan banyak perubahan karakteristik pada tulang rawan sendi pada OA.
Tulang rawan hialin normal terdiri dari kondrosit yang tertanam dalam matriks
ekstraseluler yang terbentuk oleh air, kolagen tipe II, dan proteoglikan. Tulang rawan
tetap stabil dengan degenerasi aktif dan regenerasi yang terjadi dalam
rawan degenerasi di satu sisi dan kondrosit aktif replikasi dengan peningkatan
biosintesis di sisi lain tangan yang mengarah ke keadaan homeostasis, yang dikenal
Setelah beberapa tahun, proses reparatif habis. Ini menyebabkan degradasi tulang
adalah proses penyakit yang mempengaruhi seluruh struktur sendi, termasuk tulang
rawan, membran sinovial, tulang subchondral, ligamen dan otot periarticular. Ini
pada akhirnya menghasilkan peradangan, rasa sakit dan kerusakan struktural yang
inflamasi. Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoartritis yaitu fase
- Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada tulang rawan sendi, tulang
mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh
11
membantu komunikasi antar sel, faktor seperti Insulin-like growth factor
mensintesis asam deoksiribo nukleat (DNA) dan protein seperti kolagen dan
sendi.
- Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap
- Fase nyeri: Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik
yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat lepasnya
ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri juga diakibatkan oleh adanya osteofit
yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis
serta kenaikan tekanan vena intramedular akibat stasis vena pada pada proses
- Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu
material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin
sintesis.
a. Gejala
13
(8)
menderita OA. Nyeri yang dirasakan berupa nyeri Nosiseptif yang
bersifat lokal dan tidak menjalar. Hal ini disebabkan oleh stimulasi
b. Tanda
palpasi sendi terasa nyeri dan nyeri pada saat gerak pasif. (12)
Pemeriksaan Xray saat ini masih menjadi gold standard dalam diagnostik
Grade 1: Terdapat osteofit ringan pada dorsal, terdapat ruang antar sendi,
Grade III: Pembentukan osteofit yang berat, penyempitan ruang sendi yang
> 50%, kekakuan yang signifikan dengan rasa sakit berat, kekakuan, dan
keterbatasan ROM yang berat, namun tidakj nyeri saat digerakkan secara
pasif
Grade IV: sama dengan grade II namun terdapat nyeri pada saat digerakkan
15
pasif(14)
2.1.7 Tatalaksana
Tatalaksana Farmakologis
a. Tatalaksana Simtomatis
osteo arthritis dengan efeksamping yang lebih ringan jika dibandingkan dengan
pasien yang memiliki nyeri sedang dengan Numeric rating scale 4-7(18).
statistik yang signifikan pada nyeri, kekakuan, fungsi secara fisik, status global,
dna kualitas tidur pada pasien dengan nyeri kronik. Kombinasi Tramadol 37,5
mg/Asetaminofen 325 mg juga efektif dan aman untuk pengobatan nyeri pada
osteoarthritis, umunya pada pasien dengan nyeri sedang berat atau OA grade
II-III(19).
sangat efektif pada pasien dengan adanya bukti inflamasi, efusi, atau keduanya.
articular cortikosteroid paka umumnya hanya diberikan < 4x dalam satu tahun.
adalah kortikosteroid yang bersifat long acting yang saat ini umum digunbakan
pada OA(20).
digunakan untuk terapi OA pada genu. Injeksi yang berjarak 1 minggu akan
17
menghasilkan rasa nyeri yang berkurang dengan efek yang kurang lebih
artikular. Dari agen- agen tersebut yang dapat digunakan untuk terapi nyeri
Keduanya sering disebut sebagai agen pengubah struktur potensial tetapi saat
ini dianggap sebagai obat simtomatik. Terdapat bukti untuk efek anti-inflamasi,
melindungi ujung saraf sinovial dan efek stimulasi pada sel-sel lapisan sinovial
turunan dari amino monosakarida glukosamin yang terjadi secara alami, yang
ditemukan dalam cairan sinovial dan tulang rawan sendi. Ini adalah substrat
pembentukan matriks sendi yang sehat. Didukung juga oleh adanya bukti
pemberian oral kondroitin sulfat secara perlahan untuk mengurangi gejala dan
osteoarthritis, meskipun efek ini hanya terjadi setelah periode waktu yang lebih
lama. Chondroitin telah ditemukan efektif pada indeks Lequesne, dan skala
analog visual. Mobilitas dan status respons juga sangat baik (800 mg / hari).
untuk menghambat IL-I beta dalam sinovium manusia. Hal ini telah
mengurangi skor nyeri pada pasien OA serta telah diusulkan sebagai obat
pengubah struktur untuk OA. Selain itu potensi modifikasi agen penyakit
ekstremitas bawah selama 20-30 menit per hari, olah raga paha depan, latihan
gaya berjalan, rentang gerakan pinggul, lutut dan pergelangan kaki yang aktif,
19
DAFTAR PUSTAKA
Pispati PK, Borges NE, Nadkar MY, 2nd edition Indian Rheumatology Association,
2. Mahajan A, Jasrotia DS, Manhas AS, Jamwal SS. Prevalence of major rheumatic
edition, Elsevier
5. Martin JA, Buckwalter JA. Aging, articular cartilage chondrocyte senescence and
6. Felson DT, Ahange Y, Anthony JM, et al. Weight loss reduces the risk for
2012;116:535-9.
Rheumatology;29:474-8.
20
8. Ruddy S, Harris ED, Sledge CB, Kent NN. Kelly’s Textbook of Rheumatology, 6th
9. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor’s Principles of Neurology
10. Altman R, Asch E, Bloch D, et al. Development of criteria for the classification and
Arthritis;29:1039-49.
Rheumatology, 3rd Ed. (Eds: Isenberg, D.A. et al.), Oxford University Press, 2004;
pp. 1091-1118.
chronic pain with neuropathic characteristics in the general population. Pain. 2008;
136:380–387
consensus statement from the Canadian Pain Society. Pain Res Manag. 2014; 19:328–
335.
16. Spector TD, Hart DJ, Byrne J, et al. Definition of osteoarthritis of the knee for
17. Matusumoto AK, Cavanaughr PF Jr. Etoricoxib. Newer Cox2 inhibitor. Drugs Today
(BARE);40:395-414
18. Baful N, Noveck R, Chipman H, et al. Efficacy and safety of extended release, once
21
19. EmKey R, Rosenthal N, Wu SC, Jordan D, Kamin M. Efficacy and safety of
22
20. Raynauld JP, Buckland-Wright C. Safety and efficacy of longterm intra-articular
22. Das SK, Chandra A, Sahani K, et al. A preliminary clinical trial to assess short term
23. Ray WA, Chung CP, Murray KT, Hall K, Stein CM. Prescription of long-acting
opioids and mortality in patients with chronic noncancer pain. JAMA. 2016;
315:2415–2423
24. Bijisma JW. Glucosamine and chondroitin sulphate as a possible treatment for
23
25. Smart KM, Wand BM, O’Connell NE. Physiotherapy for pain and disability in adults
with complex regional pain syndrome (CRPS) types I and II. Cochrane Database Syst
Rev. 2016;2:CD010853
24