Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT ILMU

ONTOLOGI KEILMUAN

Dosen Pengampu

Dr. Malik Ibrahim, M.Ag.


(19660801 199303 1 002)

Di Susun Oleh

M. Dimyati Habibie S. 18108020102

Umi Nurfadhilah 18108020103

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Dan kami berharap semoga makalah tersebut
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembacanya.

Yogyakarta, 04 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ontologi ....................................................................................................... 3

2.2 Konsep Ontologi ........................................................................................................... 4

2.3 Aspek Dasar Ontologi ................................................................................................... 5

2.4 Aliran dalam Ontologi .................................................................................................. 5

2.5 Objek Penelaah Ilmu ..................................................................................................... 8

2.6 Metode Ontologi ........................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia yang berakal sehat pasti memiliki pengetahuan, baikberupa fakta, konsep,
prinsip, maupun prosedur prosedur tentang suatu objek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat
adanya pengalaman atau melalui interaksi antar manusia dan lingkungannya. Manusia adalah
makhluk yang memiliki berbagai potensi untuk berkembang terus , , merealisasikan diri, serta
menyempurnakan wujud adanya sebagai manusia. Manusia tidak cukup hanya tumbuh dan
berkembang dengan dorongan instingnya saja. Manusia dibekali akal budi untuk bertahan hidup
dan mengembangkan pengetahuan.

Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat
abstrak ataupun rill meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk faham betul
semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya
bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat. Sistematika filsafat secara garis
besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu; ontologi atau teori nilai yang membahas
tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan, epistimologi atau teori
pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan, dan aksiologi atau teori
nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Akan tetapi sekarang penyusun akan menitik-
beratkan pembahasannya kepada masalah ontologi yang mana membahas tentang apa objek yang
kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalahnya yaitu:
1. Apa pengertian ontologi?
2. Apa saja konsep ontologi?
3. Apa saja aspek dasar ontologi?
4. Apa saja aliran aliran dalam ontologi?
5. Apa saja objek penelaah ilmu?
6. Apa saja metode ontologi?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yakni:
Rumusan Masalahnya yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian ontologi.
2. Untuk mengetahui konsep ontologi.
3. Untuk mengetahui aspek dasar ontologi.
4. Untuk mengetahui aliran aliran dalam ontologi.
5. Untuk mengetahui objek penelaah ilmu.
6. Untuk mengetahui metode ontologi.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ONTOLOGI

Ontologi membahas tentang obyek yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti
yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitasnya, ontologi adalah bagian filsafat
yang paling umum, atau merupakan bagian dari metafisika. Ditinjau dari segi ontologi, penelaah
ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia yang dapat
dibktikan secara metodologis dan empiris.

Menurut Ibnu Fazar, ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno
dan berasal dari Yunaniyang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada
menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam,
dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam
keharmonisan.

Pengertian Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat


keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab
akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang
menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan (Suparlan Suhartono, 2007).

Menurut Runes “ ontology is the theory of being qua being ” , artinya ontologi adalah
teori tentang wujud. Dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang kita lihat atau
yang dapat ditangkap dengan panca indera senantiasa berubah,.karena itu ia bukanlah hakikat,
tetapi hanya bayangan, atau gambaran dari idea-idea. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
ontologi mengkaji tentang “thestudy of the nature of existence and being in the abstract” atau “
the science of being and universal order ”.

3
Menurut Augustine, manusia mengetahui dari pengalaman hidupnya bahwa dalam alam
ini ada kebenaran. Namun, akal manusia terkadang merasa bahwa ia mengetahui apa yang benar,
tetapi terkadang pula merasa ragu-ragu bahwa apa yang diketahui yaitu adalah suatu kebenaran.
Menurutnya, akal manusia mengetahui bahwa diatasnya masih ada suatu kebenaran tetap
(kebenaran yang tidak berubah-ubah),dan itulah yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal
dalam usahanya mengetahui apa yang benar. Kebenaran tetap dan kekal itulah kebenaran yang
mutlak. Kebenaran mutlak inilah oleh Augustine disebut Tuhan1.

2.2 KONSEP ONTOLOGI

Ontologi merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan Ontologi


merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan
yang paling kuno. Untuk member arti tentang suatu objek ilmu ada beberapa yang paling kuno.
Untuk member arti tentang suatu objek ilmu ada beberapa asumsi, yaitu
1. Suatu objek bisa dikelompokkan kesamaan bentuk, sifat (substansi), Suatu objek bisa
dikelompokkan kesamaan bentuk, sifat (substansi),
struktur/komparasi dan kuantitatif asumsi. struktur/komparasi dan kuantitatif asumsi.
2. Kelestarian relatif artinya ilmu tidak mengalami perubahan dalam periode Kelestarian
relatif artinya ilmu tidak mengalami perubahan dalam periode
tertentu (dalam waktu singkat). tertentu (dalam waktu singkat).
3. Determinasi merupakan ilmu menganut pola tertentu/tidak terjadi secara Determinasi
merupakan ilmu menganut pola tertentu/tidak terjadi secara
kebetulan.

1
Ibnu Fazar, ONTOLOGI SEBAGAI KAJIAN ILMU FILSAFAT. Hlm. 2.

4
2.3 ASPEK DASAR ONTOLOGI

a. Metodis
Metode ini menggunakan cara ilmiah, berarti dalam proses menemukan dan
mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu.

b. Sistematis
Metode ini saling berkaitan satu sama lain serta teratur dalam keseluruhan.
Artinya dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang
diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu, teratur dan terarah, sehingga
menjadi keseluruhan yang padu.

c. Koheren
Metode ini unsur unsurnya harus bertautan, tidak boleh mengandung uraian yang
bertentangan, berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan
rangkaian yang saling berkaitan.

d. Rasional
Rasional yaitu harus berdasar pada kaidah berpikir yang logis.

e. Komprehensif
Komprehensif yaitu melihat objek tidak hanya dari satu sisi sudut pandang
melainkan secara keseluruhan.

f. Radikal
Radikal yaitu menguraikan objek sampai pada akar permasalahan.

g. Universal
Universal yaitu melihat objek sesuai dengan muatan kebenarannya umum yang
berlaku di mana saja.

5
2.4 ALIRAN ALIRAN ONTOLOGI

Dari teori ontologi ini kemudian muncul beberapa aliran dalam persoalan keberadaan, yaitu:

1. Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas)

a. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah
satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat yang
masing masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber
yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Istilah monisme
oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe.Aliran yang menyatakan
bahwa hanya satu keadaan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi,
Tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat diketahui.

b. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit.
Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Kedua macam
hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Hubungan keduanya
menciptakan kehidupan dalam alam ini.Umumnya manusia tidak akan mengalami
kesulitan untuk menerima prinsip dualisme ini, karena setiap kenyataan lahir dapat
segera ditangkap oleh pancaindera kita, sedangkan kenyataan batin dapat segera
diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.2

c. Pluralisme
Paham ini berpendapat bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu

2
Nunu Burhanudin. Filsafat Ilmu. 2018. Jakarta Timur. Hlm 53-54.

6
semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan
sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak
unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah
Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu
terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api dan udara.

2. Keberadaan dipandang dari segi sifat, menimbulkan beberapa aliran, yaitu:


3.
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani.
Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati
merupakan kenyataan dan satusatunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya
jiwa dan ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh
itu hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu
cara tertentu.

b. Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme yang dinamakan juga dengan
spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh.
Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari
ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan
menempati ruang. Materi zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan rohani3.

3
Nunu Burhanuddin. Filsafat Ilmu. 2018. Jakarta Timur. Hlm 54-56.

7
4. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian, atau perubahan.

a. Mekanisme (serba mesin),


Menyatakan bahwa semua gejala atau peristiwa dapat dijelaskan
berdasarkan asas mekanik (mesin). Semua peristiwa adalah hasil dari materi yang
bergerak dan dapat dijelaskan menurut kaidah-kaidahnya. Pandangan yang
bersifat mekanistik dalam kosmologi pertama kali diajukan oleh Leucippus dan
Democritus yang berpendirian bahwa alam dapat diterangkan berdasarkan pada
atom-atom yang bergerak pada ruang kosong. Bagi Immanuel Kant, kepastian
dari suatu kejadian sesuai dengan kaidah sebab akibat sebagai suatu kaidah alam.

b. Teleologi (serba tujuan)


Berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah kaidah
sebab akibat tetapi sejak semula memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan
yang mengarahkan alam ke suatu tujuan.

c. Vitalisme
Menyatakan bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara
fisika, kimia, karena hakikatnya berbeda dengan yang tak hidup.

2.5 OBJEK PENELAAH ILMU

Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca
indera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang sudah berada diluar
jangkauan manusia tidak dibahas oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan secara metodologis

8
dan empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai ciri tersendiri yakni berorientasi pada dunia
empiris.

Berdasarkan objek yang ditelaah, dalam ilmu pengetahuan dua macam:

1. Obyek material (omaterial object) ialah seluruh lapangan atau bahan yang
dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.

2. Obyek Formal (formal object) ialah penentuan titik pandang terhadap obyek
material4.

Untuk mengkaji lebih mendalam hakekat obyek empiris, maka ilmu membuat beberapa
asumsi (andaian) mengenai objek itu. Asumsi yang sudah dianggap benar dan tidak diragukan
lagi adalah asumsi yang merupakan dasar dan titik tolak segala pandang kegiatan. Asumsi itu
perlu sebab pernyataan asumtif itulah yang memberikan arah dan landasan bagi kegiatan
penelaahan.

Ada beberapa asumsi mengenai objek empiris yang dibuat oleh ilmu, yaitu:

 Pertama, menganggap objek-objek tertentu mempunyai kesamaan antara yang satu


dengan yang lainnya, misalnya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya.
 Kedua, menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka
waktu tertentu.
 Ketiga, determinisme yakni menganggap segala gejala bukan merupakan suatu
kejadian yang bersifat kebetulan.

Asumsi yang dibuat oleh ilmu bertujuan agar mendapatkan pengetahuan yang bersifat
analitis dan mampu menjelaskan berbagai kaitan dalam gejala yang terbentuk dalam pengalaman
manusia. Asumsi itupun dapat dikembangkan jika pengalaman manusia dianalisis dengan
berbagia disiplin keilmuan dengan memperhatikan beberapa hal;

4
Bahrum, Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi. Hlm 3.

9
 Pertama, asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin
keilmuan. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian
teoritis.
 Kedua, asumsi harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan
“bagaimana keadaan yang seharusnya”.

Asumsi pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah, sedangkan asumsi kedua
adalah asumsi yang mendasari moral. Oleh karena itu seorang ilmuan harus benar-benar
mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan asumsi
yang berbeda maka berbeda pula konsep pemikiran yang dipergunakan. Suatu pengkajian ilmiah
hendaklah dilandasi dengan asumsi yang tegas, yaitu tersurat karena yang belum tersurat
dianggap belum diketahui atau belum mendapat kesamaan pendapat5.

2.6 METODE ONTOLOGI

Menurut Lorenz Bagus, ada tiga tingkatan abstraksi dalam ontology ;

a. Abstraksi fisik
Abstraksi fisik merupakan metode penampilan keseluruhan sifat khas
sesuatu objek.
b. Abstraksi bentuk

Abstraksi bentuk merupakan pendeskripsian sifat umum yang menjadi ciri


semua objek yang sejenis.

c. Abstraksi metafisik
Abstraksi metafisik merupakan menyeimbangkan prinsip umum yang
menjadi dasar dari semua realitas6.

5
Bahrum. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI. 3.

6
Ade,dkk. Ontologi. Hlm 7.

10
BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno. Pada dasarnya, ontologi membicarakan tentang hakikat segala sesuatu. Hakikat disini
berarti kenyataan yang sebenarnya (bukan kenyataan yang fatamorgana). Dalam ontologi
ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, yaitu monoisme, dualisme, pluralisme,
nihilism dan agnostisisme. Dalam ontology terdapat aspek dasar ontologi yaitu, metodis,
sistematis, koheren, rasional, komprehensif, radikal dan universal.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran dan kenyataan yang
sesuai dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari perspektif filsaf at tentang apa dan
bagaimana yang “ada” itu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bahrum. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI. 3.

Ade,dkk. Ontologi. Hlm 7.

Winarto, Joko. (2011). “Ontologi”. http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/22/ontologi/.

Nunu Burhanuddin. Filsafat Ilmu. 2018. Jakarta Timur. Hlm 54-56.

Ibnu Fazar, ONTOLOGI SEBAGAI KAJIAN ILMU FILSAFAT. Hlm. 2.

12

Anda mungkin juga menyukai