PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan cikal bakal wajah peradaban. Baik buruknya masyarakat bisa
dinilai dari profil-profil keluarga didalamnya. Belakangan ini kita dapat mengamati apa
yang membuat sebuah keluarga itu retak. Jika kita pikirkan, keluarga merupakan ikatan
yang sangat kuat. Orang-orang didalamnya telah dipertemukan oleh Tuhan bukan tanpa
sebab, sudah ada pertimbangan menurut ukuran-Nya. Komposisinya tidak bisa digantikan
oleh yang lain. Pernikahan yang menjadi awal sebuah keluarga pun selalu direalisasikan
dalam perhelatan yang agung nan meriah. Akan tetapi, saat ini banyak sekali terdengar
cerita perceraian atau keluarga yang ‘berantakan’ tapi belum masuk tahap perpisahan.
Hal ini disebabkan karena banyak manusia yang tidak memahami arti sebuah
keluarga. Padahal arti sebuah keluarga adalah saling memiliki, saling percaya, saling
menghormati, saling melindungi dan saling berbagi rasa, saling menjaga kehormatan serta
saling menjaga rahasia diantara anggota keluarga. Maka dari itu, karena pentingnya
sebuah keluarga, di dalam makalah ini penulis akan menyajikan materi yang berkaitan
dengan keluarga, dimulai dari konsep dasar, cara mempersiapkan diri untuk pernikahan,
cara menanggapi dinamika masalah keluarga, cara mengelola dan manajemen keuangan
hingga cara mencapai keluarga yang sehat dan bahagia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu memahami asuhan keperawatan keluarga tentang hipertensi.
2. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan keperawatan
keluarga tentang hipertensi.
3. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan keperawatan keluarga
tentang hipertensi.
4. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan keperawatan
keluarga tentang hipertensi.
5. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada konsep asuhan keperawatan
keluarga tentang hipertensi.
6. Mampu melakukan evaluasi dan mendokumentasikan semua tindakan keperawatan
pada konsep asuhan keperawatan keluarga tentang hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Keluarga
Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai
peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari
keluargalah pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik
diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu,
keluarga mempunyai posisi yang strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan
kesehatan karena masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling
mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi
juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya.
1) Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dan dua orang atau lebih masing-
masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, kakak, dan
nenek.
2) Duval
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap
anggota keluarga.
4) Departemen Kesehatan RI
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga
adalah sebagai berikut:
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial yaitu suami, istri, anak, kakak dan adik.
d. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dan keluarga, kelompok
dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkunganya.
2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota
masyarakat di lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
4. Tugas Keluarga
Pada dasarnya ada tujuh tugas pokok keluarga, yaitu sebagai berikut:
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga.
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7) Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.
5. Struktur Keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu
keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam
Struktur Keluarga diantaranya adalah :
1) Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4) Patrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5) Keluarga Kawin, adalah hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
6. Fungsi Keluarga
Friedman (2010) mengemukakan fungsi keluarga, yaitu sebagai berikut:
1) Fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan
orang lain.
2) Fungsi sosialisasi, yaitu fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi, yaitu fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi, yaitu fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Rahmawati, 2012).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 2010).
5. Manifestasi klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,
bisa timbul gejala berikut (Kristanti, 2013):
1) Sakit kepala
2) Kelelahan
3) Mual
4) Muntah
5) Sesak nafas
6) Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. Tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 2013).
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
6. Komplikasi
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan
hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat alias mematikan.
Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi
menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko serangan
jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Wahdah, 2011)
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi kardiovaskular dan
merupakan masalah utama kesehatan masyarakat yang tengah mengalami transisi sosial
ekonomi. Dibandingkan dengan individu yang memiliki tekanan darah normal,
penderita hipertensi memiliki risiko terserang penyakit jantung koroner 2 kali lebih
besar dan risiko yang lebih tinggi untuk terserang stroke. Apabila tidak diobati, kurang
lebih setengah dari penderita hipertensi akan meninggal akibat penyakit jantung dan
sekitar 33% akan meninggal akibat stroke sementara 10 sampai 15 % akan meninggal
akibat gagal ginjal. Oleh sebab itu pengontrolan tekanan darah merupakan hal yang
sangat penting (Junaidi, 2010).
7. Faktor resiko
Menurut Fauzi (2014) tekanan darah tinggi memiliki beberapa faktor resiko
antara lain:
1) Risiko tekanan darah tinggi meningkat sesuai dengan faktor usia.
2) Ras dan suku bangsa juga berhubungan dengan risiko hipertensi.
3) Latar belakang keluarga.
4) Kelebihan berat badan atau obesitas.
5) Tidak aktif secara fisik. Denyut jantung orang-orang yang tidak aktif cenderung
lebih tinggi. Sehingga semakin keras jantung harus bekerja dengan setiap kontraksi
dan semakin kuat gaya pada arteri. Kekurangan aktifitas fisik juga meningkatkan
risiko kelebihan berat badan.
6) Merokok, terlalu banyak garam (sodium) pada diet. Terlalu banyak sodium pada diet
dapat menyebabkan tubuh menahan caira yang meningkatkan tekanan darah.
7) Terlalu potassium pada diet. Potassium membantu menyeimbangkan jumlah dari
sodium di sel. Jika tidak mendapat potassium yang cukup pada diet atau menahan
potassium bisa menumpuk terlalu banyak sodium di dalam darah.
8. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan (Ni Kadek, et al, 2014):
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda
atau berenang.
2) Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.Golongan obat - obatan yang
diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretik, golongan
betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin
angitensin.
9. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5) Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Fauzi. I. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes dan
Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
Wijoyo, P. M. 2011. Rahasia Penyembuhan Hipertensi Secara Alami. Bee Media Agro:
Jakarta
Wilkinson, Judith. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi
NIC, Kriteria hasil NOC, ed.9. Alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi bahasa
Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.