Anda di halaman 1dari 27

BAB I

KONSEP TEORITIS

A. Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti
air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala
air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro
spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
vital.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso, 2010)
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga
terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2010). Pelebaran ventrikuler ini akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu
bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan
tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun (Zulkarnain, 2011).
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan diruang yang secara normal terdapat dalam
otak, hidrosefalus terjadi apabila produksi cairan otak tidak seimbang dengan penyerapannya
sehingga cairan otak terbendung, sistem ventrikel akan melebar, dan tekanan dalam rongga
kepala akan meningkat (Arif, 2013)
B. Anatomi Dan Fisiologi Kepala
1) Anatomi Kepala
Menurut Maulana, 2013 anatomi kepala terdiri antara lain sebagai berikut:
a. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,
connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose
conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium.
b. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis
kranii. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu
frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria
khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini
dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak
rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat
bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior
tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan
fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan
serebelum.
c. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1. Dura mater (luar)
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua
lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Dura
mater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan
ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
kranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di
bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang
subdura) yang terletak antara dura mater dan arachnoid,
dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera
otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada
permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging
Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis
superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi
dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.
Arteri-arteri meningeal terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari
kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan
laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering
mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis
(fosa media).
2. Selaput Arakhnoid (tengah)
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput
arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang
meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut
spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor
serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.
a) Ruang subaraknoid memisahkan lapisan arakhnoid dari pia mater dan
mengandung cairan serebrospinalis, pembuluh darah, serta jaringan penghubung
seperti selaput yang memepertahankan posisi arakhnoid piamater di bawahnya.
b) Berkas kecil jaringan arakhnoid. Vili arakhnoid, menonjol ke dalam sinus vena
(dural) dura mater.
3. Pia mater (dalam)
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adalah membrana
vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci
yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan
epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia
mater.
d. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa sekitar 14
kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak depan) terdiri dari
serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon (otak
belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa
lobus. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi
emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara.
Lobus parietal berhubungan dengan fungsi
sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal
mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital
bertanggungjawab dalam proses penglihatan.
Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem
aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medula
oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi
koordinasi dan keseimbangan.
e. Cairan serebrospinalis
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh
plexus khoroideus dengan kecepatan produksi
sebanyak 20 ml/jam. Pleksus koroid adalah jaring-
jaring kapiler berbentuk bungan kol yang menonjol
dari piamater ke dalam dua ventrikel otak. CSS
mengalir dari ventrikel lateral melalui foramen
monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius
menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam
sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat
pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS
dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan
takanan intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok
populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan
sekitar 500 ml CSS per hari.
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari system
ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang meliputi seluruh
susunan saraf pusat (SSP). Hubungan antara system ventrikel dan ruang subaraknoid
adalah melalui foramen Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah lateral
ventrikel IV.
Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen Monroi ke
ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel
IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subaraknoid melalui
sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi
CSS oleh sistem kapiler.
CSS yang berada di ruang subarakhnoid, merupakan cairan yang bersih dan tidak
berwarna. Merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula
spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume
intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan
serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml.
f. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak
menjadi ruang supratentorial (terdiri dari fosa kranii
anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial
(berisi fosa kranii posterior).
g. Inervasi Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis. Keempat arteri
ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk circulus Willisi.
Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis
dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam
sinus venosus cranialis.
h. Tekanan Intra Kranial (TIK)
Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume darah
intracranial dan cairan cerebrospiral di dalam tengkorak pada 1 satuan waktu. Keadaan
normal dari TIK bergantung pada posisi pasien dan berkisar ± 15 mmHg. Ruang cranial
yang kalau berisi jaringan otak (1400 gr), Darah (75 ml), cairan cerebrospiral (75 ml),
terhadap 2 tekanan pada 3 komponen ini selalu berhubungan dengan keadaan
keseimbangan Hipotesa Monro-Kellie menyatakan : Karena keterbatasan ruang ini
untuk ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah 1 dari komponen ini
menyebabkan perubahan pada volume darah cerebral tanpa adanya perubahan, TIK
akan naik.
Peningkatan TIK yang cukup tinggi, menyebabkan turunnya batang otak (Herniasi
batang otak) yang berakibat kematian.
i. Ventrikel otak
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah
ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel
IV. Ventrikel lateral terdapat di bagian
dalam serebrum, masing-masing ventrikel
terdiri dari 5 bagian yaitu kornu anterior,
kornu posterior, kornu inferior, badan dan
atrium. Ventrikel III adalah suatu rongga
sempit di garis tengah yang berbentuk
corong unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian
korpus unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah
dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah
anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii. Ventrikel
IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral serebrum
dan dorsal dari pons dan medula oblongata.

2) Fisiologi Kepala
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan
secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam posisi
terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4-10 mmHg.
Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia.
Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih dari 20 mmHg, terutama bila
menetap.
Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah
sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuler
mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat. Sebuah konsep
sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume
intrakranial harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie.
Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari
cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran darah otak (ADO)
normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan otak per
menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya. ADO dapat menurun 50%
dalam 6-12 jam pertama sejak cedera pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan
meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap koma ADO tetap di
bawah normal sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan
perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada level 60-70 mmHg sangat direkomendasikan untuk
meningkatkan ADO.

C. Etiologi
Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak
oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus
otak dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta nutrisi(Cristine Brooker:The
Nurse’s Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus
khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid
yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP).Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam
suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah
CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan
prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono,
2010).
Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel
III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan
melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna
magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh
sistem kapiler. (Zulfikar, 2011)
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subaraknoid.Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS
diatasnya. Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang
abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang
terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1. Kelainan Bawaan (Kongenital)
a. Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%).
Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu
lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau
progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
b. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-
Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie
yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan
pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV,
yang dapat sedemikian besarnya sehingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa
pascaerior.
d. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga
timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya
hidrosefalus akibat aneurisma arterio-vena
yang mengenai arteria serebralis posterior
dengan vena Galeni sinus transverses dengan
akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi
ruangan subarahnoid.Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila
aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau
system basalis.Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis.Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari
meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar
system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen
terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis,
sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS.Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor
tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS
melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus
Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.

D. Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan:
1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor.
Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus
arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel
pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus
ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua.
(Darsono, 2010)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :
 Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
 Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian
terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan
hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan
pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSS (Cairan Serbrospinal) hidrosefalus pada bayi


dan anak ini juga terbagi dalam tiga bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran
bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.Jenis ini tidak terdapat
obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat
dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala-gejala
peningkatan ICP).Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid
(klien memperkembangkan tanda dan gejala-gejala peningkatan ICP).
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga
menghambat aliran bebas dari CSS.Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus
kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non
komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah
bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang
berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari
lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai
akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas
luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang
berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya
tinggi mencapai ekstrim, tanda-tanda dan gejala-gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada
anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan/separasi garis sutura
dan pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan
serebral, dapat terjadi atrofi serebral.Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala-gejala
dan tanda-tanda lainnya meliputi; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine.Kelainan ini
berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis;
pada beberapa kasus (Kelompok umur 60-70 tahun) ada kemingkinan ditemukan
hubungan tersebut.

Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan.
2. Peningkatan resistensi aliran likuor.
3. Peningkatan tekanan sinus venosa.

Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intracranial (TIK)


sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
1. Kompresi sistem serebrovaskuler.
2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3. Perubahan mekanis dari otak.
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5. Hilangnya jaringan otak.
6. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.

Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid.Gangguan aliran


likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang
disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam
upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan
tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan
peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan
aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi.Konsekuensi klinis dari
hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2010)

E. Patofisiologi
Hidrosepalus ini bisa terjadi karena kongenital (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), perdarahan di kepala dan faktor bawaan (Stenosis aquaductus sylvii)
sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan sub
arachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan
merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan treduksi
menjadi pita yang tipis. Pada gray mater terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray mater tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba-tiba/akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Psoses akut itu merupakan kasus
emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa kranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang
dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (penyakit keluarga/keturunan yang
terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah. Pelebaran ini
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan
(dominan frontal blow). Syndrome dandy walker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada
foramina diluar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossase posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosepalus diatas
akan mengalami pembesaran serebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil
secara disproporsional.
F. Pathway

Perdarahan Infeksi

Fibrosis liptomeningen Perlekatan meningen


Kelainan Kongenital
Obliterasi subarachnoid
Hidrochephalus

Kepala membesar CSS berlebih Peningkatan TIK

Kulit meregang hingga tipis / Penekanan saraf lokal Gangguan aliran darah ke otak
Pasien tidak dapat bergerak
atau menggerakkan kepala Sekresi prostaglandin,
bradikinin Gangguan perfusi
jaringan serebral
Gangguan mobilitas
fisik Nyeri
Saraf tertekan (N.vagus,
Krisis pada keluarga Glosofringeal, fasialis)

Kurang informasi Ansietas Mual, muntah Anoreksia

Kurang pengetahuan Defisit volume cairan Ketidakseimbangan


tubuh nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Sumber :
Zulkarnain, 2011
G. Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan
kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2010). Gejala-gejala yang menonjol
merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada
anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan
pada masa bayi.Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan
ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium
terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal.Tampak dorsum nasi
lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas.
Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis.Vena-vena di sisi samping kepala tampak
melebar dan berkelok.
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi
hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan
ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling
umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah
pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan
sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di
atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial
lainnya yaitu:
 Fontanel anterior yang sangat tegang.
 Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
 Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
 Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan
dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan
okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat
herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2010)
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan
menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi
ventrikel lateral dan anterior-posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak
orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan
putih mata yang tidak biasanya.Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala
menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan
sutura yang terpisah-pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan
diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara
spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi,
malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
a. Bayi :
1) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2) Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang,
keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :Muntah, gelisah, menangis
dengan suara tinggi.
4) Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan
tidak teratur, perubahan pupil, lethargi-stupor.
5) Peningkatan tonus otot ekstrimitas.
6) Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas.
7) Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris
8) Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
9) Strabismus, nystagmus, atropi optic
10) Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
b. Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1) Nyeri kepala
2) Muntah
3) Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
4) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
5) Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6) Strabismus
7) Perubahan pupil

H. Pemeriksaan Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan
psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
 Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan
erosi prosessus klionidalis posterior.
 Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit.Alat
yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus,
lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm)
dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal
ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan
alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel.Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi
ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal
atau oksipitalis.Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di
rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.Dengan USG diharapkan
dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan
pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam
menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan
CT Scan.
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar.Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya
penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan
teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

I. Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip
pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
1) Drainase ventrikule-peritoneal
2) Drainase Lombo-Peritoneal
3) Drainase ventrikulo-Pleural
4) Drainase ventrikule-Uretrostomi
5) Drainase ke dalam anterium mastoid
6) Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter
yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan
serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun,
kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai
terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
7) Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala
dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan
dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut
lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan
dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
8) Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas/“shunting“:
 Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal.
 Internal
1) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
 Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen).
 Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior.
 Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
 Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum.
 Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
2) “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan
operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

J. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi.
Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan-
bahan khusus (jaringan/eksudat) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari
pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis
peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk.
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt.Infeksi umumnya akibat dari
infeksi pada saat pemasangan VP shunt.Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial,
infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius
lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan
ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal,
perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula
hernia, dan ilius.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
1) Pengumpulan data :nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
2) Riwayat Penyakit/keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
3) Riwayat Penyakit dahulu
- Antenatal : Perdarahan ketika hamil
- Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
- Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Pengkajian persisten
a. B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
b. B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
c. B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat,
pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda,
kontruksi penglihatan perifer, strabismus (juling), tidak dapat
melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
d. B4 ( Bladder ) : Oliguria
e. B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
f. B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
6) Observasi tanda-tanda vital
a. Peningkatan systole tekanan darah
b. Penurunan nadi / bradikardia
c. Peningkatan frekuensi pernapasan
B. Diagnosa dan Intervensi

TUJUAN DAN KRITERIA


NO DIAGNOSA INTERVENSI
HASIL
1 Ketidakefektifan perfusi NOC: NIC:
jaringan serebral b/d  Cyrculation status. 1. Pantau hal-hal berikut ini:
peningkatan volume cairan  Tanda-tanda vital.
serebrospinal Kriteria hasil:  Sakit kepala.
1. Menunjukkan status  Tingkat kesadaran dan
sirkulasi ditandai dengan orientasi.
indikator sebagai berikut:  Diplopia istagmus,
 TD sistolik dan penglihatan kabur,
diastolik dalam ketajaman penglihatan
rentang yang  Pemantauan TIK:
diharapkan - Pemantauan TIK dan
 Tidak ada hipotensi respon neurologis pasien
otostatik terhadap aktivitas
 Tidak ada bising perawatan.
pembuluh darah besar. - Pantau tekanan perfusi
2. Menunjukkan jaringan.
kemampuan kognitif, - Perhatikan perubahan
ditandai dengan pasien sebagai respon
indikator: terhadap stimulus.
 Berkomunikasi dengan 2. Penatalaksanaan sensasi
jelas dan sesuai perifer:
dengan usia serta  Pantau adanya parastesia:
kemampuan. mati rasa atau adanya rasa
 Menunjukkan kesemutan.
perhatian, konsentrasi  Pantau status cairan
serta orientasi. termasuk asupan dan
 Menunjukkan memori haluaran.
jangka lama dan saat 3. Aktivitas kolaboratif:
ini.  Pertahankan parameter
 Memproses informasi. termodinamik dalam
 Membuat keputusan rentang yang dianjurkan.
dengan benar.  Berikan obat-obatan untuk
meningkatkan volume
intravaskuler, sesuai
permintaan.
 Berikan obat yang
menyebabkan hipertensi
untuk mempertahankan
tekanan perfusi serebral
sesuai dengan permintaan.
 Tinggikan bagian kepala
tempat tidur 0-450,
bergantung pada kondisi
pasien dan permintaan
medis.
 Berikan obat diuretik dan
osmotik sesuai dengan
permintaan.
2 Nyeri akut b/d NOC: NIC:
peningkatan TIK  Pain level. 1. Manajemen nyeri:
 Pain control.  Tampilkan pengkajian
menyeluruh tentang nyeri
Kriteria hasil: termasuk lokasi,
1. Menunjukkan level nyeri karakteristik, durasi,
ditandai dengan frekuensi, kualitas,
indikator sebagai intensitas dan faktor
berikut: pencetus nyeri.
 Laporan nyeri.  Observasi isyarat non
 Frekuensi nyeri verbal dan
ketidaknyamanan, terutama
 Lamanya nyeri.
jika tidak dapat
 Ekspresi wajah
berkomunikasi secara
terhadap nyeri.
efektif .
 Kegelisahan.
 Pastikan pasien menerima
 Perubahan TTV. analgesik yang tepat.
 Perubahan ukuran
 Tentukan dampak nyeri
pupil.
terhadap kualitas hidup
2. Menunjukkan kontrol
(misal tidur, aktivitas, dll).
nyeri ditandai dengan
 Evaluasi dengan pasien dan
indikator sebagai
tim kesehatan efektivitas
berikut:
dari kontrol nyeri pada
 Menyebutkan faktor
masa lalu yang biasa
penyebab.
digunakan.
 Menyebutkan waktu
 Kaji pasien dan keluarga
terjadinya nyeri.
untuk mencari dan
 Menggunakan menyediakan pendukung.
analgesik sesuai
 Berikan info tentang nyeri,
indikasi.
misal penyebab, berapa
 Menyebutkan gejala lama akan berakhir dan
nyeri. antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur.
 Kontrol faktor lingkungan
yang mungkin
mempengaruhi respon
pasien untuk
ketidaknyamanan (misal
temperatur ruangan, cahaya
dan kebisingan)
 Ajarkan untuk
menggunakan tekhnik
nonfarmakologi (misal
relaksasi, guided imagery,
terapi musik, distraksi dll).
3 Resiko infeksi b/d proses NOC: C:
pembedahan (pemasangan  Kontrol resiko. 1. Kontrol infeksi:
VP Shunt) Aktivitas:
Kriteria hasil:  Gunakan sarung tangan
steril.
1. Dapat memonitor faktor
 Pelihara lingkungan yang
resiko.
tetap aseptik.
2. Dapat memonitor
 Batasi pengunjung.
perilaku individu yang
menjadi faktor resiko  Beritahu pasien dan
3. Mengembangkan keluarga tentang tanda dan
keefektifan strategi gejala infeksi dan jika
untuk mengendalikan terjadi infeksi laporkan
faktor resiko. kepada petugas kesehatan.
4. Memodifikasi gaya  Anjurkan intake nutrisi
hidup untuk mengurangi yang baik.
faktor resiko. 2. Identifikasi resiko:
Aktivitas:
 Identifikasi pasien dengan
 Deteksi resiko. kebutuhan perawatan secara
berkelanjutan.
 Menentukan sumber yang
Kriteria hasil: finansial.
1. Mengetahui atau  Identifikasi sumber agen
mengungkapkan tanda penyakit untuk mengurangi
dan gejala tentang faktor resiko.
indikasi resiko.  Tentukan pelaksanaan
2. Menggunakan sumber dengan treatment medis dan
untuk menyediakan perawatan.
informasi tentang resiko
potensial.
3. Berpartisipasi dalam
pemeriksaan.
4 Ansietas b/d ancaman NOC: NIC:
terhadap konsep diri  Anxiety Control: 1. Penurunan cemas:
 Monitor intensitas  Ciptakan lingkungan yang
dari cemas. tenang untuk mengurangi
 Mencari informasi cemas.
untuk menurunkan  Menyediakan informasi
cemas. yang benar dan jelas
 Gunakan tekhnik tentang diagnosis dan
relaksasi untuk program perawatan yang
menurunkan cemas. diberikan.
 Melakukan hubungan  Kaji penyebab kecemasan
sosial untuk pasien.
memusatkan  Anjurkan keluarga untuk
konsentrasi. mendampingi pasien guna
 Kontrol respon mengurangi kecemasan.
cemas.  Identifikasi perubahan
tingkat kecemasan pasien.
 Coping: 2. Tekhnik ketenangan:
 Identifikasi pola  Pertahankan kontak mata
koping yang efektif dengan pasien.
dan tidak efektif.  Duduk dan berbincang-
 Kontrol cara pasien bincang dengan pasien.
dalam  Ciptakan suasana yang
mengungkapkan tenang.
perasaannya dengan  Gunakan tekhnik distraksi.
kata-kata.  Berikan obat anti cemas.
 Laporkan penurunan  Instruksikan pasien dengan
stress. metoda decrease anxiety
 Pakai perilaku untuk (mengurangi cemas).
penurunan stress.

5 Kurang pengetahuan b/d NOC: NIC:


kurang informasi.  Knowledge:Disease 1. Teaching disease process:
Process. Aktivitas:
 Kenalkan dengan  Jelaskan patofisiologi
nama penyakit. penyakit.
 Gambarkan dari  Jelaskan tanda dan gejala
proses penyakit. dari penyakit.
 Jelaskan faktor-faktor  Jelaskan proses penyakit.
yang mempengaruhi  Identifikasi kemungkinan
penyakit. penyebab penyakit.
 Jelaskan faktor resiko.  Diskusikan pilihan
 Jelaskan efek dari perawatan.
penyakit. 2. Teaching:
Procedur/Treathment:
 Jelaskan tanda dan
gejala. Aktivitas:
 Informasikan kepada pasien
kapan dan dimana prosedur
 Knowledge illnes care. perawatan dilakukan.
 Proses penyakit.  Informasikan kepada pasien
 Pengendalian infeksi. tentang berapa lama
 Pengobatan. prosedur dilakukan.
 Prosedur pengobatan.  Jelaskan tujuan dari
 Perawatan terhadap prosedur/perawatan
penyakit.  Gambarkan aktivitas
sebelum prosedur
dilakukan.
 Jelaskan prosedur tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Mayer, Brena. 2011. Buku ajar patofisiologi. Jakarta : EGC

Zulkarnain. 2011. Asuhan keperawatan hidrosefalus. http://nuzulul-


fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-
Askep%20Hidrosefalus.html . Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012 pada pukul 15:16

Rizki. 2012. Asuhan keperawatan hidrosefalus.


http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-
hidrosefalus.html . Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012 pada pukul 8:13

Yudi. 2012. Asuhan keperawatan hidrosefalus. http://yuudi.blogspot.com/2012/06/askep-


hidrosefalus.html. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012 pada pukul 8:13

Endang. 2012. Hidrosefalus (um)..


http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=140:hidrosef
alus-um-heading&catid=36:laporan-kasus-bedah-umum&Itemid=76. Diakses pada
tanggal 22 Oktober 2012 pada pukul 20:27 WIB

Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Diagnosis NANDA NIC-NOC Edisi 1,


2, 3. 2015

Anda mungkin juga menyukai