Spek Mep 2
Spek Mep 2
7 Maret 2017
Spesifikasi Teknis Rencana Kerja dan Syarat
PEKERJAAN INSTALASI PENGINDERAAN KEBAKARAN Hal - 1
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada peraturan
daerah maupun nasional, keputusan menteri, assosiasi profesi internasional, standar nasional
maupun internasional yang terkait. Pemborong dianggap sudah mengenal dengan baik standar
dan acuan nasional dan dari Amerika, Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak
terbatas, antara seperti dibawah ini :
Umum :
1. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan
Bangunan dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung.
2. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1736-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem
Proteksi Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
3. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Dan
Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung.
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/KPTS/2000, tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung (Building Code of Indonesia).
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. : 26/PRT/M/2008, tanggal 30
Desember 2008, tentang “Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan”.
6. PERDA DKI No. 8 Tahun 2008 tentang “Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran”.
7. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 1992, tentang Bangunan Dalam Wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
8. Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.115 Tahun 2001 tentang sumur resapan air
hujan.
9. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti PLN, PT. Telkom,
PDAM, PN Gas, DPU, Depnaker yang sesuai dengan pekerjaan ini.
10. Himpunan Ketentuan Hukum dan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Lingkungan
Hidup 2004, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi DKI Jakarta
(Local Environment Laws and Regulations).
1. Standar Nasional Indonesia No. SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 (PUIL) 2000.
2. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-3985-2000 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
3. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-6652-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Proteksi
Bangunan dan Peralatan Terhadap Sambaran Petir.
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. SNI 03-6652-2002 tentang Pedoman Perencanaan
Penangkal Petir.
5. National Fire Protection Association (NFPA) 70 – National Electric Code.
6. National Fire Protection Association (NFPA) 110 – Standard for Emergency and Stanby Power
Systems.
7. Australian Standard (AS) 3000 – SAA Wiring Rules.
8. Australian Standard (AS) 1670 – Automatic Fire Detection and Alarm Systems – System design,
installation and commisioning.
9. National Fire Protection Association (NFPA) 70.
10. National Fire Protection Association (NFPA) 72
1.2 Pelaksana
1. Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang dan telah biasa
mengerjakannya.
2. Khusus untuk instalasi peralatan utama, harus sebagai agen resmi dari merek yang
ditawarkan, atau bekerja sama dengan pemegang merek yang ditawarkan.
3. Khusus untuk ijin dari Instalasi PLN, PAM dan Gas diperkenankan bekerja sama dengan
perusahaan lain yang telah memiliki PAS yang sesuai dengan kelas pekerjaan tersebut.
PASAL 2 – GAMBAR-GAMBAR
PASAL 3 – KOORDINASI
1. Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pemborong lainnya, agar
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
2. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan
instalasi yang lain.
3. Apabila pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Direksi/Pengawas
lapangan/manajemen Konstruksi, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab Pemborong ini.
1. Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas
peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan, Pemborong harus
segera menghubungi Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi atau membuat
penyampaian tertulis ke Manajemen Konstruksi. Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan
kapasitas peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab Pemborong.
2. Sebelum melakukan pemesanan semua peralatan, bahan dan material, Pemborong harus
mengajukan persetujuan terlebih dahulu kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen
Konstruksi/Perencana, dan setelah disetujui baru Pemborong dapat melakukan pemesanan
peralatan, bahan dan material tersebut.
3. Pemborong harus memberikan surat jaminan keagenan maupun jaminan bahwa
perakitan/pengkopelan dikerjakan oleh pabrik pembuat atau oleh distribusi utama yang
ditunjuk oleh pabrik pembuat peralatan seperti Mesin, Pompa, Panel-panel, Valve-valve, Alat
Ukur, Pipa, Tangki dan sebagainya.
4. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pemborong harus menyerahkan
gambar kerja dan detailnya seperti tercantum dalam pasal-2 ayat 4 di atas.
1. Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang dianggap
perlu mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan
commissioning dari pabrik pembuat dan instansi yang berwenang.
2. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut
merupakan tanggung jawab Pemborong termasuk daya listrik dan air untuk testing.
3. Sebelum mengadakan testing commissioning, pemborong terlebih dahulu harus
mengajukan metoda pengetesan berikut peralatan testing commissioning yang sudah
terkalibrasi atau mendapat persetujuan pihak Pengawas Lapangan/MK.
1. Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
2. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 12 (dua belas) bulan sejak saat masa
penyerahan pertama.
3. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini diwajibkan mengatasi segala cacat/
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
4. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
5. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pemborong instalasi ini tidak melaksanakan teguran
dari Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi atas perbaikan/ penggantian/
penyetelan yang diperlukan, maka Direksi/Pengawas Lapangan/ Manajemen Konstruksi
berhak menyerahkan perbaikan/penggantian/ penyetelan tersebut kepada pihak lain atas
biaya Pemborong instalasi ini.
6. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini harus melatih petugas-petugas yang
ditunjuk oleh Pemilik dalam teori dan praktek sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan
dapat melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaannya.
7. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti
pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda tangani bersama oleh Pemborong dan
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi serta dilampiri Surat ijin Pemakai dari
Instansi yang berwenang, dimana surat ijin tersebut merupakan kelengkapan pengurusan
IPB.
8. Pada waktu unit-unit mesin tiba di lokasi, maka Pemborong harus menyerahkan daftar
komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan gambar
detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya. Daftar
komponen tersebut diserahkan pada Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi
dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
9. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah:
• Berita Acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan
baik, ditandatangani bersama oleh Pemborong, Direksi/Pengawas Lapangan
Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas.
• Pemborong telah menyerahkan semua Surat ijin Pemakaian dari Instansi Pemerintah
yang berwenang, sehingga instalasi yang telah terpasang dapat dipakai tanpa menyalahi
peraturan dari Instansi yang bersangkutan.
• Semua gambar instalasi terpasang beserta Operating, Instruction, Technical dan
Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy
telah diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
• Menyerahkan spare part dan tools (sesuai persetujuan Manajemen Konstruksi &
Pemberi Tugas).
PASAL 7 – LAPORAN-LAPORAN
Pemborong wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang memberikan gambaran
mengenai :
1. Kegiatan fisik
2. Catatan dan perintah Direksi/Manajemen Konstruksi yang disampaikan secara lisan maupun
secara tertulis.
3. Jumlah material masuk/ditolak.
4. Jumlah tenaga kerja.
5. Keadaan cuaca, dan
6. Pekerjaan tambah/kurang.
Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditandatangani oleh
Project Manager harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi
untuk diketahui/disetujui.
Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh pihak
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen.
1. Pemborong instalasi ini harus menetapkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang
ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada dilapangan, yang bertindak sebagai wakil
dari Pemborong yang mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan
yang bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh
pihak Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi. Penanggung jawab tersebut di
atas juga harus berada di tempat pekerjaan pada saat diperlukan/dikehendaki oleh pihak
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
2. Pemborong instalasi harus menyerahkan Struktur Organisasi berikut Curriculum Vitae untuk
key person.
3. Pihak Manajemen Konstruksi berhak meminta penggantian staff dari pemborong bila dinilai
tidak competen dan lalai dalam menjalankan tugas.
1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
2. Pemborong instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada
pihak Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga).
3. Perubahan material, dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Pemborong kepada
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan
tambah/kurang/perubahan yang ada harus disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan/
Manajemen Konstruksi secara tertulis.
PASAL 10 – IJIN-IJIN
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang
diperlukan menjadi tanggung jawab Pemborong.
Pemborong harus mengajukan ijin pelaksanaan setiap ingin melaksanakan pekerjaan dan
dilengkapi dengan shop drawing yang telah disetujui/diapproval.
1. Pembobokan tembok maupun core drill terhadap lantai, dinding dan sebagainya yang
diperlukan dalam pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi semula,
menjadi lingkup pekerjaan Pemborong instalasi ini.
2. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan
dari pihak Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi secara tertulis.
1. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Pemborong instalasi
ini secara periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu.
2. Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Pemborong
instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen
Konstruksi dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.
1. Wakil Pemborong (PM/SM) harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek yang diatur oleh
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
2. Direksi Pemborong wajib hadir dalam rapat proyek bila dikehendaki oleh Manajemen
Konstruksi dan Pemberi Tugas.
2. LINGKUP PEKERJAAN
2.1 UMUM
Lingkup pekerjaan ini akan meliputi perhitungan, evaluasi, proposal, pengadaan, pemasangan,
pengujian sampai dengan berfungsi dengan sempurna, garansi, sertifikasi, service,
pemeliharaan, penyediaan gambar terinstalasi (as built-drawings), petunjuk operasi dan
pemeliharaan serta melakukan pelatihan untuk petugas dari pihak pemilik bangunan (owner).
Pemborong harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua persyaratan yang
diminta di dalam spesifikasi ini, termasuk gambar-gambar, perincian penawaran (bills of
quantity), standard dan peraturan yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan
setempat, keadaan lapangan nantinya untuk keperluan pengangkutan unit sampai ke ruang atau
lokasi pemasangan dan perintah dari Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi
selama masa pelaksanaan pekerjaan.
Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-hal di atas tidak akan diterima. Bila ternyata terdapat
perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material yang dipasang dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan, hal tersebut merupakan kewajiban pemborong untuk menggantinya tanpa ada
penggantian biaya.
Lingkup pekerjaan utama ini akan meliputi tetapi tidak terbatas pada :
1. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Full Addressable Master Control Panel Fire
Alarm (MCFA) yang ditempatkan di ruang pusat pengendali kebakaran lengkap dengan
perlengkapannya sehingga dapat berfungsi dengan baik.
2. Pengadaan, pemasangan dan pengujian detektor-detektor dengan tipe dan penempatan
seperti pada gambar.
3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian control panel dan manual break glass, alarm
strobe, alarm bell, fire intercom.
4. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem monitoring pompa kebakaran.
5. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peralatan dan instalasi yang terdapat di Terminal
Box (TB).
6. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pengkabelan dari central ke TB dan ke
peralatan fire alarm.
7. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem-sistem interkoneksi ke instalasi lain yang
terkait diantaranya lift kebakaran, pressurized fan, extract fan, supply fan di basement, sound
system, dll. sesuai tabel point Fire Alarm pada gambar perencanaan.
8. Melakukan testing dan commissioning instalasi tersebut.
9. Mengadakan pelatihan kepada Teknisi/BM.
10. Membuat as built drawing.
11. Membuat buku petunjuk operasi dan pemeliharaan.
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan yang mempunyai hubungan
dengan instalasi lain atau instalasi yang sudah ada (existing) yang harus secara lengkap dan
terkoordinasi dikerjakan oleh Pemborong instalasi ini.
• Menyambung kabel tegangan rendah dari Pemborong Listrik ke panel pompa kebakaran.
• Menyambung kabel control dari sistem fire alarm.
Koordinasi dengan Pemborong lain maupun Instansi terkait untuk menjamin bahwa instalasi
tersebut sudah lengkap, benar, aman dan memenuhi persyaratan.
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan struktur, sipil atau finishing
yang diperlukan untuk keperluan operasi dan pemeliharaan instalasi ini yang harus dikerjakan
oleh Pemborong ini, kecuali disebutkan lain bahwa akan dikerjakan oleh Pemborong lain.
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan yang mempunyai kaitan
dengan instalasi ini, tetapi akan dikerjakan oleh Pemborong lain.
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan yang mempunyai kaitan
dengan instalasi ini, tetapi akan dikerjakan oleh Pemilik/Pemberi Tugas.
• Menyediakan surat yang diperlukan untuk perijinan ke instansi terkait (bila ada)
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan yang mempunyai kaitan
dengan instalasi ini, tetapi akan dikerjakan oleh Konsultan MK.
3. SPESIFIKASI TEKNIS
a. Sistem Full Addressable fire alarm akan dipasang di dalam bangunan ini. Sistem ini akan
terdiri atas Main Control Panel Fire Alarm (MCFA), Anunciator, Terminal Box Fire Alarm
(TBFA), Detektor Asap, Detektor Panas, Manual Call Point, Alarm Bell dan Indicator Lamp,
serta Fire Intercom.
b. Tipe detektor yang digunakan tergantung dari fungsi ruangan dan material yang terdapat di
dalam ruangan tersebut.
MCFA harus dilengkapi dengan visual indicator melalui LED maupun melalui display.
Apabila komunikasi data antara MCFA dan line detector terputus, secara serentak visual
indicator akan menyala dan timbul tone alert.
b. Spesifikasi Teknis
5. Sistem Telepon
Mengirim alarm dan mengumumkan dalam keadaan kebakaran kepada Dinas
Pemadam Kebakaran (Fire Brigade) melalui PABX (hanya berupa fasilitas auto
dial).
Power supply diperlukan untuk peralatan fire alarm yang dapat berupa sumber utama maupun
sumber cadangan. Semua peralatan harus dapat dioperasikan pada sumber tegangan utama
220 – 240 VAC, 50 – 60 Hz.
3.2.3 Battery
Battery harus disediakan sebagai sumber tenaga cadangan untuk MCFA dan transponder agar bila
sewaktu-waktu supply listrik utama PLN/Genset mati, sistem alarm masih berfungsi dengan baik.
Jenis yang digunakan harus jenis rechargeable type Sealed Lead Acid Battery 28 Vdc untuk MCFA
(Master Control Fire Alarm) dan 24 Vdc untuk sub panel fire alarm.
Battery ini harus bertegangan normal sesuai tegangan sistem (24 Vdc) dengan kapasitas kebutuhan
(ampere-hour) yang disesuaikan, sehingga battery ini sanggup memberikan supply secara normal
dan terus menerus kepada sistem selama minimum 24 (dua puluh empat) jam dan diikuti dalam
keadaan general alarm 1 jam.
3.2.4 Charging
Sistem harus dilengkapi dengan battery charger (Pengisi Battery) yang dengan otomatis mengisi
battery setelah terpakai dan mempertahankan tegangan battery (Refresh) bilamana battery tidak
terpakai. Besarnya arus pengisian disesuaikan dengan nilai rating battery yang digunakan.
3.2.5 Capacity
Berfungsi sebagai media input otomatis pendeteksi kepekatan asap (sesuai pemprograman
sensitivitas). Pada saat detector ini aktif maka pada MCFA, akan langsung terlihat address
dimana detector tersebut berada sehingga dengan mudah dapat segera diketahui asal
alarm tersebut secara cepat dan tepat.
Berfungsi sebagai media input otomatis pendeteksi panas. Pada saat detektor ini aktif maka
pada MCFA, color graphic computer akan langsung terlihat address dimana detector
tersebut berada sehingga dengan mudah dapat segera diketahui asal alarm tersebut secara
cepat dan tepat.
Berfungsi sebagai media input otomatis pendeteksi kenaikan panas. Pada saat detector ini
aktif maka pada MCPFA, color graphic computer akan langsung terlihat address dimana
detector tersebut berada sehingga dengan mudah dapat segera diketahui asal alarm trsebut
secara cepat dan tepat.
• Diameter : 6 inch
• Sound level : 85 dB
• Operating voltage : 24 VDC
Catatan :
Pemborong dapat menawarkan masing-masing untuk alarm lamp (strobe) dan alarm bell secara
terpisah atau dapat pula langsung menawarkan alarm bell (strobe) yang lengkap dengan horn.
Setiap lantai harus dilengkapi dengan minimum satu rangkaian independent bell dan masing-
masing harus programmable pada control unit untuk mengaktifkan individual bell circuit dengan
berdasarkan lantai atau general alarm.
Arrestor unit akan melindungi peralatan MCFA terhadap bahaya transient surges switching dan
electromagnetic pulses. Pemasangan harus dekat dengan power masuk dari panel dan
terhubung parallel dengan beban listrik serta unit ini harus ditanahkan dengan tahanan
maximum 0.5 ohm.
3.3.7 Cabling
a. Kabel instalasi MCFA ke Terminal Box (TB), Input Module (IM) dan ke detektor
(Addressable) menggunakan kabel jenis Twisted Shielded tipe AWG-18, sedangkan kabel
instalasi dari Input Module (IM) ke detektor (Non Addressable) menggunakan NYA 2x1x1,5
mm2.
b. Kabel instalasi dari MCFA ke MCP (Manual Call Point) menggunakan kabel jenis Twisted
Shielded tipe AWG-18.
c. Kabel instalasi dari MCFA ke peralatan tabel detail Input/Output menggunakan kabel
Twisted Shielded tipe AWG-18.
d. Kabel yang digunakan untuk jack telepon tipe ITC 2x0,6 mm.
e. Kabel yang digunakan untuk bell dan lampu tipe FRC 2x1,5 mm2.
3.3.8 Conduit
Semua kabel harus dipasang di dalam PVC high impact, dengan dimensi yang cukup
sedemikian sehingga sisa rongga conduit sekitar 40% untuk ventilasi.
3.4.1 Peralatan
a. Koordinat tempat setiap peralatan akan ditentukan kemudian. Manual Break Glass dipasang
bersatu dengan hydrant box dan bilamana ada yang berada di luar hydrant box maka
dipasang pada ketinggian 1,5 m dari lantai dan di lokasi lainnya sesuai gambar
perencanaan.
b. Alarm bell dipasang bersatu dengan hydrant box dan bilamana ada yang berada di luar
hydrant box maka dipasang pada jarak ± 0,5 m di bawah plafond atau disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
c. Alarm lamp dipasang bersatu dengan hydrant box dan di lokasi lainnya sesuai gambar
perencanaan.
d. Disekitar detector harus ada ruang bebas dengan radius minimal 0,75 m dari detector.
e. Peralatan Sistem Fire Alarm ini harus ditanahkan (grounding) dengan hambatan max. 1
ohm.
f. Supply listrik untuk peralatan ini dimasukkan dalam kelompok Emergency load dari genset.
a. Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di-Trunking Kabel/tray dan
instalasinya memakai pipa conduit.
b. Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertical harus dipasang pada tangga kabel dan
di klem ke struktur bangunan dengan saddle klem.
c. Semua kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland dan memakai
flexible conduit. Isolasi antara urat-urat kabel terhadap tanah minimum 20 M. ohm.
a. Kabel tray harus terbuat dari Galvanized finishing dengan lebar sesuai gambar
perencanaan, dimana untuk panjang dari masing-masing ukuran tersebut disesuaikan
dengan gambar rencana.
Kabel tray ini dipakai untuk instalasi sistem elektronik (untuk instalasi : Fire Alarm,
Telephone, Sound System, Security, MATV) atau instalasi electric lainnya.
b. Cara pemasangan kabel tray harus digantung pada dak beton dengan besi bundar berulir
(iron rod diameter 10mm) dengan jarak antar besi penggantung maksimum 150 cm.
c. Pada setiap belokan atau pencabangan bentuk kabel tray harus dibuat sedemikian rupa
sehingga kabel sesuai dengan bending yang diperkenankan.
d. Tangga kabel terbuat dari hot dip Galvanized finishing dengan lebar sesuai gambar
perencanaan, dimana untuk panjang dari masing-masing ukuran tersebut disesuaikan
dengan gambar rencana.
e. Tangga kabel digunakan untuk keperluan instalasi kabel feeder sistem elektronik (untuk
instalasi : Fire Alarm, Telephone, Sound System, Security, MATV).
f. Kabel feeder yang dipasang pada tangga kabel atau cable ladder harus diklem (diikat)
dengan klem-klem kabel (pengikat/kabel tie).
g. Sebelum dilakukan pemasangan kabel tray, harus dikoordinasikan terlebih dahulu dengan
instalasi lainnya (misal : VAC, Plumbing dan listrik).
h. Jarak minimum antara kabel tray elektrikal & elektronik adalah 30 cm.
3.5 PENGUJIAN
a. Pengujian terhadap sistem kerja peralatan harus dilakukan oleh pihak agen tunggal
(authorized) penjualan peralatan tersebut dan pihak tersebut harus menyiapkan sertifikat
pemasangan yang baik dari instansi berwenang.
b. Pengujian terhadap tahan isolasi dan grounding kabel instalasi harus dilakukan sesuai
dengan PUIL 2000.
a. Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi. Pemborong
dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Pemborong baru dapat
menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis dari Direksi/Pengawas
Lapangan/Manajemen Konstruksi.
b. Referensi Produk yang dipakai harus sesuai dengan spesifikasi material yang ditentukan.
3.7.1 Umum
a. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan dari semua material, peralatan, alat bantu,
tenaga kerja dan ongkos-ongkos tambahan yang diperlukan untuk service dan maintenance
pada semua sistem, mesin-mesin dan peralatan yang disupplai dan dipasang, dibawah
kontrak ini selama periode maintenance sesudah masa tersebut.
b. Semua pekerjaan yang dilakukan seperti yang diterangkan disini harus sesuai dengan
material yang terbaik, praktek teknis dan harus sesuai dengan spesifikasi.
d. Untuk service dan maintenance sesudah periode maintenance, semua biaya termasuk
sebagai service, perawatan, penggantian atau perbaikan bagian-bagian yang rusak juga
material yang dipakai (sebagaimana terdaftar disini) material-material tambahan dan
penggunaan peralatan dianggap sudah termasuk di dalam harga yang ditawarkan untuk
service dan maintenance sesudah periode maintenance.
b. Pemborong harus menyediakan engineer yang terdaftar atau mempunyai ijin dengan bidang
Elektrikal dan Plambing, seperti yang disyaratkan oleh pihak yang berwenang untuk
melaksanakan semua pekerjaan. Biaya penyediaan Engineer termasuk dalam biaya yang
berhubungan dengan pihak yang berwenang sudah harus termasuk yang diajukan dalam
kontrak ini, serta biaya untuk maintenance.
3.7.3 Pengawasan
a. Pemborong harus mempunyai pengawas yang bertugas untuk service, perawatan dan
perbaikan atau penggantian dari pekerjaan yang harus dilaksanakan seperti yang disebut
dalam spesifikasi. Untuk pekerjaan yang dilaksanakan dengan mengikuti peraturan lokal
yang ada, orang yang melakukan pengawasan harus mempunyai ijin atau terdaftar pada
badan yang bersangkutan.
b. Pengawas juga harus benar-benar sanggup dan bertanggung jawab dalam mengawasi
service, maintenance dan perbaikan dari semua jenis mesin dan peralatan, serta
merupakan pegawai langsung dari pemborong dan disetujui oleh Direksi.
a. Semua mesin dan peralatan yang terdiri dari sistem yang dipasang dan peralatan tambahan
yang diadakan dan dipasang yang termasuk dalam kontrak ini harus diservice dan
dipelihara sesuai dengan kebutuhan/rekomendasi yang ditetapkan oleh pabriknya dan juga
sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Pekerjaan pemborong meliputi
persiapan service lengkap dengan jadwal maintenance menyeluruh. Untuk memenuhi
kebutuhan seluruh pekerjaan, selama dan sesudah periode pemeliharaan, jadwal ini harus
diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa sesudah penunjukan Pemborong.
Jadwal untuk diperiksa Konsultan Pengawas harus termasuk dalam Operating dan
Maintenance Instruction dan daftar komponen yang terperinci dalam kontrak.
c. Pemborong harus menyediakan Engineer yang terdaftar dan atau mempunyai izin dengan
bidang Elektrical dan Plambing, seperti yang disyaratkan oleh pihak yang berwenang untuk
melaksanakan semua pekerjaan. Biaya penyediaan Engineer termasuk biaya yang
berhubungan dengan pihak yang berwenang sudah harus termasuk yang diajukan.
a. Umum
Pemborong harus memeriksa dan menservice seluruh mesin-mesin, peralatan dan semua
instalasi yang dipasangnya, paling tidak sekali dalam sebulan, kecuali jika diperintahkan lain
oleh pemilik.