Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“BIOGRAFI PENGUSAHA SUKSES TINGKAT


NASIONAL dan INTERNASIONAL”

Dosen pengampu : Drs. Sunyoto,M.Si

Disusun Oleh:

Dewantara Adji Prabowo

5201416079

Pendidikan Teknik Mesin


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa serta petunjuk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dalam mata kuliah Kewirausahaan dengan judul
“Biografi Pengusaha Sukses Tingkat Nasional dan Internasional”. Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah tersebut dan selebihnya untuk
mengetahui riwayat hidup para pengusaha sukses baik dalam negeri dan luar
negeri. Sehingga setelah membaca, mempelajari, dan memahami isi dari makalah ini, kita
dan tentunya para pembaca dapat mencontoh kisah baik dari riwayat hidup para pengusaha
sukses dan bisa menjadi generasi penerus yang baik serta berkompeten.

Saya sebagai penulis menyadari bahwa banyak kekurangan atau kesalahan dalam penyajian
makalah ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sehingga dapat membantu penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan para pembaca.

Demikian makalah ini saya susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan terdapat
banyak kekurangan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.

Semarang, 20 April 2019

Penulis
AMANCIO ORTEGA

PROFIL SINGKAT

Nama Lengkap : Amancio Ortega Gaona


Alias : Amancio, Ortega, Gaona,
Profesi : Pembisnis, Pengusaha
Tempat Lahir : Busdongo de Arbas, León, Spanyol
Tanggal Lahir : 28 Maret 1936
Hobby : Membaca, Menulis, Olahraga
Kota/Provinsi : Busdongo de Arbas, León, Spanyol
Warga Negara : Spanyol
Alamat : Spanyol
Istri : Rosalía Mera (bercerai) Flora Pérez Marcote (m. 2001)
Anak : Sandra Ortega Mera,Marcos Ortega Mera,Marta Ortega Pérez
Kekayaan : US $ 65600000000 (Juli 2014)
I. Latar Belakang Keluarga

Amancio Ortega Gaona (lahir 28 Maret 1936) adalah pebisnis Spanyol. Ia merupakan
ketua sekaligus pendiri grup busana Inditex, perusahaan yang menguasai jaringan toko
pakaian dan aksesoris Zara.

Amancio Ortega Gaona


adalah Anak bungsu dari
empat bersaudara, Amancio
Ortega Gaona lahir dan
dibesarkan serta
menghabiskan masa
kecilnya di Busdongo de
Arbas, León, Spanyol.
Amancio Ortega lahir dan
dibesarkan dalam keluarga
yang sangat sederhana bahkan bisa dikatakan kurang mampu. Ayahnya adalah seorang
pekerja di perusahaan kereta api. Dimana pekerjaan itu menuntut keluarga Ortega untuk terus
berpindah tempat tinggal. Disisi lain, sang Ibu adalah seorang pembantu rumah tangga.
Terkadang untuk menutupi keuangan keluarga yang kurang, keluarganya harus berhutang
kepada tetangga.Ketika Amancio masih kecil, keluarganya pindah ke La Coruña. Di sana,
rumahnya tidak lain adalah sebuah rumah petak yang berbatasan dengan rel kereta api
yang sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat tinggal para pekerja rel kereta api

II. Latar Belakang Pendidikan

Sejak kecil, Amancio Ortega tidak mendapatkan pendidikan formal dikarenakan kondisi
perekonomian keluarganya yang amat memprihatinkan sebab itu di usianya yang 13 tahun ia
memutuskan untuk berhenti sekolah dan membantu kedua orang tuanya bekerja. Ayah ortega
merupakan pekerja biasa di rel kereta api, sementara ibunya hanyalah seorang pembantu
rumah tangga.
III. Perjalanan Karir Amancio Ortega

Di usia 13 tahun setelah ia memutuskan untuk berhenti sekolah , Amancio Ortega


berkerja sebagai pengantar di tempat pembuatan pakaian mewah. Dari sini ia kemudian
dipercaya dan diangkat menjadi asisten penjahit tempat dimana ia berkerja. Ditempat itu pula
ia kemudian belajar bagaimana menjahit pakaian yang baik. Dia juga mempelajari bagaimana
proses produksi hingga distribusi pakaian dari pabrik lalu ke toko. Di sini pula dia kemudian
belajar betapa pentingnya memberikan pakaian langsung ke konsumen tanpa distributor.

Itulah yang kemudiaan dia gunakan sebagai salah satu strategi kesuksesan besarnya di
Zara. Dia mencoba mengendalikan semua tahapan produksi tekstil guna memangkas biaya.
Selain itu juga agar lebih cepat dan fleksibel dalam memproduksi pakaian. Setelah menjadi
asisten penjahit, dia ikut bekerja bersama kedua saudara kandungnya, Antonio dan Josefa
sebagai salesman di sebuah toko baju yang tengah berkembang.

Pada awal tahun 1960-an Ortega kemudian menjadi manajer di toko pakaian lokal. Dia
lalu bahwa sadar hanya sedikit orang kaya yang mampu membeli baju-baju dengan harga
mahal. Bersama Rosalia Mera, dan kedua saudara kandungnya, mereka mulai memproduksi
baju-baju murah anmun berkualitas. Merasa jatuh cinta dengan Mera, Ortega pun menikahi
wanita tersebut pada tahun 1966. Setelah menikah, mereka menjahit pakaian sendiri di ruang
tamu rumah. Secara perlahan, bisnis mereka pun tumbuh pesat. Sedikit demi sedikit, Ortega
mulai mempekerjakan orang lain untuk menjahit seluruh desain yang dibuatnya. Hebatnya,
Ortega masih menjual hasil jahitan pakaiannya dengan harga murah.

Pada tahun 1975, bersama istri pertamanya tersebut dia mendirikan toko Zara di
depan toko perbelanjaan paling penting di kota Spanyol. Sebetulnya, Ortega mau memberi
nama Zorba pada merek pakaiannya, tetapi ternyata nama tersebut sudah digunakan oleh
pebisnis lain. Karena lokasi toko yang sangat strategis, ditambah dengan harga produk yang
murah, Zara pun cepat mengalami perkembangan.

Pada tahun 1989, Ortega tercatat telah membuka hampir 100 toko Zara di Spanyol.
Saat ini, terdapat lebih dari 1.700 toko Zara di 86 negara yang tersebar di enam benua. Tak
heran, Zara pun menjadi riteler pakaian terbesar di dunia. Bahkan Kate Middleton merupakan
penggila sejumlah desain Zara. Jangan lupa, bisnis tersebut berasal dari ruang tamu
rumahnya.
IV. Fakta tentang Amancio Ortega
1. Anak bungsu dari empat bersaudara, ayahnya seorang buruh kereta api sedangkan
ibunya seorang pembantu rumah tangga.

Ortega berasal dari keluarga yang sangat sederhana bahkan bisa dibilang miskin. Dia
adalah anak keempat dari empat bersaudara. Hidup dari keluarga yang sederhana dan saudara
yang cukup banyak membuat Ortega terbiasa berhemat sejak kecil. Ayahnya bekerja sebagai
buruh di salah satu stasiun kereta api yang ada di Spanyol. Sedangkan sang ibu bekerja
sebagai pembantu rumah tangga.

2. Merasakan pahitnya perang saudara di Spanyol.

Perang saudara di Spanyol mulai membara pada tahun 1936 bertepatan dengan kelahiran
Ortega. Berbagai kesulitan hidup di jalani keluarganya sama halnya keluarga lainnya yang
harus

3. Merasakan pahitnya perang saudara di Spanyol yang menelan banyak korban.

Putus sekolah di usia 13 tahun, setelah dia melihat langsung ibunya dihina sebuah toko
pakaian lokal.Sebagaimana yang dilansir brilio.net dari The Man From Zara, salah satu buku
biografi yang menceritakan kehidupan Ortega, si kecil Ortega pada usia 13 tahun mengalami
hal pelik yang mengubah hidupnya hingga hari ini. Dia menyaksikan bagaimana ibunya di
tolak oleh sebuah toko lokal karena ibunya tidak memiliki uang. Sejak saat itu Ortega
menolak untuk datang ke sekolah dan memilih bekerja keras demi melihat ibunya tidak
dihina lagi. Bahkan Ortega berjanji ke dirinya sendiri suatu saat dia akan menjadi pemilik
toko yang lebih besar dari toko yang menghina ibunya dan hari ini hal itu telah
dibuktikannya, Zara menjadi salah satu brand terbaik dunia yang gerainya tersebar hingga
ribuan toko.

4. Di usia 13 tahun pula, dia mulai bekerja sebagai pelayan toko di sebuah toko baju.

Berhenti dari sekolah bukanlah keinginannya tapi dia tidak memiliki pilihan lain, sekali
alasan ekonomi tidak memberikannya kesempatan untuk terus berada di sekolah. Akhirnya
dia bekerja paruh waktu sebagai pelayan toko baju di Gala. Dari sanalah dia banyak belajar
perihal industri fashion.

5. Ortega kemudian belajar menjahit dan mempekerjakan ibu rumah tangga di toko
perdananya, Zara, tahun 1975.
Mengawali menjadi pelayan toko, Ortega tidak ingin nasibnya hanya berakhir menjadi
pelayan. Sehingga pada tahun 1975 dia mendirikan brand Zara dengan modal yang dibilang
cukup pas-pasan.

6. Prinsip dagang Ortega : Berikan pelanggan sesuatu yang mereka ingin dengan lebih
cepat.

Pemahaman perihal prinsip memberikan pelayanan terbaik kepada pelayan ini dipelajari
Ortega secara otodidak. Dia bukanlah lulusan dari universitas ternama dengan gelar ekonomi
yang mentereng, tapi Ortega adalah anak cerdas yang langsung praktik dan belajar dari
lingkungan sekitarnya.

7. Tidak suka tampil di depan umum.

Sejak membuka Zara pada tahun 1975, nama Ortega memang mulai cukup dikenal.
Terlebih lagi setelah ledakan permintaan brand Zara dari berbagai dunia. Namun itu tidak
membuat Ortega mau tampil di depan umum. Hingga tahun 1999, tak ada satu pun publikasi
tentang dirinya. Sampai pada awal tahun 2000an dia mulai membuka diri. Meski demikian
ayah dua orang anak ini selalu menghindari sebagai pembicara publik. Dia selalu merasa apa
yang dilakukannya tidak lebih baik dari yang lainnya.

8. Kini Zara melalui grup perusahaan fashionnya Inditex telah memiliki hampir 7.000
toko di berbagai belahan dunia.

Dari sebuah toko kecil di Spanyol, kini Zara menjelma menjadi brand yang diburu di
berbagai dunia. Tentu hal itu tidak datang dengan mudah melainkan penuh kerja keras.

V. Pelajaran yang Diperoleh

Pelajaran #1: Kecepatan Adalah Segalanya

Ketika Ortega mendirikan Zara pada tahun 1975,ia meningkatkan percepatan dunia
ritel pakaian secara agresif. Tujuannya agar para pakaian-pakaian baru selalu ada di rak-rak
took lebih cepat daripada yang dipasarkan took lain. Strategi Ortega yang dijuluki “Mode
Cepat” ini memperbarui kembali persediaan pakaian di took Zara dua kali seminggu dan
menerima pesanan dalam waktu 48 jam. Kecepatan perputaran ini menjadi cirri khas bisnis
Ortega dan membuat kewalahan para pesaingnya. Sebuah model gaun yang dipamerkan
dalam Fashion Week umumya memakan waktu berbulan-bulan sebelum sampai di
department store,namun desain serupa dapat ditemukan di Zara beberapa minggu setelahnya.
Ortega mengatakan bahwa hal tersebutlah yang diinginkan para pelanggannya.

Pelajaran #2: Berobsesilah Atas Keinginan Pelanggan

“Pelanggan selalu mendorong model bisnis”,kata Ortega dalam laporan tahunan perusahaan
tahun 2009.

“Pelanggan harus terus menjadi pusat perhatian utama,baik dalam penciptaan koleksi busana
maupun dalam desain took,mulai dari system logistic dan aktivitas lainnya,”katanya.

Ketajaman Ortega terhadap mode yang berkembang berasal dari pengamatan tentang
apa yang banyak orang kenakan. Ia juga kerap mendengarkan apa yang diinginkan para
pelanggannya. Dia tidak mendasarkan inventarisasi penjualan busana pada peragaan busana,
melainkan mengikuti para blogger serta mendengarkan gagasan pelanggan. Hal tersebut
memungkinkan arah perusahaan lebih mudah dibentuk,sehingga selalu dapat menyesuaikan
diri dengan tren di setiap musimnya.

Dalam hal ini, Ortega berada di perusahaan miliarder yang baik, berbagi obsesi dengan
pendiri dan CEO Amazon Jeff Bezos, yang telah mengatakan bahwa perusahaan teknologi
terobsesi dengan pesaing ketika mereka harus berfokus pada pelanggan. Dalam surat Amazon
tahun 2015 kepada para pemegang saham, Bezos menulis: “Banyak perusahaan
menggambarkan diri mereka sebagai bisnis yang berfokus pada pelanggan, namun sedikit
yang berjalan lancar. Sebagian besar perusahaan teknologi besar fokus pada pesaing. Mereka
melihat apa yang sedang dilakukan orang lain, dan kemudian bekerja untuk mengikuti
dengan cepat.”

Pelajaran #3: Kontrol Pasokan Barang

Selain menyesuaikan diri dengan tren tahunan,Zara juga mempersingkat pasokan


pakaian. Jika umumnya perusahaan fashion lain memproduksi pakaian mereka di Tiongkok
karena biaya tenaga kerja yang murah,Zara memasok sebagian besar produknya dari
Spanyol,Portugal,dan Maroko. Bahan pakaian dipotong di pabrik Zara,lantas dikirim dan
dijahit oleh jaringan took-toko local. Dengan mempersingkat rantai pasokan ini,maka
perusahaan mampu bereaksi cepat terhadap tren baru. Selain itu,memasok persediaan pakaian
yang benar-benar akan dibeli oleh pelanggan mengurangi kerugian perusahaan.

Produk-produk Zara memang amat disukai pelanggan. Selain model-model pakaiannya yang
simple dan indah,harganya juga di anggap murah untuk pakaian berkualitas. Bagi
pelanggannya,Zara bukanlah focus tren,namun tetap mempertimbangkan musim,seperti
pilihan warna,tekstur bahan,dan garis pakaian yang dianggap sangat tepat dengan selera
konsumen. Di setiap musim,produk-produk baru Zara muncul,sementara produk0produk
lamanya tetap tak lekang oleh waktu.

Amancio Ortega berhasil menjual produk sebaik merek lain,misalnya Benetton atau h&m
dengan harga jauh lebih rendah. Strategi ini dirasa tepat oleh Ortega,sebab industry fashion
sangat sensitive terhadap tren. Tidak ada yang tahu apa yang akan menjadi tren besar
berikutnya di industry tahun ini.

Selain itu persediaan produk yang terbatas membuat pelanggan merasa “harus” segera
membeli pada saat itu,karena mungkin lain kali produk yang sama tidak tersedia lagi. Ini
adalah strategi bisnis brilian yang dijalankan Amancio Ortega selama bertahun-tahun.

Pelajaran #4: Tetap Setia Pada Prosesnya

Kehidupan Ortega lahir dari seorang ayah yang bekerja di perkeretaapian dan ibu
seorang pembantu rumah tangga. Ia meninggalkan sekolah pada usia 14 untuk mulai
menghasilkan uang. Dia dipermalukan oleh pemilik toko yang menolak ibunya masuk ke
toko karena dianggap tidak mampu.Namun, siapa yang mengira bahwa saat ini Ortega
menjadi sangat sukses dengan usaha retailnya. Dahulu, Ortega setia memulainya melalui
permulaan yang sederhana.

Ia duduk di sebuah meja di markas Inditex di kota asalnya La Coruña, berbicara dengan
perancang pabrik, pakar kain dan pembeli.

Sampai saat ini bahkan pada usia 80 tahun, Ortega sering pergi ke kantor dan tetap
mendengarkan ide-ide baru, Ia tetap setia melewati setiap proses yang ada untuk
mengembangkan bisnisnya lebih lagi.
Pelajaran #5: Jangan Pernah Berhenti Berinovasi

Hal terburuk yang bisa dilakukan adalah menjadi puas diri, Ortega mengatakan kepada
sekelompok profesor bisnis di tahun 2007.

“Kesuksesan tidak akan pernah terjamin,” katanya kepada Cinco Dias, sebuah surat kabar
bisnis dan keuangan Spanyol yang melaporkan kejadian tersebut.

“Kepuasan adalah hal yang buruk,” katanya kepada para profesor. “Saya tidak pernah
membiarkan diri saya puas dengan apa yang telah saya lakukan, dan saya selalu mencoba
menanamkan ini pada semua orang di sekitar saya.”

“Inovasi dan komitmen terhadap pelanggan mendefinisikan budaya perusahaan kita –


Amancio Ortega

Kepuasan pelanggan tidak hanya berdampak pada pencapaian laba,namun juga


berdampak pada semangat tim maupun karyawan perusahaan.Bisnis membutuhkan
perputaran uang yang cepat untuk bertahan. Untuk menghasilkan uang,sebuah bisnis
membutuhkan pelanggan. Idealnya pelanggan harus merasa senang,dengan demikian ia akan
memberitahu orang lain tentang produk kita,dan tidak ragu untuk datang kembali.

Kepuasan pelanggan adalah hal yang membuat perbedaan besar anatara bertahan dan
berkembang.Bagi sebuah bisnis,pelangggan diandaikan sebagai seorang yang kita impikan.
Saat bertemu dengannya,kita harus berupaya agar ia bersedia terus bersama kita.Kita
merayu,meyakinkan,dan memberikan keinginan-keinginan mereka,sebelum akhirnya
berkomitmen setia pada kita.

Hubungan perusaahaan dan pelanggan pun demikian. Kepuasan pelanggan adalah kunci
dalam menciptakan hubungan jangka panjang denganmereka. Saat sebuah perusahaan
berhasil menjawab kebutuhan konsumen secara berkelanjutan,maka pada saat itu pula
konsumen akan beralih menjadi pelanggan setia. Berkomitmen kepada pelanggan memang
bukan mudah. Kita harus disiplin bekerja keras member banyak nilai dan focus yang kita
miliki kepada pelanggan.

Dalam bisnis apapun,kepuasan pelanggan adalah indicator terbaik mengenai seberapa besar
kemungkinan pelanggan akan melakukan pembelian ulang di masa mendatang.Meminta
pelanggan untuk menilai kepuasan mereka pada skala 1-10 menjadi cara terbaik untuk
melihat apakah mereka akan menjadi pelanggan tetap produk kita atau tidak. Kepuasan
pelanggan terkait erat dengan pendapatan dan pembelian berulang.

Satu hal yang sering dilupakan adalah bagaimana kepuasan pelanggan berdampak negative
pada bisnis kita.

Kehilangan pelanggan karena mereka tidak bahagia lebih baik daripada kehilangan pelanggan
karena isu-isu buruk yang tersebar di antara mereka.

Untuk mencegah isu-isu buruk bisnis kita menyebar dari mulut ke mulut,maka kita perlu
mengukukur pkepuasan pelanggan ecara berkelanjutan. Lacak dan perhatikan perubahan
dalam kepuasaan pelanggan,ebab hal ini akan membantu mengidentifikasi apakah pelanggan
kita masih benar-benar senang atau tidak dengan produk maupun layanan kita.
EKA TJIPTA WIDJAJA

PROFIL SINGKAT

Nama Lengkap : Eka Tjipta Widjaja / Oei Ek Tjhong


Tempat,tanggalLahir : China, 3 Oktober 1923
Wafat : Jakarta, 26 Januari 2019
Istri : Trini Dewi Lasuki, Mellie Pirieh
Anak : Teguh Ganda Widjaja, Oei Hong Leong, Franky Oesman Widjaja, Indra Widjaja,
Frankle Widjaja, Muktar Widjaja, Jimmy Widjaja, Fenny Widjaja, Sukmawati Widjaja,
Ingrid Widjaja, Nanny Widjaja, Lanny Widjaja, Inneke Widjaja, Chenny Widjaja, Meilay
Widjaja, Jetty Widjaja
Dikenal : Pendiri Sinar Mas Grup
Kekayaan : 13.9 Milyar Dollar USD / 195.7 triliun Rupiah (Globe Asia, 2018)
I. Latar Belakang Keluarga

Pada usia yang masih sangat kecil Eka Tjipta Widjaja sudah ditinggal oleh ayahnya
merantau ke Indonesia yakni di daerah Makasar untuk mencari lahan, memeras keringat,
membanting tulang demi membuka sebuah toko. Sampai akhirnya Eka Tjipta kecil ikut
pindah ke Indonesia bersama dengan orangtuanya yakni pada tahun 1932. Perjalanan ke
Indonesia, Eka tempuh menggunakan kapal. Dan perjalanannya tidaklah cepat, yaitu 7 hari, 7
malam lamanya ia habiskan di atas kapal. Pada waktu itu, ibunya hanya berbekal 5 dolar dan
masih menanggung hutang di tanah kelahirannya yakni di Cuan Ciu, China Selatan sebanyak
150 dolar kepada rentenir. Dalam perjalaannya itu pula, Eka mengalami pengalaman yang
buruk yakni tidur di bawah kelas dek kapal. Tepat di usia 9 tahun beliau ikut orang tuanya
dan menetap di Makasar. Tiba di Makasar dia langsung ikut membantu ayahnya seorang
pedagang di sebuah toko kecil. Tujuannya tentu saja segera mendapatkan 150 dolar. Uang
tersebut akan dibayarkan kepada rentenir. Masa kecil Eka Tjipta Widjaja dihabiskan dengan
berdagang. Dia mengayuh sepeda di sekitar kota Makasar menjajakan door to door dagangan
seperti permen, biskuit serta aneka barang dagangan toko milik orangtuanya. Dengan kerja
kerasnya, akhirnya di usia yang tergolong sangat muda yakni 15 tahun. Eka Tjipta Widjaja
mencari pemasok kembang gula dan biskuit dengan sepedanya. Eka Tjipta Widjaja kecil
harus melewati hutan-hutan lebat yang jalannya masih sangat sepi serta belum semulus
sekarang ini.

II. Latar Belakang Pendidikan

Dengan total kekayaan yang fantastis, Eka Tjipta Widjaja bukanlah seorang sarjana,
doktor ataupun profesor. Dia tidak memiliki gelar - gelar yang kini banyak dimiliki oleh
banyak mahasiswa yang telah menamatkan studi dan kaum terpelajar lainnya. Eka Tjipta
Widjaja hanyalah seorang lulusan Sekolah Dasar di daerah Makasar. Hal ini dikarenakan
keluarganya yang tidak mampu membiayai pendidikannya. Terpaksa Eka Tjipta Widjaja
harus kerja keras membantu orang tuanya, terlebih untuk menyelesaikan hutang ke rentenir.
Di awal kepindahannya di Makasar, Eka Tjipta diceritakan tidak berfikir untuk bersekolah.
Yang ada pada saat itu adalah, bagaimana cara mencari uang untuk melunasi hutangnya di
negara asalnya. Setelah perjuangan keluarganya cukup maju dan menunjukkan hasil, barulah
dia memberanikan diri
meminta sekolah pada
ayahnya. Ayahnya pun
setuju dan
menyekolahkan Eka
Tjipta. Kejadian ini
berlangsung di tahun
1934. Setelah beberapa
tahun Eka Tjipta fokus
dengan pelajaran-
pelajaran sekolah, Eka Tjipta belum menyadari bahwa ayahnya secara finansial tidak mampu
untuk membiayainya melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Sementara pada saat itu
Eka Tjipta sangat ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pada akhirnya
Eka harus rela tidak bisa bersekolah karena himpitan ekonomi keluarganya pada waktu itu.

III. Perjalanan Karir Eka Tjipta Widjaja

Di usia 17 tahun tahun 1938, ia mulai berjualan biskuit dan kembang gula
secara door-to-door keliling kota Makassar dengan sepeda. Dalam waktu dua bulan, ia mulai
mendapat laba sebesar Rp 20 yang cukup besar di masa itu.

Harga beras pada waktu itu masih 3-4 sen per kilogram. Eka pun membeli becak untuk
mengangkut barangnya untuk mengembangkan usahanya.

Bisnis biskuit dan kembang gulanya tidak bertahan lama saat pendudukan tentara Jepang di
Indonesia, termasuk di Makassar. Bisnisnya hancur total karena regulasi pajak yang besar
yang diterapkan oleh pemerintah Jepang. Ia pun akhirnya menganggur karena tidak ada
barang impor/ekspor yang bisa dijual.

Total laba Rp 200 yang dikumpulkan bertahun-tahun habis tak bersisa untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Di tengah-tengah keputusasaannya, ia mencoba bersepda keliling Makassar hingga tiba di
Paotere, kawasan di pinggiran Makassar yang kini menjadi salah satu pangkalan perahu
terbesar di luar Jawa. Disitu dia melihat ratusan tentara Jepang yang sedang mengawasi
ratusan tawanan pasukan tentara Belanda.

Yang menarik perhatiannya bukanlah kegiatan tentara Jepang dan Belanda, tapi tumpukan
terigu, semen, dan gula yang masih dalam keadaan baik. Otak bisnisnya segera berputar
cepat.

Ia segera mengayuh sepeda bututnya kembali ke rumah dan menyiapkan untuk membuka
tenda di dekat lokasi tentara Jepang dan Belanda tersebut. Dia berencana untuk menjual
makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada disana.

Esok harinya, sebelum matahari terbit, Eka sudah tiba di Paotere. Ia membawa kopi, gula,
kaleng bekas minyak tanah berisi air, oven kecil yang telah diisi arang untuk membuat air
panas, cangkir, sendok, dan sebagainya. Alat-alat itu ia pinjam dari ibunya.

Tak hanya itu saja. Enam ekor ayam milik ayahnya juga dipinjamnya untuk dipotong dan
dimasak ayam putih gosok garam. Ia juga meminjam sebotol whiskey, sebotol brandy, dan
sebotol anggur dari teman-temannya.

Pukul tujuh pagi, ia sudah siap jualan. Sesuai perkiraannya, 30 orang Jepang dan Belanda
mulai berdatangan. Namun hingga pukul sembilan pagi, tidak ada satu pun pengunjung yang
mendatangi lapaknya. Dia berpikir cepat dan memutuskan untuk mendekati komandan
pasukan Jepang.

Mula-mula, Eka mentraktir komandan Jepang makan dan minum di tenda. Komandan Jepang
ini mengomentari makanan dan minuman jualannya dan bilangkoto yang berarti enak dalam
bahasa Jepang, setelah mencicip seperempat ayam komplet dengan kecap cuka dan bawang
putih serta dua teguk whisky.

Setelah itu, semua anak buah dan tawanan tentara Belanda dibolehkan makan dan minum di
tendanya. Tentunya ia tak lupa untuk minta izin mengangkat semua barang yang sudah
dibuang oleh tentara Jepang.

Eka mengerahkan anak-anak satu kampung untuk mengangkut barang-barang tersebut dan
membayar masing-masing 5-10 sen. Semua barang diangkut dengan becak ke rumahnya.
Barang-barang yang diangkutnya tersebut memenuhi rumah, halaman, serta setengah
halaman milik tetangganya.

Ia mulai bekerja keras memilah apa yang bisa dipakai dan dijual. Terigu yang masih baik
dipisahkan. Sementara yang sudah keras ditumbuk dan dirawat hingga bisa dipakai lagi. Ia
juga belajar menjahit karung.

Pada saat itu dalam keadaan perang, pasokan bahan bangunan dan barang keperluan sembako
sangat kurang. Semen, terigu, arak China, dan barang-barang lain yang diperolehnya dari
puing-puing buangan tentara Jepang menjadi sangat berharga.

Dia mulai menjual terigu yang semula hanya Rp 50 per karung, dinaikkan menjadi Rp 60,
hingga akhirnya mencapai Rp 150. Ia menjual semen seharga Rp 20 per karung, lalu
dinaikkan menjadi Rp 40.

Saat itu, ada seorang kontraktor yang hendak memborong semen miliknya untuk membuat
makam orang kaya. Ia menolak tawaran tersebut. Baginya, untuk apa ia menjual semen ke
kontraktor?

Lebih baik ia yang menjadi kontraktor untuk membuat makam orang kaya. Ia kemudian
membayar tukang dengan upah Rp 15 per hari, ditambah 20% saham kosong untuk
mengadakan kontrak pembuatan enam makam mewah.

Ia mulai mematok harga Rp 3.500 per makam, hingga yang terakhir membayar Rp 6.000.
Setelah stok semen dan besi beton habis, ia berhenti menjadi kontraktor kuburan.

Usai berhenti menjadi kontraktor kuburan, di tahun 1950 ia mulai berpindah haluan bisnis ke
kopra, daging buah kelapa yang dikeringkan untuk bahan baku pembuatan minyak kelapa. Ia
berlayar berhari-hari ke Selayar di selatan Sulawesi Selatan dan ke berbagai sentra kopra lain
untuk memperoleh kopra murah.

Ia sempat mengail laba besar dari bisnis kopra. Tapi ia kemudian nyaris bangkrut dan rugi
besar karena Jepang memberlakukan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai oleh
Mitsubishi yang membeli dengan harga Rp 1,80 per kaleng. Padahal saat itu harga di pasaran
Rp 6 per kaleng.
Tidak ingin menyerah, Eka kembali mencari peluang bisnis lain dengan mencoba berdagang
gula, teng-teng (makanan khas Makassar terbuat dari gula merah dan kacang tanah), wijen,
dan kembang gula.

Ketika usahanya mulai bersinar, ujian datang lagi. Harga gula jatuh dan ia kembali rugi besar.
Modal usahanya pun habis bahkan masih ada utang. Ia harus menjual mobil jip, dua sedan,
serta menjual perhiasan keluarga, termasuk cincin kawin untuk melunasi utang dagang.

Jatuh bangun berwirausaha tidak membuatnya kapok untuk terus menerus mencoba
berdagang. Dia kembali berusaha lagi. Dari usaha leveransir (menyediakan bahan-bahan
keperluan berupa bahan makanan, bangunan, dsb.) dan barang kebutuhan lainnya. Usahanya
juga masih naik turun.

Di tahun 1950-an, barang dagangannya, terutama kopra, habis dijarah oleh oknum-oknum
Permesta (Perdjoeangan Rakjat Semesta). Modalnya habis lagi. Tapi ia bangkit lagi untuk
mencoba berdagang lagi.

1957, Eka pindah ke Surabaya dan menajdi pemasok kebutuhan TNI di Indonesia timur. Tapi
pada masa itu Indonesia menerapkan Program Benteng: pengusaha Melayu banyak diberi
kemudahan, sementara keturunan Tionghoa seperti Eka tidak. Jadi, ia harus bekerja lebih
keras lagi.

Memulai Sinar Mas Group

Ia pindah ke ibu kota di tahun 1966 dan mendirikan CV Sinar Mas yang bergerak di
ekspor barang dan impor tekstil.

Tahun 1968 di era Orde Baru, Eka membangun bisnis kopranya kembali dengan
mendirikan pabrik di Sulawesi Utara yang diberi nama Bitung Manado Oli, Ltd. Minyak
goreng miliknya mulai merajai pasar dengan merek Bimoli. Tidak salah jika ia pernah
dijuluki Raja Minyak Goreng Indonesia. Baginya, di rezim Soeharto inilah ia mendapat angin
segar untuk berbisnis karena usahanya bisa stabil dan tidak jatuh-jatuh seperti zaman-zaman
sebelumnya.

Tahun 1983, ia beraliansi dengan Liem Sioe Liong untuk memperkuat Bimoli
bersama-sama. Tapi kongsi tersebut tidak berlangsung lama. Eka memutuskan untuk angkat
kaki di tahun 1990 dan meluncurkan minyak goreng merek baru bernama Filma. Tak lama,
Sinar Mas juga meluncurkan minyak goreng Kunci Mas.
Tahun 1972, ia mendirikan pabrik kimia soda di Mojokerto. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia yang
memproduksi buku tulis merek Sinar Dunia inilah yang menjadi pabrik kertas pertama Sinar
Mas Group.

Perusahaan ini sendiri sudah resmi menjadi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan melepaskan 9,30 juta sahamnya ke publik.

Selain Tjiwi Kimia, ada perusahaan PT Indah Kiat Pulp and Paper yang juga sudah menjadi
perusahaan publik. Kedua perusahaan kertas ini beroperasi di bawah naungan Asia Pulp and
Paper (APP) yang memiliki total kapasitas produksi mencapai 19 juta ton setiap tahunnya
dengan penjualan di 120 negara.
Asia Pulp and Paper ini sendiri dikabarkan akan membangun pabrik di India dengan
tambahan kapasitas produksi sebanyak 5 juta ton per tahunnya.

Di samping mendirikan Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, di tahun 1972 Sinar Mas juga memulai
diversifikasi bisnis dengan membangun bisnis properti di bawah naungan PT Duta Pertiwi.
Ini merupakan momentum yang tepat karena di akhir tahun 1980-an, pertumbuhan properti di
Indonesia cukup menjanjikan.

Duta Pertiwi memulai proyek properti pertamanya di tahun 1989 dengan dibangunnya ITC
(International Trade Center) Mangga Dua di Jakarta. Kawasan hunian pertama yang dibangun
adalah perumahan Bumi Serpong Damai (BSD) yang menjadi salah satu perumahan
prestisius di Serpong, Tangerang.

Duta Pertiwi di tahun 1994 melantai di Bursa Efek Indonesia dan mulai melebarkan operasi
bisnisnya di berbagai tempat. Tak hanya di Jakarta.

Bisnis properti milik Sinar Mas ini mulai bergerak ke kota-kota lain seperti Surabaya,
Balikpapan, Batam, dan Samarinda. Bahkan sudah meluas ke China, Malaysia, dan
Singapura. Perusahaan ini juga memiliki portofolio properti di London, Inggris.

Di tahun 1982, Sinar Mas mulai melirik untuk terjun ke bisnis jasa keuangan. Hal ini ditandai
dengan didirikannya PT Internas Artha Leasing Company yang kemudian berganti nama
menjadi PT Internas Arta Finance Company.

Ia juga membeli Bank International Indonesia (BII) yang berhasil berkembang menjadi salah
satu bank swasta terbesar di Indonesia. Namun di tahun 2001, Sinar Mas harus melepas BII
untuk membayar utang perusahaan karena jatuhnya harga kelapa sawit serta pulp and
paper di pasar internasional.

Tahun 2015, BII resmi dibeli oleh Maybank asal Malaysia dan berubah nama menjadi Bank
Maybank Indonesia. Sinar Mas pun sudah tidak lagi memiliki saham di BII pasca penjualan
perusahaan secara menyeluruh.

Saat ini, Sinar Mas Multiartha sudah melantai di bursa efek dan menyediakan berbagai jasa
keuangan dengan beberapa anak perusahaan sepertimultifinance, asuransi, pasar modal, jasa
administrasi saham, sekuritas, dan fintech (financial technology).
Tahun 1986, Sinar Mas memulai usaha agribisnis melalui Sinar Mas Forestry dengan
membeli perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 hektar di Riau beserta mesin dan pabrik
berkapasitas produksi 60.000 ton. Ia juga membeli perkebunan dan pabrik teh seluas 10.000
hektar dan berkapasitas 20.000 ton.

PT Dian Swastatika Sentosa awalnya didirikan Eka pada tahun 1996 untuk memfasilitasi
listrik ke pabrik APP (Asia Pulp and Paper). Namun akhirnya bekembang menjadi
perusahaan energi tenaga listrik, pertambangan batu bara, pupuk dan bahan kimia, dan
penyedia layanan internet dengan merek My Republic.

Pernah menjual BII tidak membuat Sinar Mas kapok untuk berbisnis di perbankan. Tahun
2005 Sinar Mas Group membeli Bank Shinta yang menjadi cikal bakal Bank Sinarmas.

Perkembangan telekomunikasi di Indonesia yang cukup pesat membuat Sinar Mas tergiur
untuk turut mengambil bagian. PT Smart Telecom didirikan di tahun 2006 atas
hasil merger dengan salah satu provider telekomunikasi Fren yang bermain di sektor jaringan
CDMA.

Walaupun teknologi jaringan CDMA tidak panjang umur, Sinar Mas tidak ingin serta merta
menyerah menutup bisnisnya.

Smartfren berubah haluan di jaringan 4G LTE Advanced untuk menjangkau pelanggan lebih
luas dan bersaing dengan perusahaan-perusaahaan telekomunikasi yang dulunya sudah
bermain di jaringan GSM seperti Telkomsel, XL Axiata, Tri Indonesia, Indosat Ooredoo, dsb.

Regenerasi

Eka sudah tidak lagi berada di garda depan untuk menjalankan ratusan
perusahaannya. Anak dan cucunya yang menjalankan roda bisnis Sinar Mas Group. Setiap
anak mengelola satu lini bisnis. Bisnis yang dipegang sang anak, otomatis menurun ke cucu.

Sinar Mas Group mengelompokkan ratusan perusahaannya ke dalam enam pilar utama bisnis,
yaitu pulp and paper, jasa keuangan, pengembang dan real estate, agribisnis dan makanan,
telekomunikasi, serta energi dan infrastruktur.

Enam pilar bisnisnya ini juga diaplikasikan ke dalam enam nilai bisnisnya, yakni integritas,
pengembangan berkelanjutan, inovasi, komitment, sikap positif, dan loyalitas.
Anak tertua Eka, Teguh Ganda Widjaja, saat ini mengelola lini bisnis pulp and paper. Franky
O. Widjaja kebagian lini bisnis agribisnis dan makanan. Sementara itu, Muktar Widjaja
memegang bisnis pengembang dan real estate. Indra Widjaja mengendalikan bisnis jasa
keuangan.

Cucu-cucu Eka Tjipta pun juga sudah terlibat untuk menjalankan bisnis keluarga ini bersama
orang tua mereka. Bisa dibilang, Sinar Mas Group saat ini sudah dipegang oleh generasi III.

Hanya lini bisnis energi dan infrastruktur dipegang oleh Fuganto Widjaja yang merupakan
generasi III dan anak dari Indra Widjaja.

Menjalankan bisnis keluarga bersamaan oleh dua generasi bukanlah tanpa hambatan.
Hambatan yang muncul biasanya dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan dan
komunikasi. Gaya kepemimpinan generasi III yang berlatar pendidikan luar negeri tentu
berbeda dengan generasi II.

Untuk mengatasi hal itu, mengutip wawancara Gandi Sulistiyanto dari Kontan, klan Eka
sudah sepakat bila keputusan sudah diputuskan oleh anak tertua, maka yang lain harus
mengikuti meskipun dalam diskusi ada perbedaan pendapat.

Eka Tjipta Foundation

Sebagai imigran Tiongkok yang berhasil mengadu nasib di tanah air dan keluar dari
kubangan kemiskinan, tidak membuat Eka menjadi seorang pribadi yang tinggi hati. Ia
menyadari betul bahwa untuk menjadi pengusaha sukses seseorang harus mampu berhemat
dan mengendalikan uang.

Baginya, kesuksesan perusahaannya tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Untuk itu di
tahun 2006 ia mendirikan Eka Tjipta Foundation (ETF), organisasi nirlaba yang bertujuan
untuk meningkatkan pendidikan dan konservasi lingkungan di Indonesia, untuk berbagi
dengan sesama.

Lulusan SD yang mendapatkan gelar kehormatan Doctor Honoris Causa (Dr. HC) dari
Pittsburg State University, Amerika Serikat, ini melalui ETF menyalurkan beasiswa Tjipta
Sarjana Bangun Desa (TSBD) berupa beasiswa pendidikan sarjana dan fellowship untuk
penelitian dan pendidikan master serta doktoral setiap tahun.
Selain itu, ada pula program Tjipta Pemuda Bangun Bangsa (TPBB) yang khusus
memberikan beasiswa kepada siswa berprestasi di tingkat nasional dan internasional untuk
berkuliah di 10 universitas ternama Indonesia dan 15 perguruan tinggi terbaik dunia.

Atas kontribusinya di bidang filantropi, Forbes Asia memasukkan namanya ke dalam daftar
“48 Heroes of Philanthropy” 2010. Masih di tahun yang sama, Museum Rekor Indonesia
(MURI) juga menganugerahkan rekor untuk kategori “Pemberi Beasiswa S1 Terbanyak
untuk kurun waktu tertentu” (2007/2008-2008/2009) kepada 2.018 mahasiswa berprestasi.

IV. Fakta Tentang Eka Tjipta Widjaja


1. Mulai Bisnis Sejak Remaja

Eka Tjipta Widjaja terlahir dalam keadaan miskin dan hanyalah lulusan SD. Menginjak
usia remaja, ia memulai bisnis Sinar Mas dan berjualan makanan. Dulunya, ia dikenal dengan
nama Oei Ek Tjhong. Pada usia belia, yakni 15 tahun, ia mengandalkan sepeda dalam
berdagang.

Filosofi Eka dalam berbisnis adalah kejujuran, ketekunan, dan kepedulian terhadap sekitar.
Berbekal semangat tersebut, ia berhasil mengembangkan Sinar Mas hingga bisnisnya
menyentuh usia 80 tahun. Sekarang, Sinar Mas memiliki 380 ribu pegawai dan Eka Tjipta
Foundation aktif di dunia pendidikan dan membagikan beasiswa.

2. Miliarder Tertua

Berdasarkan data Forbes akhir tahun lalu, Eka Tjipta Widjaja adalah orang terkaya ketiga di
Indonesia. Hartanya tercatat sebesar USD 8,6 miliar atau Rp 121,1 triliun (USD 1 = Rp
14.092). Namanya pun selalu muncul dalam daftar orang terkaya versi Forbes.

Usianya yang hampir 1 abad menjadikannya sosok tertua di antara para miliarder Indonesia.
Berdasarkan informasi juru bicara Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja wafat bukan karena
mengidap penyakit, melainkan karena faktor usia lanjut.

3. Sosok Teladan Bagi Orang Sekitar

Berkat filosopi kepedulian yang ia anut, Eka Tjipta Widjaja menjadi populer di kalangan
pegawai. Kepedulian terhadap pegawai pun menjadi salah satu prinsip Sinar Mas.
Filosofi kejujuran, kredibilitas, dan tanggung jawab kepada keluarga, pekerjaan, dan sosial,
menjadi kompas hidup Eka Tjipta Widjaja dan turut berperan sebagai nilai-nilai luhur yang
digenggam Sinar Mas dan para pegawainya.

V. Pelajaran yang dapat diperoleh

Pelajaran #1: Walau terlahir di keluarga miskin, Eka Tjipta Widjaja tidak pernah
menyerah untukberusaha

Eka Tjipta Widjaja emang terlahir dari keluarga miskin. Namun, fakta sejarah tersebut gak
jadi alasannya buat menyerah.

Dulunya ia mesti menjalani hidup yang berat. Mengikuti jejak orang tuanya, ia merantau dari
Cina ke Indonesia. Eka Tjipta sendiri lahir di Kota Quanzhou, Cina dengan nama Mandarin
Oei Ek Tjhong dan datang ke Indonesia pada tahun 1932. Bermodalkan uang US$ 5, Eka
Tjipta pergi berlayar ke Indonesia dan tiba di Makassar. Sesampainya di sana, ia mau gak
mau berutang US$ 150 demi bisa makan. Eka pun akhirnya bekerja di toko ayahnya yang
lebih dulu berada di Makassar. Dari pekerjaanya itulah, ia akhirnya bisa melunasi utangnya.

Pelajaran #2: Mulai merintis usaha setelah tamat Sekolah Dasar

Eka Tjipta Widjaja sempat mengenyam pendidikan. Ia pun harus puas hanya tamatan sekolah
dasar. Pendidikannya gak berlanjut karena terkendala biaya.

Karena gak bisa melanjutkan pendidikan, Eka pun memutuskan untuk merintis usaha. Ia
memilih berjualan biskuit sebagai pilihan bisnis pertamanya.

Eka mendagangkan biskuitnya tersebut dari rumah ke rumah dengan bersepeda. Saat itu
usianya sekitar 11 tahun. Bahkan, demi bisa menjalankan usaha jualan biskuitnya tersebut,
Eka menjaminkan ijazah SD-nya ke produsen.

Hasilnya, usaha jualan biskuitnya pun berjalan lancar dan omzetnya pun meningkat. Hasil
penjualannya tersebut digunakan buat beli sepeda hingga becak bekas.

Selain itu, ia bisa membiayai pendidikannya dengan mendatangkan guru dan memperbaiki
rumah orang tuanya dengan dana dari hasil berjualan biskuit.

Pelajaran #3: Tidak kehabisan akal


Kedatangan Jepang sebagai penjajah di Indonesia berimbas pada usahanya. Ia pun harus
menerima kenyataan bahwa usahanya harus tutup.

Tidak mau menyerah begitu saja, Eka Tjipta Widjaja berkeliling Kota Makassar hingga
menelusuri wilayah-wilayah pinggiran kota tersebut. Dari perjalanannya tersebut, ia melihat
truk-truk tentara membawa banyak muatan, seperti besi, kayu, karung-karung terigu, semen,
hingga seng.

Dari penglihatannya tersebut, muncul ide di kepala Eka buat merintis usaha baru. Ia
mendirikan kedai kopi di sekitar lokasi terparkirnya truk-truk tentara tersebut. Usahanya
tersebut laris manis dan mendatangkan banyak untung untuk Eka.

Pelajaran #4: Pernah bangkrut, tapi tetap terus menjalankan usaha

Tidak selamanya usaha yang dijalankan Eka berbuah kesuksesan. Tidak cuma sekali ia
mengalami kebangkrutan, melainkan beberapa kali usahanya pernah jatuh.

Eka Tjipta Widjaja pernah gagal menjalankan usaha jualan minyak goreng hingga gagal
berjualan roti. Berkali-kali ia bangkrut, berkali-kali juga ia terus memulai usahanya kembali.

Sampai akhirnya ia mulai menjalankan usaha dengan memasok logistik buat tentara Jepang.
Dari situlah, ia mulai akrab dengan tentara. Eka pun dinilai tentara sebagai sosok yang
berjasa. Karena itu, Eka diperbolehkan menggunakan kapal perang buat mengangkut
kebutuhan logistik.

Singkat cerita, dengan disiplin menjalankan nilai-nilai tersebut, Eka Tjipta Widjaja kemudian
sukses membangun Sinar Mas. Sampai akhirnya, Sinar Mas menjadi perusahaan besar dan
terkemuka di Indonesia.
Kesimpulan

Berdasarkan dari 2 kisah pengusaha sukses diatas , dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak ada seorang pun menjadi miliader karena keberuntungan. Banyak orang memenangkan
lotere, namun beberapa tahun kemudian, mereka justru jatuh miskin. Para milider adalah
mereka yang membangun bisnis dari bawah, dilandari kepercayaan bahwa apa yang ditanam
saat ini akan membuahkan hasil di masa depan.

Ibarat pepatah lama ,”Kota Roma tidak dibangun dalam semalam”. Begitupun dalam meraih
kekayaan dan kesuksesan. Kita tidak bisa mencapainya hanya dalam waktu sebentar. Meraih
kekayaan butuh kerja maraton yang tidak kenal lelah dan semangat pantang mundur.

Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada menikmati kesuksesan setelah melewati
berbagai hanbatan dan tantangan. Ketimbang repot-repot mencari paling instan, mending
menikmati perjalanan sukses dengan ringan dan senang hati. Apapun tujuannya, hasil akan
sebanding dengan ketekunan dan kelelahan yang kita keluarkan.

Nikmatilah proses menjemput kesuksesan. Proses inilah yang sebenarnya akan menempa kita
untuk terus maju dan berkembang. Dalam proses itu, kita akan menemukn banyak halangan
dan rintangan. Jatuh-bangun sudah pasti akan mewarnai setiap perjalanan. Namun, justru dari
sinilah, mental seorang juara akan terasah. Di kemudian hari, kita pun tak akan gagap ketika
menghadapi berbagai masalah yang mewarnai perjalanan menuju sukses. Masalah itu
mendewasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak,Edward.RICH FACTORS CARA BERPIKIR DAN BEKERJA ORANG


ORANG KAYA.2018.Yogyakarta:Andaliman Books

https://koinworks.com/blog/mengembangkan-bisnis-dari-bos-zara-amancio-ortega/

https://cerdasin.com/blog/profil-pendiri-brand-zara-amancio-ortega/

https://infoduniaraya.blogspot.com/2014/08/profil-amancio-ortega-gaona-pengusaha.html

https://www.ara.cat/2015/06/04/economia/Amancio-que-Bloomberg-milions-
Massimo_1369673036_2478402_1233x1236.jpg

https://www.yosefpedia.com/2018/08/biografi-eka-tjipta-widjaja-pendiri.html?m=1

https://www.kenangan.com/biografi/eka-tjipta-widjaja

https://www.biografiku.com/biografi-eka-tjipta-widjaja-pengusaha-sukses-pemilik-sinar-mas
group/

https://www.moneysmart.id/pelajaran-sukses-eka-tjipta-widjaja-dalam-besarkan-sinar-mas/

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3881000/3-fakta-eka-tjipta-widjaja-sang-pendiri-sinar-
mas

Anda mungkin juga menyukai