Dosen Pengampu:
Dr. Eni Setyowati, S.Pd, M.M
Disusun oleh:
NIM. 17208163032
PENDAHULUAN
1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal.79
2
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Reneka Cipta, 2009), hal.12
3
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta; Pustaka elajar, 2004), hal. 172
1
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun tugas guru adalah tugas yang
sangat mulia karena mampu membagi ilmu yang ia dapat kemada pesert
didiknya. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru memiliki kompetensi-
kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya untuk diaplikasikan dalam proses
belajar mengajrnya maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi dengan
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka guru harus di
tuntut untuk mampu mengimbangi teknologi yang berkembang di masyarakat
saat ini. Melalui pengajaran yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat
menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi yang tinggi pula
sehingga mampu mengahdapi tantangan di zaman yang serba modern ini. Oleh
karena itu, Guru dan pendidikan harus mampu berkerjasama dalam
menciptakan generasi yang berkualitas baik secara keilmuan, sikap dan
perilaku positif yang mencerminkan orang berilmu.
Belajar adalah usaha mengubah tingkah laku dalam rangka mencapai
kebutuhan berdasarkan pemikiran, latihan dan pengalaman. Definisi tersebut
dapat memuat dua unsur penting yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar
yaitu, pertama adalah perubahan tingkah laku dan yang kedua adalah
perubahan yang terjadi karena adanya latihan, proses berfikir dan pengalaman.
Dalam konteks dunia sekolah, seorang siswa sudah dikatakan belajar apabila
siswa tersebut sudah mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan
kebutuhan sekolahnya. Sehingga untuk hal yang negative atau tidak sesuai
kebutuhan sekolah belum tentu dikatakan belajar meskipun melalui latihan dan
juga pengalaman.4 Sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu, tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta tempat menerima dan
memberi pelajaran. Genge mendefinisikan belajar sebagai proses suatu
perubahan tingkah laku yang meliputi proses perubahan kecenderungan
manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuan yakni
peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance
(kinerja).5
Sedangkan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan peserta didik yang telah direncankan atau didesain,
4
Annisatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal 13-14
5
Kokom Komalasari, Pembelajaran Konstektual, (Bandung, Refika Aditama, 2010), hal.2
2
dilaksanakan dan pada akhirnya dievaluasi secara sistematis supaya dapat
mencapai tujuan pembelajran yang efektif dan efisien.6 Proses pembelajaran
terdapat empat komponen penting yang mempunyai pengaruh dalam hal
keberhasilan siswa diantaranya adalah bahan ajar, suasana belajar, media dan
sumber belajar serta guru sebagai subjek belajar. Komponen-komponen
tersebut sangat penting sehingga jika salah satu komponen saja hilang maka
akan menghambat proses belajar mengajar dan tujuan belajar mengajar tidak
akan tercapai dengan maksimal. Media dan sumber belajar dipilih sesuai
kebutuhan siswa, selain itu guru juga harus mampu menentukan model dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didiknya sehingga
siswa akan mudah menangkap materi yang diberikan oleh guru karena guru
adalah subjek pembelajaran.
Kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran harus mempunyai
beberapa indikator, diantaranya: mampu mmbuka pelajaran, mampu
menyajikan materi, mampu menggunakan metode/ strategi, mampu
menggunakan alat/ alat peraga, mampu menggunakan bahasa yang
komunikatif, mampu memotivasi siswa, mampu mengorganisasi kegiatan,
mampu menyimpulkan pelajaran, mampu memberikan umpan balik, mampu
melaksanakan penilaian, dan mampu menggunakan waktu.7
Seorang tenaga pendidik harus kreatif dalam mengembangkan bahan
ajarnya dan profesional dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru
juga harus mampu menggunakan pengetahuan dan kecakapannya dalam
memilih pendekatan, model dan strategi pemelajaran serta menggunakan
metode ataupun alat pengajaran yang dapat memberi pemahaman untuk siswa
pada konsep pelajaran yang diajarkan. Belajar yang terjadi pada individu
merupakan suaru perilaku yang kompleks yaitu adanya interaksi antara
pebelajar dan pembelajar yang bertujuan. Oleh karena itu, dengan adanya
interaksi, maka belajar dapat didinamiskan. Dinamika pebelajar yang bersifat
internal bisa meliputi hirarki ranah-ranah seperi ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotorik. Pada saat ini pelajaran terkadang hanya
memeperhatikan ranah kognitifdan afektifnya saja tanpa memperdulikan ranah
6
ibid, hal.3
7
Depdiknas, Pedoman Pengembangan Silabus, (Jakarta : 2004), hal 13-14.
3
psikomotorik padahal ranah psikomotorik adalah berkaitan dengan ketrampilan
siswa.
Pembelajaran biologi merupakan suatu proses belajar yang menyangkut
hubungan antara makhluk hidup engan lingkungan disekitarnya.Suatu proses
pembelajaran yang berhubungan dengan alam dan aktivitas dunia nyata.
Sehingga pembelajaran biologi akan ada hubungan antara siswa dengan siswa,
siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkunganya. Siswa diharapkan mampu
menyatu dengan lingkungannya, dan siswa mampu memecahkan persoalan
yang terkait dengan biologi dilingkungannya. Hal ini berarti bahwa akan ada
interaksi dari berbagai komponen disekitar yang merupakan cakupan unsur-
unsur belajar efektif yang dapat mempengaruhi kesuksesan siswa. Biologi tidak
hanya berkaitan dengan kumpulan fakta dan konsep karena didalam biologi
juga terdapat berbagai proses nilai yang mampu dikembangkan dan
diaplikasikan di kehidupan nyata. Praktikum merupakan salah satu aspek
pembelajaran yang diberikan di pembelajaran biologi. Dalam pembelajran
biologi akan ditekankan materi-materi yang bersifat konkrit. Nyatanya, siswa
hanya membayangkan apa yang dijelaskan oleh guru. Dengan adanya
praktikum maka siswa akan lebih paham betul dan mempraktekkan secara
langsung di laboratorium.
Pembelajaran biologi biasanya berkaitan dengan segala macam yang
berhubungan dengan praktikum dan eksperimen, karena dalam pelajaran
biologi siswa dituntut untuk menguji coba suatu teori atau menciptakan teori
baru dengan adanya eksperimen tersebut. Bereksperimen dapat diartikan
sebagai suatu ketrampilan untuk mengadakan pengujian terhadap teori yang
bersumber dari fakta, konsep dan ilmu pengetahuan sehingga dapat
memperoleh informasi yang sesuai atau bertolak dari teori tersebut.
Kegiatan praktikum di laboratorium dilaksanakan sebagai cara agar
peserta didik mudah memahami materi serta mampu membangun pengetahuan
dengan melakukan proses atau persobaan sendiri. Semakin aktif keterlibatan
peserta didik maka diharapkan dapat meningkatkan pencapaian pemahaman
dan ketrampilan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan siswa
lebih termotivasi untuk belajar lagi.
4
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi
biologi di MTsN 3 Tulungagung menunjukkan bahwa masalah yang sering
dihadapi peserta didik dalam proses belajar mengajar berlangsung adalah
peserta didik kurang aktif terutama untuk melakukan praktikum karena guru
jarang melakukan kegiatan praktikum, terkadang guru hanya melakukan satu
kali praktikum per semesternya atau bahkan per tahun ajaran untuk mata
pelajaran biologi. Selain itu peserta didik kurang antusias terhadap tugas
praktikum yang diberikan oleh guru, banyak peserta didik yang tidak
melakukan praktikum alasannya sudah ada yang melakukan percobaanya. Bila
dilihat dari standar KKM di MTsN 3 Tulungagung yang mencapai 75, masih
ada saja siswa yang masih belum bisa mencapai nilai standar KKM pada mata
pelajaran biologi sekitar 5-10 %, hal tersebut dikarenakan dikarenakan terlalu
seringnya mereka belajar teori dalam bentuk abstrak tanpa memperagakannya
secara konkret melalui kegiatan praktikum. Selain itu untuk masalah
keterampilan generik, guru di sini kurang memperhatikannya, mereka hanya
memperhatikan masalah hasil dan prestasi siswa saja. Guru masih belum bisa
memperhatikan kemampuan siswanya per tiap indikator seperti kemampuan
psikomotorik dan guru tidak memperhatikan siswanya secara rinci apakah tiap
siswanya tersebut dapat menyimpulkan dari suatu pernyataan, dapat
mengaitkan sebab dan akibat dari hal yang mereka ketahui dan lain sebagainya
yang lebih rinci berkaitan dengan indikator keterampilan generik.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dibutuhkan
pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif
dengan menerapkan kegiatan praktikum, peserta didik akan lebih mengerti
akan teori yang mereka dapatkan bila peserta didik mengalaminya sendiri. Hal
tersebut dapat menimbulkan kesadaran peserta didik akan potensi yang
dimilikinya dan mendapat dorongan dari guru untuk mengenali potensinya dan
mengoptimalkan menjadi prestasi belajar khususnya dalam kemampuan
generik mereka. Pemilihan materi struktur pada tumbuhan pun dirasa dapat
membangkitkan kemampuan psikomotorik siswa. Dalam hal ini salah satu
solusinya adalah pembelajaran berbasis laboratorium.
5
Kegiatan laboratorium adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di laboratorium dalam rangka memberikan kesempatan pada
siswa untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang
diperoleh dari materi pelajaran. Kerja ilmiah dalam kurikulum merupakan
bagian dari kompetensi bahan kajian sains dan terintegrasi dalam
pembelajaran biologi yang terdiri atas, (1) merencanakan penelitian ilmiah,
yaitu siswa mampu membuat perencanaan penelitian sederhana antara lain:
menetapkan dan merumuskan tujuan penelitian, langkah kerja hipotesis,
variabel dan instrument yang tepat untuk menentukan tujuan penelitian, (2)
melaksanakan penelitian ilmiah, yaitu mampu melaksanakan langkah-
langkah kerja ilmiah yang terorganisir dan menarik kesimpulan terhadap
hasil penemuannya, (3) mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah, yaitu
mampu menyajikan hasil penelitian dan kajiannya dengan berbagai cara
kepada berbagai kelompok sasaran untuk berbagai tujuan, (4) bersikap
ilmiah, yaitu mengembangkan sikap ilmiah antara lain keingintahuan,
berani, jujur, bekerjasama, tekun, santun, kepedulian terhadap lingkungan,
berpendapat secara ilmiah dan berpikir kritis. Menurut Murniyati, bahwa
minat belajar siswa terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran berbasis
laboratorium lebih tinggi dari pada pembelajaran yang tidak menggunakan
pembelajaran berbasis laboratorium. Keterkaitan dengan berbagai alat bantu
tersebut sains harus melakukan kegiatan praktikum dalam pembelajaran. Hal
ini diperkuat oleh Amin bahwa pembelajaran sains membutuhkan
kemampuan yang perlu dimiliki siswa agar siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung secara nyata, tidak sekedar kumpulan teori saja.
6
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas sangat menekankan
tercapainya keterampilan generik pada peserta didik, maka kegiatan
praktikum sebagai bagian dari mata pelajaran biologi sangat erat kaitannya
dan saling menentukan, maka di sini peneliti akan mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Laboratorium
Terhadap Kemampuan Psikomotorik dan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Struktur Tumbuhan Kelas VIII MTsN 3 Tulungagung”.
7
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menggunakan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap kemampuan
psikomotorik siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung?
2. Adakah pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap hasil belajar
siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung?
3. Adakah hubungan antara kemampuan psikomotorik dengan hasil belajar
siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti menggunakan tujuan
penelitian ini untuk:
1. Mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap
kemampuan psikomotorik siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
2. Mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap hasil
belajar siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
3. Mengetahui hubungan antara kemampuan psikomotorik dengan hasil belajar
siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
E. Hipotesis Penelitian
Setelah menentukan tujuan penelitian, maka tahap selanjutnya adalah
menentukan hipotesis penelitian. Hipotesis adalah ”Jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian”8. Menguji kebenaran suatu hipotesis diperlukan
suatu informasi yang dapat digunaka untuk mengambil kesimpulan dari
pernyataan tersebut dapat dibenarkan atau tidak. Adapun hipotesis dalam
penelitian Pengaruh Pembelajaran Berbasis Laboratorium Terhadap
Kemampuan psikomotorik dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Struktur
Tumbuhan Kelas VIII MTsN 3 Tulungagung yakni sebagai berikut :
8
Ahmad Tanzeh dan Suyetno, Dasar- Dasar Penelitian (Surabaya; El- Kaf, 2006 ), Hlm. 10
8
a. Hipotesis Alternatif ( Ha)
1) Ada pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap kemampuan
psikomotorik siswa pada materi struktur tumbuhan kelas VIII MTsN 3
Tulungagung
2) Ada pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap hasil belajar
siswa pada materi struktur tumbuhan kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
3) Ada hubungan antara kemampuan psikomotorik dengan hasil belajar
siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
b. Hipotesis Nol (HO)
1) Tidak ada pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap
kemampuan psikomotorik dan hasil belajar siswa pada materi struktur
tumbuhan Kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
2) Tidak ada pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap hasil
belajar siswa pada materi struktur tumbuhan kelas VIII MTsN 3
Tulungagung
3) Tidak ada hubungan antara kemampuan psikomotorik dengan hasil
belajar siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada berbagai
pihak, yaitu:
1. Kegunaan secara teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
sumbangan pemikiran bagi khazanah keilmuan khususnya korelasi
kompetensi profesional guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
kemampuan dan hasil belajar siswa
2. Kegunaan secara praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih ketrampilan siswa untuk
mengembangkan kemampuan psikomotorik siswa dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
9
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi
guru biologi bagaimana mendesign model pembelajaran yang inovatif
dalam pembelajaran biologi
c. Bagi instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi
supervisor untuk menentuka kebijakan pengawasan yang mengarah pada
peningkatan kreativitas guru dan perbaikan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan kemampuan dan hasil
belajar siswa
d. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman nanti
setelah menjadi seorang pendidik dalam usahan peningkatan
kemampuan siswa
e. Bagi peneliti lanjutan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai petunjuk,
arahan maupun acuan serta bahan pertimbangan bagi peneliti yang akan
datang dalam menyusun rancangan penelitian yang lebih baik lagi.
G. Penegasan Istilah
Adapun penjelasan tentang istilah yang terdapat pada judul penelitian ini
adalah:
1. Penegasan Konseptual
Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak
akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk
menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang
sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang
tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya. Genge
mendefinisikan belajar sebagai proses suatu perubahan tingkah laku yang
meliputi proses perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau
10
nilai dan perubahan kemampuan yakni peningkatan kemampuan untuk
melakukan berbagai jenis performance (kinerja).9
Praktikum adalah kegiatan belajar mengajar dengan cara tatap muka
yang menekankan pada aspek psikomotorik (ketrampilan), kognitif
(pengetahuan) dan afektif (sikap) dengan menggunakan peralatan di
laboratorium/kebun percobaan/lapangan yang terjadwal. Pembelajaran
berbasis laboratorium adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di
laboratorium dalam rangka memberikan kesempatan pada siswa untuk
menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dari
materi pelajaran.
2. Penegasan Operasional
Secara oprasional pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap
kemampuan psikomotorik dan hasil belajar siswa pada materi struktur
tumbuhan kelas VIII MTsN 3 Tulungagung adalah:
a. Variabel X (pembelajaran berbasis laboratorium) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah dengan mengetahui metode belajar setiap siswa
maka diharapkan itu bisa menjadikan sebuah pembelajaran yang efektif
dan menarik, sehingga tidak ada salah satu pihak yang diuntangkan dan
dirugikan dalam proses pembelajaran (siswa yang dirugikan). seorang
guru merupakan orang yang menyampaikan sebuah ilmu pengatahuan
atau meteri bahan ajaran kepada orang lain atau yang disebut dengan
peserta didik, sehingga dalam hal ini seorang guru harus memiliki
sebuah trik, metode dan teknik yang tepat, dari situlah diharapakan
pembelajaran yang ada dikelas bisa menarik dan tidak membosankan.
Jadi dari situ dapat disimpulkan bahwa seorang guru perlu
mengembangkan keberagaman dalam mengajarnya, yaitu dengan
menyesuaikan dengan gaya atau ketrampilan mengajar yang dimiliki
oleh guru sehingga isi dari pembelajaran bisa menarik serta tidak
membosankan.
9
Kokom Komalasari, Pembelajaran Konstektual, (Bandung, Refika Aditama, 2010), hal.2
11
b. Variabel Y1 (kemampuan psikomotorik) yang dimaksud dalam
penelitian iniadalah bahwa kemampuan ini dibutuhkan sebagai ranah
yang berhubungan dengan aktivitas fisik dimana hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu.
c. Variabel Y2 (hasil belajar) yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hasil ketuntasan dalam belajar seseorang(peserta didik) atau
prestasi dari proses pembelajaran yaitu biasa disebut dengan nilai hasil
prestasi belajar siswa. Maka dari itu dengan melihat hasil belajar siswa
yang diambil dari hasil belajar yang ada dikelas. Dari situlah seorang
guru bisa menentukan sampai mana pemahaman siswa tentang isi mata
pelajaran yang telah disampaikannya.
Sedangkan untuk Pengembangan instrument ditempuh melalui
beberapa cara, yaitu a.) mendefinisikan operasional veriabel, b.) menyusun
indikator variabel penelitian, c.) menyusun kisi-kisi instrument, d.)
melakukan uji instrument, e.) melakukan pengujian validitas dan reabilitas.
H. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
12
BAB II : Landasan Teori
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Kemampuan Psikomotorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik, yang
dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan-
kegiatan tersebut terjadi karena adanya kerja saraf yang sistematis. 10
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu.11 Menurut Reber (1988),
Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk
mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan
motorik melainkan juga pengejewantahan fungsi mental yang bersifat
kognitif. Konotasinya pun luas sehingga sampai pada mempengaruhi atau
mendayagunakan orang lain. Artinya, orang yang mampu
mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap sebagai orang
yang terampil.12
10
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 232.
11
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.
58.
12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Rajawali Pers, Jakarta, Cetakan ke-13, 2013, hlm. 121.
14
mengorganisasi rangkaian respons menjadi pola- pola respons
yang kompleks.13 Dikatakan keterampilan atau psikomotor adalah
bukan hanya bergeraknya suatu otot saja namun juga didasari
dengan suatu keterampilan yang terkordinasi.
Belajar keterampilan, terutama keterampilan yang kompleks,
dilakukan melalui tiga tahap: kognitif, fiksasi, dan otonom. Tahap
kognitif, siswa berusaha mengintelektualkan keterampilan yang
akan dilaksanakan. Guru dan siswa mengkaji keterampilan dan
memverbalkan apa yang sedang dipelajari. Guru menentukan apa
yang akan dilakukan, prosedur yang akan ditempuh, dan memberi
informasi tentang kekeliruan yang terjadi pada tahap ini. Pada
tahap fiksasi, pola-pola tingkah laku yang betul dilatih sampai
tidak terjadi lagi kekeliruan. Pada tingkat yang paling mendasar
siswa belajar merangkaiakan unit- unit rangkaian dasar, dan
selanjutnya ia belajar mengorganisasi rangkaian-rangkaian
menjadi suatu pola menyeluruh (overall). Pada tahap otonom
terdapat peningkatan kecepatan melakukan keterampilan-
keterampilan yang berdaya guna untuk memperbaiki kecermatan
dimana tak terjadi lagi kekeliruan.14 Bukan hanya membutuhkan
keterampilan yang dikordinasikan tetapi dalam hal gerak
psikomotor juga terdapat suatu tahapan dimana bisa dikatakan
gerakan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Domain psikomotorik merupakan proses pengetahuan yang lebih
banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui
aspek-aspek otot dan membentuk keterampilan siswa. Dalam
pengembangannya pendidikan psikomotorik di samping
mencakup proses yang menggerakkan otot, juga telah
berkembang dengan pengetahuan yang berkaitan dengan
keterampilan hidup.15 Aspek kognitif dalam hal kemampuan
psikomotor juga mempunyai pengaruh sebagai pengetahuan awal
tentang bagaimana gerakan yang benar dan sesuai.
Perilaku psikomotorik merupakan perilaku yang menyangkut
aspek keterampilan atau gerakan. Rumusan kompetensi mencakup
perilaku ranah psikomotor yang dilakukan berdasarkan
pemahaman kognitif dan dilakukan dengan perilaku afektif yang
sesuai. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh simpson
(1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini
tampakdalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Dari uraian pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan psikomorik peserta didik adalah
kemampuan bertindak dengan menggunakan otot-otot yang
13
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2010,
hlm. 138.
14
Oemar Hamalik, Tiga Tahap Belajar Keterampilan; Kognisi, Fiksasi, dan Otonom, Ibid, hlm.
139-140.
15
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, PT Bumi Aksara, Cet. ke-8,
Jakarta, 2015, hlm. 76.
15
dikoordinasi oleh saraf motorik untuk menyelesaikan suatu
perintah setelah menerima pengalaman belajar tertentu untuk
menyelesaikan tugas dengan berhasil.
2. Hasil Belajar
16
Sementara itu menurut Nasution (1995:25) mengemukakan bahwa
hasil adalah suatu perubahan pada diri individu”. Perubahan yang
dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi
perubahan kecakapan, sikap, pengrtian, dan penghargaan diri pada
individu tersebut. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar tidak terlepas dari tindak guru,
pencapaian tujuan pengajaran pada bagian ini merupakan peningkatan
kemampuan siswa Dimyati dan Mudjiono (2006:3). Rendahnya hasil
belajar karena beberapa faktor, diantaranya: (1) metode pembelajaran yang
digunakan selama ini kurang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran,
(2) nilai dari aspek afektif dan aspek psikomotorik masih rendah (3)
pembelajaran masih didominasi oleh guru. (Ningrum (2011:3)).
Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap
elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan
hasil pembelajaran. Tujuan utama efektivitas pembelajaran adalah
outputnya, yaitu kompetensi siswa, efektivitas dapat dicapai apabila semua
unsur dan komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan, efektivitas
pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada persiapan,
implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai
dengan fungsinya masing-masing (Muhidin, 2010:5).
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang
yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang
relatif menetap (Abdurrahman 2003:38). Menurut Bloom dkk (dalam
Hanafiah dan Suhana, 2009:21) hasil belajar dibedakan menjadi tiga yaitu
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi.
Arikunto (2009:25) menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan
pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran
sudah tercapai. Untuk dapat mengukur sejauh mana ketercapaian tersebut,
maka diperlukan suatu teknik evaluasi hasil belajar. Menurut Sudijono
17
(2006:62) teknik evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai alat yang
dipergunakan dalam rangka melakukan evaluasi hasil belajar. Alat yang
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dikenal dengan instrumen
evaluasi. Instrumen evaluasi merupakan alat yang digunakan untuk
mempermudah seseorang untuk mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien (Arikunto, 2009:26).
Hasil belajar ranah psikomotorik adalah hasil belajar yang berkaitan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah murid menerima
pengalaman belajar tertentu; namun yang perlu diingat ialah bahwa
keterampilan dalam menghafal suatu bahan pengajaran bukanlah
termasuk hasil-hasil psikomotor, melainkan termasuk hasil belajar
kognitif, yaitu kemampuan mengingat kembali (recall).16 Jadi, seorang
peserta didik dikatakan telah berhasil mencapai ranah psikomotor ketika
dia telah mampu mempraktekkan dari apa yang telah ia terima dari
kegiatan belajar mengajar.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif
(yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan
hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik
apabila peserta didik telah menunjukkan sesuatu atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung
dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Jadi hasil belajar
psikomotorik dapat dikatakan berhasil jika telah ada
kelanjutan dari aspek kognitif dan afektif.
16
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, UIN MALIKI PRESS, Malang, 2014, hlm. 9.
18
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku)”.
Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi
hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung
dalam ranah kognitif dan ranah afektif, maka wujud nyata dari hasil
psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif
itu Hasil belajar psikomotori yaitu berupa kemampuan gerak tertentu.
Kemampuan gerak ini juga bertingkat mulai dari gerak sederhana yang
mungkin dilakukan secara refleks hingga gerak kompleks yang
terbimbing hingga gerak kreativitas.17 Dalam asesmen psikomotor,
tujuan pembelajaran disesuaikan dengan ranah psikomotorik. Melalui
proses belajar diharapkan yang bisa terbentuk adalah gerak-gerak yang
kompleks menurut suatu kaidah tertentu hingga gerak kreativitas.
R.H. Dave (1970) membagi tahapan hasil belajar ranah
psikomotor menjadi lima tahap, yaitu imitasi (imitation), manipulasi
(manipulation), presisi (precision), artikulasi (articulation), dan
naturalisasi (naturalization). Penjelasan dan contohnya sesuai tabel
berikut.18
18
Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014,
hlm. 211.
19
mengikuti, mengulangi,
menduplikasikan, memproduksi,
melacak.
2 Manipulasi Contoh: mampu melakukan
Mampu melaksanaka tindakan keterampilannya sendiri setelah
tertentu dengan mengingat atau membaca suatu pelajaran atau
mengikuti perintah/prosedur. memperoleh pelajaran. Mengikuti
perintah untuk membangun model.
Kata kunci: bertindak,
melaksanakan, melakukan.
3 Presisi Contoh: mengerjakan dan
Menghaluskan, menjadi lebih mengerjakan ulang sesuatu.
tepat. Melakukan suatu Melaksanakan keterampilan atau
keterampilan dengan ketepatan suatu tugas dengan tanpa bantuan.
yang tinggi. Mendemonstrasikan suatu tugas di
hadapan pemula.
Kata kunci: mengalibrasi,
mendemonstrasikan, menguasai,
menyempurnakan.
4 Artikulasi Contoh: mengombinasikan sederetan
keterampilan untuk menghasilkan
Mengoordinasikan dan
suatu vidio yang melibatkan musik,
mengadaptasikan sederetan
drama, warna, suara, dan lain-lain.
kegiatan untuk meraih
Katakunci: mengadaptasikan,
keselarasan dan konsistensi
mengonstruksikan, menciptakan,
internal.
memodifikasikan.
5 Naturalisasi Contoh: manuver sebuah mobil
Menguasai kinerja tinngkat dalam suatu area parkir yang sudah
tinggi sehingga terjadi alamiah penuh.
tanpa harus berpikir lebih jauh Kata kunci: merancang,
tentang hal tersebut. mengembangkan.
20
3. Pembelajaran Berbasis Laboratorium
Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya
interaksi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan.
Menurut Sugandi, (2004:10), dalam teori humanistik, belajar merupakan
kebebasan untuk memperoleh suatu sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Sehingga belajar bertujuan memanusiakan manusia,
sehingga dalam teori ini menyebutkan bahwa anak yang berhasil dalam
belajar adalah anak yang mampu mengaktualisasikan dirinya dengan
lingkungan dan pengalaman.
21
kegiatan mengamati, menafsirkan data, meramalkan, menggunakan alat
dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan,
mengkomunikasikan hasil praktikum dan mengajukan pertanyaan.
22
tujuan, (4) bersikap ilmiah, yaitu mengembangkan sikap ilmiah antara lain
keingintahuan, berani, jujur, bekerjasama, tekun, santun, kepedulian
terhadap lingkungan, berpendapat secara ilmiah dan berpikir kritis (Amin,
1994:303).
Menurut Murniyati (2000:25) bahwa minat belajar siswa terhadap
hasil belajar siswa dalam pembelajaran berbasis laboratorium lebih tinggi
dari pada pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis
laboratorium. Keterkaitan dengan berbagai alat bantu tersebut sains harus
melakukan kegiatan praktikum dalam pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh
Amin (1994:303) bahwa pembelajaran sains membutuhkan kemampuan
yang perlu dimiliki siswa agar siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung secara nyata, tidak sekedar kumpulan teori saja.
B. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang penulis temukan,
penulis belum menemukan judul yang sama akan tetapi penulis
mendapatkan suatu karya yang ada relevansinya sama dengan judul
penelitian ini.
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang
peneliti teliti diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang berjudul, “Efektivitas model Collaborative Teamwork
Learning berbasis praktikum pada sub materi reaksi pengendapan
terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 2 Sungai Raya”. Penelitian tersebut dijelaskan bahwa hasil
belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor intern (faktor yang ada dalam diri individu) maupun faktor
eksternal (faktor yang ada di luar individu). Faktor intern dan ekstern
yang dianggap besar peranannya dalam menentukan hasil belajar
siswa dalam penelitian ini adalah Kesiapan Belajar, Motivasi
Belajar dan Pengulangan Materi Pelajaran. Hasil dari penelitian
tersebut dinyatakan adanya Terdapat perbedaan sikap ilmiah dan hasil
belajar siswa pada praktikum yang dilakukan dengan menggunakan
23
model Collaborative Teamwork Learning berbasis praktikum dengan
pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran ekspositori
berbasis praktikum pada sub materi reaksi pengendapan. Pembelajaran
menggunakan model Collaborative Teamwork Learning berbasis
praktikum memberikan efektifitas yang tinggi terhadap sikap ilmiah
dan hasil belajar siswa dengan nilai effect size sebesar 1,08 dan
0,96.19
2. Penelitian yang berjudul, “Pembelajaran praktikum berorientasi
proyek untuk meningkatkan ketrampilan proses sains dan pemahaman
konsep”. penelitian tersebut membahas penggunaan metode yang akan
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan pemahaman
pesan serta isi pelajaran. Salah satu cara yang dilakukan ole guru
untuk memudahkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan Pembelajaran
praktikum berorien- tasi proyek dapat meningkatkan keteram- pilan
proses sains dan pemahaman konsep kimia siswa materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan kelas XI pada suatu SMA di Pekalongan. Skor
keterampilan proses sains Kelas eksperimen pertama sebesar 59,2
untuk praktikum 1 meningkat menjadi 70,8 untuk praktikum 2. Kelas
eksperimen kedua memiliki skor keterampilan proses sains sebesar
58,32 untuk praktikum 1 meningkat menjadi 69,2 untuk praktikum 2.
Pemahaman konsep kimia kelas eksperimen pertama pada tahun lalu
sebesar 72,32 meningkat menjadi 85,23 pada tahun ini. Pemahaman
konsep kimia kelas eksperimen kedua pada tahun lalu sebesar 71,86
meningkat menjadi 78,69 pada tahun ini.20
3. Penelitian yang berujudul “ Penerapan pembelajaran berbasis
praktikum untuk peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotorik
19
Rindha Permata, dkk. Efektivitas model Collaborative Teamwork Learning berbasis praktikum
pada sub materi reaksi pengendapan terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 2 Sungai Raya. Vol. 7 No. 1, Februari 2019. Ar-Razi Jurnal Ilmiah. ISSN. 2503-
4448
20
Tri, Winarti. Pembelajaran praktikum berorientasi proyek untuk meningkatkan ketrampilan
proses sains dan pemahaman konsep. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
24
pada perkuliahan anatomi tumbuhan”. Dalam penelitian ini dijelaskan
bahwa dengan adanya praktikum maka siswa akan mempunyai
kemampuan psikmotorik yang presentasiya lebih banyak. Dengan
adanya kemampuan tersebut maka siswa akan lebih terampil dalam
mengaplikasikan materi IPA khususnya biologi yang erat dengan
adanya kegiatan di laboratorium. Hasil penelitian ini menunjukkan
penerapan pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan
kemampuan kognitif mahasiswa pada perkuliahan anatomi tumbuhan
dengan kriteria tinggi atau N- Gain 76,7 dan hasil t-hitung 6,24 > t-
tabel 1,645. Penerapan pembelajaran berbasis praktikum dapat
meningkatkan kemampuan psikomotorik mahasiswa pada perkuliahan
anatomi tumbuhan dengan kriteria sangat baik yaitu 53,33%.
Kemampuan dosen dalam membimbing dan melaksanakan kegiatan
praktikum sangat baik yaitu 100%, sehingga meningkatkan
kemampuan kognitif dan psikomotorik mahasiswa. Penerapan
pembelajaran berbasis praktikum pada perkuliahan anatomi tumbuhan
mendapat tanggapan positif yaitu 58% mahasiswa menjawab sangat
setuju dengan penerapan pembelajaran berbasis praktikum.21
Kedudukan penelitian yang akan peneliti teliti merupakan
pengembangan dari hasil riset sebelumnya, maka dari penelitian di atas
peneliti mencoba mengembangkannya. Dalam upaya pengembangannya
terdapat persamaan maupun perbedaan dengan yang akan peneliti teliti,
diantaranya :
21
Siska, Murti. Peneerapan pembelajaran berbasis praktikum untuk peningkatan kemampuan
kognitif dan psikomotorik pada perkuliahan anatomi tumbuhan. Jurnal Biologi Edukasi Edisi 12,
Volume 6 Nomor 1, Juni 2014, hal 1-8
25
Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan penelitian yang akan diteliti dengan
penelitian terdahulu
No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Efektivitas model 1. Sama-sama meneliti 1. Penelitian yang akan
Collaborative tentang praktikum yang diteliti adalah tentang
Teamwork memberikan pengaruh pengaruh
Learning berbasis terhadap hasil belajar pemeblajaran berbasis
praktikum pada 2. Jenis penelitian yang laboratorium terhadap
sub materi reaksi digunakan adalah Quasi kemampuan
pengendapan Exsperiment Design. psikomotorik dan
terhadap sikap 3. Sama- sama memiliki hasil belajar.
ilmiah dan hasil tujuan untuk menciptakan Sedangkan penelitian
belajar siswa kondisi belajar yang yang dijelaskan
kelas XI IPA efektif dan mencapai adalah tentang efektif
SMA Negeri 2 tujuan yang diinginkan tidakntya praktikum
Sungai Raya setelah menganalisis untuk meningkatkan
seberapa besar hasil belajar.
pengaruhnya terhadap 2. Design penelitian yang
hasil belajar digunakan adalah
4. Sama- sama mengukur None Quivalent
hasil belajar dengan pre- Control Group
test dan post-test Design
2. Pembelajaran 1. Sama-sama berbasis 1. Design penelitiannya
praktikum praktikum atau kegiatan menggunakan posttest
berorientasi di laboratorium dan only control design
proyek untuk peningkatan terhadap dengan sistem
meningkatkan ketrampilan proses yang sampling acak
ketrampilan erat kaitannya dengan sedangkan penelitian
proses sains dan kemampuan yang diteliti tidak
pemahaman psikomotorik dengan acak
konsep 2. Sama-sama mengukur 2. Penerapannya
dari hasil belajarnya berorientasi proyek
26
3. Data penelitian sedangkan yang
pemahaman konsep diteliti hanya ingin
dianalisis secara statistik mengetahui
parametrik dihitung pengaruhnya terhadap
dengan uji perbedaan dua kemampuan
rata-rata satu pihak kanan psikomotorik dan
(uji t) hasil belajar.
27
C. Kerangka Berfikir
28
mempertahankan informasi yang didapat secara mendalam dan sebagai
salah satu pengalaman yang dialami oleh peserta didik secara langsung
untuk mengembangkan pengetahuan mereka.
29
Secara grafis pemikiran yang dilakukan oleh peneliti dapat
digambarkan dengan bentuk sebagai berikut :
Pembelajaran Berbasis
Laboratorium
Dalam mengembangkan
keterampilan proses sains siswa
dapat digunakan metode
praktikum, karena pada kegiatan
praktikum dapat dikembangkan
keterampilan psikomotorik,
kognitif, dan juga afektif. Pada
kegiatan praktikum siswa dapat
melakukan kegiatan mengamati,
menafsirkan data, meramalkan,
menggunakan alat dan bahan,
menerapkan konsep,
merencanakan percobaan,
mengkomunikasikan hasil
praktikum dan mengajukan
pertanyaan
22
Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik, Bandung, Alfabeta, hlm. 12.
23
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, UIN MALIKI PRESS, Malang, 2014, hlm. 9.
30
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif, karena rancangan penelitian dalam pendekatan kuantitatif
lebih memperhatikan dan mementingkan variabel-variabel sebagai objek
penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam
bentuk operasionalisasi variabel masing-masing.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Eksperimen, karena jenis penelitian eksperiem mengontrol semua
variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Melalui metode
ini peneliti dapat melihat efek yang terjadi dari sebuah variabel setelah
kejadian tertentu.
3. Paradigma Penelitian
Paradigma dalam penelitian ini adalah termasuk paradigma ganda
dengan dua variabel dependen sesuai dengan judulnya yang terdiri dari
satu variabel independen yaitu pembelajaran berbasis laboratorium dan
dua variabel dependen yaitu kemampuan psikomotorik dan hasil belajar
siswa.
Y1
r1
X1 =
Y2
r2
Gambar 2. Paradigma Ganda Dengan Dua Variabel Dependen
Keterangan :
X = Pembelajaran berbasis laboratorium
Y1 = Kemampuan psikomotorik
Y2 = Hasil belajar siswa
31
4. Design Penelitian
Design yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent
Control Group Design. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang
tidak dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui
keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Pengaruh perlakuannya adalah:
K E
O1 X O2
------------------
O3 O4
Keterangan :
X = Treatment yang diberikan (Variabel independen)
O = Observasi (Variabel dependen )
K = Kelas kontrol
E = Kelas Eksperimen
Design ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dan ada pre-test dan post-test
nya. Sedangkan kelas kontrol tidak diberi perlakuan namun ada pre-test
dan post-testnya. Sehingga dengan adanya perlakuan di kelas
eksperimen akan diketahui ada tidaknya pengaruh pembelajaran berbasis
laboratorium terhadap kemampuan psikomotorik dan hasil belajar siswa.
5. Tahapan Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan tahap penelitian. Oleh karena
itu, tahap penelitian dalam hal ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan ini dilaksanakan mulai pada tanggal 17
maret 2019, peneliti melakukan perkenalan ke lokasi penelitian dan
berusaha mendalami masalah sesuai dengan judul yang ada. Dalam
mendalami masalah ini, penulis mencermati teori yang ada dalam
32
buku-buku ilmiah di perpustakaan IAIN Tulungagung dan artikel-
artikel ilmiah yang diakses melalui website.
b. Tahap pengamatan
Dalam tahap ini, peneliti melakukan pengamatan ke lokasi
dengan melihat asalah- masalah yang ada. Tahap ini berlangsung
selama satu bulan dengan diiringi kegiatan magang atau observasi
pembelajaran dikelas. Di dalam kelas peneliti mengamati proses
belajar mengajar, cara guru menyampaikan, cara siswa belajar dan
lain sebagainya serta permasalahan-permasalahan yang ada dikelas.
B. Variabel Penelitian
33
kelas yaitu kelas VIII- A,VIII-B, VIII-C, VIII-D, VIII-E, VIII-F, VIII-G,
VIII-H, VIII-I, dan VIII-J
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VIII-B
yang berjumlah 36 peserta didik sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-A
yang berjumlah 36 peserta didik sebagai kelas eksperimen. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sampling purposive di mana pengambilan sampel dengan cara kelompok
dilakukan dengan memilih sampel dengan pertimbangan tertentu. Maka
dipilih kelas VIII-B sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-A sebagai kelas
eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri
relatif yang dimiliki yaitu:
a. Peserta didik mendapatkan materi berdasarkan ketentuan yang sama.
b. Peserta didik diampu oleh guru yang sama.
c. Peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang
sama.
Kelas VIII-A sebagai kelompok eksperimen adalah kelas yang
dikenai pembelajaran berbasis laboratorium dengan kegiatan praktium,
sedangkan kelas VIII-B sebagai kelompok kontrol proses pembelajaran
dengan metode ceramah seperti biasanya.
34
konseptual, dan teknologi yang Menguraikan Jawaban 3,4,5,6,7 C2
prosedural) terinspirasi oleh
macam- singkat
berdasarkan struktur
rasa ingin tumbuhan (C4) macam
tahunya tentang
jaringan
ilmu
pengetahuan, meristem
teknologi, seni,
primer dan
budaya terkait
fenomena dan strukturnya
kejadian
Menunjukka Jawaban 2 C1
tampak mata
KI 4 n struktur singkat
Mengolah,
jaringan pada
menyaji, dan
menalar dalam batang
ranah konkret
tumbuhan
(menggunakan,
mengurai, Menguraikan Jawaban 3 C2
merangkai,
memodifikasi, macam singkat
dan membuat) jaringan Essay 3,4,7
dan ranah
abstrak
(menulis, Menjelaskan Essay 1,6 C2
membaca,
menghitung, proses
menggambar, pertumbuhan
dan
mengarang) Mengemukak Essay 2 C3
sesuai dengan anjaringan
yang dipelajari
di sekolah dan sederhana
sumber lain dan jaringan
yang sama
dalam sudut kompleks
pandang/teori Menggambar Essay 5 C3
kan struktur
dan fungsi
floem
35
2. Kisi-kisi instrumen kemampuan psikomotorik
No Indikator Kriteria
Kinerja
Mampu melaksanaka tindakan tertentu
2. Manipulasi
mengingat atau mengikuti
perintah/prosedur
E. Instrumen Penelitian
36
4. Jaringan meristem yang terdapat diujung pucuk utama dan
pucuk lateral serta ujung akar disebut....
5. Jaringan meristem yang sel- selnya berkembang dari jaringan
dewasa yang sudah mengalami differensiasi adalah.....
6. Jaringan yang tersusun atas sel- sel yang berbentuk poligonal
atau pipih memanjang dan berfungsi sebagai jaringan pelindung
adalah....
7. Bagian epidermis yang termodifikasi dengan mempunyai bentuk
menonjol diantara sel-sel epidermis yang lain disebut.....
b. Post-test (Essay)
1. Jelaskan proses perkecambahan biji hingga membentuk jaringsn
dewasa !
2. Tulislah perbedaan jaringan sederhana dan jaringan kompleks
pada tumbuhan!
3. Tulislah macam jaringan meristem berdasarkan letaknya !
4. Jelaskan letak jaringan parenkim pada tumbuhan ?
5. Bagaimana struktur dan fungsi dari floem ?
6. Bagaimana terjadinya tumbuhan primer?
7. Jelaskan fungsi dari jaringan penunjang !
Kinerja 10
Mampu melaksanaka tindakan tertentu
2. Manipulasi 10
37
3. Presisi Menghaluskan, menjadi lebih tepat 10
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder
biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah
24
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian, (Surabaya: elKaf, 2006), hal.131
38
tersedia. Data sekunder untuk penelitian ini diambil dari buku,
dokumentasi, arsip dan berbagai literatur yang berkaitan dengan
rumusan masalah dan pembahasan. Semua data tersebut diharapkan
mampu memberikan deskripsi tentang pengaruh pembelajaran berbasis
laboratrium terhadap kemampuan psikomotorik dan hasil belajar siswa.
Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data peneliti
mengklasifikasikan menjadi 3 huruf P, yaitu:25
1) Person (sumber data berupa orang), yaitu sumber data yang bisa
memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara.
Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala sekolah, guru
pamong dan siswa.
2) Place (sumber data berupa tempat), yaitu sumber data yang
menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Sumber
data berguna untuk memberikan gambaran situasi, kondisi
pembelajaran ataupun keadaan lainnya yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian. Untuk sumber data place
yaitu MTsN 3 Tulungagung
3) Paper (sumber data berupa simbol), yaitu sumber data yang
menyajikan tanda-tanda berupa catatan, arsip-arsip atau foto yang
dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian yang berada di MTsN 3 Tulungagung.
25
Arikunto, Prosedur Penelitian..., hal. 172
39
rapat, agenda, dan sebagainya.26 Metode dokumentasi ini digunakan
untuk memperoleh data mengenai data nama peserta didik yang
termasuk populasi dan sampel penelitian, data nilai ulangan harian
peserta didik, dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Selain
itu, metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang
berkaitan dengan sekolah yang akan diteliti mulai dari sejarah
berdirinya sekolah struktur organisasi, sarana dan prasarana,
keadaan guru dan karyawan, daftar peserta didik yang menjadi
subjek penelitian, nilai tes terakhir sebelum dan sesudah diberikan
tindakan dan sebagainya. Sumber ini diperoleh dari kepala sekolah
atau guru yang bersangkutan.
2. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian.27 Tes dipergunakan untuk memperoleh
data tentang hasil belajar. Bentuk tes yang digunakan berupa tes
objektif (multiple choice) yang berbentuk pilihan ganda. Masing -
masing item soal pilihan ganda terdiri dari 4 alternatif jawaban
dengan 1 jawaban yang benar. Sedangkan materi tes adalah materi
pelajaran biologi struktur pada tumbuhan. Tes adalah alat yang
digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Tes
yang akan dilakukan oleh peneliti berupa soal tertulis yang akan
diberikan di awal (pretest) dan di akhir (posttest). Pretes adalah
sebuah tindakan pemberian soal keadaan siswa sebelum memulai
pembelajaran dengan materi yang akan disampaikan. Sedangkan
postest adalah pemberian soal diakhir setiap siklus, tes tersebut akan
mengukur apakah siswa sudah mampu menguasai konsep materi yang
disampaikan guru.
26
Suharsimi Arikunto, op.cit , hlm. 206
27
Ibid, hlm. 66
40
Tes ini dilaksanakan setelah kelompok eksperimen (kelas
VIII-A) dikenai perlakuan yaitu pembelajaran berbasis
laboratorium dengan kegiatan praktikum. Sebelum tes diberikan,
soal tes terlebih dahulu diuji cobakan kepada kelas selain kelas
kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dari tiap-tiap butir
soal. Jika ada butir-butir soal yang tidak valid maka dilakukan
perbaikan pada soal tes tersebut. Tes yang sudah melewati tahap
perbaikan dan valid akan diberikan pada kelas sampel.
3. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara
mendalam (in-depth interview), yaitu upaya menemukan
pengalaman-pengalaman subjek penelitian dari topik tertentu atau
situasi spesifik yang dikaji. Di mana peneliti terlibat langsung
secara mendalam dengan kehidupan subjek yang diteliti dan tanya
jawab yang dilakukan berkali-kali. Dalam melaksanakan
wawancara untuk mencari data, digunakan pertanyaan-pertanyaan
yang memerlukan jawaban berupa informasi. Sebelum dimulai
wawancara pertanyaan disiapkan terlebih dahulu sesuai dengan
tujuan penggalian data yang diperlukan. Tetapi, kemungkinan bisa
terjadi penyimpangan dari rencana, karena situasinya berubah serta
sikap dan pengetahuan subjek berbeda. Kemungkinan diantara
mereka ada yang sangat terbuka, ada yang tertutup dan ada yang
memang tidak begitu banyak mengetahui tentang fenomena yang
dicari datanya.
H. Analisis Data
41
1. Uji homogenitas
Sebelum diuji menggunakan t-Test perlu dilakukan uji
homogenitas. Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk
memberikan keyakinan bahwa sekumpulan data yang dimanipulasi
dalam serangkaian analisis memang berasal dari populasi yang
tidak jauh berbeda variansnya. Data yang digunakan diambil dari
hasil tes. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat independent sample t-
Test. Adapun rumus yang digunakan dalam uji homogenitas varians
adalah:
Mencari varians/standar deviasi
a) Kelompok siswa yang menggunakan teori Van hiele (X),
dengan rumus :
2 2
Sx 2 = Jn.∑ s –(∑ s)
n(n–1)
n(n–1)
2. Uji Normalitas
Selain menggunakan uji homogenitas dalam analisis data juga
harus memenuhi asumsi normalitas. Yang dimaksud dengan uji
normalitas sampel atau menguji normal terhadap tidaknya sebaran
data yang akan dianalisis. Uji normalitas sampel dapat
42
menggunakan rumus Chi-kuadrat, dengan rumus:
(ƒO–ƒh )
x2 = ∑ [ ]
ƒh
Keterangan:
3. Uji sebenarnya
Teknik t-Test digunakan untuk mengetahui efektivitas penerapan
pembelajaran berdasarkan tahap berfikir Van Hiele terhadap hasil
belajar siswa Teknik ini digunakan untuk menguji signifikasi.
Dimana:
43
Adapun kriteria untuk menentukan taraf signifikan pada uji t –
test :
44