Disusun oleh :
Khildah Shulhiyyah
1111024000012
JURUSAN TARJAMAH
JAKARTA
2016
PRAKATA
Segala puji bagi Allah swt, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Skripsi ini
akhirnya dapat terselesaikan. Shalawat serta salam terlimpah pada junjungan kita
Nabi Muhammad saw, sahabat dan semua pengikutnya hingga hari kemudian,
semoga kita mendapatkan pertolongan melalui beliau atas izin Allah swt di hari
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak. Peneliti sampaikan
semoga perhatian, bantuan, dukungan dan doa yang diberikan dengan tukus ikhlas
1. Prof. Dr. Syukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Jurusan Tarjamah.
iv
3. Segenap Dosen Jurusan Tarjamah yang tidak peneliti sebutkan namanya
yang telah diajarkan, semoga menjadi amal bagi mereka semua dan
4. Kepada Drs. Nawawi M.Ag dan Drs. Ikhwan Azizi M.A sebagai penguji
5. Dan tidak lupa kepada orang tua yang selalu mendoakan peneliti dalam
segala kegiatan.
Semoga skripsi yang amat sederhana ini membawa manfaat bagi khasanah ilmu
pengetahuan, terutama bagi diri pribadi peneliti sendiri dan umumnya bagi
masyarakat umum. Akhir kata peniliti ucapkan mohon maaf akan kekurangan
v
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ................................................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... .. . ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Penerjemahan.....................................................................................9
B. Balaghah ..........................................................................................19
3. Tasybih ....................................................................................23
vi
a. Konsep Tasybih ....................................................................23
a. Mursal ......................................................................26
b. Muakkad ..................................................................26
Syibh .............................................................................27
a. Mufashal ..................................................................27
b. Mujmal ....................................................................27
C. Karya-karyanya ..............................................................................36
A. Temuan ...........................................................................................37
vii
B. Pembahasan ....................................................................................37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................54
B. Saran ...............................................................................................55
LAMPIRAN……………………………………………………………………...58
viii
ABSTRAK
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis berapa jenis jumlah struktur kalimat
tasybih yang terdapat pada terjemahan kitab balaghotul hukama dan bagaimana
struktur kalimat tasybih.
Untuk memecahkan masalah di atas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode analisis kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Dengan kata lain, penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, yaitu
berupa teks-teks atau kata-kata bukan dengan angka-angka. Sumber data yang
akan digunakan adalah terjemahan kitab balaghotul hukama karya Dr. Azhar
Arsyad.
Dari 147 terjemahan mahfudzat, peneliti menemukan 15 terjemahan yang
mengandung struktur kalimat tasybih. Kemudian terjemahan mahfudzat terpilih
dianalisis sesuai dengan teori ilmu bayan.
Setelah diteliti peneliti menemukan beberapa kalimat tasybih yang sama pada
beberapa terjemahan mahfudzat. Hasil analisis menjawab bahwa struktur kalimat
tasybih yang terdapat dalam terjemahan kitab balaghotul hukama terdiri dari
wajhu syabah, musyabbah, musyabbah bih dan adat tasybih.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
lafalnya dari satu makna ke makna lain, karena lafal dalam bahasa arab tidak
selalu menetap dalam satu makna, akan tetapi bergerak dan berubah. Hal ini
Perpindahan lafal dari satu makna ke makna yang lain adalah tuntutan
makna-makna baru yang disesuaikan dengan kebutuhan diri dan zaman yang
1
Abdul Ghaffar Hamid Hilal, Ilm Al Dilalah al-Lughawiyah (Kairo, Jami’ah al-Azhar,
tt) h.15
1
bahasa Arab, sebagaimana juga bangsa lain yang mempunyai seni keindahan
meliputi ilmu ma’ani, bayan dan badi’. Dalam konteks linguistik barat, ilmu
menyampaikan makna secara jelas dan sempurna ke dalam hati pembaca atau
apa yang ada di dalam hati secara dalam dan sempurna. Seakan akan ada
makna yang melayang dan belum jelas. Keindahan bahasa dapat memberikan
kebahasaan.
Salah satu cabang ilmu balaghoh adalah ilmu bayan. Ilmu bayan adalah
berbagai macam cara yang sebagiannya berbeda dengan sebagian yang lain,
Para ahli balaghah sepakat bahwa kajian ilmu bayan mencakup tiga hal,
sesuatu dengan sesuatu yang lain karena adanya kesamaan dalam satu atau
2
Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Antara Al Bayan dan Al Badi’, (Yogyakarta:
Teras,2007)h.1.
2
empat rukun wajib tasybih, yaitu musyabbah bih, musyabbah, wajhu syibh dan
adat tasybih. Wajhu syibh dan adat tasybih merupakan rukun tidak wajib
tasybih, karena bisa saja ada dan bisa saja tidak ada. Ungkapan tasybih
memperburuk musyabbah. 3
ketinggian makna dan kejelasannya serta dapat membuat makna tampak lebih
وﺿﻴﻊ
ٌ اﳉﻮ وﻫﻮ
ّ إﱃ ﻃﺒﻘﺎت
Artinya:
Tasybih lebih terlihat menarik jika keadaan musyabbah dan musyabbah bih
nya tidak jelas (implisit). Kita bisa menetapkan unsur musyabbah dan
musyabbah bih pada tasybih jenis ini setelah menelaah dan memahaminya
َوضْ ِربْ لَھُ ْم َمثَ َل ْال َحيَا ِة ال ﱡد ْنيَا َك َما ٍء أَ ْنز َْلنَاهُ ِمنَ ال ﱠس َمآ ِء
ض فأَصْ بَ َح ھ َِش ْي ًما ت َْذرُوْ هُ الرﱢ يَا ُح ِ ْات األَر ْ َف
ُ َاختَلَطَ بِ ِه نَب
3
Mamat Zaenuddin, dan Yayan Nurbayan. Pengantar Ilmu Balaghah (Bandung: Refika
Aditama,2007)h.29
3
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah
sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur
karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu
menjadi kering yang di terbangkan oleh angin”
Kata-kata pada syi’ir di atas pada lahirnya tidak berbentuk tasybih. Akan
darinya secara evolusi yang terjadi pada akhirnya. Demikian itu diserupakan
diterbangkan oleh angin. Akhirnya menjadi sesuatu yang tiada sama sekali.
formal dan informatif yang terkandung dalam buku itu dapat mudah dialihkan.
membuat kalimat yang baik dalam tulisannya, karena dengan itu kalimat
kitab terjemahan, dalam hal ini kesalahan berbahasa ilmiah, kesalahan huruf
dan tanda baca seringkali muncul. Bukan hanya semata-mata karena salah
ketik saja, kesalahan itu antara lain adalah salah tulis huruf atau salah tulis
4
kata. 4 Penyair atau penulis karya sastra dalam menyampaikan ide atau
pikirannya menggunakan gaya bahasa tertentu yang dapat memberi efek bagi
Dengan ini kita dapat menganalisis dan memahami jenis dan macam apa
tasybih yang terkandung dalam kalimat pada suatu syi’ir atau perkataan
1. Ada berapa jenis tasybih yang terdapat dalam kitab Balaghotul Hukama?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menambah
Balaghotul Hukama
Balaghotul Hukama
4
Sugihastuti, Editor Bahasa, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2006), h. 28
5
Umi Rukhiyatun, Tesis Gaya Bahasa Qasasal Hayawan Fi Al-Qu’ran (Analisis
Stilistika), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), h.2
5
D. Tinjauan Pustaka
Karya Ramdani Rasyid dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan objek
صور التشبيه في الشعر الح ّر "شؤن صغيرة" لنزار قبانى في ديوان حبيبتى
objek syair hur dan menemukan gambaran tasybih dalam syair tersebut.
Balaghotul Hukama karya Prof Dr. Azhar Arsyad Studi Analisis Struktur
E. Metodologi Penelitian
mengulas objek permasalahan, yakni kitab balaghotul hukama dan alat analisis
yaitu teori ilmu bayan serta beberapa buku lainnya yang mendorong penelitian
Skripsi ini didasarkan atas temuan kepustakaan, dalam hal ini kitab
terdapat struktur kalimat tasybih. Tentu untuk mengkaji objek penelitian ini,
diperlukan data, dimana data tersebut peneliti bagi ke dalam kategori primer
6
dan sekunder. Sumber primernya berupaterjemahan kitab balaghotul hukama.
struktur tasybih yang ada dalam terjemahan kitab balaghotul hukama yang
menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini, yakni teori ilmu bayan
sebelumnya.
langsung tentang struktur tasybih sebagai alat analisis maupun literatur sastra
berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan
F. Sistematika Penulisan
buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah
7
Jakarta, 2014 yang terdiri dari lima bab dan beberapa sub bab sebagai berikut:
sistematika penulisan.
dan tasybih.
BAB III : Korpus yang membahas biografi Prof. Dr. Azhar Arsyad M.A,
dan karya-karyanya.
8
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan
1. Defnisi Terjemahan
sumber dan bahasa target dengan baik, namun juga harus menguasai isi materi
yang diterjemahkan. Selain itu, seorang penerjemah juga harus peka terhadap
berbagai faktor sosial, budaya, politik, dan emosi agar dapat menerjemahkan
secara tepat.
pikiran, pesan atau informasi lainnya dalam suatu bahasa ke dalam bahasa ain.
menafsirkan, yaitu mengalihkan ide, pesan, makna, dan maksud dari bahasa
6
Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik
(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 223
7
Ali al-Qasimi, Al-Mu’jam Al-Arabi al-Asasi li al-Natiqin bi Al-Arabiyah wa
Muta’alimiha, (Larus: al-Munazamah al –Arabiyah li al-Tarbiyahal-Tsaqafah wa ‘Ulum, 1998), h.
196.
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Gramedia, 2008), h. 1047.
9
Harimurti Kridalaksana mendefinisikan penerjemahan sebagai berikut:
bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam
bahasa sasaran. Newmark juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas
lagi “rendering the meaning of text into another language in the way that the
author intended the text” menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa
adalah suatu prose kreatif yang selalu memberi kebebasan atau pilihan kepada
9
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia,1993), h. 215.
10
Rochayah Mahali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 77.
10
menginterpretasikan apa yang telah dituliskan oleh penulis asli selama tidak
dengan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan
konteks tersebut. 11
secara umum, adalah memindahkan gagasan, ide atau pikiran dari satu bahasa
(disebut bahasa sumber atau bahasa asli atau source language atau al-Lughah
bahasa sasaran atau bahasa penerima atau target language atau al-Lughah al-
2. Jenis-jenis Penerjemahan
Penerjemahan kata demi kata adalah suatu tipe penerjemahan yang pada
kata lain penerjemahan kata demi kata adalah suatu penerjemahan yang hanya
memindahkan secara langsung isi teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
11
Milred L Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Untuk Pemadanan
Antar Bahasa, (Jakarta: Arca,1991) cet. Ke 2 h. 262
11
secara kata demi kata tanpa mengadakan perubahan susunan kata bahasa
hanya bisa diterapkan dengan baik bila ada kesamaan struktur antara bahasa
sumber dan bahasa sasaran. Apabila bhasa sumber dan bahasa sasaran tidak
ada kesamaan struktur, maka hasil enerjemahan dengan menggunakan cara ini
b. Penerjemahan Harfiah
padanan konstruksi gramatikal teks sumber (Tsu) yang terdekat dalam Tsa.
Contoh dari penerjemahan harfiah ada pada al-qur’an surah al-isra’ ayat 29
dengan konteks.13
12
Al-Qur’an Tiga Bahasa, (Depok:Al Huda Gema Insani,2010)
13
Moch.Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-
Indonesia, h. 31
12
c. Penerjemahan Setia
dengan maksud dan tujuan dari bahasa sumber sehingga kosakata kebudayaan
jenis penerjemahan ini terdapat dalam al-qur’an surat al-lahab ayat 4 dan 5:14
kita dapat melihat bahwa penerjemah berusaha untuk setia pada bahasa
ungkapan metaforis yang terdapat dalam teks sumber, padahal ayat tersebut
gaya yang dipakai oleh penulis tidak banyak berubah dalam terjemahannya.
14
Al-Qur’an Tiga Bahasa
13
d. Penerjemahan Semantik
ditekankan pada unsur estetika teks sumber dan bersifat lebih fleksibel
Contoh:
15 ِ
َﺳﻨَﺎن
ْ ﻀ ُﺮ اﻷ
َ َﺣ
ْ ُﻫ َﻮ أ
relatif sesuai dengan bahasa sasaran dan sesuai yang diharapkan oleh penulis
teks asli.
e. Penerjemahan Adaptasi
bahasa sasaran dan berusaha mengubah tetapi tetap selaras dengan budaya
bahasa sumber. Biasanya penerjemahan ini digunakan untuk drama dan puisi,
karena biasanya unsur intrinstik dalam drama dan puisi tetap dipertahankan.
15
M.Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: rosda, 2011),
h.139
14
contoh-contoh yang berkaitan dikurangi atau bisa sama sekali ditiadakan
mana penerjemah mengganti unsur-unsur budaya yang ada dalam Bsu dengan
unsur budaya yang mirip dan ada dalam Bsa karena unsur budaya Bsa lebih
akrab bagi pembaca. Karena jika tidak demikian hasil terjemahan tersebut
seperti berikut:
f. Penerjemahan Bebas
panjang ataupun lebih pendek dari bentuk aslinya. Bentuk alur dan bentuk
16
Moch.Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-
Indonesia, h. 33
15
Adapun dalam pencarian padanan pun cenderung berada pada tataran teks,
bukan kata, frasa, klausa atau kalimat. Sehingga akan tampak seperti
Contoh:
(1) Wanita tua yang baik hati tersebut datang lagi minggu yang lalu
(2) Wanita tua bawel itu nongol lagi minggu yang lalu
Disini dapat dilihat perbedaan antara terjemahan yang (1) dan (2). Hasil
terjemahan (1) penerjemah menambahkan kata “yang baik hati” agar sesuai
kata “bawel” dan “nongol”, kedua kata tersebut agar sesuai dengan konteks
tersebut tidak terdapat kata atau istilah yang pasti yang dapat diterjemahkan
g. Penerjemahan Idiomatik
Pada metode ini ungkapan idiomatik yang terdapat dalam bahasa sumber
17
Lingua-bahasa.blogspot.com/2013/03/tingkat-kesetiaan-terjemahan-terjemahan.html?m=1
16
terdapat dalam bahasa sumber tetapi bisa digunakan dalam bahasa sasaran.
Sebuah idiom tidak mungkin diterjemahkan secara harfiah (kata demi kata).
Contoh:
dalam perjalanan”. Namun bukan ini makna yang dimaksud oleh orang Arab.
h. Penerjemahan komunikatif
sedemikian mudah dan secara tepat, sehingga pembaca langsung mengerti dan
Seperti contoh hubbu al ‘umm la: yamu:tu ‘abadan (kasih ibu sepanjang
jalan).
memenuhi tujuan utama penerjemahan yaitu ketepatan dan dan efisiensi suatu
3. Syarat-syarat Penerjemah
17
dwitindak komunikasi yang kompleks ini dapat menghadirkan terjemahan
adanya dua sistem berbeda, tetapi juga berhubungan dengan adanya perbedaan
budaya yang melatari keduanya. Karena itu, seorang penerjemah tidak saja
kewajaran.
18
Ketiga, kompetensi materi. Pengetahuan penerjemah ihwal bidang ilmu
menjadi pakar di bidang ilmu tersebut. Tetapi paling tidak, harus bisa
Disinilah penerjemah perlu menjadi orang yang “tahu sedikit tentang banyak”.
bisa di pahami dengan baik. Dengan begitu tidak akan “tersesat” dalam
berarti mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Tidak
B. Balaghah
1. Pengertian Balaghah
Secara etimologi berasal dari kata dasar “ ”ﺑﻠﻎ, yang memiliki arti sama
19
balaghah berarti sampainya maksud hati atau pikiran yang ingin diungkapkan
kepada lawan dialog, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
benar, jelas, berpengaruh terhadap rasa atau pikiran audiens lewat diksinya
yang tepat, dan juga cocok dengan situasi dan kondisi audiens. Dalam
keharusan situasi atau realitas dialog, dimana kata dan kalimat yang digunakan
maksud hati atau fikiran yang ingin diungkapkan kepada lawan dialog sampai
secara efektif. 19
Dalam kajian sastra, balaghah ini menjadi sifat dari kalam dan mutakallim,
sehingga lahirlah sebutan ﻣﺘﻜﻠﻢ ﺑﻠﻴﻎdan ﻛﻼم ﺑﻠﻴﻎ. Menurut Abd al-Qadir
Husein (1984), balaghah dalam kalam adalah ﻣﻄﺎ ﺑﻘﺔ اﻟﻜﻼم ﳌﻘﺘﻀﻰ اﳊﺎل
dalam arti bahwa kalam itu sesuai dengan situasi dan kondisi para pendengar
menuntut perubahan susunan kalam. Situasi dan kondisi yang menuntut kalam
ithnab tentu berbeda dengan situasi dan kondisi yang menuntut kalam ijaz.
Berbicara kepada orang cerdas tentu berbeda dengan berbicra kepada orang
tuntutan taqdim tidak sesuai dengan ta’khir, dan seterusnya bahwa untuk
setiap situasi dn kondisi ada kalam yang sesuai dengannya( ﻣﻘﺎل ) ﻟﻜﻞ ﻣﻘﺎم.
Nilai balaghah setiap kalam bergantung kepada sejauh mana kalam itu
19
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, (Depok:Raja Grafindo
Persada), cet. 2 h. 136.
20
susunan) dan ta’qid (rumit). Dari aspek bahasa terbebas dari gharabah (asing)
dalam kata-katanya. Dan dalam aspek sharf menurut qiyas adalah “ ”اﻷﺟﻞ.
Sedangkan secara dzauq terbebas dari tanafur(berat pengucapannya) baik
2. Cabang-cabang Balghah
Balaghah mempunyai tiga cabang, yaitu Ilmu Ma’ani, Ilmu Bayan dan
Ilmu Ma’ani adalah dasar-dasar dan kaidah yang menjelaskan pola kalimat
berbahasa arab agar bisa disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang
teks, maka objek kajiannya berkisar pada pola kalimat berbahasa arab dilihat
dari pernyataan makna dasar (ashly) bukan tab’iy yang dikehendaki oleh
bukan pada struktur kalimat itu sendiri, akan tetapi terdapat pada “makna”
yang terkandung dalam sebuah tuturan. Jadi yang terpenting dalam ma’ani
yang benar, bukan pada tuturan itu secara otonom. Adapun objek kajian ilmu
ma’ani meliputi Kalam Khabar, Kalam Insya, Qasr, washal, fashal, Ijaz,
20
Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika
Aditama), 2007, h. 6
21
Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Beirut: Dar al Fikri), 1994, h. 39-40.
21
Ithnab dan Musawah.
menyampaikan makna, objek kajiannya pun berkisar pada berbagai corak gaya
Al Badi’ secara etimologi adalah kreasi yang dicipta tidak seperti ilustrasi
yang telah ada. Secara terminologi, Ilmu Badi’ adalah ilmu yang mempelajari
Secara garis besar ilmu badi’ mempunyai dua obyek kajian, yaitu
22
Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Beirut: Dar al Fikri), 1994, h. 212
23
Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Beirut: Dar al Fikri), 1994, h. 308
22
3. Tasybih
a. Konsep Tasybih
25
ﺎق أ َْﻣ ٍﺮ ﺑِﺄ َْﻣ ٍﺮ ﺑﺄداة اﻟﺘﺸﺒﻴﻪ ﳉﺎﻣﻊ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ
ُ َاﻟﺘَ ْﺸﺒِْﻴﻪُ ُﻫ َﻮ إِﳊ
“yaitu menyamakan suatu hal dengan hal lain dengan menggunakan
pernagkat (sarana) tasybih untuk mengumpulkan keduanya.”
memiliki kesamaan sifat (satu atau lebih) dengan suatu alat karena ada tujuan
Contoh:
ِﺎب وﺿﻮِءﻩ
ِ ِ
ْ َ َ َواﻟْ َﻤ ْﺮءُ إﻻﱠ َﻛﺎاﻟ ﱢﺸ َﻬ
ِ
ْ ﻳـُ َﻮ ِاﰱ َﲤَ َﺎم اﻟﺸ
ُ ﱠﻬ ِﺮ ﰒُﱠ ﻳُﻐْﻴ
ﺐ
“Tiadalah seseorang itu kecuali seperti bulan dan cahayanya,
Ia menempati sebulan penuh kemudian menghilang”
24
. 247 .ص,( م1991 , دار الفكر: )بيروت, في المعاني و البيان و البديع: جواھر البالغة,أحمد الھاشمي
25
.17 .ص,(1987 , دارالفرقان للنشر والتوزيع: البالغة و فنونھا وافنانھا )االردات,فضل حسن عباس
26
Ahmad al-Hasyimiy, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma’aniy wa al-Bayan wa al-Badi’,
(Indonesia: Maktabah Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah,1960), h. 246.
23
ﺎﺳﻨِﻪ
ِ ِﰲ ﻃَْﻠﻌ ِﺔ اﻟْﺒ ْﺪ ِر َﺷﻲء ِﻣﻦ َﳏ
َ ْ ٌْ َ َ
Dari contoh di atas sudah dapat dimengerti bahwa unsur penting tasybih
seperti contoh di atas, maka struktur kalimat tersebut dapat dipastikan sebagai
tasybih.
b. Rukun Tasybih
musyabbah.
Contoh:
27
.144 . ص,(.ت. د, مكتبة غريب: )القاھرة, نحو بالغة جديدة,محمد عبد المنعم خفاجي و عبد العزيز شرف
24
sesuatu yang diserupakan.
Contoh:
Yaitu suatu lafaz yang menunjukkan adanya persamaan (antara dua hal
sifatnya. 28
adat tasybih ada tiga macam. Pertama, huruf, yaitu , اﻟﻜﻒdan ﻛﺄ ّن, kedua
isim, yaitu ﳑﺎﺛﻞ, ﻣﺸﺎﺑﺔ, ﻣﺜﻞ, ﳓﻮdan ketiga fi’il, yaitu , ﻳﻀﺎرع, ﻳﺸﺎﺑﻪ, ﳝﺎﺛﻞdan
ﳛﺎﻛﻰ.
4. Unsur sifat yang menjadi aspek kesamaan antara unsur satu ( )مشبّهdengan
unsur dua.
Yaitu makna atau sifat yang dimiliki oleh musyabbah dan musyabbah bih
atau bentuk kesamaan sifat yang disamakan antara musyabbah dan musyabbah
28
H. Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Antara Al-Bayan dan Al-Badi’, h. 13.
25
bih. Atau bisa dikatakan alasan yang disamakan.
c. Macam-macam Tasybih
tersebut menunjukkan jenis dari tasybih. Pembagian tasybih bisa dilihat dari
a) Mursal
Apabila menjumpai sebuah kalimat tasybih dan adat tasybihnya disebut, maka
Contoh:
b) Muakkad
26
Dengan demikian, apabila menjumpai kalimat tasybih namun tidak terdapat
Contoh:
ِ ص ْد
ق َ ُِكتَاب
ِ صا ِحبٌ فِي ال
a. Mufashal
b. Mujmal
3) Berdasarkan sudut pandang Ada Atau Tidak Adanya Adat dan Wajh
Syabh
a. Tasybih Baligh
Tasybih baligh adalah tasybih yang dibuang adat tasybih dan wajh syabh nya.
Contoh:
27
َ أَ ْنتَ َش ْمسٌ أ ْنتَ بَ ْد ٌر أَ ْنتَ فَ ْو
ق نُ ْو ِر
Al-Muraqisy menyatakan:
“ baunya yang semerbak itu bak bunga kasturi, wajah-wajah yang berkilauan
bak dinar (uang logam), dan ujung-ujung telapak tangan merah bak pacar”
menyerupakan ruas ujung jari dengan pacar yang biasa dipakai untuk
adat tasybih dan wajh syabhnya. Hal ini disebabkan penyair bermaksud untuk
sendiri. Oleh karena itu, ia tidak menggunakan adat tasybih yang memberi
kesan bahwa musyabbah lebih lemah daripada musyabbah bih dalam wajh
syabh, disamping tidak menggunakan wajh syabh yang memaksa kedua pihak
dalam satu sifat atau lebih dan tidak pada sifat yang lain.
Tasybih seperti ini disebut tasybih baligh, yaitu merupakan slah satu sarana
pengungkapan balaghah dan arena kompetisi yang leluasa bagi para penyair
dan penulis.29
a. Tasybih Tamtsil
29
Ali Al Jarim dan Mustafa Amin, Al-Balaghatul Waadhihah, (Jakarta: RP Press, 2007),
h. 30.
28
Tasybih tamtsil yaitu:
“Tasybih yang waذjh syabh nya berupa gambaran yang diambil dari hal yang
berbilang”30
Contoh:
ُضوْ ِء ِه يُ َوافِ ْي تَ َما َم ال ﱠشھ ِْر ثُ ﱠم يُ ِغيْب ِ َو َما ال َمرْ ُء ِإالﱠ كاَل ﱢشھَا
َ ب َو
Pada bait di atas, wajh syabh nya adalah “cepatnya binasa” (عةُالفَنَا ِء
َ ْ)سُر.
“Tasybih yang wajh syabh nya tidak berupa gambaran yang diambil dari hal
yang berbilang”31
Contoh:
ْ َالَ ت
طلُبَ ﱠن بِاَلَ ٍة ُر ْتبَةً قَلَ ُم البَلِي ِْغ بِ َغي ِْر َخ ﱟ
ط ِم ْغ َز ُل
30
Sayid Ahmad al-Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Bayan dan Ilmu Badi’
(Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya,1994) cet, ke-1 h30
31
Sayid Ahmad al-Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Bayan dan Ilmu Badi’
(Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya,1994)cet, ke-1 h31
29
“Janganlah anda mencari pangkat, dengan alat (kemampuan) yang anda
miliki
Wajh syabh nya adalah “sedikitnya faedah” ( )قِلﱠةُالفَائِ َد ِةdan macam itu tidak
a. Tasybih Dhimny
dalam bentuk tasybih yang sudah kita kenal atau tanpa adat tasybih, hanya
Contoh:
ungkapan tasybih bukan dalam bentuknya yang kita kenal. Hal ini dilakukan
untuk merangsang daya fikir untuk menegakkan kembali dalil di atas hukum
sebab tasybih yang unik dan samar itu lebih baligh mengena pada jiwa. Pada
contoh di atas Abu Tammam berkata pada seorang gadis “jangan kau ingkari
30
tempat tertinggi itu tidak dapat digenangi air banjir”.
pada contoh tadi penyair secara implisit menyamakan seorang dermawan yang
tidak memiliki kekayaan bagaikan puncak gunung yang tinggi yang tidak
dengan kalimat tersendiri yang mencakup makna tersebut dalam bentuk bukti.
Karena kita tidak akan menemukan adat tasybih, namun demikian jika kita
merasakannya dengan hati maka kita akan memahami bahwa ungkapan itu
sempurna.
Lebih jauh tasybih dhimny adalah tasybih yang tersamar, dalam arti
merupakan analoginya.
b. Tasybih Maqlub
Contoh:
ِ ِ ِ
َ ْ ﺎح َﻛﺄَ ﱠن ﻏُﱠﺮﺗْﻪُ َو ْﺟﻪُ اﳋَﻠْﻴـ َﻔﺔ ﺣ
ﲔ ﳝُْﺘَ َﺪ ُح ُ َﺼﺒ
َوﺑَ َﺪا اﻟ ﱠ
"Telah terbit fajar, cahayanya seakan-akan wajah kholifah ketika menerima
32
Mamat Zaenuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Bayan (Bandung: Zein Al
Bayan, 2006) h . 39.
31
pujian"
Pada syi’ir ini terangnya fajar diibaratkan dengan wajah khalifah, Padahal
32
BAB III
Retorika kaum bijak adalah buku yang ditulis oleh Dr. Azhar Arsyad MA,
rektor UIN Alaudin Makassar. Buku ini berisi tentang kata-kata bijak atau
Mahfudzat yang biasa dipakai oleh para santri di pondok pesantren. Bahan
pesantren, dari Diwanul Imam al-Syafi’i serta dari buku susunan Lewis C.
Sekolah Rakyat (SD) di Wani di Donggala dan di Toli Toli. Setelah tamat
Amerika Serikat pada musim panas 1984. Setelah itu, mengikuti kuliah Studi
University, Washington D.C. pada Musim Panas 1985. Meraih gelar Master of
Arts dalam bidang Linguistik dari State University of New York pada bulan
33
Desember 1985 (beasiswa Fulbright). Terakhir meraih gelar Doktor dari UIN
kota Qum, Perpustakaan Ali Ridza di Masyhad, dan Tehran, Republik Islam
University Canada. Tanggal 3 s/d 5 Oktober 2004 diminta oleh The Istanbul
34
paper “Musahamatul al-Tarbiyah alDiniyah fi al-Tafahum wa ishlahi
World Peace” tahun 2001 dan “ Islam, the West, and the Rest” tahun 2005.
Perancis, dan Belanda mulai tanggal 5 Maret s/d 15 Maret 2005, Melakukan
antara International Peace University, South Africa dan UIN Alauddin 26-27
melakukan jejaring di Berlin dan kota kota lainnya di Jerman November 2006
diantaranya sebagai dewan pakar ICMI pusat dan pengawas Ikatan Sarjana
Sejak awal tahun 1997 menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Alauddin Makassar, dan awal Juli 2002 menjabat sebagai Rektor IAIN
Alauddin Makassar dan terpilih kembali menjadi Rektor UIN Alauddin 2006-
dan Papua. Sejak Oktober 2003 Azhar Arsyad dianugrahi Professor (Guru
Besar penuh) dalam Ilmu Manajemen dengan pangkat Pembina Utama (Gol.
IV/e).33
33
http://azhararsyad.uin-alauddin.ac.id/?hal=2
35
C. Kaya-karyanya
4. Media Pembelajaran.
Eksekutif.
36
BAB IV
BALAGHOTUL HUKAMA
A. Temuan
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
37
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
Adat : Bagaikan
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufasssal. Dan telah sesuai dengan kaedah
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
1. Dari sudut pandang musyabbah dan musyabbah bih, tasybih ini disebut
Tasybih Ghair Maqlub. Karena, wajhu syabah nya lebih kuat pada
musyabbah bih apabila dibanding dengan wajhu syabah yang ada pada
musyabbah.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
38
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
3. jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah disebut atau tidak, maka
Musyabbah : Kesabaran
Adat : Bagaikan
ghair maqlub, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
a. Dari sudut pandang musyabbah dan musyabbah bih, tasybih ini disebut
39
kesamaan itu bukan merupakan gambaran dan tidak diambil dari
b. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
c. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
Adat : Laksana
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
40
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك.
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
musyabbah bih yang mufrod, tasybih ini disebut Tasybih Ghairu Tamtsil.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. . Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Musyabbah : Engkau
Adat : Bagaikan
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
41
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
2. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
Adat : Bagaikan
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
42
ٍ ََع ْن ِح َماهُ ِم ْث ُل طَي ٍْر ِفي قَف
ص
“sesungguhnya orang yang butuh bila tidak mau bergerak keluar
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
ُ ِم ْث.
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ل
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
Adat : Laksana
43
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
ِ.
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ُﺷْﺒﻪ
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
44
Wajhu syabah : Gambaran Sesuatu Yang Berantakan
Adat : Laksana
Tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
ت ِﰲ أ َْﻣ ٍﺮ َﺣ ِﻘ ٍْﲑ
ِ ﻓَﻄَﻌﻢ اﳌﻮ.8
َْ ُ ْ
◌ٍ ت ِﰲ أ َْﻣ ٍﺮ َﻋ ِﻈْﻴﻢ ِ َﻛﻄَﻌ ِﻢ اﳌﻮ
َْ ْ
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
musyabbah bih nya yang berbilang, tasybih ini merupakan tasybih tamtsil.
2. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
45
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Adat : Seperti
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
1. Dari sudut pandang pandang musyabbah dan musyabbah bih nya, tasybih
ini merupakan tasybih maqlub. Karena wajhu syabah nya lebih kuat pada
musyabbah bih.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
46
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
Musyabbah : Timah
Adat : Bagaikan
maqlub, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Pada hal ini, adat
1. Dari sudut pandang musyabbah dan musyabbah bih tasybih ini merupakan
tasybih baligh. Karena, tidak disebutkan adat dan wajhu syabah nya.
Musyabbah : Dia
47
Musyabbah bih : Kalajengking
baligh, tasybih muakkad dan tasybih mujmal.. Dan telah sesuai dengan kaedah
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih tasybih yang berbilang ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
48
Wajhu syabah : Gambaran Tajam
Adat : Bagaikan
dan tasybih mursal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur
kalimat tasybih.
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
49
Wajhu syabah : Gambaran Buah
Adat : Bagaikan
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
50
Wajhu syabah : Gambaran Atas Batu
Adat : Bagaikan
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
2. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
51
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Adat : Bagaikan
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
52
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Adat : Bagaikan
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
4. Rukun tasybih :
• Wajh al-Syibh, yaitu sifat yang terdapat pada kedua pihak itu.
5. Tujuan tasybih :
54
• Taqriir al-shifat (meneguhkan sifat)
6. Macam-macam tasybih :
• Tasybih mursal
• Tasybih Muakkad
• Tasybih mujmal
• Tasybih mufashal
• Tasybih baligh
• Tasybih tamtsil
• Tasybih dhimni
B. Saran
mengenai sastra akan lebih sulit dimengerti apabila tidak mempunyai dasar
morfologi arab dengan baik agar lebih mudah menyerap, terutama ilmu
55
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Mamat Zaenudin M.A. dan Dr. Yayan Nurbayan M.Ag. (2007). Pengantar
Ilmu Balaghah. Bandung: Refika Aditama.
Hasyimi, S. A. (1994). Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Bayan dan Ilmu
Badi'. Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya.
http://azhararsyad.uin-alauddin.ac.id/?hal=2. (n.d.).
Kamil, S. (2012). Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Depok: Grafindo
Persada.
56
Larson, M. L. (1991). PEnerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Untuk
Pemadanan Antar Bahasa. Jakarta: Arca.
Muhammad Abdul Mun'im dan Abdul Aziz Syarif. (n.d.). Nahwu Balaghoh
Jadidah. Kairo: Maktabah Ghariib.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Hasil Unduhan
https://muftiramadlani.wordpress.com/2010/12/25/%E2%80%98-lipia-jakarta/.
(2010, 12 25). Retrieved from muftiramdlani.wordpress.com.
Lingua-Bahasa.blogspot.com/2013/03/tingkat-kesetiaanterjemaham-
terjemahan.html?m=I. (2013, 03 03). Retrieved from Lingua-
Bahasa.blogspot.com.
57