SKRIPSI
Oleh:
rahmat dan hidayah-Nya jualah, Skripsi ini dapat diselesaikan sesuai target waktu
junjungan Nabi Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat, serta pengikut beliau
banyak mendapatkan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, melalui kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Rizal M. Djimad, S.Pd., M.Si. dan
Penulis. Terima kasih juga kepada bapak dan ibu mertua, Drs. H. Kadang
Kareba dan Hj. Supiati yang telah menerima sebagai menantu dan membina
penulis, serta terima kasih kepada istri tercinta Miftahul Jannah yang telah
diharapkan.
vi
2. Bapak Prof. Dr. H. Sagaf S. Pettalongi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Palu beserta segenap unsur pimpinan yang telah
3. Bapak Dr. Mohamad Idhan, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan (FTIK) yang telah banyak mengarahkan Penulis dalam
proses perkuliahan.
4. Bapak Sjakir Lobud, S.Ag., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) dan Bapak Suharnis, S.Ag., M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan
5. Bapak Dr. Hamlan, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Arifuddin
M. Arif, S.Ag., M.Ag. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas telah
harapan.
6. Bapak Dr. Joni Tandi, M.Kes., Apt. selaku Kepala Sekolah Menengah
segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang tak terhingga dari
Allah swt.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i
HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................iv
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xi
ABSTRAK .........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 5
D. Penegasan Istilah .................................................................... 6
E. Kerangka Pemikiran ............................................................... 10
F. Garis-garis Besar Isi ............................................................... 11
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Nusantara Palu........................................................................ 59
B. Implementasi Scientific Approach dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu.......................... 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 91
B. Implikasi Penelitian ................................................................ 92
ix
DAFTAR TABEL
Hal.
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Pedoman Observasi
4. Daftar Informan
8. Kalender Pendidikan
xi
ABSTRAK
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
negara. 1
kebaikan, karena dari proses pendidikan setiap insan mendapat pengetahuan dari
apa yang belum didapatnya yang nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Abdurahman dalam
internalisasi nilai dan kepribadian serta jiwa yang mantap dan melaksanakan
1
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
Ayat 1.
2
Arifuddin M. Arif, Cara Cepat Memahami Konsep Pendidikan dan Pembelajaran
Agama Islam (PAI) (Cet. I; Palu: EnDeCe Press, 2014), 15.
1
2
sampai kepada penilaian yang harus tepat dan seimbang terhadap materi dan cara
mengajarnya.
didik pada pembelajaran terhadap proses pemberian materi. Pernyataan ini sejalan
didiklah yang harus bertindak aktif dan guru hendaknya memberikan situasi
subjek untuk diri mereka sendiri.3 Namun demikian, harapan tersebut tidak
berjalan dengan baik bahkan tidak menuju pada tujuan yang dicita-citakan,
sehingga para peserta didik tidak dapat menyerap pelajaran karena tidak adanya
Hal tersebut terjadi karena seorang guru yang kurang tepat atau kurang
materi yang diberikan sehingga peserta didik tidak dapat menyerap apa yang
3
Muhammad Fathurrahman, Pembelajaran Kurikulum 2013: Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), 70.
3
Agama Islam dan Budi Pekerti di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Nusantara Palu terdapat kesenjangan yang mana peserta didik kurang aktif dalam
keaktifan peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
lokal, nasional, dan global guna mewujudkan tujuan dan fungsi pendidikan
nasioanl. 4 Perubahan terjadi pada pasal 1 mengenai delapan standar yang meliputi
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan
tersebut, perubahan terjadi hanya pada empat standar saja, yaitu Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Dari
yang masuk ke dalam Standar Proses. Standar Proses berisi tentang pelaksanaan
4
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013, Tentang Standar Nasional Pendidikan.
4
mencari informasi dari berbagi sumber atau referensi, ataupun menguji informasi
kontruktivistik yang salah satu tokohnya adalah Bruner dalam teori penemuannya,
yaitu ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner. Pertama,
penemuan, peserta didik akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang
5
Ibid., Pasal 1 Ayat 7.
6
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013 (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 35.
5
Kejuruan (SMK) Nusantara Palu dengan tujuan mengatasi problem yang ada pada
keaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti.
Agama Islam dan Budi Pekerti di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Nusantara
Palu.”
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
penulis yaitu:
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta menjadi acuan terhadap
b. Manfaat Praktis
D. Penegasan Istilah
dan Budi Pekerti di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu,” maka
1. Implementasi
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem,
dalam hal ini implementasi bukan hanya sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan
yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. 8 Lain halnya dengan Guntur
penerapan yang merujuk pada suatu aktivitas atau kegiatan dalam pencapaian
tujuan.
2. Scientific Approach
Scientific berasal dari bahasa Inggris yang berarti ilmiah, yaitu bersifat
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi
7
Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online: https://kbbi.kemdikbud.go.id/
(09 April 2019)
8
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum (Jakarta: Grasindo, 2002), 70.
9
Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan (Jakarta: Balai Pustaka,
2004), 39.
10
Fahrul Usmi. Scientific Approach dalam Pembelajaran PAI. http: //
bdkpadang.kemenag.go.id (20 Januari 2019)
8
3. Pembelajaran
sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup untuk
yang terlibat dalam proses pembelajaran terdiri atas peserta didik, guru dan tenaga
fotografi, slide dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan
11
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013. 34.
12
Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online: https://kbbi.web.id/ajar (03
Februari 2019)
13
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2005), 61.
9
kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal, dan
suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam hal mentransfer
aktivitas sehari-harinya.
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.” 15 Sedangkan definisi budi pekerti terdiri
dari dua kata, yaitu budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai panduan akal
dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Berbudi berarti mempunyai
akhlak dan perbuatan.16 Dengan demikian, dari defenisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan, bahwa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah proses
perilaku, akhlak, ataupun perbuatan sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber
dari al-Qur’an dan Hadits. Penekanan penulis di sini adalah Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti sebagai sebuah mata pelajaran yang tedapat dalam
Kurikulum 2013.
14
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 61.
15
Arifuddin M. Arif, Cara Cepat Memahami Konsep Pendidikan dan Pembelajaran
Agama Islam (PAI). 12.
16
Hasan Oetomo, Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti (Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya, 2012), 11.
10
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK)
konsep dasar yang bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan dan berdasarkan ilmu
prosedur kerja ilmiah dalam proses pembelajaran yang terbimbing dan terarah
kepada pembentukan akhlak sesuai dengan ajaran Islam yang tertuang dalam mata
E. Kerangka Pemikiran
Scientific
Approach
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, serta kompetensi inti dan kompetensi
(SMK).
Bab III, merupakan bab metodologi penelitian yang mencakup jenis dan
desain penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta pengecekan keabsahan data.
Bab IV, merupakan bab hasil penelitian yang berisi tentang gambaran
Bab V, adalah bab akhir yang berisi kesimpulan daripada jawaban atas
rumusan masalah serta implikasi penelitian yang berisi saran dan masukkan
KAJIAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
dalam bentuk RPP dan silabus yang sesuai dengan Kurikulum 2013. (2)
terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dari segi
12
13
Islam. Sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada objek kajian dan
lokasi penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi objek kajiannya adalah
penelitian, objek kajian, dan lokasi. Pada penelitian ini, yang menjadi jenis
Scientific berasal dari bahasa Inggris yang berarti ilmiah, yaitu bersifat
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
yang ditemukan.2
1
Fahrul Usmi. Scientific Approach dalam Pembelajaran PAI. http://bdkpadang.
kemenag.go.id (20 Januari 2019)
2
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013 (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 34.
15
peserta didik. 3
definisi science adalah pengetahuan yang diperoleh melalui studi atau praktek,
umum, yang diperoleh dan diuji melalui metode ilmiah dan berkaitan dengan
alam.4
memperoleh aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan bagi peserta didik. Dari
pengumpulan informasi tersebut yang dilakukan oleh peserta didik baik dari
referensi atau sumber lainnya dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik
yang nantinya akan menumbuhkan semangat yang ada dalam diri mereka.
pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi
3
Khairul Akbar. Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran
Matematika. https://www.kompasiana.com/www.khairulakbar.com (20 Januari 2019)
4
Zulrahmat Togala. Pendekatan Saintifik, Berpikir Divergen, dan Interaksi Guru – Siswa
dalam Pross Pembelajaran https://zultogalatp.wordpress.com (20 Januari 2019)
5
Ibid.
16
umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk
berdasarkan intuisi, prasangka, penemuan melalui trial and eror dan asal berpikir
kritis. 7
sehat mudah beralih menjadi prasangka. Ketika akal sehat terlalu kuat
6
Muhammad Fathurrahman, Pembelajaran Kurikulum 2013: Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), 110.
7
Ibid.
8
Ibid.
17
skeptis. 9
coba dan ralat adalah melakukan suatu pekerjaan secara aktif dengan
yang ilmiah karena logika dan pengalaman manusia yang digunakan untuk
guna. 12
Keterlibatan peserta didik secara aktif di sini harus dipandang bukan hanya
9
Ibid., 112.
10
Suwardi Endrawarasa, Filsafat Ilmu: Konsep Sejarah dan Pengembangan Metode
Ilmiah (Yogyakarta: CAPS, 2002), 221.
11
Muhammad Fathurrahman, Pembelajaran Kurikulum 2013, 221.
12
Suwardi Endrawarasa, Filsafat Ilmu: Konsep Sejarah dan Pengembangan Metode
Ilmiah.
18
keterlibatan secara fisik, tetapi juga keterlibatan secara mental. Guru perlu
didik, antarpeserta didik dengan guru, lingkungan, bahan ajar, dan sumber belajar
terbentuk bukan dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu
dikontruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu tidak bersifat statis akan tetapi
1. Teori Bruner, disebut juga teori penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan
13
Ratumanan, Inovasi Pembelajaran (Yogyakarta: Ombak, 2015), 56.
14
Winasanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Jakarta:Kencana, 2005), 118.
19
sekitarnya. 16
3. Teori Vygotsky, teori psikologi budaya historis. Inti teori Vygotsky yaitu
15
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013, 35.
16
Ibid.
17
Muhammad Fathurrahman, Pembelajaran Kurikulum 2013, 102.
20
reformasi sosial dapat dan harus dilakukan. Selain itu, ia percaya bahwa
mereka sendiri.19
penelitian ilmiah yang dibangun atas dasar teori tertentu. Teori itu berkembang
berdasarkan atas data empiris. Teori itu dapat diuji dalam hal kemantapan
internalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan oleh orang lain menurut
langkah-langkah yang serupa pada kondisi yang sama atau hampir sama dengan
kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut
tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias dan perasaan. Cara menyimpulkannya
18
Ibid., 81.
19
Ibid., 89.
20
Ibid., 114-115.
21
pengetahuan sebelumnya. 21
peserta didik, di mana peserta didik dituntut untuk menemukan sendiri materi
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain
peserta didik.
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu bukan sebatas
21
Ibid.
22
adalah:
22
Ibid., 115-117.
23
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Penjaminan
Mutu Pendidikan, Bahan Ajar Training of Trainer Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta:
Kemendikbud, 2013), 3-4.
23
Istilah model dalam prespektif yang dangkal hampir sama dengan strategi.
Sagala, istilah model dapat dipahami sebagai suatu kerangka konseptual yang
d. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan
e. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, dan
bentuk aslinya. 25
adalah sebuah kerangka dan arah bagi guru untuk melakukan pembelajaran.26
24
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan: Membantu
Mengatasi Kesulitan Guru Memberikan Layanan Belajar yang Bermutu (Bandung: Alfabeta,
2010), 62.
25
Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 152.
26
Trianto, Mendesain Model Progresif (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009), 22.
24
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat
model pembelajaran inquiry bertujuan untuk memberikan cara bagi peserta didik
reflektif. 28
pengetahuan baru.29
27
Muhammad Fathurrahman, Pembelajaran Kurikulum 2013, 195.
28
Ibid., 199.
29
Rusman, Model-model Pembelajara Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011), 232.
25
model yang menekankan pada pengadaan proyek atau kegiatan penelitian kecil
proyek adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif, dan lebih menekankan
Pembelajaran dengan model ini mulai diperkenalkan pada tahun 1984 oleh
berikutnya adalah model pembelajaran autentik. Istilah autentik berarti asli, sejati
30
Muhammad Fathurrahman, Pembelajaran Kurikulum 2013, 226-227.
31
Ibid., 242.
32
Ibid., 243.
26
sarana di mana peserta didik dapat belajar dengan berbagai cara mulai dari
peserta didik aktif dan cara mengajar guru aktif. Model pembelajaran ini dapat
atau proses tersebut dapat dilihat dari adanya portofolio. Karena sebelum, selama
dan sesudah proses belajar mengajar guru dan peserta didik dihadapkan pada
sejumlah kegiatan.35
yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam
33
Ibid., 258-259.
34
Ibid., 264.
35
A. Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS (Bandung: PTRemajaRosdakarya, 2002), 4.
36
Budiono, Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: BP dan PDPN, 2002),
1.
27
beserta asumsi dasar yang dimiliki, untuk kemudian beralih perspektif baru yang
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang di maksud antara
peserta didik dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri,
37
Muhammad Fathurrahman, Pembelajaran Kurikulum 2013, 282.
38
Trianto Ibnu Badar at Taubany dan Hadi Suseno, Desain Pengembangan Kurikulum
2013 di Madrasah (Cet. I; Depok: Kencana, 2017), 230.
39
Ibid.
28
melibatkan peserta didik dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.
didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Proses belajar yang dilakukan
hasil belajar berbasis proses dan produk. Struktur kurikulum terdiri kompetensi
inti yaitu:41
40
Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2013), 28.
41
Tina Rosiana, Mencermati Perubahan dan Pelaksanaan Kurikulum 2013. http://jurnal
ilmiah htp 2013.blogspot.com (23 Januari 2019)
29
sebagai berikut:42
a. Mengamati (Observing)
pengamatan terhadap objek yang telah disiapkan atau ditentukan oleh guru.
harapan, maka dalam perencanaan guru perlu melakukan hal sebagai berikut:
1) Menentukan objek yang akan diobservasi. Penentuan atau pemilihan objek ini
42
Ratumanan, Inovasi Pembelajaran, 62.
43
Ibid.
44
Ibid., 62-63.
30
berikut:
konteks yang akan diamati peserta didik telah direncanakan secara detail oleh
guru. Aktivitas mengamati dilakukan sesuai dengan panduan yang dibuat guru.
menyiapkan panduan atau tugas secara terstruktur dan detail pada peserta
didik. Pilihan aspek yang akan diamati dan pencatatannya diserahkan kepada
peserta didik. 45
b. Menanya (Questioning)
pertanyaan mengenai hasil amatan atau mengenai bahan bacaan yang belum
dipahami. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan untuk memancing berpikir dan
respons peserta didik. Bentuk hasil belajar yang diharapkan dapat ditampilkan
peserta didik pada tahap ini adalah jenis, kuantitas, dan kualitas pertanyaan yang
prosedural. 46
memberikan stimulus pada peserta didik untuk berpikir. Pertanyaan dapat bersifat
konvergen, yakni menuntut peserta didik untuk memberikan jawaban tunggal, dan
45
Ibid., 63.
46
Ibid., 64.
31
bertanya:
1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang
8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
47
Ibid.
32
c. Mengumpulkan Data/Informasi
berbagai referensi, membaca dan menelaah bahan ajar yang disiapkan guru,
pengukuran. 49
data/informasi yang memadai untuk selanjutnya diolah dan ditarik atau dibuat
d. Menalar (Associating)
Pengalaman atau informasi yang telah tersimpan di dalam memori akan berelasi
atau berinteraksi dengan pengalaman atau informasi yang sudah tersimpan lebih
dulu dalam memori. Pada tahap ini, peserta didik membandingkan data yang telah
48
Muhammad Fathurrahman, Pembelajaran Kurikulum 2013, 130
49
Ratumanan, Inovasi Pembelajaran, 66.
50
Ibid., 66-67.
33
jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola interaksi
itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangkan
belajara peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental (bertahap), bukan
secara tiba-tiba.52
e. Mengkomunikasikan
hasil kerjanya atau temuannya, dan selanjutnya dilakukan diskusi kelas untuk
membahas hasil presentasi tersebut. Hal ini penting, karena temuan peserta didik
masih berupa pengetahuan subjektif yang mungkin saja keliru, mungkin belum
memadai. Diskusi kelas dibutuhkan agar presentasi tadi dapat dilengkapi oleh
peserta didik atau kelompok lain. Hasil diskusi ini juga mungkin belum dapat
menghasilkan simpulan atau pengetahuan yang benar. Dalam kondisi semacam ini
51
Ibid., 69.
52
Muhammad Fathurrahman, Pembelajaran Kurikulum 2013, 141.
34
klarifikasi terhadap presentasi dan simpulan yang belum tepat, penguatan dan
penghargaan bagi hasil presentasi atau kinerja yang benar, atau perluasan konsep
bila menurut guru hasil presentasi dan hasil diskusi masih perlu diperkaya oleh
guru. 53
kepribadian yang utama. Dalam Islam pada mulanya Pendidikan Islam disebut
dengan kata ta’dib. Kata ta’dib mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan
yang baik (tarbiyah). Akhirnya dalam perkembangan kata ta’dib sebagai istilah
pendidikan telah hilang peredarannya, dan tidak dikenal lagi, sehingga ahli
Pendidik Islam bertemu dengan istilah at-tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering
yang artinya tumbuh dan berkembang. Maka dengan demikian populerlah istilah
bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh,
serta menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan
sistematis dan pragmatis dalam membantu peserta didik agar mereka hidup sesuai
Definisi Budi Pekerti, yaitu terdiri dari kata “budi dan pekerti.” Kata
“budi” adalah alat batin sebagai panduan akal dan perasaan untuk menimbang
55
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), 32.
56
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam: KBK 2000 (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2004), 130.
57
Ahmad Tafsir, IImu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), 24.
58
Abu Ahmadi dkk., Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 111.
36
Pekerti diartikan sebagai perilaku, perangai, tabiat, watak, akhlak dan perbuatan.59
Beberapa definisi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di atas, maka
Agama Islam dan Budi Pekerti adalah bimbingan secara sistematis yang diberikan
perbuatan sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits.
internalisasi nilai dan kepribadian serta jiwa yang mantap dan melaksanakan
59
Hasan Oetomo, Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti (Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya, 2012), 11.
37
dalam dua segi yaitu: 1) Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada
kepribadian muslim. 61
diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui latihan kejiwaan, akal
yang utama sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw.
a. Kompetensi Inti (KI) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
60
Arifuddin M. Arif, Cara Cepat Memahami Konsep Pendidikan dan Pembelajaran
Agama Islam (PAI) (Cet. I; Palu: EnDeCe Press, 2014), 15-16.
61
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma’arif,
1989), 45.
38
(Standar Kompetensi Lulusan) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka
kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. 62
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti
62
Mulyasa, Penembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), 174.
63
Permendikbud No. 70 Tahun 2013, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMK/MAK, 9.
39
Tabel 2.1:
64
Ibid., 10-11.
40
kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib
mencakup sembilan mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Isi
kurikulum (KI dan KD) dan kemasan substansi untuk mata pelajaran wajib bagi
SMA/MA dan SMK/MAK adalah sama. Struktur ini menerapkan prinsip bahwa
peserta didik merupakan subjek dalam belajar yang memiliki hak untuk memilih
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik untuk SMA/MA serta
pilihan akademik dan vokasional untuk SMK/MAK. Mata pelajaran pilihan ini
memberi corak kepada fungsi satuan pendidikan, dan di dalamnya terdapat pilihan
sesuai dengan minat peserta didik. Beban belajar di SMA/MA untuk kelas X, XI,
dan XII masing-masing adalah 42, 44, dan 44 jam pelajaran per minggu. Satu jam
65
Ibid., 11.
41
jam pelajaran per minggu. Beban belajar dapat dinyatakan dalam satuan kredit
Tabel 2.2:
didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran, akan
dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. Beban belajar satu minggu
66
Ibid.
67
Ibid., 18.
68
Ibid., 24.
42
kelas XI dan XII adalah 48 jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam
2) Beban belajar di kelas X, XI, dan XII dalam satu semester paling sedikit 18
3) Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan
4) Beban belajar di kelas XII pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan
5) Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling
banyak 40 minggu. 69
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.71 Kompetensi dasar
sebagai berikut:
69
Ibid.
70
Ibid.
71
Ibid., 25.
43
menjabarkan KI-1;
menjabarkan KI-2;
menjabarkan KI-4. 72
Tabel 2.3:
Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Sekolah
Kelas: X
72
Ibid.
73
Ibid., 25-32.
44
santun, responsif dan pro-aktif dan (9): 119 dan Hadits terkait.
menunjukan sikap sebagai bagian dari 2.2. Menunjukkan perilaku hormat dan
solusi atas berbagai permasalahan patuh kepada orang tua dan guru
dalam berinteraksi secara efektif sebagai implementasi dari
dengan lingkungan sosial dan alam pemahaman Q.S. al-Isra’ (17):23 dan
serta dalam menempatkan diri sebagai Hadits terkait.
cerminan bangsa dalam pergaulan 2.3. Menunjukkan perilaku kontrol diri
dunia. (mujahadah an-nafs), prasangka baik
(husnuzzhan), dan persaudaraan
(ukhuwah) sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. al-Anfal (8):72,
Q.S. al-Hujurat (49): 12 dan 10 serta
Hadits yang terkait.
2.4. Menunjukkan perilaku
mengjindarkan diri dari pergaulan
bebas dan perbuatan zina sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S.
al-Isra’ (17): 32, dan Q.S. an-Nur
(24): 2, serta Hadits terkait.
2.5. Menunjukkan sikap semangat
menuntut ilmu dan
menyampaikannya kepada sesama
sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. at-Taubah (9): 122
dan Hadits terkait.
2.6. Menunjukkan sikap keluhuran budi,
kokoh pendirian, pemberi rasa aman,
tawakkal dan perilaku adil sebagai
implementasi dari pemahaman
Asmaul Husnah al-Kariim, al-
Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-
Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir.
2.7. Menunjukkan sikap tangguh dan
semangat menegakkan kebenaran
sebagai implementasi dari
pemahaman strategi dakwah Nabi di
Mekah.
2.8. Menunjukkan sikap semangat
ukhuwah sebagai implementasi dari
pemahaman strategi dakwah Nabi di
Madinah.
3. Memahami, menerapkan dan 3.1. Menganalisis Q.S. al-Anfal (8) : 72);
menganalisis pengetahuan faktual, Q.S. al-Hujurat (49) : 12; dan QS al-
konseptual, dan prosedural Hujurat (49) : 10; serta Hadits
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang kontrol diri (mujahadah an-
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, nafs), prasangka baik (husnuzzhan),
seni, budaya, dan humaniora dalam dan persaudaraan (ukhuwah).
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, 3.2. Memahami manfaat dan hikmah
kenegaraan, dan peradaban terkait kontrol diri (mujahadah an-nafs),
penyebab fenomena dan kejadian prasangka baik (husnuzzhan) dan
45
dan al-Akhiir
4.4. Berperilaku yang mencerminkan
kesadaran beriman kepada malaikat-
malaikat Allah swt.
4.5. Menceritakan tokoh-tokoh teladan
dalam semangat mencari ilmu.
4.6. Menyajikan macam-macam sumber
hukum Islam.
4.7.1. Menyajikan dalil tentang ketentuan
wakaf.
4.7.2. Menyajikan pengelolaan wakaf.
4.8.1. Mendeskripsikan substansi dan
strategi dakwah Rasullullah saw. di
Mekah.
4.8.2. Mendeskripsikan substansi dan
strategi dakwah Rasulullah saw. di
Madinah.
Kelas: XI
langsung. lancar.
4.3. Membaca Q.S. Yunus (10) : 40-41
dan Q.S. al-Maidah (5) : 32 sesuai
dengan kaidah tajwid dan makhrajul
huruf.
4.4. Mendemonstrasikan hafalan Q.S.
Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. al-
Maidah (5) : 32 dengan lancar.
4.5. Berperilaku yang mencerminkan
kesadaran beriman kepada Kitab-
kitab Suci Allah swt.
4.6. Berperilaku yang mencerminkan
kesadaran beriman kepada Rasul-
rasul Allah swt.
4.7. Menampilkan perilaku taat kepada
aturan, kompetisi dalam kebaikan,
dan bekerja keras.
4.8. Menampilkan contoh perilaku
toleransi dan kerukunan.
4.9. Mendeskripsikan bahaya perilaku
tindak kekerasan dalam kehidupan.
4.10. Mempresentasikan praktik-praktik
ekonomi Islam.
4.11. Memperagakan tata cara
penyelenggaraan jenazah.
4.12. Mempraktikkan khutbah, tabligh,
dan dakwah.
4.13. Mendiskripsikan perkembangan
Islam pada masa kejayaan.
4.14. Mendiskripsikan perkembangan
Islam pada masa medern (1800-
sekarang).
Kelas: XII
menunjukan sikap sebagai bagian dari 2.2. Menunjukkan perilaku hormat dan
solusi atas berbagai permasalahan berbakti kepada orangtua dan guru
dalam berinteraksi secara efektif Q.S. al-Isra’ (17): 23 dan Hadits
dengan lingkungan sosial dan alam terkait.
serta dalam menempatkan diri sebagai 2.3. Menunjukkan sikap kritis dan
cerminan bangsa dalam pergaulan demokratis sebagai implementasi
dunia. dari pemahaman Q.S. Ali Imran (3) :
190-191 dan 159, serta Hadits
terkait.
2.4. Menunjukkan perilaku saling
menasihati dan berbuat baik (ihsan)
sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. Luqman (31) : 13-
14 dan Q.S. al-Baqarah (2): 83, serta
Hadits terkait.
2.5. Menunjukkan sikap mawas diri dan
taat beribadah sebagai cerminan dari
kesadaran beriman kepada hari akhir.
2.6. Menunjukkansikap optimis, berikhtiar
dan bertawakal sebagasi cerminan
dari kesadaran beriman kepada
Qadha dan Qadar Allah swt.
2.7. Menunjukkan sikap semangat
melakukan penelitian di bidang ilmu
pengetahuan sebagai implementasi
dari pemahaman dan perkembangan
Islam di dunia.
3. Memahami, menerapkan, 3.1. Menganalisis Q.S. Ali Imran (3): 190-
menganalisis dan mengevaluasi 191, dan Q.S. Ali Imran (3): 159,
pengetahuan faktual, konseptual, dan serta Hadits tentang berpikir kritis
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, dan bersikap demokratis.
teknologi, seni, budaya, dan 3.2. Menganalisis Q.S. Luqman (31): 13-
humaniora dengan wawasan 14 dan Q.S. al-Baqarah (2): 83, serta
kemanusiaan, kebangsaan, Hadits tentang saling menasihati dan
kenegaraan, dan peradaban terkait berbuat baik (ihsan).
penyebab fenomena dan kejadian 3.3. Memahami makna iman kepada hari
dalam bidang kerja yang spesifik akhir.
untuk memecahkan masalah. 3.4. Memahami makna iman kepada
Qadha dan Qadar.
3.5. Memahami hikmah dan manfaat
saling menasihati dan berbuat baik
(ihsan) dalam kehidupan.
3.6. Memahami ketentuan pernikahan
dalam Islam.
3.7. Memahami hak dan kedudukan
wanita dalam keluarga berdasarkan
hukum Islam.
3.8. Memahami ketentuan waris dalam
Islam.
3.9. Memahami strategi dakwah dan
50
METODOLOGI PENELITIAN
realitas sosial sebagai suatu yang utuh, komplek, dinamis, dan bersifat interaktif,
untuk meneliti kondisi objek yang alamiah. Data yang diperoleh dapat berbentuk
kata, kalimat, skema atau gambar. 1 Bogdan dan Taylor dalam Sri Sumarni
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
B. Lokasi Penelitian
Palu Jl. Wolter Monginsidi No. 106 A Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah,
1
Sugiyono, Metode Penelitian Administratif (Bandung: Alfabeta, 2008), 14.
2
Sri Sumarni, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), 62.
3
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), 6.
51
52
judul skripsi.
C. Kehadiran Peneliti
Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan
analisis data, penafsir data, dan pada akhirnya penulis menjadi pelapor hasil
penelitiannya.
4
Ibid., 222.
5
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, 169.
53
penelitian ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.6 Data dan sumber data terbagi atas dua, sebagai berikut:
1. Data Primer
Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
(atau petugasnya) dari sumber pertamanya. 7 Data primer adalah informasi yang
diperoleh langsung dari pelaku yang melihat dan terlibat langsung dalam
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Data primer merupakan sumber data yang
diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer
dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil
pengujian. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang
2. Data Sekunder
Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun
6
Ibid., 157.
7
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), 93.
8
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2011), 117.
54
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
sini penulis mendapatkan data sekunder yang berasal dari referensi buku yang
skripsi ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti melihat dan
metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
9
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, 94.
10
Sunardi Nur, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), 76.
11
Arifin Rahman. Observasi. http://daniaactivity.blogspot.co.id/2014/01/makalah-
observasi.html (26 Januari 2019)
12
Supardi, Metodologi Penelitian (Mataram: Yayasan Cerdas Press, 2006), 88.
55
(SMK) Nusantara Palu baik sarana dan prasarana, kegiatan pembelajaran dan hal-
2. Teknik Dokumentasi
tertulis, seperti arsip-arsip sekolah, termasuk juga buku referensi terkait dengan
dalam penelitian.
3. Teknik Wawancara
melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber
tanpa melalui perantara yaitu langsung bertemu dengan objek penelitian untuk
wakil kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, serta
peserta didik yang berada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu.
13
Suharsimi Arikunto, Preosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), 158.
14
Ibid., 107
56
Menurut Miles dalam Sri Sumarni, Analisis data kualitatif terdiri atas tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan
2. Penyajian data, merupakan alur kedua dalam kegiatan analisis data. Data
suatu matriks. Penyajian data dapat meliputi berbagai jenis matriks, grafis,
terkonsep atau tersusun secara baik di lapangan, kemudian disajikan dalam bentuk
kalimat yang baku, setelah itu melakukan verifikasi serta penarikan kesimpulan
15
Sri Sumarni, Metodologi Penelitian Pendidikan, 96-97.
57
data, yaitu:
1. Kredibilitas
ditail, tringulasi, dan peer debriefing. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil
penelitian, yaitu:
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan
rekan-rekan sejawat. 16
16
Ibid., 93-94.
58
2. Dependability
3. Konfirmabilitas
kebenarannya di mana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan
17
Ibid. 94.
18
Ibid.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tengah. Sekolah ini merupakan yayasan yang didirikan pada tanggal 10 Juni 2004
M. dengan satu program keahlian farmasi oleh Joni Tandi, beliau adalah pendiri
dan sekaligus merupakan kepala sekolah pertama hingga sekarang. Selain itu,
beliau juga merupakan Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFA). Pada tahun
2006 M. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu dibuka secara resmi
dengan dikeluarkannya surat izin operasional dari pemerintah dan pada tahun itu
juga merupakan awal pelaksanaan dari Ujian Nasional (UN). Hal ini sebagaimana
Bapak Joni Tandi adalah pemilik dan sekaligus kepala sekolah dari awal
hingga sekarang, yang namanya yayasan agak berbeda dengan sekolah
negeri pada umumnya. Sekolah ini dibuka secara resmi dengan ditandai
adanya surat izin operasional pada tahun 2006 dan tahun itu juga merupakan
awal dari pelaksaan Ujian Nasional (UN), jadi kalau peserta didiknya sudah
ada dari tahun 2004, itu dari program keahlian farmasi.1
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi Palu, karena sudah memiliki surat
izin operasional dari pemerintah dan juga ada penambahan program keahlian
keperawatan pada waktu itu, maka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi
59
60
penamaan program keahlian dalam satu sekolah, maka pada tahun 2011 M.
perubahan pada logo sekolah. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dari kepala
sekolah yang diwakilkan oleh Bapak Muchtar selaku wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan:
Program keahlian keperawatan ada pada tahun 2007. Pada awalnya sekolah
ini bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi Palu, setelah
dikeluarkanya surat izin operasional dan juga ada program keahlian
keperawatan waktu itu, maka menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Nusantara Farmasi Palu. Pada tahun 2011, karena dianggap tidak boleh
memihak dalam satu sekolah itu, maka berubah nama menjadi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu yang berdasarkan SK dari
pemerintah belum ada, akan tetapi berdasarkan SK dari sekolah ini sudah
ada dan sekaligus terjadi perubahan logo sekolah.2
kejuruan harus menggunakan nama yang mencakup semua jurusan yang ada di
sekolah tersebut, hal ini dilakukan agar tidak menjadi kecemburuan terhadap
peserta didik yang mana tidak terjadi pemihakan kepada salah satu jurusan.
Nusantara Palu memiliki visi dan misi serta tujuan yang ingin dicapai, dalam
pencapaian dari tujuan yang telah ditetapkan. Adapun visi dan misi serta tujuan
2
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Ruang Guru SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Mei 2019.
61
bangsa.
potensi manusia.
4) Menghasilkan tenaga farmasi dan perawat tingkat menengah yang siap pakai di
Palu adalah:
2) Bekerja sama dengan instansi dinas terkait dalam penyediaan tenaga sebagai
Palu
Jika dilihat dari segi letak geografisnya, maka Sekolah Menengah Kejuran
(SMK) Nusantara Palu terletak di lingkungan rumah sakit dan rumah penduduk.
WoodWard.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFA) dan
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Maluku dan Rumah Sakit Budi
Agung.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu sangat strategis baik dari
segi kegiatan akademiknya yang langsung berdekatan dengan dua rumah sakit
yaitu Rumah Sakit Budi Agung dan Rumah Sakit WoodWard serta letaknya di
tengah-tengah kota yang mudah dijangkau. Hal ini sangat memberikan dampak
positif dan kemudahan bagi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang
mudah dijangkau.
63
individu. Dalam setiap pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari aspek yang
mendidik dan aspek yang dididik. Guru sebagai subjek dari pendidikan tersebut
yang memiliki tugas mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Selain itu,
peserta didik merupakan objek dari pendidikan yang dapat dibimbing, diarahkan,
dan dididik untuk menuju kepada perubahan akhlak menjadi yang lebih baik.
Untuk mengetahui keadaan guru dan peserta didik yang berada di Sekolah
guru termasuk di dalamnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan tata
usaha yang terbagi atas lima kelompok, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Guru
Tetap Yayasan (GTY), Guru Tidak Tetap (GTT), Pegawai Tetap Yayasan (PTY),
dan Pegawai Tidak Tetap (PTT), serta terbagi atas empat kelompok agama yaitu
Agama Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu. Untuk lebih mengetahui keadaan guru
yang berada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu, penulis akan
Tabel 4.1:
Tabel 4.2:
Nusantara Palu
Tabel 4.3:
Nusantara Palu
Tabel 4.4:
Tabel 4.5:
Keadaan Guru Pegawai Tidak Tetap (PTT) Kontrak Sekolah Menengah Kejuruan
Peserta didik merupakan objek dari pemberian ilmu oleh pendidik yang
Tabel 4.6:
Jumlah
No. Kelas Jumlah Kelas Jumlah
L P
1 X Far 2 11 31 42
2 XI Far 2 4 32 36
3 XII Far 3 14 58 72
4 X Kep 4 10 74 84
5 XI Kep 2 8 43 51
6 XII Kep 3 9 63 72
7 X TKJ 1 6 9 15
Jumlah 17 62 310 372
Sumber Data: Arsip Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu.
Nusanatar Palu
Dalam sebuah sekolah, sarana dan prasarana merupakan salah satu aspek
efektif dan efisien. Untuk mengetahui keadaan sarana dan prasarana Sekolah
Menegah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu, dapat dilihat pada tabel halaman
berikut:
68
Table 4.7:
Hasil Observasi.
69
Tabel 4.8:
Milik
Status :
Swasta/Yayasan
aspek afektif yang merujuk pada pengembangan karakter, karena tujuan dari
Kurikulum 2013 adalah untuk menjadikan setiap individu berakhlak mulia yang
tinggi yang namanya budi pekerti dan kepribadian yang terangkum dalam
bagaimana peserta didik itu mengenal jati dirinya dan daerah di mana dia berada
3
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
70
peserta didik karena mereka lebih leluasa berkreasi dan berinovasi sesuai dengan
apa yang mereka butuhkan. Hal ini terlihat dari pengembangan aspek
psikomotorik yang dimiliki dari Kurikulum 2013 itu sendiri yang mana
dalam setiap aktivitas ke depan yang akan dilaluinya. Lain daripada itu, peserta
sebagaimana dalam kurikulum ini ada yang disebut dengan pengembangan aspek
sikap sebagai pembentukan akhlak yang baik, aspek pengetahuan yaitu untuk
Kurikulum 2013 sangat membantu kepada peserta didik untuk dapat leluasa
mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya dan lain dari itu mereka
juga dapat berprestasi baik akademik maupun non-akademik, karena
sebagian dari pendidikan ini berhubungan dengan perilaku yang juga di
dalamnya ada yang disebut dengan spiritual, sikap, pengetahuan, serta
keterampilan. 4
dan mengarahkan peserta didik itu untuk memberikan rangsangan atau stimulus
agar terciptanya pembelajaran yang aktif dan inovatif. Berbeda dengan kurikulum
tanpa ada arahan untuk berkontribusi atau suatu tindakan yang aktif dari peserta
didik.
Kurikulum 2013 ini lebih difokuskan kepada peserta didik, kemudian kita
sebagai guru bagaimana caranya untuk mengarahkan, mengevaluasi, dan
menganalisis untuk melakukan dari tahapan-tahapan pembelajaran
scientific. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, peserta didik hanya
diberikan pedoman oleh gurunya, bahwa kamu harus melakukan ini dan
meninggalkan ini. 5
Hal ini senada yang disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang
kurikulum oleh Ibu Herince. “Dalam hal pembelajaran Kurikulum 2013, kita
sudah menekankan bahwa peserta didik harus lebih aktif dari gurunya, tinggal
memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada peserta didik, karena semua aktivitas
yang mereka lakukan baik di dalam maupun di luar sekolah adalah proses
pembelajaran. Hal ini sehubungan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) yang diatur
penekanan terhadap peserta didik baik itu membuat tugas atau hal semacamnya.
Dalam hal pembelajaran Kurikulum 2013, tidak ada lagi yang namanya
pekerjaan rumah (PR) karena semua aktivitas yang mereka lakukan baik di
dalam maupun di luar sekolah adalah pembelajaran, jadi tidak ada paksaan
terhadap peserta didik untuk membuat tugas. Hal ini sehubungan dengan
Hak Asasi Manusia (HAM) bahwa guru tidak boleh memberikan penekanan
terhadap peserta didiknya baik itu membuat tugas atau hal semacamnya. 7
5
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
6
Herince M. Songga. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Ruang Guru SMK Nusantara Palu. Tanggal 13 Mei 2019.
7
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
72
didik agar terciptanya individu yang religius, berakhlak mulia, memiliki ilmu
pengetahuan yang tinggi, serta dapat berkreasi dan berinovasi. Untuk terciptanya
gurunya untuk ikut serta dalam setiap pelatihan yang terkait dengan Kurikulum
2013.
Saya sudah dua kali mengikuti pelatihan tentang Kurikulum 2013, bahkan
setiap awal semester kita melakukan pertemuan MGMP (Musyawarah Guru
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam), kemudian setiap tahun ajaran
baru ada yang namanya IHT (In House Traning). Materinya itu berkaitan
tentang bagaimana membuat RPP sampai kepada melaksanakan evaluasi. 8
Hal di atas juga sejalan dengan yang disampaikan oleh Ibu Herince selaku
8
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
9
Herince M. Songga. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Ruang Guru SMK Nusantara Palu. Tanggal 13 Mei 2019.
73
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Kejuran (SMK)
Nusantara Palu pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
a. Model Inquiry
memunculkan atau memberikan gambaran bahwa hal itu benar-banar ada atau
yang diberikan misalnya materi tentang iman kepada malaikat. Dalam hal ini,
10
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
74
pertama yaitu menyangkut aspek religius pada Kompetensi Inti (KI) satu.
Misalnya peserta didik pada awal pembelajaran diarahkan untuk membaca ayat
dan bimbingan dari gurunya dengan tujuan untuk memperbaiki cara membaca al-
b. Model Discovery
arahan sehingga peserta didik tadi menemukan hal-hal yang belum diketahuinya.
11
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
12
Observasi di Musholah Kelas XIA dan XIB Farmasi, Tanggal 22 Mei 2019.
75
Budi Pekerti di kelas XIIB dan XIIC jurusan keperawatan yang bertema “Faktor-
kelas dengan arahan dan bimbingan dari guru sehingga mereka menemukan
sendiri sebuah konsep atau penjelasan mengenai pokok masalah tema yang
diberikan.14
baru dari hasil aktivitas tadi dengan bimbingan dan arahan dari gurunya.
13
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
14
Observasi di Kelas XIIB dan XIIC Keperawatan, Tanggal 14 Februari 2019.
15
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
76
Islam di Dunia,” peserta didik diberi suatu pertanyaan “Mengapa Peradaban Islam
kepada melakukan presentasi di depan kelas. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
peserta didik dapat menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi sesuai dengan
discovery dan Problem Based Learning (PBL), hal ini terlihat pada perangkat
pembelajaran yang dibuat oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
sebagai perantara menyampaikan ilmu kepada peserta didik. Salah satu tujuan
dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana dari hasil wawancara dengan Bapak
Muchtar. “Dalam penggunaan media, saya lebih sering kepada media-media yang
terkait pembelajaran.” 17
16
Observasi di Kelas XIIB dan XIIC Keperawatan, Tanggal 14 Februari 2019.
17
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
77
model pembelajaran. Model pembelajaran tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada
bantuan dari suatu metode pembelajaran. Metode merupakan suatu cara atau siasat
yang dilakukan oleh guru terkait pembelajaran agar materi yang disampaikan
dapat mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Metode pembelajaran
yang diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu ada lima, yaitu metode
diskusi, metode tanya jawab, metode resitasi, metode ceramah, dan metode studi
kasus. Sebagai contoh penerapan metode diskusi, bahwa dalam metode ini guru
meluruskan suatu argumen yang dilontarkan oleh peserta didik. Sebagai guru
tidak boleh sekali-kali mengatakan salah kepada jawaban atau pertanyaan yang
diberikan peserta didik, karena hal itu akan menghilangkan semangatnya dalam
belajar.
Metode yang saya gunakan adalah metode diskusi yaitu bukan kita sebagai
pembicaranya, guru hanya memberikan arahan dan kesimpulan, sekalipun
mereka menjawab atau bertanya terdapat kekeliruan, kita sebagai guru tidak
boleh mengatankan bahwa itu salah, akan tetapi kita dapat meluruskan
dengan menggunakan kata-kata yang dianggap baik, misalnya dengan
kalimat kira-kira yang bagusnya seperti ini. 18
ganjil tidak boleh dengan jumlah genap, hal ini akan mempengaruhi suasana di
dalam kelompok tersebut karena ada peluang pasangan individu yang akan
Dalam hal membagi kelompok diskusi itu tidak boleh dengan jumlah genap,
akan tetapi harus jumlah ganjil, karena jika genap akan ada pasangan
18
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
78
aktif dan peserta didik juga dapat paham dan mengerti apa yang disampaikan oleh
gurunya. Hal ini sebagaimana penuturan salah seorang peserta didik bernama
Rahmad. “Dengan menggunakan berbagai metode, kelas menjadi aktif tanpa ada
kejenuhan di dalamnya.” 20
dilakukan pada saat ujian tengah semester ataupun ujian akhir saja, akan tetapi
penilaian harus dilakukan secara menyeluruh pada setiap aktivitas peserta didik
baik di dalam maupun di luar kelas. Lain daripada itu, khususnya nilai akhir mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tidak boleh rendah atau di
bawah nilai rata-rata yang telah ditentukan. Hal ini senada dengan hasil
nilai untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tidak boleh
peserta didik. Guru harus langsung melakukan proses penilaian pada saat
19
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
20
Rahmad Ramadhan. Peserta Didik Kelas XA Keperawata SMK Nusantara Palu.
“Wawancara,” Ruang Kelas XA Keperawatan SMK Nusantara Palu. 21 Juni 2019.
21
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
79
spikomotorik. Misalnya pada proses diskusi ataupun tanya jawab yang dapat
diberi sebuah apresiasi berupa nilai dari guru. Pernyataan ini sesuai dengan hasil
memberikan penilaian kepada peserta didik yang aktif bertanya dan menjawab.”22
Budi Pekerti, hal ini dimaksudkan untuk selain memiliki tauhid yang utuh peserta
didik juga diharapkan memiliki pribadi akhlak yang baik terhadap sesama, karena
Di dalam Mata Pelajaran Agama Islam ada yang namanya Budi pekerti,
kenapa harus ada Budi Pekerti? karena pada semua mata pelajaran peserta
didik harus memiliki perilaku akhlak yang baik, dan juga semua guru mata
pelajaran lain memberikan penilaian sikap kepada peserta didik. Bahkan
peserta didik baru datang di sekolah langsung ada nilainya, ketemu di kantin
dengan gaya makannya saya nilai, termasuk sampai di kelas siapa peserta
didik yang datang pertama ada nilainya. Maka dari itu nilai sikap dilakukan
setiap hari. Karena hal itu sangat dituntut dari Kurikulum 2013. 23
Islam menjadi problema dimasa sekarang, hal ini terjadi karena Pendidikan
Agama Islam tidak dipercayakan lagi dalam pembentukan akhlak dengan asumsi
bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya menghasilkan lulusan yang
bertauhid akan tetapi tidak berakhlak. Berbeda dengan hal itu, sesungguhnya mata
keempat ranah Islam yaitu tauhid, akhlah, fikih dan sejarah kebudayaan Islam.
22
Mardia Maneka. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Ruang Guru SMK Nusantara Palu. 16 Mei 2019.
23
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
80
tidak semua materi pada Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menggunakan
Scientific Approach. Ada beberapa materi yang langsung kepada praktek dan
Islam dan Budi Pekerti harus melihat tujuan daripada materi pembelajaran dengan
memperhatikan keadaan serta kondisi kelas yang akan diajarkan. Hal itu
Islam dan Budi Pekerti pada umumnya sudah menerapkan kelima tahapan
Dalam hal pembelajaran, lima dari tahapan scientific itu sebetulnya harus
ada semua, di sini tergantung materi yang akan diajarkan juga. Dalam hal
menanya, peserta didik diberi dorongan untuk mengeluarkan argumenya
24
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
81
Based Learning (PBL) yang terangkum ke dalam lima tahapan pada mata
a. Mengamati
mengamati dilakukan dengan cara mengamati objek terkait materi yang diberikan,
bisa objek berupa gambar yang terdapat dalam buku paket ataupun langsung
kepada objek yang langsung dilihat tanpa melalui perantara. Contohnya peserta
didik diarahkan guru untuk mengamati objek tentang materi menjauhi pergaulan
bebas yang berada di buku paket. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan
arahkan mereka untuk mengamati gambar yang terdapat di buku paket, tentang
Guru juga bisa menggunakan media selain media gambar dari buku seperti
infocus untuk menampilkan tayangan video atau gambar terkait materi sehingga
peserta didik dapat melakukan proses pengamatan yang lebih bervariasi. Hal ini
25
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
26
Mardia Maneka. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Ruang Guru SMK Nusantara Palu. 16 Mei 2019.
82
seperti yang dipaparkan oleh Bapak Muchtar. “Media infocus untuk menampilkan
b. Menanya
beserta hasil bacaan mereka di dalam buku paket ataupun sumber lain. Dengan
berbagai dorongan dan motivasi dari guru akan dapat memberikan semangat
kepada peserta didik untuk memberikan sebuah pertanyaan. Hal ini sebagai tujuan
pertanyaan.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. “Saya selalu memberikan motivasi
kepada mereka agar dapat berpatisipasi dalam kelas. Misalnya Siapa yang aktif
maka tindakan guru adalah harus tetap menerima pertanyaan tersebut, karena
27
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
28
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
29
Mardia Maneka. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Ruang Guru SMK Nusantara Palu. 16 Mei 2019.
83
berikutnya dan akan tercipta kelas yang aktif. Hal ini sebagaimana pernyataan dari
Bapak Muchtar. “ Jika ada peserta didik bertanya di luar materi, tetap saya terima
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, sebelum masuk ke inti
ceramah dengan berbagai strategi yang menarik seperti menyisipkan candaan dan
c. Mengumpulkan data/informasi
ataupun mencari pada aplikasi yang langsung di awasi oleh pihak sekolah. Hal ini
30
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
31
Observasi di Kelas XIIB dan XIIC Keperawatan, Tanggal 14 Februari 2019.
84
Peradaban Islam di Dunia,” mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, terlihat bahwa pada pelaksanaan pembelajaran peserta didik yang terbagi
berdasarkan kelompok diskusi mencari referensi dari sumber buku dan internet
d. Menalar
berkelompok.
Dalam hal membagi kelompok diskusi tidak boleh genap, karena jika ganjil
akan ada timbul peluang bagi peserta didik lain untuk bercerita atau
mambahas di luar pembahasan. Kemudian dalam kelompok diskusi, saya
arahkan mereka harus berbuat apa dan saya bimbing dan arahkan mereka
sampai mereka menyimpulkan atau mempresentasikannya. 34
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas XIIB dan XIIC jurusan keperawatan
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, peserta didik diarahkan
guru untuk memahami atau menafsirkan dari hasil informasi yang telah di susun
32
Zaskia Ramadani. Peserta Didik Kelas XA Keperawatan, “Wawancara,” Ruang Kelas
A
X Keperawatan SMK Nusantara Palu. 14 Mei 2019.
33
Observasi di Kelas XIIB dan XIIC Keperawatan, Tanggal 14 Februari 2019.
34
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
85
mempresentasikannya. 35
e. Mengkomunikasikan
individu ataupun kelompok. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, bahwa setelah
bahwa bukan hasil akhir yang berupa angka, akan tetapi bagaimana proses yang
35
Observasi di Kelas XIIB dan XIIC Keperawatan, Tanggal 14 Februari 2019.
36
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
37
Observasi di Kelas XIIB dan XIIC Keperawatan, Tanggal 14 Februari 2019.
86
di depan kelas.
dan Problem Based Learning (PBL) yang mana kedua model tersebut diterapkan
dalam satu pembahasan atau materi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
melakukan aktivitas mengajar. Salah satu persiapan yang harus dilakukan guru
adalah melakukan pengamatan terhadap kelas yang akan dia ajarkan, guna untuk
sebagai bahan pertimbangan dalam hal penentuan model, metode, dan media yang
akan diterapkan.
38
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
39
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
87
peserta didik dalam proses pembelajaran. Di sini guru harus memiliki inovasi
Bapak Muchtar selaku guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
tergantung situasi dan kondisi kelas yang saya ajar. Karena situasi tersebut dapat
dalmnya terdapat sebuah kendala atau hal-hal yang dapat menghambat dari proses
Agama Islam dan Budi Pekerti pada implementasi model pembelajaran Scientific
sebagai berikut:
1 Faktor Sarana
ini senada dengan penuturan Bapak Muchtar mengatakan, “kendalanya itu dari
40
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
41
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
88
mengubah suasana tempat pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada agar pembelajaran yang bersinggungan dengan suatu objek bisa terlaksana.
Hal ini senada dengan penuturan Bapak Muchtar. “Terkadang saya ajak mereka
belajar di musholah atau di parkiran, tergantung situasi dan kondisi kelas yang
saya ajar.” 42
juga ditentukan dari kesiapan peserta didik itu sendiri dalam menerima materi
pelajaran. Terkadang ada peserta didik yang terganggu pada aspek emosionalnya
penegasan dari Bapak Muchtar. “Dari faktor peserta didiknya, ada yang hubungan
Solusi dari hal di atas bisa diatasi dengan berbagai pendekatan yang
dilakukan oleh guru, seperti penuturan Bapak Muchtar.” Hal itu tergantung
sebuah cerita yang menghibur agar peserta didik tertarik mengikuti pelajaran.” 44
scientific, di sini penulis juga mendeskripsikan dampak positif dan negatif dari
42
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
43
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
44
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
89
memberikan pengaruh besar bagi peserta didik karena dengan adanya aktivitas
partisipasi yang aktif di dalam kelas. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Bapak
Dampak negatifnya adalah juga berasal dari peserta didik itu sendiri yaitu
pada pelaksanaan diskusi kelas terkadang hanya didominasi oleh peserta didik
sepenuhnya tanpa ada kelompok diskusi lain yang terabaikan dari proses
bimbingan agar tidak terjadi suasana kelas yang pasif melainkan tercipta suasana
Scientific Approach dalam hal ini hanya memiliki sedikit perbedaan saja akan
45
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
46
Muchtar. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Nusantara Palu,
“Wawancara,” Perpustakaan SMK Nusantara Palu. Tanggal 20 Juni 2019.
90
keaktifan belajar peserta didik dengan melalui prosedur kerja ilmiah. Berikut akan
Tabel 4.9:
baku dalam kurikulum itu sendiri yang mana proses penerapannya masih bersifat
penerapannya mengikuti strategi yang dimiliki dari setiap guru yang mana
pencapaian tujuan pembelajaran dilalui dengan proses yang berbeda hal ini
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Palu
Kejuruan (SMK) Nusantara Palu terbagi atas tiga model, yaitu model
91
92
yaitu proses mengamati suatu objek gambar terkait materi misalnya materi
B. Implikasi Penelitian
Approach.
93
pembelajaran bisa berjalan sesuai visi dan misi sekolah yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Komaruddin. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Majid, Abdul. Pendidikan Agama Islam: KBK 2000. Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2004.
94
95
Seidel, Robert J., dkk. From Principles of Learning to Strategies for Instruction.
New York: Springer, 2007.
Wakasek Kurikulum:
Kurikulum 2013?
sebelumnya?
11. Adakah dampak positif atau negatif dari penerapan pendekatan saintifik?
pendekatan saintifik?
15. Apakah peserta didik dapat menyimpulkan materi yang telah dipaparkan?
saintifik?
21. Strategi apa yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik?
Peserta didik:
materi PAI?
anda?
7. Apa dampak yang anda peroleh dari penerapan pendekatan saintifik yang
9. Apa pendapat anda tentang guru yang hanya menggunakan satu atau
10. Apa pendapat anda ketika guru kurang jelas dalam menjelaskan materi dan
LOKASI PENELITIAN
1. Kondisi areal
Nusantara Palu.
5) Lemari
6) Data guru
8) Komputer
Palu.
2) Ruang guru
3) Ruang belajar
4) Lapangan olahraga
5) Laboratorium
6) Perpustakaan
7) WC (kamar mandi)
Nusantara Palu.
Wawancara bersama peserta didik kelas XIA Kep. SMK Nusantara Palu
Wawancara bersama peserta didik kelas XIA Kep. SMK Nusantara Palu
Wawancara bersama peserta didik kelas XIA Kep. SMK Nusantara Palu
Lahan parkir SMK Nusantara Palu
A. Identitas Diri
Nama : Mohammad Rizkiyanto Azhari
Tempat/tgl. Lahir : Poso, 30 Juli 1996
Alamat Rumah : BTN Puskud Blok F6 No. 15
Nama Ayah : Rizal M. Djimad, S.Pd., M.Si.
Nama Ibu : Ayuning Fauziah, S.Pd.I.
Nama Istri : Miftahul Jannah
B. Riwayat Pendidikan