Anda di halaman 1dari 6

RESUME

KEBIJAKAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

DISUSUN OLEH :

1. ANITA FEBRIANA (P27220016150)


2. MAISYE NUR AISYAH (P27220016172)
3. RISKI YULIA SANTIKA (P27220016184)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2019
A. PENGERTIAN
MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan
yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan
anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS
merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan
dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.

B. TUJUAN MTBS
1. Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit
tersering pada balita.
2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.

C. SEJARAH MTBS DI INDONESIA

MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kementerian
Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Sejak itu
penerapan MTBS di Indonesia berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS
dilakukan secara berkala sesuai perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu
kesehatan anak melalui IDAI.
Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun
belum seluruh puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab, diantaranya belum
adanya tenaga kesehatan yang sudah terlatih MTBS dan sarana prasarana untuk
pelaksanaan kegiatan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit.
Ada 3 komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu:

1. Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus


balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
2. Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih
efektif
3. Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit
berbasis masyarakat”).

Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada ketiga komponen


harus sama besar.

D. Penatalaksanaan MTBS
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh Petugas kesehatan
yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk
melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada orang tua/wali, apa
saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar'
atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala
berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi penyakit,
petugas akan menentukan tindakan/pengobatan. Tindakan yang dilakukan dapat berupa:
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah,
d. Memberikan konseling bagi ibu,
e. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan dan lain-lain

E. HUBUNGAN PUSKESMAS DENGAN MTBS

Pada sebagian besar balita sakit yang dibawa berobat ke Puskesmas, keluhan
tunggal kemungkinan jarang terjadi, menurut data WHO, tiga dari empat balita
sakit seringkali memiliki banyak keluhan lain yang menyertai dan sedikitnya menderita 1
dari 5 penyakit tersering pada balita yang menjadi fokus MTBS. Pendekatan MTBS dapat
mengakomodir hal ini karena dalam setiap pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi
yang sering menyebabkan keluhan anak akan ditanyakan dan diperiksa.

Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan jenis intervensi yang cost
effective yang memberikan dampak terbesar pada beban penyakit secara global. Bila
Puskesmas menerapkan MTBS berarti turut membantu dalam upaya pemerataan
pelayanan kesehatan dan membuka akses bagi seluruh lapisan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang terpadu.
Pada tahun 2006 sosialisasi program MTBS dan pelatihan kepada petugas
puskesmas telah dilakukan, dimana masing-masing Puskesmas diwakili oleh 1 orang
tenaga medis (dokter) dan 2 orang tenaga paramedis(bidan, perawat). Akan tetapi
kematian balita di kabupaten Pasuruan mengalami kenaikan, yaitu tahun 2007 sebesar
5,2/1000 kelahiran hidup, tahun 2008 sebesar 5,4/1000 kelahiran hidup dan tahun 2009
sebesar 6,1/1000 kelahiran hidup. Darikematian tersebut diketahui penyebabnya antara
lain karena gizi buruk, pneumonia, DBD,diare serta infeksi. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis terhadap faktor faktor dalam implementasi program MTBS di
Puskesmas Kabupaten Pasuruan. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, metode
sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sebagai informan utama adalah
petugas MTBS (dokter, bidan, perawat) di Puskesmas wilayah
perkotaan dan pinggiran kota yang melakukan MTBS, berjumlah 12 orang. Sedangkan
sebagai informan triangulasi adalah 4 kepala Puskesmas, satu Kasie Kesga Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasuruan.

Variabel dalam penelitian ini adalah faktor komunikasi, faktor sumber daya,
faktor disposisi, serta faktor struktur birokrasi. Penelitian memberikan hasil sosialisasi
dan pelatihan program MTBS sudah dilakukan. Petugas yang melayani balita sakit belum
menunjang keberhasilan pencapaian tujuan MTBS oleh karena belum semua petugas
mendapatkan pelatihan MTBS, jumlah petugas tidak sebanding dengan jumlah balita
sakit yang berkunjung. Seluruh petugas MTBS mempunyai sikap positif untuk
mendukung program MTBS. Meskipun sudah tersedia SOP namun tidak semua petugas
menggunakannya dalam melayani MTBS.
Pembinaan dari DKK belum dilakukan rutin, supervisi masih bersifat umum, serta
tidak ada tindak lanjut yang diberikan. Agar pelayanan MTBS terlaksana dengan baik
maka perlu ditingkatkan sosialisasi SOP yang disertai pelatihan yang merata
untuk semua petugas serta supervisi yang spesifik pada MTBS.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.

Nikmatul, dkk. 2013. Implementasi Program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di
Puskesmas Wilayah Kabupaten Pasuruan. Pasuruan: Program Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai

  • SAP Anemia
    SAP Anemia
    Dokumen5 halaman
    SAP Anemia
    Arief Ferri Nurdin
    100% (1)
  • Undangan 17an
    Undangan 17an
    Dokumen1 halaman
    Undangan 17an
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Askep Lansia Ett
    Askep Lansia Ett
    Dokumen31 halaman
    Askep Lansia Ett
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Asp
    Asp
    Dokumen10 halaman
    Asp
    Cici Iiss
    Belum ada peringkat
  • Askep BPH
    Askep BPH
    Dokumen61 halaman
    Askep BPH
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Undangan PMNS
    Undangan PMNS
    Dokumen1 halaman
    Undangan PMNS
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • PENGETAHUAN KEPRAMUKAAN
    PENGETAHUAN KEPRAMUKAAN
    Dokumen4 halaman
    PENGETAHUAN KEPRAMUKAAN
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Osteo Gerontik
    Osteo Gerontik
    Dokumen16 halaman
    Osteo Gerontik
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Osteo Gerontik
    Osteo Gerontik
    Dokumen16 halaman
    Osteo Gerontik
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • CCC
    CCC
    Dokumen1 halaman
    CCC
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Osteo
    Osteo
    Dokumen30 halaman
    Osteo
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Daftar Nama Peserta
    Daftar Nama Peserta
    Dokumen4 halaman
    Daftar Nama Peserta
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Shift
    Manajemen Shift
    Dokumen3 halaman
    Manajemen Shift
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Desa Siaga 1
    Desa Siaga 1
    Dokumen11 halaman
    Desa Siaga 1
    Fina hastuti
    Belum ada peringkat
  • Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
    Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
    Dokumen9 halaman
    Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • ASKEP BPH Fix
    ASKEP BPH Fix
    Dokumen38 halaman
    ASKEP BPH Fix
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan Kesehatan Kerja
    Keperawatan Kesehatan Kerja
    Dokumen7 halaman
    Keperawatan Kesehatan Kerja
    Estu Pamungkas
    Belum ada peringkat
  • Undangan 17an
    Undangan 17an
    Dokumen1 halaman
    Undangan 17an
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Sap Rom
    Sap Rom
    Dokumen7 halaman
    Sap Rom
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Undangan PMNS
    Undangan PMNS
    Dokumen1 halaman
    Undangan PMNS
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Makalah Keperawatan Medikal Bedah Kad
    Makalah Keperawatan Medikal Bedah Kad
    Dokumen21 halaman
    Makalah Keperawatan Medikal Bedah Kad
    Estu Pamungkas
    Belum ada peringkat
  • KMB Hiv Aids
    KMB Hiv Aids
    Dokumen13 halaman
    KMB Hiv Aids
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Kolik Ureter Batu Dalam
    Kolik Ureter Batu Dalam
    Dokumen14 halaman
    Kolik Ureter Batu Dalam
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Gastritis
    Gastritis
    Dokumen16 halaman
    Gastritis
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen12 halaman
    Daftar Pustaka
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen12 halaman
    Daftar Pustaka
    Dian Fitria
    Belum ada peringkat