BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan di mana kelenjar
prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria. (Smeltzer dan Bare, 2002).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat
nonkanker, (Corwin, 2009). Etiologi
Faktor kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron 2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron 3. Interaksi stroma - epitel 4. Berkurangnya sel yang mati 5. Teori sel stem Klasifikasi
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :
1. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak
puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada malam hari 2. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat. 3. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis. Derajat BPH berdasarkan gambaran klinis :
1. Derajat 1 : terdapat penonjolan prostat, batas atas mudah diraba, dan
sisa volume urine <50 ml 2. Derajat 2 : penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa volume urine 50-100 ml 3. Derajat 3 : batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa volume urine > 100 ml 4. Derajat 4 : terjadi retensi total Tanda Gejala
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut
sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
Gejala Obstruktif yaitu :
- Hesitansi - Intermitency - Terminal dribling - Pancaran lemah - Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas. Gejala Iritasi yaitu : - Urgency - Frekuensi - Disuria Patofisiologi Pembesaran prostat menyebabkan penyempitam lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik buli- buli berupa hipertrofi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala prostatismus. Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urinei dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal. Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi juga disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus. ASKEP.doc