PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seorang perawatan professional dalam merawat lanjut usia yang tidak ada
harapan mempunyai ketrampilan yang multi komplek.Sesuai dengan peran yang
dimiliki, perawatan harus mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelami perasaan-perasaan hidup
dan mati.
1
pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep lansia .
1. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan
menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti
rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman
panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas
orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-
kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang
dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar
untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses
normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan
berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan.
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana
di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan
reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
3
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,
kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).
2. Penggolongan lansia
3. Ciri-ciri Lansia.
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut
usia,yaitu:
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki
peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin
cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang
kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
4
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu
seperti: lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan
pendapat orang lain.
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.
B. Konsep kematian.
1. Pengertian kematian .
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir
dari kehidupan manusia(Buku Ajar Keperawatan Gerontik : 435).
Pengertian kematian / mati adalah apabila seseorang tidak teraba lagi denyut
nadinya tidak bernafas selama beberapa menit dan tidak menunjukan segala refleks,
serta tidak ada kegiatan otak.(Nugroho: 153).
5
2. Penyebab kematian
a. Penyakit.
b. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung
hidungnya
6
Tanda-Tanda Kematian dalam Ilmu Kedokteran :
Dalam ilmu kedokteran, dapat diketahui beberapa hal atau kondisi seseorang
yang mengalami kematian, yakni sejak sebelum seseorang tersebut dinyatakan
mati dengan sempurna sampai ia menjadi mayat. Di antaranya yaitu:
1) Death Rattle
Death rattle adalah istilah umum rumah sakit saat pasien yang hendak
meninggal mengeluarkan suara yang mengerikan.Hal ini terjadi setelah hilangnya
refleks batuk dan kehilangan kemampuan untuk menelan. Hal ini menyebabkan
akumulasi kelebihan air liur di tenggorokan dan paru-paru.
2) Cheynes-Stokes Respiration
Cheynes-stokes respiration adalah pola pernapasan yang sangat abnormal
ditandai dengan napas yang cepat dan kemudian periode tidak bernapas
(apnea).Dengan demikian, organ-organ semakin kekurangan darah dan oksigen.
Tanpa oksigen, sel-sel di organ mulai mati, dan akhirnya terjadi kematian individu
atau biologis.
3) Perubahan Kulit Muka
Akibat terhentinya sirkulasi darah, maka darah yang berada pada kapiler dan
venula di bawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang lebih rendah, sehingga
warna raut muka akan menjadi lebih pucat.
4) Relaksasi Otot
Pada saat mati sampai beberapa saat sesudahnya, otot-otot polos
akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada
stadium itu disebut relaksasi primer. Akibatnya rahang bawah akan melorot dan mulut
terbuka.
5) Penurunan Suhu Tubuh
7
Sesudah mati, metabolisme yang menghasilkan panas akan terhenti sehingga
suhu tubuh akan tuun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya. Penurunan ini
disebabkan oleh adanya proses radiasi, konduksi dan pancaran panas.
6) Livor Mortis
Livor mortis adalah nama lain dari lebam mayat, hal ini terjadi karena adanya
gaya gravitasi yang menyebabkan darah mengumpul pada bagian-bagian tubuh
terendah. Timbulnya lebam mayat antara 1- 2 jam setelah mati, adapula yang
mengatakan bahwa lebam mayat mulai tampak sekitar 30 menit setelah kematian.
7) Defecation
Setelah kematian biologis, setiap otot dalam tubuh manusia akan berhenti
untuk menerima energi dalam bentuk ATP. Akibatnya perut akan relaks dan buang air
besar dapat terjadi.
8) Rigor Mortis
Rigor mortis adalah kekakuan setelah kematian, yakni tubuh tidak
mampu untuk memecahkan ikatan yang menyebabkan kontraksi. Dalam waktu
kurang lebih 6 jam sesudah mati, kaku mayat akan mulai terlihat dan lebih dari 6 jam,
seluruh tubuh akan menjadi kaku.
4. Tanda –tanda meninggal secara klinis.
8
5. Tahap Kematian
Tahap – tahap ini tidak selamanya bruntutan secara tetapi dapat saling tindih.
Kadang–kadang klien lanjut usia melalui suatu tahap tertentu untuk kemudian
kembali ketahap itu. Lama setiap tahap dapt bervariasi, mulai dari beberapa jam
sampai beberapa bulan. Apabila tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa
timbul kesan seolah – olah klien lanjut usia melompati satu tahap, kecuali jika
perawat memperhatikan seksama dan cermat.(Nugroho:2008)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasany, sikap itu ditandai
dengan komentar “saya?tidak, itu tidak mungkin”. Selama tahap ini klien lanjut usia
sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua orang, kecuali dirinya. Klien
lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakannya sehingga ia tidak
memerhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. Ia
bahkan menekan apa yg telah ia dengar atau mungkin akan meminta pertolongan dari
berbagai macam sumber profesional dan nonprofesional dalam upaya melarikan diri
dari kenyataan bahwa mau sudah diambang pintu.
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi tidak terkendali. Klien lanjut
usia itu berkata “mengapa saya? ” sering kali klien lanjut usia akan selalu mencela
setiap orang dalam segala hal. Ia mudah marah terhadap perawat dan petugas
kesehatan lainya tentang apa yang mereka lakukan. Pada tahap ini, klien lanjut usia
lebih menganggap hal ini merupakan hikmah, daripada kutukan. Kemarahan disini
merupakan mekanisme pertahanan diri klien lanjut usia. Akan tetapi, kemarahan yang
sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan. Pada saat ini, perawat
kesehatan harus berhati – hati dalam memberi penilaian sebagai reaksi yang normal
terhadap kemtian yang perlu diungkapkan.
9
c. Tahap ketiga (tawar – menawar )
Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata , “ya, benar
aku, tapi...” kemarahan biasnya mereda dan klien lanjut usia biasanya dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya.
Akan tetapi, pada tahap tawar menawar ini banyak orang cenderung untuk
menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum mau tiba, dan akan menyiapkan
beberpa hal, misalnya klien lanjut usia mempunyai permintaan terkhir untuk melihat
pertandingan olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau makan
direstoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena membantu klien
lanjut usia memasuki tahap berikutnya.
Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata “ya, benar
aku” hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan karena lanjut usia sedang
dalam suaana berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang yang
dicintainya dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersamaan dengan
itu, dia harus meninggalkan semua hal menyenangkan yang telah dinikmatinya.
Selam tahap ini, klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis.
Saatnya perawat duduk dengan tenang disamping klien lanjut usia yang melalui masa
sedihnya sebelum meninggal
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian.menjelang saat ini, klien
lanjut usia telah membereskan segala urusan ysng belum selesesai dan mungkin tidak
ingin berbicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar menawar
sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenangan. Seseorang mungkin saja
lama ada dalam tahap menerima, tetapi bukan tahap pasrah yang berarti kekalahan .
Dengan kata lain pasrah terhadap maut tidak berarti menerima maut.
10
6. Pengaruh Kematian
a. Kebutuhan jasmaniah.
Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada setiap orang. Tindakan
yang memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia ( mis., sering mengubah
posisi tidur, perawatan fisik, dan sebagainya ).
b. Kebutuhan fisisologis.
11
a) Kebersihan Diri,kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan
kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut,
mulut, badan dan sebagainya.
12
f) Eliminasi,karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat
terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal,
pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau
dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum,
apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
c. Kebutuhan emosi.
d. Kebutuhan sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi
kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
13
a) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu
dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman
dekat, atau anggota keluarga lain.
e. Kebutuhan spiritual
14
tidak merusak.
3) Sering kali perasaan ini dialihkan kepada orang lain atau anda sebagai
cara klien lanjut usia bertingkah laku.
15
1) Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. Ingat bahwa
tindakan ini sebenarnya hanya memenuhi kebutuhan petugas. Jangan
takut menyaksikan klien lanjut usia atau keluarga menangis. Hal ini
merupakan ungkapan pengekspresian kesedihanya. Anda boleh saja ikut
berduka cita.
Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai ia
mati. Lanjut usia:
16
a. Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya
dapat saja berubah.
17
n. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan
dihormati sesudah mati.
a. Pengertian
Tim perawatan paliatif terdiri atas tim terintegrasi, antara lain dokter, perawat,
psikolog, ahli fisioterapi, pekerja social medis, ahli gizi, rohaniawan, dan relawan.
Perlu diingat bahwa tujuan perawatan paliatif adalah mengurangi beban penderitaan
lanjut usia. Penderitaan terjadi bila ada salah satu apek yang tidak selaras, baik aspek
fisik maupun psikis, peran dalam keluarga, masa depan yang tidak jelas, gangguan
kemampuan untuk menolong diri, dan sebagainya.
18
1. Pengkajian
a) Perasaan takut.
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak terkendalikan
yang begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit terminal, terutama apabila
keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang ganas. Perawat harus menggunakan
pertimbangan yang sehat apabila sedang merawat orang sakit terminal. Perawat
harus mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara yang tepat.
Perasaan takut yang mungkin takut terhadap rasa nyeri, walaupun secara teori,
nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang rasa nyeri, seperti aspirin,
dehidrokodein, dan dektromoramid. Apibila orang berbicara tentang perasaan
takut mereka terhadap maut, respon mereka secara tipikal mencakup perasaan
takut tentang hal yang tidak jelas, takut meninggalkan orang yang dicintai,
kehilangan martabat, urusan yang belum selesai, dan sebagainya.
c) Tanda vital. Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu
badan, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis
yang mengaturnya berkaitan satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan
dengan keadaan yang normal dianggap sebagai indikasi yang penting untuk
mengenali keadaan kesehatan seseorang.
19
e) Fungsi tubuh. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap
organ mempunyai fungsi khusus.
2. Diagnosa.
20
keluarga
3. Intervensi
21
Perubahan Kebutuhan merawat diri Membantu memenuhi
perawatan diri terpenuhi kebutuhan merawat diri
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Ny.R adalah seorang wanita lemah keturunan Irlandia yang berusia 88 tahun.
Suaminya, meninggal 14 tahun yang lalu akibat cedera serebrovaskuler. Ny. P tinggal
dirumahnya bersama anaknya hingga satu tahun yang lalu. Pada saat itu ia
didiagnosis kanker payudara metastasis ,ia telah menjalani pembedahan, radiasi, dan
kemoterapi. Pasien diinformasikan bahwa harapan hidupnya hanya tinggal kurang
dari setahun, pada suatu saat tiba-tiba kondisinya menurun dan mengalami kondisi
yang terminal, pasien mengalami penurunan keyakinan terhadap tuhannya dan
keluarganya pun mengalami kecemasan akan kondisi terminal yg dihadapi klien
22
A. Pengkajian
23
g) Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama
menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan
perubahan posisi yang sering.
B. Diagnosa
24
pendukung keagamaan, atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.
C. Intervensi.
Intervensi :
25
pada lingkaran peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
R/ : Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan
dapat dihilangkan denga memberikan informasi akurat. Klien dengan
ansietas berat atau parah tidak menyerap pelajaran.
Tujuan : Pasien dan keluarga siap secara mental menghadapi kondisi dan
kenyataan yang akan terjadi.
Kriteria Hasil :
Klien akan :
26
3) Menyatakan kematian akan terjadi
Intervensi :
27
diri dan penerimaan kematian yang terjadi.
4) Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan jujur.
a) Membantu berdandan.
Intervensi :
28
ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi
kesemptan pada klien untuk melakukannya.
R/ : Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada do’a atau praktek spiritual
lainnya, praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi
sumber kenyamanan dan kekuatan.
BAB 4
PENUTUP
A. Keimpulan
29
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir
dari kehidupan manusia(Buku Ajar Keperawatan Gerontik : 435).
Pengertian kematian / mati adalah apabila seseorang tidak teraba lagi denyut
nadinya tidak bernafas selama beberapa menit dan tidak menunjukan segala refleks,
serta tidak ada kegiatan otak.(Nugroho: 153).
B. Saran .
DAFTAR PUSTAKA
30
Medika.
31