PENDEALUAN
1. Latar Belakang
Di negara berkembang insidensi penyakit degeneratif terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup. Dengan
bertambah usia harapan hidup ini, maka penyakit degeneratif juga
meningkat, salah satunya adalah penyakit osteoporosis. Saat ini
osteoporosis menjadi permasalahan di seluruh negara dan menjadi isu
global di bidang kesehatan.
Osteoporosis adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan
penurunan massa dan densitas tulang serta gangguan arsitektur tulang
normal. Berkurangnya kekuatan tulang, maka risiko terjadinya fraktur
akan meningkat.
World Health Organization
(WHO) memasukkan osteoporosis dalam daftar 10 penyakit
degeneratif utama di dunia.Tercatat bahwa terdapat kurang lebih 200 juta
pasien di seluruh dunia yang menderita osteoporosis.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian osteoporosis?
b. Apa tanda dan gejala osteoporosis?
c. Apa etiologi osteoporosis?
d. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien osteoporosis?
3. Tujuan Penulisan
a. Pembaca mengetahui pengertian osteoporosis.
b. Pembaca mengetahui tanda dan gejala osteoporosis.
c. Pembaca mengetahui etiologi osteoporosis.
d. Pembaca mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien
osteoporosis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Osteoporosis adalah gangguan tulang akibat metabolic, laju
resorpsi tulang meningkat dan laju pembentukan tulang menurun, yang
menyebabkan penurunan massa tulang. Tulang kehilangan kalsium dan
fosfat,yang menyebabkan tulang menjadi kropos, rapuh, dan secara
abnormal rentan terhadap fraktur (Stockslanger&schaeffer.2008)
Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan
tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko
terjadinya fraktur (Zairin.2013)
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang
per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah
terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Secara histopatologis
osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai
dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.
Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya
pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari
keduanya.
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas :
1. Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit
yang lain, yang dibedakan lagi atas :
a. Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang
terutama dibagian trabekula
b.Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang
daerah korteks
c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda
denganpenyebab yang tidak diketahui
2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain,
antara lain hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid
dan lain-lain.
2
B. Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada bagian punggung yang terjadi secara perlahan-lahan
selama beberapa tahun atau yang terjadi secara tiba-tiba (misalnya
setelah membungkuk)
2. Pada kolaps vertebra, nyeri punggung dan nyeri yang menyebar
disekitar batang tubuh yang diperburuk oleh setiap gerakan.
3. Punuk Dowager disebabkan oleh peningkatan kelengkungan tulang
belakang akibat fraktur vertebra yang berulang.
4. Spasme otot, khususnya pada bagian lumbal.
5. Penurunan gerakan tulang belakang (flaksi lebih terbatas akibat
ekstensi). Peptide.
C. Etiologi
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh
berbagai factor antara lain :
a. Faktor genetic
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap
kepadatan tulang
b. Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang,
bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan
nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal
tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik.
Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot
besar dan juga massa tulang yang besar
3
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan
nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan
tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh
genetic yang bersangkutan
2. Determinan pengurangan Massa Tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa
tulang pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur
osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang
mempengaruhi massa tulang.
a. Faktor genetic
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko
terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil
akan lebih mudah mendapat resiko fraktur dari seseorang
denfan tulang yang besar.
b. Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan
bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan
fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.
c. Faktor lain
1) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan
masukan kalsium yang rendah dan absorbsinya tidak
baik akan mengakibatkan keseimbangan kalsium yang
negatif begitu sebaliknya.
2) Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan
kecenderungan keseimbangan kalsium yang negatif
4
3) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam
tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan kalsium, karena menurunnya efisiensi
absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya
konservasi kalsium diginjal.
5
D. Pathway
Normal
Genetik,gaya hidup,alcohol,
penurunan prod.hormon
Kiposis/Gibbus
Kurang pengetahuan
Konstipasi b/d ilues Fraktur spasme otot
b/d proses osteoporosis
Reseptor nyeri
Risiko cedera
b/d imobilitas
6
E. Patofisiologi
Osteoporosis adalahabnormalitas pada proses remodeling tulang
dimana resorpsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan
hilangnya massa tulang. Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodeling
tulang digambarkan dengan keseimbangan fungsi oteoblas dan
daoteoklas. Meskipun pertumbuhan berhenti, remodeling tulang tetap
berlanjut. Proses dinamik ini meliputi resorpsi pada satu permukaan
tulang dan deposisi pembentukan tulang pada tempat yang
berlawanan. Hal ini dipengaruhi beban berat badan dan gravitasi sama
halnya dengan masalah dengan masalah seperti masalah penyakit
sistemik. Proses selular dilaksanakan oleh tulang spesifik dan
dimodulasi oleh hormone local dan sistemik, serta peptide.
7
F. Pengkajian
1. Kemunduran musculoskeletal
8
sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam
waktu 3 menit setelah tekanan dihilangkan.
9
mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon terhadap
terapi.
H. Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium paa permulaan
umur pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen
dan progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan
tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.
Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium
etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan
diberikan secara injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping
(missal : gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin),
biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium florida
memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.
J. Intervensi Keperawatan
Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan. Pengajaran kepada
kelayan dipusatkan pada factor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis,
intervensi untuk menghentikan atau memperlambat proses, dan upaya
mengurangi gejala. Diet atau suplemen kalsium yang memadai, latihan
pembebaban berat badan teratur, dan memodifikasi gaya hidup, bila perlu.
Latihan dan aktifitas fisik merupakan kunci utama untuk menumbuhkan
10
tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya osteoporosis.
Ditekankan pada lansia harus tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar
matahari, dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek osteoporosis
Meredakan Nyeri. Peradaan nyeri pinggang dapat dilakukan dengan
istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring kesamping
selama beberapa hari. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan
merelaksasi otot. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung
memperbaiki relaksasi otot.
Memperbaiki pengosongan usus. Konstipasi merupakan masalah yang
berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. Pemberian awal diit
tinggi serat, tambahan cairan, dan penggunaan pelunak tinja sesuai ketentuan
dapat membantu meminimalkan konstipasi.
Mencegah cidera. Aktifitas fisik sangat penting untuk memperkuat
otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.
Latihan isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
K. Evaluasi
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program
penanganannya.
a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa
tulang
b. Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi
c. Meningkatkan tingkat latihan
d. Menggunakan terapi hormon yang direspkan
2. Mendapatkan peredaan nyeri
a. Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktifitas kehidupan
sehari-hari
c. Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal
a. Bising usus aktif
b. Gerakan usus teratur
11
4. Tidak mengalami fraktur baru
a. Mempertahankan postur yang bagus
b. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik
c. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
d. Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (jalan-jalan setiap
hari)
e. Istirahat dengan berbaring
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
HARI/TANGGAL MASUK RS : 01 januari 2016
JAM MASUK : 09.00 WIB
HARI/TANGGAL PENGKAJIAN : 01 Januari 2018
JAM PENGKAJIAN : 11.00 WIB
BANGSAL/RS : Dahlia / RSUD Gemolong
NO. RM : 114xxx
DIAGNOSA MEDIS : Osteoporosis.
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 70 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gemolong
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No. RM : 114xxx
Diagnose medis : Osteoporosis
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. R
Umur : 72 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pensiunan
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan ngilu di kaki kanan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ny.S umur 70 tahun datang ke Rumas Sakit Gemolong dengan
keluhan ngilu yang sering dirasakannya pada lutut sejak 3
bulan yang lalu,rasa ngilu itu sudah dirasakan sejak beberapa
tahun yang lalu,Namun Ny.S tidak memperdulikannya.Ketika
memeriksakan diri ke dokter Ny.S dianjurkan untuk tes darah
dan rontgen kaki.dan Hasil rontgen menunjukan bahwa Ny.S
menderita osteoporosis.
13
TD : 130/90,N:80 kali/menit,S:36,6C,RR:20 kali/menit
Keterangan :
: perempuan
: Ny. S
: laki-laki
: garis keturunan
14
- Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa sakit meupakan
kondisi yang tidak mengenakkan sehingga klien selalu
berusaha menjaga kesehatannya.
b. Selama sakit : selama 3 bulan sakit yang dirasakan tidak
sembuh.psien kemudian memeriksakan sakit yang diderita ke
dokter terdekat.
c. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Eliminasi V
Mobilisasi V
di tempat
tidur
Berpindah V
Ambulansi V
makan V
- Selama sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Eliminasi V
Mobilisasi V
di tempat
tidur
Berpindah V
Ambulansi V
makan V
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Menggunakan alat bantu
2 : Dibantu oleh orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : ketergantungan / tidak mampu
d. Pola istirahat tidur
- Sebelum sakit : pasien dapat tidur nyenyak pada waktu
malam hari dari pukul 21.00-05.00 WIB. Lama tidur ± 7
jam. Pasien tidak perah mengalami kesulitan dalam
istirahat. Pasien jarang tidur siang.
- Selama sakit : pasien tidak dapat tidur nyenyak dan mudah
terbangun, pasien tidur jam 21.00 WIB dan terbangun jam
24.00 WIB, dan pasien dapat tidur jam 03.00 WIB dan
15
terbangun jam 06.00 WIB. Lama tidur pasien hanya 6 jam.
Pasien tidak pernah menggunakan obat tidur.
e. Pola nutrisi metabolic
- Sebelum sakit : pasiien makan 3× sehari dengan porsi
sedang. Pasien lebih suka makan sayur-sayuran. Pasien
minum 6 gelas sehari, minum the dan air putih.
- Selama sakit : pasien makan 3× sehari dengan porsi yang
disediakan di RS yang terdiri dari nasi teem, sayur, lauk
pauk, dan buah. Pasien hanya makan setengah porsi saja,
pasien mengatakan selama sakit pasien minum 3-4 gelas air
putih/hari.
16
D (Dietary History)
Diet yang disajikan adalah nasi teem, klien makan sehari 3 kali
dengan masing-masing seteengah porsi (klien menyukai
makanan sayur-sayuran). Untuk minum sehari sekitar 3-4
gelas/hari, klien menyukai minum air putih, klien tidak
mengalami kesulitan menelan atau mengunyah, klien hanya
merasa mual.
f. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit : klien BAB 1 kali/hari dengan konsistensi
lembek, bau khas, warna kuning. Klien BAK 3-4 kali/hari
dengan konsistensi kuning, jernih, bau khas urin.
- Selama sakit : klien BAB 2kali/hari dengan konsistensi
lembek, bau khas, warna kuning kecoklatan.
g. Pola kognitif perspektual
Status mental klien sadar, bicara lancer tidak ada gangguan,
pendengaran normal tidak ada gangguan, penglihatan normal,
klien tidak memakai kaca mata. Dalam mengatasi nyeri yang
dirasakan pasien sudah diajarkan teknik relaksasi napas dalam.
h. Pola konsep diri
Klien merupakan orang yang tidak menutup diri, bukan
termasuk orang dengan deficiency confidence. Klien termasuk
sesseorang yang percaya diri dan mengenali identitas dirinya
dengan baik.
i. Pola koping
Klien dalam menghadapi masalah selalu bercerita dengan orang
yang dipercayai yaitu suaminya atau anggota keluarga lainnya.
Sebelum dan selama sakit klien tidak mengalami perubahan
dalam masalah koping. Klien selalu optimis untuk sembuh dan
segera pulang dari rumah sakit.
j. Pola seksual reproduksi
Klien tidak mengaami masalah dalam pola seksual reproduksi.
Klien masih menjalani hubungan baik dengan suaminya.
k. Pola hubungan
Klien mempunyai 6 orang anak dari pernikahan dank lien
menjalani hubungan baik dengan keluarga dan tetangga sekitar.
Klien selalu mendapat dukungan dari keluarga dan tetangga
agar cepat sembuh.
l. Pola nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama islam, taat dimanapun beliau sakit
selalu berusaha beribadah walaupun posisi berbaring.
17
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital, Tanggal 01 Januari 2016
- Suhu : 36,6℃
- Nadi : 80×/menit
- Tekanan Darah : 140/90 mmHg
- Perapasan : 20×/menit
b. Kesan Umum
Kesadaran composmentis, klien tampak pucat dan lemas.
c. Kulit, rambut, kuku
Warna kulit : sawo matang
Lesi : tidak terrdapat lesi
Jumlah rambut : banyak, lurus, terdapat uban
Warna kuku : merah mudaa
Benttuk kuku : normal
Kelembaban : lembab
Turgor : halus, baik, kembali kurang dari 2 detik
Eedema : ttidak ada edema
d. Kepala
- Inspeksi
Kesimetrisan muka : simetris
Tengkorak : mesochepak
Rambu : banyak, halus, dan terdapat uban
Kulit kepala : bersih, tidak ada ketombe
- Palpasi
Kulit kepala : tidak ada nyeri tekan
Deformitas : tidak tedapat deformitas
e. Mata
- Inspeksi
Bola mata :simetris
Kelopak mata : tidak terdapat kelainan
Konjungtiva : anemiss
Sclera : tidak ikterik
Kornea : coklat, tidak terdapat bintik-bintik
Iris dan pupil : coklat dan isokor
Lapang pandang : antara mata kanan dan kiri memiliki
lapaang pandang yang baik dan tak
terganggu
Visus : klien dapat melihat jelas
- Palpasi
Bola mata : tidak ada nyeri tekan
f. Telinga
- Inspeksi
Daun telinga : simetris
Liang telinga : tidak terdapat serumen
18
- Palpasi
Kartilago : tidak ada nyeri tekan dan
penonjolan
Proccesussu mastoideus: tidak ada nyeri tekan
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan
Uji pendengaran : klien mendengar dengan baik
g. Hidung dan sinus – sinus
- Inspeksi
Bagian luar : tidak terapat lesi
Bagian dalam : terdapat bulu halus, tidak terdapat
lesi
Perdarahan : tidak terdapat perdarahan
Penyumbatan : tidak terdapa penyumbatan
- Palpasi
Sinus – sinus : tidak terdapat nyeri tekan sinus
paranasalis
h. Mulut
- Inspeksi
Bibir : simetris, tidak terdapat stomatitis
Gigi : gigi sudah tidak lengkap
Gusi : merah muda, tidak terdapat
pembengkakan
Lidah : simetris dan bersih
Mukosa : lembab
Faring dan ovula : tidak terdapat peradangan
Tonsil : tidak terdapat tonsillitis
- Palpasi
Pipi, palatum, dasar mulut, dan lidah tidak terdapat nyeri
tekan dan tidak ada massa
i. Leher
- Inspeksi
Bentuk leher : simetris
Bengkak : tidak terjadi pembengkakan
Tumor : tidak terdapat tumor
Gerakan : dapat bergerak aktif dengan lancer,
fleksi, ekstensi, hiperekstensi
- Palpasi
Kelenjar limfe dan tyroid tidak terjadi pembesaran
Pembuluh darah : teraba kuat arteri karotis
j. Dada dan paru – paru
- Inspeksi
Bentuk : simetris
Retraksi/ekspansi : maksimal dan simetris kanan dan
kiri
19
Payu dara simetris
Frekuensi dan irama : 20×/menit, regular
- Palpasi
Benjolan/massa/nyeri tekan : tidak ada benjolan dan nyeri
tekan
Ekspansi dada : maksimal
Taktil fremitus : suara lebih terasa paru-paru kanan,
dengan tes uji coba pasien disuruh
untuk mengatakan tujuh tujuh
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler
k. Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : teraba iktus cordis ICS 4, mid c
lavicula kiri
- Perkusi : suara pekak pada ICS 4, 5, 6
- Auskultasi : terdengar bunyi S1 dan S2 reguler,
tidak ada bunyi tambahan
l. Abdomen
- Inspeksi
Bentuk : simetris
Distensi : tidak ada
Kontur permukaan : halus
Penonjolan : tidak ada penonjolan
- Auskultasi
Bising usus : 1×/10 detik
- Perkusi : timpani
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
m. Musculoskeletal
a. O tot
- Inspeksi
Ukuran : simetris antara kanan dan kiri
Kontraktur : ditemukan kontraktur
Kontraksi : kontraksi lemah di kaki kanan.
Kekuatan : tidak cukup kuat.
Kontraksinya :
4 4
4 3
Keterangan :
0 = paralisis total
20
1 = tidak ada gerakan, teraba/ terlihat adanya kontraksi
otot
2 = gerakan otot penuh menentang gravitasi
3 = gerakan normal menentang gravitasi
4 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
sedikit tahanan
5 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
tahanan penuh
- Palpasi
Kelemahan : ada kelemahan di kaki kanan.
Kontraksi : tidak dapat berkontraksi dengan
baik terutama di kaki kanan.
b. Tulang
- Inspeksi
Susunan tulang : tidak terdapat malforasi
Deformitas : ada.di bagian tulang kaki kanan.
Pembengkakan : ditemukan dikaki kanan.
- Palpasi
Edema dan nyeri tekan : ada.nyeri tekan di kaki
kanan.
c. Persendian
- Inspeksi
Nyeri tekan dan bengkak : ada.di lutut kaki kanan.
d. Neurologi
Kesadaran : komposmentis
Reaksi mata : spontan
Motoric : spontan
Verbal : orientasi baik
GCS : 15 (E=4, M=6, V=5)
5. Terapi Obat
- Infus : KAEN 3B 500 cc 20 tpm
- Ranitidine : 3 × 1 ampul
B. Diagnose Keperawatan
1. Data Fokus
a. Data subjektif
- Klien mengatakan nyeri di lutut kaki kanan.
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak dan
mudah terbangun
- Klien mengatakan istirahat tidak puas
21
- Klien mengataakan terbangun lebih awal
b. Data objektif
- Klien tampak lemas dan lemah
- Klien tampak pucat
- Konjungtifa anemis
- Klien makan habis setengah porsi
- Lama tidur klien 6 jam
- P : terdapat nyeri lutut di kaki kanan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : lutut kaki kanan.
- S : skala 4
- T : saat digerakan
- Klien tampak meringis kesakitan
- Vital sign
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 80×/menit
Suhu : 36,6℃
RR : 20×/menit
- Penilaian status nutrisi
A (Anthopometry)
Lingkar lengan atas : 28 cm
Lipatan kulit trisep : 6 cm
B (Biomechanical)
C (Clinical)
- Rambut kering, lurus, dan terdapat uban, kulit kepala bersih
- Kulit halus, lembab, turgor kulit halus
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir lembab
- Karrdiovaskuler (TD : 140/90 mmHg, N : 80×/menit)
- Gastrointestinal (nafsu makan menurun, makan habis
setengah porsi karena pasien masih merasa mual)
D (Dietary History)
Diet yang disajikan adalah nasi teem, klien makan sehari 3 kali
dengan masing-masing seteengah porsi (klien menyukai
makanan sayur-sayuran). Untuk minum sehari sekitar 3-4
gelas/hari, klien menyukai minum air putih, klien tidak
mengalami kesulitan menelan atau mengunyah, klien hanya
merasa mual.
22
2. Analisis Data
Tanggal Jam Symtomp Problrm Etiologi
01/01/2016 09.30 Ds : pasien Nyeri akut Agen
mengatakan cidera
nyeri pada lutut biologis.
kaki kanan.
Do : pasien
tampak lemas
dan lemah
P : nyeri di lutut
kaki kanan.
Q : tertusuk-
tusuk
R : lutut kaki
kanan
S : skala 4
T : saat
digerakan
Pasien tampak
meringis
kesakitan
01/01/2016 09.40 Ds : pasien Kurangnya
mengatakan tidak pengetahuan
tahu tentang terhadap
penyakit yang penyakit
diderita. yang
Do : nampak diderita.
lutut kaki kanan
sulit untuk
digerakan.jika
digerakan sakit.
23
awal
Do :
a. Lama
tidur
pasien 6
jam
b. Pasien
tampak
pucat
24
4. Intervensi
1 1. Setelah diberikan tindakan keperawatn 2x24 1. Kaji tingkat nyeri pada punggung,
jam diharapkan nyeri berkurang sampai nyeri terlokalisasi atau menyebar pada
hilang. abdomen atau pinggang. (PQRST)
Kriteria Hasil : 2. Ajarkan pada klien tentang alternative
- Mampu mengontrol nyeri
lain untuk mengatasi dan mengurangi
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang
rasa nyerinya.
menggunkan manajemen nyeri
3. Kontrol lingkungan yang dapat
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
mempengaruhi nyeri, seperti : suhu
berkurang
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
- TD : 120/80 mmHg
4. Tingkatkan istirahat
- N : 60-100 x/mnt
5. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
6. Evaluasi bersama klien dan tenaga
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri di masa lampau
7. Kolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian obat analgesik.
2 2. Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 1. Berikan penilain tentang tingkat
jam diharapkan pengetahuan tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses
yang diderita bertambah. penyakit.
Kriteria Hasil : 2. Gambarkan tanda dan gejala yang
- Pasien dan keluarga menyatakan biasa muncul pada penyakit.
pemahaman tentang penyakit kondisi 3. Diskusikan perubahan gaya hidup
prognosis dan program pengobatan. yang mungkin diperlukan untuk
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan mencegah komplikasi dimasa yang
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim akan dating dan atau proses
kesehatan lainnya. pengontrolan penyakit.
4.
25
3. Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 1. Monitor kualitas dan kuantitas tidur
jam diharapkan kualitas dan kuantitas tidur pasien.
meningkat. 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
Kriteria Hasil : 3. Jelaskan pentingnya tidur yang
- Jumlah jam tidur dalam rentang adekuat.
normal 6-8 jam/hari. 4. Diskusikan dengan pasien dan
- Perasaan segar sesudah tidur atau keluarga tentang teknik tidur pasien.
istirahat.
- Mampu mengidentifikasi hal-hal yang
meningkatkan tidur.
5. Implementasi
Hari, No. Implementasi Respon Ttd
tanggal, jam Dx
Senin, 1
januari 2018
11.20 1 Memonitor tingkat nyeri S: Pasien mengatakan masih
pada punggung, nyeri nyeri dengan skala 4.
terlokalisasi atau menyebar O: Pasien terlihat lemas.
pada abdomen atau
pinggang. (PQRST)
26
kuantitas tidur pasien tidur dikarenakan sakit yang
diderita.
O : Pasien terlihat lemas.
15.25 1 Mengajarkan tehnik napas S : Pasien mengatakan
dalam sedikit bersedia dan
mengatakn nyeri agak
berkurang
O : Pasien dapat melakukan
gerakan.
19.15 2 Menggambarkan tanda dan S : Pasien mengatakan nyeri
gejala yang biasa muncul di lutut kanan jika
pada penyakit melakukan aktivitas
berlebih.
O : Pasien terlihat lemas.
22.00 1 Memberikan terapi obat S : Pasien mengatakn
ranitidine. bersedia.
O : Pasien terlhat lemas
22.15 3 Menciptakan lingkungan S : Pasien mengatakan
yang nyaman. lingkungan sudah nyaman.
O : Pasien terlihat tenang.
Selasa, 2
februari
2018
04.30 1,3 Memonitor tanda-tanda vital TD : 140/90mmHg,S :
36,5C,N:85kali/menit,RR :
24kali/menit
O : Pasien terlihat lemas.
06.00 1,3 Memberikan terapi obat S:Pasien bersedia dilakukan
ranitidine. tindakan.
O: pasein terlihat lemas.
08.00 1 Memonitor nyeri pasien S : Pasien mengatakn skala
27
nyeri 2
O: Pasien terlihat lemas
Memonitor kualitas dan
08.15 3 kuantitas tidur pasien S : Pasien mengatakan
semalam tidur lumayan
nyenyak
Mengevaluasi kembali O:Pasien terlihat nyaman
10.00 2 pengetahuan pasien tentang S :Pasien mengatakan akan
penyakit mengurangi pola aktivitas
yang berat.
Memberikan terapi obat O: Pasien kooperatif.
14.00 1 ranitidine. S:Pasien bersedia dilakukan
tindakan.
Mendiskusikan dengan O:Pasien terlihat lemas.
14.30 2 pasien dan keluarga tentang S:Pasien mengatakan lebih
teknik tidur pasien. mudah tidur dengan kondisi
yang tenang.
O :Pasien kooperatf dalam
Meniskusikan perubahan diberi pertanyaan
15.30 2 gaya hidup yang mungkin S:Pasien mengatakan akan
diperlukan untuk mencegah mengurangi aktivitas dan
komplikasi dimasa yang istirahat yang cukup supaya
akan dating dan atau proses sakit yang dderita tidak
pengontrolan penyakit. kambuh.
O : Pasien terlihat lemas.
28
6. Evaluasi
29
DAFTAR PUSTAKA
La Sharif Ode.2012.ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Berstandar
Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta : Nuha Medhika
Helmi, Noor Zairin, 2013. Triger finger. Buku Ajar Gangguan
Muskuloskeletal.Jakarta:Salemba Medika.
Stockslager,J.L.dan Schaeffer,L. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik.
Dialih bahasakan oleh Mike Budi Subekti.ed.2.Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
30