Anda di halaman 1dari 5

Sejarah turunnya al-qur’an kepada nabi Muhammad SAW

Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari


sebuah surat atau sebuah surat ynag pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-
Qur‟an secara keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun
waktu nabi masih tingggal di makkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke
madinah.
Sedangka permulaan turunya Al-Qur‟an adalah pada malam lailatul qadar,
tanggal 17 Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan tanggal 6
Agustus 610 M, sewaktu beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira‟ di atas
Jabal Nur. Ayat yang pertama kali turun adalah 1-5 surah al-alaq.
Sedangkan wahyu yang terakhir yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah
surat Al-Maidah: 3, pada waktu nabi sedang berwukuf di Arafah melaukan Haji
Wada‟pada tanggal 9 Dzul hijjah 10 H, yaitu ayat:

“pada hari ini telah ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah ku-cukupkan
nikmat-ku kepadamu, serta ku-ridhai bagimu Islam sebagai agamamu”
1. Periodesasi Turunya Al-qur‟an
Masa turunnya Al-Qur‟an sealam 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua
periode, sebagai berikut:
a) Periode pertama adalah Makkah. Yaitu, Wahyu Ilahi yang diturunkan
sebelum hijrah tersebut di sebut surat/ ayat makkiyah merupakan 19/30
dari Al-Qur‟an, yang menurut Ahli Tahkiq selama 12 tahun 5 bulan dan
lebih 13 hari. Dan terdiri dari 90 surah yang mencakup 4.773 ayat. surat
dan ayatnya pendek-pendek dan gaya bahasanya singkat-padat ( Ijaz ),
karena sasaran pertama dan utama pada periode ini adalah orang-orang
arab asli ( Suku Quraisy )yang sudah tentu paham benar akan bahasa
Arab. Mengenai isi surat/ayat Makkiyah pada umumnya berupa ajakan
untuk bertauhid yang murni atau ketuhanan yang Maha Esa secara murni
dan juga tentang pembinaan mental dan akhlaq.
b) Periode kedua adalah periode Madinah. Yaitu, wahyu Ilahi yang turun
sesudah hijrah disebut surat/ayat Madaniyyah dan merupakan 11/30
dari Al-Qur‟an. Selam 9 tahun 9 bulan lebih 9 hari, yang terdiri dari 24
surah yang meliputi 1463 ayat. surat dan ayatnya panjang-panjang dan
gaya bahasanya panjang lebar dan lebih jelas ( Ithnab ), karena
sasarannya bukan hanya orang-orang arab asli, melainkanjuga non arab
dari berbagai bangsa yang telah mulai masuk islam dan sudah tentu
mereka belum menguasai bahasa arab. Mengenai isi surat/ayat
Madaniyyah pada umumnya berupa norma-norma hukum untuk
pembentukan dan pembinaan suatu masyarakat / umat islam dan Negara
yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.

2. Hikmah Al-qur‟an Diturunkan Berangsur-angsur


a) Memperkuat dan memperkokoh hati Nabi Muhammad SAW karena
turunnya wahyu baru, membuat kegembiraan yang memenuhi hati nabi,
mempermudah dalam menghafal, memahami dan hikmahnya yang di
dalamnya memperkuat perkara yang haq dan membatalkan perkara yang
batal.
b) Bertahap dalam mendidik umat yang sedang tumbuh baik dengan Ilmy
maupun dengan Amaly, disamping mempermudah hafalan dan
pemahaman Al-Qur‟an bagi orang arab agar kaum Muslimin menengok
kepada kesalahan mereka yang perlu diperbaiki serta menunjukkan
kebenaran kepada mereka.
c) Bertahap dalam menanamkan keyakinan dan ibadah yang benar serta
budi pekerti yang luhur.
d) Menunjukkan bahwa sumber Al-Qur‟an adalah Kalam Allah SWT sendiri.
e) Turun berangsur-angsur dalam beberapa masa, sejalan dengan situasi,
peristiwa dan kejadian kejadian.
Sejarah Tahun Baru Islam Hijriah 1 Muharram

Hijriah merupakan tahun Islam yang bulan pertamanya dimulai dari Muharram.
Sejarahnya tahun ini memperingati peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. Hijriah
merupakan penanggalan Islam yang dinisbatkan pada peringatan peristiwa hijrah atau
pindahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622
Masehi. Berbeda dengan kalender masehi yang menggunakan peredaran matahari,
penanggalan Hijriah menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya. Bulan
pertamanya adalah Muharram.

Muharam berasal dari kata yang artinya ‘diharamkan’ atau ‘dipantang’, yaitu bulan
pelarangan melakukan peperangan dan pertumpahan darah.

Bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram memang empat bulan (Asyhurul
Hurum) yang dilarang perang sebagaimana yang tertulis dalam Al-Baqarah ayat 217.
Namun larangan itu kemudian dihapus berdasarkan At-Taubah ayat 36.

Imam Al Bukhari dalam tarikhnya, sebagaimana dinukil oleh Al Hafidz Jalaluddin as


Suyuti dalam Tarikhul Khulafa‘, dengan riwayat dari Sa’id Ibnu Musayyib menyatakan:

Artinya: "Orang yang pertama kali menggunakan tanggal Hijriah adalah Umar Ibnu
Khattab. Ia menetapkannya pada tahun 16 Hijriah setelah bermusyawarah dengan Ali
Ibnu Thalib,"

Hal itu terjadi pada dua setengah tahun setelah Umar menjadi khalifah, menggantikan
Abu Bakar as Sidiq.

Pada 638 Masehi, Gubernur Irak Abu Musa al-Asy’ari mengirimkan surat kepada
khalifah Umar Ibnu Khatab di Madinah.

Surat tersebut berisi antara lain, “surat-surat kita telah memiliki tanggal dan bulan,
tetapi tidak berangka tahun. Sudah saatnya, umat Islam membuat tarikh sendiri dalam
perhitungan tahun.”
Umar akhirnya sepakat dengan usulan Abu Musa, kemudian dia membentuk tim untuk
bermusyawarah penentuan tahun pertama yang selama itu digunakan tanpa angka
tahun.

Tim tersebut diketuai sendiri oleh Umar dengan anggota enam sahabat Nabi terkemuka,
yaitu Utsman ibnu Affan, Ali ibnu Abi Thalib, Abdurrahman ibnu Auf, Sa’ad ibnu Abi
Waqas, Talhah ibnu Zubair, dan Zubair ibnu Awam.

Dalam musyawarahnya, mereka beradu pendapat. Ada yang mengusulkan


penghitungan tahun baru itu dimulai dari tahun kelahiran Nabi Muhammad pada tahun
“Gajah” yang bertepatan dengan 571 Masehi.

Namun ada juga yang mengusulkan tahun turunnya wahyu Allah pertama, yaitu
bertepatan dengan 610 Masehi.

Akhirnya yang disepakati adalah usul Ali ibnu Thalib, yaitu memulai tahun baru dengan
peristiwa hijrahnya kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah yang bertepatan dengan
622 Masehi.

Ada tiga alasan yang diutarakan Ali ibnu Thalib. Pertama, dalam Al Quran ada banyak
penghargaan Allah bagi orang yang berhijrah. Kedua, masyarakat Islam yang berdaulat
dan mandiri baru terwujud setelah hijrah ke Madinah.

Kemudian ketiga, umat Islam sepanjang zaman diharapkan selalu memiliki semangat
hijrah, yaitu jiwa dinamis yang tidak terpaku pada suatu keadaan, dan hendaknya
berhijrah pada kondisi yang lebih baik. Sementara untuk permulaan bulan juga menjadi
perdebatan. Ada yang mengusulkan Ramadan, Rabiul Awal, dan Muharram. Belakangan,
hasilnya Muharram yang disepakati. Umar yang mengusulkan bulan muharam. Hal itu
tercatat dalam al Mausuah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyah.

"Bahkan mulailah dengan Muharram, karena di bulan itu orang-orang baru selesai dari
pelaksanaan ibadah haji. Maka para sahabat menyepakatinya."

Pemilihan muharam sebagai awal bulan hijriah juga dikaitkan dengan kenyataan
sejarah bahwa tekad umat Islam dalam merencanakan hijrah itu terjadi pada bulan
Muharram.
Dengan demikian, Muharram sangat erat terkait dengan hijrah. Demikian disimpulkan
Al Hafidz Ibnu Hajar al Asqalany, dalam Fathul Bary.

Awal tahun baru Hijriah itu (1 Muharam, 1 Hijriah) bertepatan dengan 16 Juli 622
Masehi. Adapun tahun keluarnya keputusan itu, (638 Masehi), langsung ditetapkan
sebagai tahun 17 Hijriah.

Dokumen tertulis bertarikh hijriah yang paling awal (dengan mencantumkan 17 hijriah)
adalah Maklumat Keamanan dan Kebebasan Beragama dari Umar ibnu Khatab kepada
seluruh penduduk Aelia (Yerusalem) yang baru saja dibebaskan laskar Islam, dari
penjajahan Romawi.

Anda mungkin juga menyukai