Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM


Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medika Bedah I
Dosen Pengajar Ns. Alfeus Manuntung, M.Kep
Perawat Pembimbing Klinik Ibu Merry Triana, S.Kep., Ns.
Di Ruang OK RSUD dr. Doris Sylvanus

Disusun Oleh :

GUSNADI
(PO.62.20.1.17.327)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


D-IV KEPERAWATAN REGULER IV
2019
KONSEP DASAR KISTA OVARIUM

A. PENGERTIAN

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana
saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat
dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair.

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada


indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium .

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.

B. PATOFISIOLOGI
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna didalam
ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff.
Pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada
saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah- tengah. Bila tidak
terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang
berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah
dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamiL
7. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
8. Nyeri bersamaan dengan demam
9. Rasa ingin muntah

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Fungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding
kista tertusuk.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pembedahan ( Kistektomi )
Kistektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat kista
(kantung berisi cairan) dari bagian tubuh manapun. Sistektomi Indung Telur adalah
prosedur untuk mengangkat kista dari indung telur Anda Kista indung telur yang
ukurannya lebih kecil adalah yang umum terjadi, dan biasanya tidak menyebabkan
gejala. Oleh karena itu, biasanya tidak memerlukan terapi. Namun demikian, kista yang
jenisnya lebih besar, seperti kista endometrial atau kista cokelat (berisi darah) harus
diangkat.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan
kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti
kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang
perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.

F. TERAPI PENGOBATAN KEPERAWATAN


Pada prinsipnya yang harus dilakukan perawat adalah tindakan keperawatan seperti
melakukan asuhan keperawatan yang holistik dan sesuai dengan prioritas masalah klien.
Untuk kasus seperti ini, yang dilakukan perawat adalah melakukan pengamatan terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada klien. Perawatan paska operatif setelah
pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intra
abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita
abdomen yang ketat.

KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut
dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah
abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap
timbulnya kista ovarium.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini
tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
f. Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi
digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.

4. Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera: ikterik/tidak
2) Konjungtiva: anemis/tidak
3) Mata: simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.

d. Dada
1) Pernapasan
2) Jenis pernapasan
3) Bunyi napas
4) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
5. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat
umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
6. Data Spiritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
7. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan
kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien
yang ingin hamil/punya keturunan.
8. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium
Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
Untuk mengetahui letak batas kista.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre operasi
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi dibuktikan dengan klien
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah
2. Resiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan pembedahan
3. Ansietas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan dibuktikan
dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah,
tampak tegang
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan menanyakan msalah yang dihadapi
b. Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan klien
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah
2. Resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan invasif dan pembedahan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska pembedahan)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Pre operasi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana


Keperawatan keperawatan
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri
tindakan keperawatan klien
selama 1 X 7 jam 2. Tinggikan dan
diharapkan masalah sokong bagian tubuh yang sakit
dapat teratasi dengan 3. Mempertahankan
kriteria hasil nyeri pada tirah baring sampai tindakan
klien berkurang, klien operasi.
tampak tenang 4. Ajarkan teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri
(latihan nafas dalam).
2 Resiko perdarahan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala
tindakan keperawatan perdarahan
2. Monitor tanda – tanda vital
selama 1 X 7 jam
3. Hindari tindakan invasif, jika
diharapkan masalah
perlu
dapat teratasi dengan 4. Jelaskan tanda dan gejala
kriteria hasil perdarahan perdarahan
5. Kolaborasi pemberian obat
pada klien tidak terjadi
pengontrol perdarahan
3 Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Beri dan luangkan waktu bagi
tindakan keperawatan
klien untuk mengungkapkan
selama 1 X 7 jam
perasaannya
diharapkan masalah
3. Ajarkan dan bantu klien untuk
dapat teratasi dengan
melakukan teknik-teknik
kriteria hasil kecemasan
mengatasi kecemasan.
klien dapat terkontrol 4. Berikan dukungan kepada klien
untuk berinteraksi dengan
keluarga, orang tua terdekat
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi untuk mengurangi
kecemasan klien
4 Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
2. Jalin hubungan saling percaya
pengetahuan edukasi keperawatan
3. Jelaskan tentang rencana operasi
selama 15 menit
dan post operasi
diharapkan masalah
dapat teratasi dengan
kriteria hasil klien dapat
memahami informasi
yang diberikan
b. Post operasi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana


keperawatan keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri
tindakan keperawatan klien
selama 1 X 7 jam 2. Tinggikan dan
diharapkan masalah sokong bagian tubuh yang sakit
dapat teratasi dengan 3. Mempertahankan
kriteria hasil nyeri pada tirah baring sampai tindakan
klien berkurang, klien operasi.
tampak tenang 4. Ajarkan teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri
(latihan nafas dalam).
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi TTV tiap 3-4 jam.
2. Monitor hasil laboratorium
tindakan keperawatan
(leukosit)
selama 1 X 7 jam
3. Rawat luka secara steril
diharapkan masalah 4. Beri diet tinggi kalori dan tinggi
dapat teratasi dengan protein
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
kriteria hasil resiko
pemberian terapi
infeksi tidak terjadi
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi kebiasaan aktifitas
diri tindakan keperawatan perawatan diri
2. Monitor tingkat kemandirian
selama 1 X 7 jam
3. Sediakan lingkungan yang
diharapkan masalah
terapeutik ( mis. suasana hangat,
dapat teratasi dengan
rileks, privasi )
kriteria hasil perawatan 4. Anjurkan melakukan perawatan
diri klien terpenuhi diri secara konsisten sesuai
kemampuan

DAFTAR PUSTAKA

E. Oswari, 2011, Bedah dan Perawatannya, cetakan VI, Jakarta.


Keliat Anna Budi, SKp, MSC,2010, Proses Keperawatan, penerbit EGC, Jakarta.
Mariylnn E. Doenges, at all 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi III, penerbit EGC,
Jakarta.
Priharjo Rasional, 2009, Perawatan Nyeri Untuk Paramedis, edisi revisi penerbit EGC,
Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Standar diagnosis keperawatan Indonesia, Edisi I, DPP
PPNI Jl. Raya Lenteng Agung NO. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi keperawatan Indonesia, Edisi I, DPP
PPNI Jl. Raya Lenteng Agung NO. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610

Anda mungkin juga menyukai