Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan industri yang pesat pada saat ini telah

membawa dampak bagi kehidupan manusia, kemajuan teknologi dan

industri dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan hidupnya. Namun, secara

bersamaan muncul permasalahan lingkungan yang tidak hanya berpengaruh

dan berakibat pada lingkungan, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula

terhadap kehidupan tanaman dan juga manusia.

Permasalahan lingkungan yang saat ini dominan adalah limbah cair

yang berasal dari hasil kegiatan rumah tangga dan industri. Limbah cair

yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak negatif pada badan air.

Pengelolaan limbah cair dalam suatu industri dimaksudkan untuk

meminimalkan limbah dampak negatif, serta untuk menghilangkan atau

menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung sehingga tidak

membahayakan apabila dibuang ke badan air.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

No. 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah, Pasal 3 bahwa Setiap

Usaha dan / atau kegiatan yang menghasilkan air limbah wajib malakukan

pengolahan air limbah yang dihasilkannya. Air limbah terdiri dari parameter

COD, BOD,TSS, PH, amonia, minyak dan lemak serta debit yang apabila

keseluruhan parameter tersebut dibuang langsung ke badan penerima, maka

akan mengakibatkan pencemaran air. Oleh karena itu sebelum dibuang ke


badan air, terlebih dahulu harus diolah sehingga dapat memenuhi standar

baku mutu air limbah yang memenuhi syarat.

Badan Lingkungan Hidup kabupaten sidoarjo telah mencatat bahwa

pada tahun 2014 telah terjadi pencemaran air oleh limbah, yang terjadi di

daerah aliran sungai di surabaya disebabkan oleh adanya buangan limbah

industri yang berasal dari perusahaan di sidoarjo yaitu PT. Tjiwi Kimia, dari

hasil pemeriksaan Laboratorium kualitas Kualitas Air Perum jasa Tirta

Lengkong menunjukan adanya pelanggaran baku mutu : BOD 209 mg/l,

COD 823 mg/l, TSS 883 mg/l, dampak lingkungan akibat buangan limbah

PT. Tjiwi Kimia adalah rusaknya lingkungan hidup berupa berkurangnya

populasi mako invertebrata dari golongan yang sensitif dan itu didominasi

oleh jenis mollusca dan cacing darar (chironomous), terjadi penurunan

populasi jenis remis (corbiculla javanica) (Mongabay Indonesia,2014)

Salah satu tekhnik pengolahan air limbah yang masih berkembang

adalah biofilter. Biofilter merupakan salah satu proses yang paling penting

untuk menghilangkan polutan organik dari air, udara, air limbah. (Caudhary

dalam Ridhwanah, 2003). Biofilter merupakan pengembangan dari filtrasi.

Pada pengolahan air limbah, filtrasi bertujuan untuk memproduksi buangan

yang kualitasnya lebih baik. Biofilter pertama kali diperkenalkan pada tahun

1893 di inggris sebagai Tricking Filter pada pengolahan limbah domestik

(Metcalf & Eddy dalam Ridhwanah,2003)

Efisiensi removal tertinggi yang dicapai biofilter aerobik dalam

pengolahan air limbah industri tahu menggunakan dengan HRT 8 jam,

Removal BOD tertinggi mencapai 94,83% (Laily,2015)


Efektivitas proses Biofilter sangat dipengaruhi oleh jenis serta

bentuk media yang digunakan. Media Biofilter berfungsi untuk

menyediakan area permukaan tempat bakteri atau mikroorganisme

berkoloni. Media biofilter yang digunakan secara umum dapat berupa bahan

material organik atau bahan mateial anorganik. Untuk media biofilter dari

bahan organik misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring, bentuk butiran tak

teratur (random packing), bentuk papan (plate), bentuk sarang tawon , dan

lain – lain. Media dari bahan anorganik misalnya pasir beton, batu pecah

(split), kerikil, batu marmer, batu tembikar, batu bara ( kokas ) dan lainnya

(said,2005)

PT NJ merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

pangan yang menghasilkan sebuah poduk berupa Tahu, dan menghasilkan

limbah cair industri. Limbah cair industri yang dimaksud adalah limbah

yang berasal dari proses produksi pembuatan tahu yang belum memiliki

instalasi pengolahan Limbah cair.

Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan yang saya lakukan

adalah melanjutkan penelitian Laily (2005) menggunakan media Biofilter

yang berbeda yaitu pasir silikadengan variasi diameter media biofilter yang

berbeda dalam menurunkan kadar BOD, variasi diameter media biofilte

pasir aktif yang digunakan yaitu dengan ukuran 3 mesh, 5 mesh, dan 10

mesh pada limbah cair industri tahu.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang perbedaan variasi diameter media biofilter dalam


menurunkan kadar BOD pada limbah cair industri tahu dengan

menggunakan media pasir silika.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan variasi diamete media biofilter

dalam menurunkan kadar BOD pada limbah cair industri tahu”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui perbedaan variasi

diameter media biofilter terhadap penurunan kadar BOD pada

limbah cair industri tahu

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar BOD sebelum dan setelah diberi

pelakuan.

2. Untuk mengetahui presentasi penurunan kadar BOD pada limbah

industri tahu sebelum dan setelah diberi perlakuan dengan

beberapa variasi diameter media biofilter.

3. Untuk mengetahui perbedaan variasi diameter media biofilter

dalam manurunkan kadar BOD pada limbah cair industri tahu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Limbah

Air limbah ( waste water )adalah air buangan dari masyarakat,

rumah tangga, industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya (

Sutapa DAI, 1999). Di dalam limbah cair terkandung zat – zat pencemar

dengan konsentrasi tertentu yang dimasukkan ke bahan air dapat mengubah

kualitas airnya. Kualitas air meupakan pencerminan kandungan konsentrasi

makhluk hidup, enegi, zat – zat, atau komponen lain yang ada dalam air.

Limbah cair mempunyai efek negatif bagi lingkungan karena mengandung

zat – zat beracun yang mengganggu keseimbangan lingkungan dan

kehidupan makhluk hidup yang terdapat di dalamnya ( Sutapa DAI, 1999).

2.2 Sumber Limbah Cair

Air Limbah merupakan kotoran dai rumah tangga, industri, air

permukaan serta air permukaan lainnya. Air buangan ini bersifat kotor pada

umumnya ( Sugiarto 1987 :36 ). Sumber limbah cair terdiri dari dua sumber

yaitu sumber domestik ( rumah tangga ), meliputi pemukiman kota, pasar,

jalan dan sumber non domestik ( industri, pertanian, peternakan, dan sumber

– sumber lainnya ) ( Unus Suriawan, 1996:48).

2.3 Komposisi Air Limbah

Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai

komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap waktu. Akan
tetapi secara gais besar zat – zat yang terdapat dalam air limbah dapat

dikelompokkan seperti gambar 1 :

Air Limbah

Air (90%)
Bahan Padat (0,1%)

Organik anorgani
k

- Protein (65% ) - Butiran

- Karbohidrat (25% ) - Garam

- Lemak (10%) - Metal

Gambar 2.1 Pengelompokkan bahan yang terkandung di dalam

limbah( sugiharto, 1987 ).

2.4 Proses Pembuatan Tahu dan limbah yang dihasilkan

Tahu diperoleh melalui proses penggumpalan (pengendapan)

protein susu kedelai, bahan yang digunakan adalah batu tahu ( Ca SO₄),

Asam cuka (CH₃COOH) dan MgSO₄. Secara umum proses pembuatan tahu

meliputi, perendaman, penggilingan, pemasakan, penyaringan,

pengumpalan, pencetakan / pengerasan dan pemotongan ( Kafadi, 1990 ).

Tujuan penambahan asam cuka dalam proses pembuatan tahu untuk

mengembangkan pati, membuat tahu semakin padat, dan mempersatukan


pati,. Tahu meupakan salah satu sumber makanan yang berasal dari kedelai

yang mengandung protein tinggi, dimana dalam 100g tahu mengandung 68

g kalori, protein 7,8g, lemak 4,6g, hidrat arang 1,6 g, kalsium 124g, fosfor

63mg, besi 0,8mg, vitamin B 0,06mg, air 84,8g (Partoatmojo,S.1991).


Kedelai

air
Pencucian Kedelai Kotoran Limbah

Penggilingan Kotoran Limbah


Cair
Pemasakan (100®C selama 30-45 menit

Penyaringa
Ampas Tahu
n

Penggumpalan

Pencetakan

Pemotonga
n

Tahu

Perendaman ( air hangat 80®C

Tahu

Gambar 2.2 Diagram Proses Pembuatan Tahu ( sumber : Potte dkk, 1994 )

Menurut Hartati (2003) dalam menentukan karakteristik limbah cair

tahu adalah sebagai berikut :


a. Padatan Tersuspensi

Adanya padatan tersuspensi pada air limbah akan mempengaruhi

kekeuhan. Apabila terjadi pengendapan dan pembusukan padatan ini

disaluran umum, disaluran umum, maka akan mengubah peruntukan

perairan tersebut.

b. Kekeruhan

Kekeruhan yang terjadi karena adanya bahan oganik ( seperti karbohidrat

dan protein )yang mengalami peruraian serta bahan koloid yang sukar

mengendap.

c. Bau

Sifat bau Limbah disebabkan karena zat – zat organik yang telah berurai

dalam limbah mengeluarkan gas – gas seperti sulfida atau amoniak yang

menimbulkan penciuman tidak enak yang disebabkan adanya campuran

dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein

yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah

merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.

d. Temperatur

Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu

pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah

cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan

aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan

berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar

dari pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.
e. Warna

Warna dalam air disebabkan adanya ion – ion dalam logam besi dan

mangan ( secara alami )humus, plankton, tanaman air dan buangan.

Warna berkaitan dengan kekeruhan dan dengan menghilangkan

kekeruhan kelihatan warna nyata.

2.5 Pengolahan limbah

Bebagai tekhnik pengolahan air buanganuntuk menyisihkan bahan

polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Tekhnik – tekhnik

pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum

terbagi menjadi 3 metode pengolahan (Nurhidayat,2012)

a. Pengolahan secara fisika

b. Pengolahan secara kimia

c. Pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan

tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri – sendiri atau secara kombinasi.

a. Pengolahan secara Fisika

Pengolahan limbah secara fisika sebenarnya adalah proses

pemisahanbagian – bagian limbah yang tidak larut dalam limbah

sehingga tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya

(Nurhidayat,2012)

1) Penapisan (Screening)

Screening merupakan tahap awal pada proses pengolahan

air limbah. Proses ini bertujuan untuk memisahkan potongan –


potongan kayu, plastik, dan sebagainya. Screen teriri atas batangan

– batangan besi yang berbentuk lurusatau melengkung dan

dipasang dengan tingkat kemiringan 75° - 90° terhadap horisontal

(Ratna,2009)

Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan

terhadap air buangan, dinginkan agar bahan – bahan

tersuspensiberukuran besar dan mudah mengendap atau bahan –

bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penapisan

(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk

menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar

(Nurhidayat,2012).

2) Pengendapan

Bertujuan untuk menghilangkan kerikil, pasir, dan partikel-

partikel lain yang dapat mengendap di dalam saluran dan pipa-pipa

serta untuk melindungi pompa-pompa dan peralatan lain dari

penyumbatan (Ratna,2009)

3) Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan

memanfaatkan gaya grafitasi. Proses ini bertujuan untuk

memperoleh air buangan yang jernih dan mempermudah proses

penanganan lumpur. Dalam proses sedimentasi hanya partikel –

partikel yang lebih berat dari air yang dapat terpisah,

misalnyakerikil dan pasir, bagian tepenting dalam perencanaan unit

sedimentasi adalah mengetahui kecpatan pengendapandari partikel


– partikel yang akan dipindahkan . kecepatan pengendapan

ditentukan oleh ukuran, densitas larutan, vikositas cairan, dan

temperatur (Ratna,2009).

4) Flotasi

Flotasi atau pengapungan digunakan untuk memisahkan

padatan dari air. Unit flotasi digunakan jika densitas air sehingga

cenderung mengapung. Flotasi antara lain digunakan dalam proses

pemisahan lemak dan minyak serta pengentalan lumpur

(Ratna,2009)

Flotasi digunakan proses daya apung untuk memisahkan

partikel padatan tersuspensi dari limbah cair dan pemisahan lemak,

pelumas dari industri olahan susu sapi / kerbau dan juga untuk

memisahkan partikel padat rendah densitas (Nurhidayat,2012).

5) Filtrasi ( Penyaringan )

Filtrasi yang digunakan untuk pemisahan senyawa kimia

padat dan cair dimana cairan melewati media poous digunakan

untuk memisahkan padat – cair dengan menggunakan prinsip

gravitasi sehingga padatan tersuspensi dipisahkan. Media filtrasi

dibedakan menurut media filtrasi tunggal misal pasir, media Filtrasi

ganda misal pasir dan antrasit, dan media filtrasi multi pasir,

antrasit, dan ganet (Nurhidayat,2012)

6) Adsorpsi

Adsorpsi adalah suatu poses pemisahan bahan dari

campuran gas atau cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh
permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya – gaya yang bekerja

pada permukaan tersebut. Adsorpsi digunakan untuk memindahkan

senyawa kimia tertentu larutan dengan menggunakan adsorben.

Karon aktif mampu mengadsorpsi senyawa organikdan juga

menghilangkan bau tak sedap, rasa, dan warna serta senyawa

organik toksik (Nurhidayat,2012)

b. Pengolahan secara kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk

menghilangkan partikel – parikel yang tidak mudah mengendap

(koloid), logam – logam berat, senyawa fosfor, dan zat – zat beracun,

dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.

(Nurhidayat,2012)

1) Netralisasi

Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa yang

menghasilkan air dan garam. Dlam pengolahn air limbah PH diatur

antara 6,0 – 9,5. Diluar kisaran PH tersebut, air limbah akan

bersifat racun bagi kehidupan airtermasuk bakteri (Ratna,2009)

Jenis bahan kimia yang dapat ditambahkan tergantung pada

jenis dan jumlah airr limbah serta kondisi lingkungan setempat.

Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat dilakukan dengan

penambahan NaOH (Natrium Hidroksida): sedangkan netralisasi

air air limbah yang bersifat basa dapat dilakukan dengan

penambahan H2SO4 (asam Sulfat) (Ratna,2009)


2) Koagulasi dan Flokulasi

Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-

polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus di dalam air

limbah. Menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan,

disaring atau diapungkan (Ratna,2009)

c. Pengolahan secara Biologi

Secara umum proses pengolahan biologi menjadikan

pengolahan air limbah secara modern lebih terstruktur, tergantung pada

syarat-syarat air yang harus dijaga atau jenis ai limbah yang harus

dikelola. Pengolahan air limbah secara biologi bertujuan untuk

membesihkan zat-zat oganik atau mengubah bentuk zat-zat

organikmenjadi bentuk-bentuk yang kurang berbahaya. Proses

pengolahan secara biologi juga bertujuan untuk menggunakan kembali

zat-zat organik yang terdapat dalam air limbah (Ratna,2009)

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara

biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara

biologidipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.

Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode

pengolahan biologi dengan segala modifikasinya (Nuhidayat,2012)

1) Lumpur aktif

Activated Sludge (lumpur Aktif) adalah suatu proses

penanganan limbah dimana udara atau oksigen akan masuk ke

dalam cairan limbah untuk mengembangkan pembentukan flok

biologi sehingga mengurangi kandungan organik dalam limbah.


Lumpur aktif adalah kumpulan mikroba yang masih aktif beupa

gumpalan lumpur atau menyerupai lumpur, maka disebut lumpu

aktif.

2) Tricking Filter

Tricking Filter merupakan salah satu cara pengolahan

limbah cair dengan memanfaatkan media padat sebagai tempat

mikroorganisme menempel dan limbah cair dialirkan dai atas.

Udara mengali dari bawah sehingga terjadi kontak antara udaa,

limbah dan mikroorganisme.

3) Proses Aerobik

Pengolahan limbah secara aerob berati yang dipergunakan

adalah bakteri aerob yang memerlukan oksigen bebas. Bakteri ini

akan bekerja dengan baik pada PH sekitar 7,0 dengan suhu yang

semakin tinggi sampai pada 40°C. Oleh karena itu, dalam

pengolahan limbah secara aerob harus dimasukkan oksigen dari

udara secara kontinyu (Darsono dalam Rahmi,2014)

Perlakuan aerobik limbah cair bertujuan untu melarutkan

dan menggumpalkan senyawa organik menjadi poduk baru seperti

CO₂, NH₃, radikal anoganik seperti SO₄, PO₄ dan mikroba baru.

Bakteri dalam jumlah besar dalam bioreaktor digunakan untk

mengkonversi limbah cair yang berisi senyawa organik dan

anoranik beacun. Masing – masing spesies mikroba tidak diketahui

dan tiadanya pembibitan (seeding) yang diperlukan.


4) Proses Anaerob

Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode

biological untuk mengolah limbah organik. Mikrobiologi yang

terlibat dalam proses temasuk fakultatif dan mikroorganisme

anaeob, dimana tidak ada oksigen, mengubah material menjadi

produk akhir gas seperti karbondioksida dan metana.

2.6 BOD ( Biological Oxygen Demand )

BOD ( Biologycal Oxygen Demand ) didefinisikan sebagai

banyaknya oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk

memecahkan bahan – bahan organik yang tedapat di dalam air.

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat

air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem

pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Pemecahan bahan

organik diartikan bahwa organik ini digunakan oleh iorganisme sebagai

bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Alaerts dan

Santika, 1984 ).

Berkurangnya oksigen selama oksidasi ini sebenarnya selain

digunakan untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses

sintesa sel serta oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD

ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan – bahan organik

yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif

jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan

organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin


banyak pula kandungan bahan – bahan organik di dalamnya (kristanto,

2002).

Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui

dengan menginkubasikan contoh air pada suhu 20 ºC selama 5 hari. Untuk

memecahkan bahan – bahan organik tersebutb secara sempurna pada suhu

20 ºC sebenarnya dibutuhkan waktu lebih dai 20 hari, tetapi untuk

praktisnya diambil waktu 5 hari sebagai standar. Inkubasi selama 5 hai

tersebut hanya dapat mengukur kira – kira 68% dari total BOD ( sasongko,

1990).

Pengujian BOD menggunakan metode Winkler – Alkali Iodida

azida, adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur

berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam

botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar,

kemudian diukur oksigen terlarutnya. Botol yang tersisa diukur oksigen

terlarutnya pada hari ke 0 dengan menambahkan 1 ml MnSO₄ + 1 ml reagen

Alkali iodida azida + 1 ml H2SO₄ pekat. Setelah itu ditambah 3 tetes

amilum dan dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat. Selanjutnya

dilakukan penghitungan BOD dan penuunan BOD limbah tahu sebelum dan

sesudah perlakuan (Alaerts dan Santika, 1984 ).

2.7 Biofilter

Stuktur Reaktor biofilter menyerupai saringan (filter) yang terdiri

atas susunan atau tumpukan bahan penyangga yang disebut dengan media

penyangga yang disusun baik secara teraturmaupun acak didalam suatu

bejana. Fungsi media penyangga adalah sebagai tempat tumbuh dan


berkembangnya mikroorganisme yang akan melapisi permukaan media

membentuk lapisan massa yang tipis (biofilm). Mikoorganisme ini

menguraikan bahan organik yang ada dalam air. Air yang diolah akan

dikontakkan dengan sejumlah mikroba dalam bentuk lapsan film (slime)

yang melekat pada permukaan media . Media penyangga merupakan salah

satu kunci pada biofilter . efektifitas dari suatu media tergantung pada :

1. Luas permukaan, semakin luas permukaan media maka semakin besar

jumlah biomassa pe unit volume.

2. Volume rongga, semakin besar volume rongga /ruang kosong maka

semakin besa kontak antara subtrat dalam air buangan dengan biomassa

yang menempel (Metcalf & Eddy,1991)

Biofilter adalah rekator yang dikembangkan dengan prinsip mikroba

tumbuh dan berkembang pada suatu media filter dan membentuk lapisan

biofilm (attached growth). Pengolahan air limbah dengan poses biofilter

dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis

yang didalamnya telah diisi dengan media penyangga yang berguna sebagai

pengembangbiakkan, mikroorganisme, sedangkan senyawa polutan yang

ada di dalam air limbah misalnya senyawa organik (BOD,COD), amonia,

fosfor, dan lainnya akan terdifusi ke dalam lapisan biofilm yang melekat

pada permukaan media (Herlambang,2002).

Media biofilter termasuk hal yang penting, karena sebagai tempat

tumbuh dan menempel mikroorganisme, juga untuk mendapatkan unsur –

unsurkehidupan yang dibutuhkan seperti nutrien dan oksigen. Salah satu


kunci penting untuk mendapatkan efluenyang maksimal adalah

menggunakan media yang tepat (said,2005)

Media biofilter yang digunakan secara umum dapat dapat berupa

bahan material organik atau bahan material anorganik. Untuk media

biofilter dari bahan organikmisalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring,

bentuk butiran tak teratur (random packing), bentuk papan (plate), bentuk

sarang tawon, dan lain – lain. Sedangkan untuk media dari bahan

anorganikmisalnya batu pecah (split), kerikil, batu marme,batu

tembikar,batu bara (kokas), dan lainnya (said,2005)

Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air

limbah secara biologi diantaranya :

1. Temperatur

Jenis mikroorganisme yang sesuai dengan kondisi temperatur

akan menjadi dominan dalam sistem. Temperatur dalam pengolahan air

buangan secara aerob bukan merupakan faktor yang dikondisikan karena

temperatur sangat dipengaruhi oleh iklimyang ada. Tempeatur optimum

bakteri dalam proses aerob dan anaerob adalah berkisar antara 5°C -

55°C. (Solihin,2012).

2. Keasaman Air (pH)

Nilai pH merupakan faktor kunci bagi pertumbuhan

mikoorganisme. pH optimum pertumbuhan bakteri umumnya antara 6,5

– 7,5 (Pelezar,2005). Nilai pH tersebut berpengaruh pada poses

perombakan , dapat menjadi naik disebabkan proses fotosintesis, dan

reduksi sulfat, sedangkan penurunan pH diakibatkan kaena proses


oksidasi dan nitrifikasi. Untuk menjaga pH berada pada range tersebut,

maka pengaturan sedini mungkin, sejak air limbah mulai diolah harus

dilakukan dengan ketat, larutan kapur (LIME) /Ca(OH)₂ adalah pengatur

pH yang paling baik, kaena tidak mempunyai efek samping yang negatif

(Sastrawijaya,2009).

3. Kelarutan Oksigen (DO)

Makhluk hidup yang tinggal di air, baik tanaman, hewan maupun

mikroorganisme , mempertahankan hidupnya dengan bantuan

oksigenterlarut. Penentuan kadar oksigen terlarut sering dijadikan ukuran

untuk menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat bertahan jika oksigen

terlarut minimum sebanyak 5mg oksigen setiap liter air

(Sastrawijaya,2009) air yang deras biasanya mengandung oksigen

terlarut yang tinggi. Adanya arus turbulensi pada sungai membuat

kandungan oksigen semakin tinggi. Aerator salah satu alat yang

berfungsi meningkatkan kandungan oksigen dalam air. (Ginting,2010).

Flathman, 1994 menyatakan bahwa oksigen terlarut dalam reaktor

melekat diam terendam harus dijaga antara 2-4 mg/luntuk kelangsungan

hidup bakteri aerob.

4. Detention Time (waktu kontak/tinggal)

Waktu Tinggal Hidrolis (WTH) atau waktu kontak adalah waktu

perjalanan limbah cair di dalam reaktor, atau lamanya proses pengolahan

limbah cair tersebut. Semakin lama waktu tinggal, maka penyisihan yang

terjadi akan semakin besar. Sedangkan waktu tinggal pada reaktor aerob

sangat bervariasi dai 1 jam hingga berhari – hari (Solihin,2012)


Berdasarkan penelitian Laily, (2015) efisiensi emoval tertinggi

yang dicapai biofilter aerobik dalam pengolahan air limbah rumah makan

menggunakan media kerikil dengan waktu tinggal 8 jam, penuunan kadar

BOD mencapai 94,83%.

5. Ukuran Media

Ukuran diameter pada media memiliki pengaruh dalam

penyisihan material organik, karena media pada reaktor biofilter

memiliki funsi sebagai filtrasi. Penyebab lain penyumbatan adalah

ketidak seragaman volume ongga dalam media. Apabila sebagian dari

unggun media mempunyai volume rongga yang lebih kecil dari yang

lainnya maka dapat menyebabkan tejadinya penyumbatan sebagian di

dalam unngun media. Unggun media yang lebih padat dapat terjadi

penyumbatan dan sebagian unggun media yang lainnya terdapat celah

yang dapat mengalirkan aliran air limbah. Hal ini dapat menuunkan

kinerja biofilter (Said,2005).

6. Diameter

Media biofilter dari bahan anorganik dipengaruhi oleh diameter,

semakin kecil diameternya luas permukaannya semakin besar, sehingga

jumlah mikoorganisme yang dapat dibiakkan juga menjadi besar pula

(Said,2005)

Luas permukaan total yang tersedia untuk pertumbuhan bakteri

merupakan indikator dari kapasitas biofilter untuk menghilangkan

polutan. Luas permukaan spesifik merupakan variabel penting yang

mempengaruhi biaya reaktor biofilter dan mekanisme penunjangnya .


apabila media tertentu A mempunyai luas permukaan per unit volume

dua kali lipat dari media B, maka media B memerlukan volume reaktor

dua kali lebih besar untuk dapat melakukan tugas yang sama yang

dilakukan media A. Ditinjau dari sudut ekonomi maka lebih baik

menggunakan reaktor yang lebih kecil. Jadi secara umum makin besar

luas permukaan per satuan volume media maka jumlah mikroorganisme

yang tumbuh dan menempel pada permukaan media makin banyak

sehingga efisiensi pengolahan menjadi lebih besar, selain itu volume

reaktor yang diperlukan menjadi lebih kecil sehingga biaya reaktor juga

lebih kecil (Said,2005).

Luas permukaan spesifikyang besar seta mempunya fraksi

volume rongga yang besar . dengan demikian jumlah mikroba yang dapat

tumbuh menempel pada permukaan media cukup besar sehingga efisiensi

biofilter juga menjadi lebih besar. Selainitu, karena fraksi volume rongga

media besar maka sistem biofilter menjadi tahan terhadap penyumbatan.

Media yang digunakan untukbiofilte juga harus mudah diangkat,

dibersihkan dan dapat diganti dengan usaha dan tenaga kerja yang

minimal (Said,2005)

Ukuran dan keseragaman pasir yang digunakan merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap efektivitas peningkatan kualitas air baku.

Semakin kecil partikel pasir yang digunakan (halus), maka akan semakin

cepat terjadi penyumbatan pada reaktor sehingga fekuensi

pembersihannya menjadi tinggi. Dalam hal keseragaman ukuran, jika


pasir tidak seragam, porositas antar pasir dapat teeduksi sehingga

memperlambat aliran air (Cahyana,2008).

7. Nutrien

Disamping kebutuhan karbon dan energi, mikrooganisme juga

membutuhkan nutrien untuk sintesa sel dan pertumbuhan. Kebutuhan

nutrien tersebut dinyatakan dalam bentuk perbandingan antara karbon

dan nitrogen serta posfor yang merupakan nutrien anorganik utama yang

diperlukan mikroorganisme dalam bentuk BOD :N:P (Solihin,2012)

Biofilm dapat tumbuh dengan tersedianya unsur karbon (C),

Nitrogen (N), dan Fospor (P), unsur tesebut merupakan nutrien utama

yang dibutuhkan mikrooganisme untuk tumbuh. Akan tetapi, melalui

penelitian jangka panjang, dapat disimpulkan bahwa fospor merupakan

elemen kunci diantara semua nutrien tersebut. Meskipun demikian, agar

lapisan biofilter lebih cepat tumbuh, perlu kondisi yang memadai pada

biofilter, dan langkah yang diambil adalah dengan penambahan zat yang

kaya akan unsur karbon. Pertumbuhan lapisan biofilm dapat mencapai

ketebalan yang berkisar antara 100 mikro meter sampai 10 mm

tergantung pada kondisi tempat biofilm tumbuh (Metcalf & Eddy,2004).

Perbandingan N dan P yang dirancang untuk menjadi nutrien

yang cukup dalam laju penanganan biologic yang tinggi adalah 100:10:1.

Manfaatnya adalah untuk memperoleh kadar nitrogen dan fospor yang

rendah dalam efluen (Putu Evy, 1994)


2.8 Media Pasir

Salah satu media yang dapat digunakan dalam eaktor biofilter adalah

pasir. Media pasir dipilih karena butian pasir memiliki ukuran kecil

sehingga luas permukaan kontak antara media pasir yang dilapisi

bifilmdengan air baku cukup luas. Selain itu, waktu kontak antara air baku

dengan pasir lebih intim. Hal ini meningkatkan efisiensi penyisihan polutan

(Baig dkk,2011).

Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625cm – 2mm. Materi

pembentukpasir adalah silikon dioksida. Tetapidi beberapa pantai tropis dan

sub tropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Hanya beberapa tanaman

yang dapat tumbuh diatas pasir karena memiliki rongga – rongga yang

besar.

Pasir aktif adalah jenis pasir silika yang diolah dengan teknologi

kimia dan merupakan bahan padat yang biasa digunakan untuk menyaring

air karena mampu menetralkan zat kandungan besi, mangan, dan sulfida

yang berlebih dalam air. Air yang kelebihan zat – zat tersebut diatas

biasanya tidak dapat memenuhi syarat bagi pabrik atau industri pengolahan

makanan.

Pasir silika mempunyai kemampuan sebagai filtran yang dapat

memisahkan senyawa kimia padat dan cair, dimana cairan dari limbah cair

melewati media porous sehingga padatan tersuspensi halus dapat

dipindahkan atau dialirkan.

Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon

dioxsida) yang dapat diperoleh dari silika mineral, nabati dan sintesis
kristal. Silika terbentuk secara alami, silika dengan struktur tridimit dapat

diperoleh dengan cara memanaskan pasir kuarsa pada suhu 870oC dan bila

pemanasan dilakukan pada suhu 1470oC dapat diperoleh silika dengan

struktur kristobalit.

Pasir Silika atau biasa disebut pasir kuarsa atau pasir kwarsa (SiO2)

adalah untuk menghilangkan kandungan lumpur atau tanah dan sedimen

pada air minum atau air tanah atau air PDAM atau air gunung pada industri

pengolahan air. Selain di bidang pengolahan air, pasir silika dapat

digunakan diberbagai industri seperti industri/pengolahan sand blasting atau

pembuatan lapangan futsal dengan berbagai ukuran mesh. Dalam kegiatan

industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik langsung

sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku

utama, misalnya digunakan dalam industri gelas/kaca, semen, tegel, mosaik

keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas

dan sand blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam industri

cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan

lain sebagainya. Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera Barat,

potensi lain terdapat di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan,

Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung.

Secara ringkas kegunaan pasir silika:

1. Pada pengolahan air untuk penjernihan dengan menyerap lumpur,

tanah, sedimen (mesh 4-30, range: 4-6, 8-16, 16-30)

2. Pada industri bahan abrasit yaitu amplas/sand blasting (mesh 8-30, 16-

30)
3. Bahan utama industri bentuk silika tepung/silika flour (mesh 50-2500

umumnya mesh 100,150,200,300,325) yaitu untuk gelas/kaca

(SiO2>95%, mesh 200-325), semen (SiO2=21,3%, mesh 200-325),

tegel/mosaik/keramik (pembentuk sifat licin/mudah dibersihkan, mesh

200-325), fero silikon, silikon carbide, mikrochip/elektronika (ukuran

nano silika)

4. Bahan baku ikutan/campuran dalam industri cor/precast (ukuran mikro

silika), perminyakan/pertambangan (mesh 200-325), bata tahan api

(refraktori,mesh 200-325)

5. Lapangan futsal (mesh 8-16), Landscapping (mesh 60-100)

6. Bahan campuran sebagai bahan pengeras pada industri karet/ban/cat

(ukuran nano silika), gerinda.

Tabel 1. Jenis Pasir Silika dan ukurannya

Nama Barang Ukuran Mesh (Ichi) Ukuran (mm)

Pasir Silika 8 – 30 3,2 – 0,8

8 – 16 3,2 – 1,6

2 – 20 12,7 - 1,3

30 – 80 0,8 – 0,3

Gravel 4–8 6,4 - 3,2

Pasir Silika Standar Tanpa mesh Tanpa ukuran

Pasir Silika Standar Tanpa mesh Tanpa ukuran

Pasir Silika Sampel Semua mesh Semua ukuran


2.9 Dampak Pembuangan Air Limbah

Air limbah jika tidak dikelola secara baik akan menimbulkan

gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada

(Rahmi,2014)

1. Gangguan tehadap Kesehatan

Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia

mengingat bahwa penyakit yang dapat ditularkan melalui ai limbah. Air

limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja ,

seperti penyakit kolera, rang usus, hepatitis infektiosa serta

scitosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu

banyak mengandung bakteri pathogen penyebab penyakit. Serta air

limbah juga mengandung bahan – bahan beracun, penyebab iritasi, bau

dan bahkan suhu yang tinggi pada bahan – bahan lainnya yang mudah

terbakar.

2. Gangguan Terhadap Lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke permukaan (misalnya

sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan

tersebut. Keberadaan limbah cair industri akan terus meningkat sesuai

dengan jumlah industri termasuk industri rumah tangga mempunyai

kontribusi yang cukup signifikan terhadap zat pencemar organik pada

badan air.

Parameter BOD adalah parameter yang digunakan untuk tolak

ukur kandungan senyawa organik yang dapat diurai oleh

mikroorganisme, tolak ukur ini dipilih karena kebutuhan oksigen untuk


reaksi yang dilakukan oleh sel ini serta dengan konsentrasi senyawa

organik yang diurai. Pengurai ini akan terus berlangsung selama

oksigen di dalam air masih tersedia. Jadi nilai BOD yang tinggi dari

suatu limbah cair yang dibuang ke perairan akan menyusulkan

kandungan oksigen terlarut pada peaian itu.

Air limbah yang mencemari tanah selama perjalanannya akan

mengalami peristiwa fisik mekanik , kimia, dan biologis. Peristiwa

kimia terjadi penyebaran molekuler yang dihasilkan dai potensi kimia,

sedangkan proses biologis terjadi pada bahan pencemar organikyang

diuraikan oleh bakteri pembusuk.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Desain Penelitian

Jenis Penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam

penelitian eksperimen dengan desain One Group Pre and Post Test

design, yaitu suatu rancangan penelitian sebelum dan sesudah

intervensi tanpa kontrol dengan tujuan untuk melihat apakah

diameter media biofilter bisa menuunkan kadar BOD pada limbah

cair industri tahu, Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding

(kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama

(pretest)yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan –

peubahan yang terjadi setelah eksferimen.

3.1.2 Kerangka Teori

LIMBAH CAIR INDUSTRI

DAMPAK PENCEMAR LINGKUNGAN


KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR (BADAN AIR)

PENGOLAHAN LIMBAH

FISIKA KIMIA BIOLOGI


AEROB ANAEROB

BIOFILTER

MEDIA PASIR

PENURUNAN
KADAR BOD

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

3.1.3 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Variasi diameter media Penurunan Kadar BOD pada


biofilter pasir silika limbah cair industi tahu

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (independent Vaiabel) dalam penelitian ini

adalah Variasi diameter media biofilter pasir silika pada limbah

cair industri tahu PT NJ

2. Variabel Terkait (Dependent Variabel) dalam penelitian ini

adalahpenurunan kadar Biological Oxygen Demand (BOD)


tehadap limbah cair industri tahu PT NJ pada diameter media

biofilter pasir silika yang berbeda.

3.1.4 Strategi Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini terdapat variabel pengganggu

yang dapat mengganggu proses penelitian yaitu :

1. Suhu Air Limbah industri

Temperatur optimum baktei dalam proses aerob dan

anaerob adalah berkisar antara 5°C- 55°C. Untuk menstabilkan

suhu pada air limbah, peneliti akan melakukan pengukuran suhu

pada setiap awal pelaksanaan proses masing – masing reaktor

biofilte pada tempat, waktu dan ruangan yang sama seta

melakukan pengukuran suhu pada setiap pengulangan.

2. pH air limbah industri

Bakteri berkembang dengan baik pada keadaan yang

netral (pH antara 6,5 – 7,5) (Michael dkk,2005). Untuk

menstabilkan PH air limbah, peneliti akan melakukan

pengukuran pH dan pengaturan pH dengan cara memakai air

baku yang sama dan melakukan pemeriksaan pH pada setiap

kali percobaan terhadap air baku..

3. Waktu Kontak /tinggal

Semakin lama waktu tinggal, maka penyisihan yang

terjadi akan akan semakin besar. Pencapaian penurunan BOD

sebesar 94,83% digunakan waktu kontak selama 8 jam


(Laily,2015) untk membuat penurunan kadar BOD sebesar

94,83% atau lebih maka peneliti akan menggunakan waktu

kontak yang digunakan setiap reaktor adalah sama yaitu 8 jam,

dan dipasang kran pada pipa efluent guna menjaga agar air tidak

mengalir (sistem batch).

4. Jenis Media

Jenis media harus memiliki luas permukaan yang banyak,

karena semakin luaspermukaan media maka semakin besar

jumlah biomassa per unit volume. Ukuran media yang berbeda

berpebgauh pada proses aliran air. Perbedaan ukuran media

dapat menyebabkan penyumbatan pada aliran air. Oleh karena

itu, ukuran diameter pasir yang digunakan harus sama yaitu

terdiri dari 6-7mm, 5-5,9mm,2-2,9mm, untuk membuat ukuran

media yang sama, terlebih dahulu dilakukan pengayakan

(penyaringan)sebelum pasir dimasukan kedalam reaktor dengan

ayakan yang memiliki lubang berukuran 3mesh, 5 mesh dan 10

mesh.

5. Alat biofilter percobaan dikendalikan dengan cara setiap kali

pecobaan alat dicuci dan media saring diganti.

6. Tekanan/kecepatan air dikendalikan dengan cara mengatur

posisi stop keran dan melakukan penghitungan debit

7. Dalam setiap kali perlakuan baik penampung air baku harus

selalu diisi penuh agar debit yang dihasilkan sama.


3.1.5 Hipotesis

Hipotesis dalam Penelitian ini adalah “Ada Perbedaan variasi

diameter media biofilter terhadap penurunan kadar BOD pada

limbah cair industri tahu PT NJ

3.1.6 Definisi Operasional

Sehubungan dengan definisi operasional ini maka yang akan

dikemukakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Alat Ukur Skala Hasil

Ukur Ukur Pengukura

Variasi Berbagai jenis ukuran Menguk Saringan Nomina Diamete

Diameter diameter pasir silika ur (Ayakan) l media pasir

Media sebagai media diameter dengan silika A=6-

Biofilter biofilter sesuai dengan pasir ukuran 7mm

pasir silika yang telah ditentukan silika 3Mesh, (3mesh)

yaitu 3 mesh, 5 mesh dengan 5mesh, dan B= 5-

dan 10 mesh cara 10 Mesh 5,9mm

menyain (5mesh) dan

g pasir C=2-

silika 2,9mm

dengan (10mesh)
menggun

akan

saringan

(ayakan)

Penuunan Banyaknya kandungan Menghit Pemeiksaan Rasio Kadar BOD

Kadar oksigen yang ung laboatorium dalam

BOD Pada diperlukan untuk selisih satuan mg/l

Limbah menguraikan benda kadar

cair organik oleh bakteri BOD

industri yang terdapat pada air sebelum

limbah industri dan

sebelum melalui poses setelah

pada diameter A, B melalui

dan C serta setelah proses

melalui proses pada pada

diameter media A,B media

dan C

3.2 Rancangan Sampel

3.2.1 Populasi dan sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti, sedangkan sampel adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo,2005). Populasi dalam penelitian ini adalah


keseluruhan limbah cair industri tahu PT NJ. Sampel yang diambil

dari populasi adalah sebagian dari limbah cair industri tahu PT NJ.

3.2.2 Besar Sampel

Besarnya sampel yang diambil dalam penelitian ini

berdasarkan banyaknya perlakuan dan banyaknya pengulangan.

Perlakuan yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini sebanyak

tiga perlakuan. Untuk setiap perlakuan membutuhkan satu liter

sampel limbah cair industri tahu PT NJ. Pada setiap sampel diberi

perlakuan berbagai media pasir silika 3mesh, 5 mesh dan 10 mesh.

Jumlah pengulangan umtuk perlakuan ini diperoleh dengan rumus

sebagai berikut: (Gomez): t(r-1) ≥15

Dimana : t = 3 (banyak pengulangan)

r = pengulangan

maka perhitungannya :

3(r-1) ≥15

3r – 3 ≥15

3r ≥15 + 3

3r ≥18

r ≥ 18

r=6

jadi banyaknya pengulangan (r) dalam penelitian ini adalah 6

kali. Banyaknya limbah cair industri tahu yang dibutuhkan dalam 1


kali pengulangan adalah 15 liter, sehingga besar sampel untuk 3

perlakuan adalah :

perlakuan X 6 kali pengulangan = 18 sampel

18 sampel X 15 liter = 270 liter limbah cair industri

Volume sampel air limbah cair industri tahu disesuaikan

dengan kebutuhan pemeriksaan dan analisa parameter di

laboratorium, seperti kebutuhan untuk pemeriksaan BOD dibutuhkan

sampel air limbah minimum sebesar 1 liter, hal tersebut diatur dalam

SNI 6989.59-2008 tentang sampling air limbah.

Jadi limbah cair industri yang dibutuhkan untuk kebutuhan

analisa parameter di laboratorium (pretest) dalam penelitian ini

adalah 6 kali. Banyaknya limbah cair industri yang dibutuhkan

dalam 1 kali pengulangan adalah 1 liter, sehingga besar sampel

untuk 3 perlakuan adalah:

1 Pre test x 6 kali pengulangan = 6 sampel

6 sampel x 1 liter = 6 liter sampel air limbah industri

Jadi total keseluruhan volume sampel air limbah yang

dibutuhkan yaitu :

= 270 L sampel air limbah (Post test) + 6L sampel air limbah

(pretest)

= 276 L sampel air limbah


3.2.3 Tekhnik Pengambilan sampel

Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini, dilakukan

secara grab sampling, yaitu sampel yang diambil pada waktu –

waktu tertentu dalam satu lokasi dan sampel tesebut sudah mampu

mewakili limbah atau badan air secara keseluruhan. Pengambilan

sampel ini dilakukan pada waktu aktivitas industri pagi hari pada

pukul 08.00 – 10.00.

3.3 Rancangan Pengumpulan data

3.3.1 Jenis data

Jenis data pada penelitian ini adalah

1. Data Primer merupakan data yang diambil dari hasil analisa

laboratorium pada saat sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan kontak dengan media biofilter pasir silika.

2. Data Sekunder merupakan data sebelum perlakuan didapatkan

dari data kadar BOD dalam swapantau air limbah industri tahu

PT NJ

3.3.2 Tekhnik Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil analisa sampel pemeriksaan

BOD di laboratorium yang sebelumnya sampel tersebut telah

dilakukan perlakuan pada tiga reaktor dengan variasi diameter media

pasir silika yang berbeda.


3.3.3 Tenaga Pengumpul data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti

yang merupakanyang merupakan mahasiswa Jurusan Kesehatan

Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung.

3.4 Rancangan Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 sampai

dengan bulan November 2018, di lahan praktek kerja lapangan yaitu

PT NJ.

3.4.2 Langkah – Langkah Penelitian

Adapun Langkah –langkah yang dilakukan dalam

pelaksanaan penelitian ini diantaranya adalah :

1. Persiapan alat dan bahan

a) Limbah cair Industri Tahu

b) pH meter

c) Thermometer

d) DO meter

e) Pasir silika berdiameter 6-7 mm (3mesh), 5 – 5,9mm

(5Mesh), dan diameter 2-2,9mm (10mesh)

f) Blower

g) Wadah (tong air) kapasitas 120 L

h) Pipa berukuran 10 inchi + tutup

i) Pipa berukuran 1,5 inchi

j) Kran air
k) Selang

l) Dudukan kayu

m) Saringan (ayakan) pasir ukuran 3,5, dan 10 mesh

2. Prosedur Pembuatan Reaktor

a) Menentukan jumlah volume air limbah industri tahu yang

dihasilkan, per hari atau per detik

b) Menentukan debit air limbah cair industri tahu setiap

harinya .

0= 3 inchi

R = 1,5 imchi = 3,81 cm

V = 4,6,8 m/jam

Ditanya : debit air

Q = AXV

A = π.r²

A = 3,14 x (3,81cm)²

A = 3,14 x 14,52 cm²

A = 45,59 cm²

Q = AxV

Kecepatan 4m/jam

Q = 45,59 cm² x 4m/jam

Q = 45,59 cm² x 400 cm/jam

Q = 18,263 cm³/jam

Q = 304,38ml/menit

Q = 0,30 l/menit
c) Menentukan volume reaktor yang akan dibuat

d) Siapkan pipa berukuran 10 inchi sebanyak 3 buah dengan

ukuran diameter 25,4 cm dan tinggi 78,9 cm yang

digunakan sebagai tempat media biofilter pasir silika.

e) Pasang pipa berukuran 1,5 inchi disisi kiri pada bagian

bawah pipa (reaktor) sebagai tempat pembuangan lumpur.

f) Pasang pipa berukuran 1,5 inchi disisi kanan diatas pipa

pembuangan lumpur.

g) Masukkan media pasir silika pada masing – masing pipa

reaktor dengan ukuran diameter pasir silika 3 mesh, 5 mesh,

10 mesh.

h) Tutup pipa reaktor menggunakan penutup yang sebelumnya

telah dilubangi pada bagian tengah penutup sebagai tempat

masuknya air limbah dari bak pengatur debit dan suplai

udara yang berasal dari blower dengan menggunakan

selang.

i) Masukkan air limbah industri tahu sebanyak 15 L ke dalam

reaktor yang telah diisi pasir silika.

j) Aklimatisasi reaktor selama 14 hari guna membentuk

biofilm pada media pasir silika.

3. Prosedur Pengujian sampel air limbah sebelum diberi perlakuan

Sampel air limbah diambil dari bak penampung awal

sebanyak 1L untuk dilakukan pengujian sampel air limbah

sebelum diberi perlakuan (pretest).pengujian dilakukan


laboratorium lingkungan yang telah terkareditasi . pengujian

sampel dilakukan sesuai SNI 6989.72.2009 tentang cara uji

kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen

Demand/BOD) dengan prinsip sejumlah contoh uji ditambahkan

ke dalam larutan pengencer jenuh oksigen yang telah ditambah

larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian diinkubasi dalam

ruang gelap pada suhu 20°C ± 1°C selama 5 hari. Nilai BOD

dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0(Nol)

hari dan 5 (lima) hari.

4. Pengujian Utama

a) Mengukur suhu pada air limbah dengan menggunakan alat

thermometer.

b) Mengukur pH pada air limbah dengan menggunakan alat

pH meter.

c) Mengukur DO pada air limbah dengan menggunakan alat

DO meter

d) Air limbah yang akan diolah pada reaktor diambil dari

efluent saluran air limbah indutri tahu.

e) Air limbah yang ada pada bak penampung limbah dipompa

dan dialirkan ke dalam bak pengatur debit, bak pengatur

debit dilengkapi dengan pipa overflow guna untuk menjaga

kapasitas air dalam bak pengatur debit agar tetap konstan.


f) 3 Reaktor dengan ukuran diameter 25,4 cm dan tinggi

78,9cm dioperasikan dengan mengalirkan limbah cair dari

bak pengatur debit ke reaktor biofilter.

g) Debit yang dialirkan kedalam reaktor sebesar 0,0005

L/detik yang diatur menggunakan kran, air limbah dialirkan

secara terus menerus dengan aliran downflow.

h) Blower dialirkan secara terus menerus agar terjadi proses

aerasi di dalam reaktor biofilter.

i) Air limbah dalam reaktor diolah selama 8 jam, waktu

tersebut merupakan waktu tinggal selama 8 jam proses

pengolahan

j) Setiap reaktor diambil sampel air limbah untuk dilakukan

pemeriksaan dan analisis sampel diberi perlakuan untuk

mengetahui tingkat efisiensi, pemeriksaan dilakukan di

laboratorium yang telah terakreditasi.

k) Proses diatas dilakukan berulang – ulang hingga

pengulangan ke 6.

5. Perhitungan efisiensi penurunan BOD

Analisa efisiensi variasi diameter media reaktor ini

dilakukan dengan cara menghitung:

a) Reaktor A% penurunan BOD = BOD influent – BOD

efluent X 100%

BOD influent
b) Reaktor B% penurunan BOD = BOD influent – BOD

efluent X 100%

BOD Influent

c) Reaktor C% penurunan BOD = BOD influent – BOD

efluent X 100%

BOD Influent

3.4.3 Rancangan Pengolahan dan analisa data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a) Data entry atau processing

Proses yang dilakukan untuk memproses data

sehingga data siap untuk dianalisis yang bisa dilakukan

secara manual atau menggunakan software SPSS 18. Data

yang dimasukkan termasuk data suhu, disolve oksigen

kadar BOD sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi

perlakuan, dan penurunan kadar BOD.

b) Coding

Proses yang dilakukan pada semua data hasil dari

pelaksanaan kegiatan yang telah di edit atau di sunting,

kemudian dilakukan peng”kode” atau “coding”, yaitu

merubah data yang berbentuk kalimat atau hurup menjadi

data yang berbentuk angka atau bilangan. Coding atau


pemberian kode ini berguna dalam memasukkan data (data

Entry) data yabg di koding adalah data diameter mesh pasir

silika, untuk diameter 3 mesh diberi koding (label) 1, untuk

diameter 5 mesh diberi koding 2, dan untuk diameter 10

diberi koding 3.

c) Cleaning

Proses yang dilakukan untuk mengecek kembali

hasil dari pengolahan data untuk mengetahui kemungkinan

– kemungkinan terjadinya kesalahan kode, ketidak

lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan koreksi

kembali. Mengecek semua data yang sudah di entry (data

suhu, disolve oksigen, dan kadar BOD sebelum diberi

perlakuan dan setelah diberi perlakuan) benar dan tidak

tedapat kesalahan.

d) Tabulasi Data

Tabulasi pada tahap ini, data yang di dapat

dimasukkan ke dalam tabel untuk mempermudah

pembacaan data. Data yang dimasukkan ke dalam tabel

diantaranya adalah data suhu, disolve oksigen, kadar BOD

sebelum dan sesudah diberi perlakuan, dan presentasi kadar

BOD.
2. Analisis Data

a) Analisa Univariat

Pada umumnya analisi ini digunakan untuk

mengetahui distribusi, frekuensi, dan presentasi dari setiap

variabel. Analisis Univariat sering disebut dengan analisis

deskriptif, ialah analisis yang menjelaskan secara terperinci

karakteristik dari masing – masing variabel yang diteliti.

Untuk data numerik, masing – masing variabelnya dapat di

deskripsikan berdasarkan ukuran tengahnya (mean,

median,modus), ukuran sebenarnya ( nilai minimum, nilai

maksimum, standar deviasi, varian dan linear kuartil range .

(Notoatmodjo,2012)

Analisis yang akan dilakukan adalah analisis

univariat dan bivariat yang bertujuan untuk menjawab

tujuan dari penelitian. Analisis univariat menjelaskan atau

mendeskripsikan dengan karakteristik setiap variabel

penelitian. Pada penelitian ini analisi univariat yang

digunakan adalah uji nilai mean kadar BOD pretest dan

postest dari masing – masing variabel (variasi diameter

biofilter pasir silika) dan uji nilai minimum serta maksimum

untuk melihat variasi diameter media biofilter pasir silika

mana yang paling efektif dalam penurunan BOD limbah

cair industri tahu PT NJ.


b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel –

variabel yang diduga berhubungan atau ada pengaruh dan

melihat besarnya pengaruh vaiabel bebas terhadap variabel

terikat. Pada penelitian ini ada dua analisis yang digunakan

yaitu uji normalitas dan uji anova. Sebelum dilakukan

analisa, data uji kenormalitasannya dengan menggunakan

Uji Normalitas Kolomogorv –Smirnov. Uji Anova

dilakukan untk melihat adanya perbedaan variasi media

reaktor Biofilter pasir silika terhadap kadar BOD dalam

limbah cair industri tahu PT NJ, dilakukan uji anova

dikarenakan jenis data merupakan data kategorik – numerik,

selain itu data merupakan data independent dan > 2

kelompok maka uji statistik yang digunakan adalah uji

anova. Analisis uji anova ini dilakukan dengan

menggunakan aplikasi SPSS, dimana dasar pengambilan

keputusan didapat :

1) Jika dasar pengambilan keputusan menggunakan

perbandingan statistik hitung dengan statistik tabel

Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak

Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima

2) Jika dasar pengambilan keputusan menggunakan

probabilitas

Jika Pvalue > 0,05 maka Ho diterima


Jika P Value <0,05 maka H0 ditolak (Pramesti,2015)

Ha : terdapat perbedaan variasi diameter media biofilter

terhadap penurunan kadar BOD limbah cair industri

Tahu PT NJ

H0 : tidak terdapat perbedaan variasi diameter media

biofilter terhadap penurunan kadar BOD limbah cair

industri tahu PT NJ.

Anda mungkin juga menyukai