Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS JURNAL

A. JUDUL

“Gambaran penolakan masyarakat terhadap imunisasi dasar lengkap bagi balita (Studi di kelurahan

sendangmulyo, kecamatan tembalang, kota Semarang)”

B. LATAR BELAKANG

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan peyakit tersebut

tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi merupakan program yang

diselenggarakan pemerintah untuk memberantas atau menekan penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I). Anak yang telah diberi imunisasi dapat terlindungi dari berbagai

penyakit berbahaya yang termasuk dalam PD3I yaitu TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis,

Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru.

Pencapaian hasil imunisasi dasar lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008 sudah

mencapai target minimal yaitu 95%. Di kota Semarang jumlah bayi yang wajib mendapat

imunisasi pada tahun 2015 sebanyak 25.769 jiwa. Walaupun sudah memenuhi target, namun

berdasarkan profil kesehatan Tahun 2015 di kota Semarang ditemukan 2 penderita kasus difteri

dengan 1 orang meninggal dunia. Pada tahun 2015, kasus campak sebanyak 224 kasus, meningkat

dari tahun 2013 dan 2014.

Pro dan kontra tentang imunisasi terus bergulir dari tahu ke tahun. Pda tahun 2016, MUI

mengeluarkan Fatwa MUI No.4 Tahun 2016 tentang imunisasi. Dalam fatwa tersebut dijelaskan

bahwa imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan

kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu. Imunisasi dengan
vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan kecuali: digunakan apada kondisi al-diarurat

atau al-hajat; belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci; dan adanya keterangan tenaga

medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal. Namun, walaupun MUI

sudah menyatakan bahwa hukum imunisasi adalah dibolehkan (mubah), masih ada masyarakat

yang enggan untuk melakukan imunisasi.

C. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penolakan masyarakat terhadap imunisasi

dasar lengkap bagi balita di kelurahan sendangmulyo, kecamatan tembalang, kota Semarang.

D. METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi etnografi. Penelitian dilakukan

di Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Pengambilan subjek dalam

penelitian dilakukan dengan menggunakan cara atau metode purposive sampling. Subjek dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara atau metode purposive sampling. Subjek dalam

penelitian ini adalah ibu yang menolak imunisasi dasar lengkap bagi anak yang berjumlah 24 orang

dengan kriteria inklusi : (1) Ibu yang memiliki balita, yang tidak mau dan/atau belum memberikan

imunisasi dasar lengkap kepada anak, berdasarkan keterangan dari Kader Posyandu di Kelurahan

Sendangmulyo; (2) Berdomisili di Kelurahan Sendangmulyo; (3) Bersedia untuk diwawancarai

dan menjadi (ditunjukkan dengan surat ketersediaan Subjek penelitian yang ditandatangani oleh

Subjek Penelitian); (4) Mampu berkomunikasi dengan baik. Pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara mendalam dengan subjek penelitian. Wawancara mendalam juga dilakukan pada

subjek triangulasi untuk uji validitas. Adapun subjek triangulasi dalam penelitian ini yaitu tokoh
agama serta kader posyandu di Kelurahan Sendangmulyo. Peneliti menggunakan teori gabungan

antara theory of reason action dan social cognitive theory.

E. ANALISIS PICO

PROBLEM (P)

Imunisasi merupakan program yang diselenggarakan pemerintah untuk memberantas atau

menekan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pro dan kontra tentang imunisasi

terus bergulir dari tahu ke tahun. Pda tahun 2016, MUI mengeluarkan Fatwa MUI No.4 Tahun

2016 tentang imunisasi. Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa imunisasi pada dasarnya

dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan

mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu. Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis

tidak dibolehkan kecuali: digunakan apada kondisi al-diarurat atau al-hajat; belum ditemukan

bahan vaksin yang halal dan suci; dan adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan

dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal. Namun, walaupun MUI sudah menyatakan bahwa

hukum imunisasi adalah dibolehkan (mubah), masih ada masyarakat yang enggan untuk

melakukan imunisasi.

INTERVENSI (I)

Intervensi yang dilakukan yaitu wawancara mendalam dengan subjek penelitian. Wawancara

mendalam juga dilakukan pada subjek triangulasi untuk uji validitas. Adapun subjek triangulasi

dalam penelitian ini yaitu tokoh agama serta kader posyandu di Kelurahan Sendangmulyo.

COMPARE

Penelitian ini tidak ada pembanding atau intevensi lain


OUTCOME

1. Penyebab subjek penelitian tidak memberikan imunisasi dasar secara lengkap kepada

anaknya adalah karena kesalahpahaman terhadap informasi tentang imunisasi yang mereka

dapatkan.

2. Pengetahuan subjek penelitian tentang manfaat imunisasi sudah baik, namun manfaat

tersebut kurang dirasakan oleh subjek.

3. Terdapat 2 pandangan berbeda mengenai imunisasi dari segi agama

4. Kegiatan keagamaan tidak memberi pengaruh yang besar dalam pemberian imunisasi dasar

oleh subjek

5. Keyakinan subjek penelitian terhadap imunisasi dasar lengkap dipengauhi oleh

pengalaman subjek dan orang lain tentang imunisasi serta mitos imunisasi

6. Kurang adanya dukungan dari lingkungan untuk imunisasi, baik dari orang tua, suami,

teman, kader dan ustadz. Sehingga tidak ada dorongan untuk imunisasi

7. Tidak ada larangan untuk memberikan imunisasi dasar lengkap


ANALISIS JURNAL

A. JUDUL

“ Faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2015”.

B. LATAR BELAKANG

Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang

sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke

dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus,

Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telahdiberi

imunisasi akan terlindungi dan terhindardari kesakitan, kecacatan atau kematian. Diperkirakan1,7

juta kematian atau 5% terjadi pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I. WHO memperkirakan

kasus TBC di Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia setelah Cina dan India dengan

asumsi prevalensi BTA (+) 130 per 100.000 penduduk. Sejak tahun 1991, kasus pertusis muncul

sebagai kasus yang sering dilaporkan di Indonesia, sekitar 40% kasus pertusis menyerang balita.

Kemudian insiden tetanus di Indonesia untuk daerah perkotaan sekitar 6-7 per-1000 kelahiran

hidup, sedangkan di pedesaan angkanya lebih tinggi sekitar 2-3 kalinya yaitu 11-23 per- 1000

kelahiran hidup dengan jumlah kematian kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya. Selanjutnya,

Hepatitis B diperkirakan menyebabkan sedikitnya satu juta kematian pertahun. Sedangkan untuk

kasus polio, data terakhir dilaporkan secara total terdapat 295 kasus polio yang tersebar di 10

Provinsi dan 22 kabupaten/ kota di Indonesia. Demikian juga dengan Kasus campak, angka

kejadiannya tercatat 30.000 kasus pertahun yang dilaporkan. Kasus PD3I yang sangat menjadi

perhatian yang besar


akhir-akhir ini adalah dilaporkan beberapa daerah di Indonesia dinyatakan telah terjadi Kejadian

Luar Biasa (KLB) difteri. Angka kematian akibat difteri di Indonesia sekitar 15% dan terus

mengalami peningkatan.

Kementerian Kesehatan Indonesia telah menyusun program sebagai usaha yang dilakukan

untuk menekan penyakit PD3I pada anak, Seperti Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada

anak sejak tahun 1956. Keberhasilan bayi dalam mendapatkan lima jenis imunisasi dasar (HB0,

BCG, DPT-HB, Polio, dan Campak) diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Data

RISKESDAS mencatat, tahun 2007 cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia rata-rata 41,6

%. Kemudian meningkat pada tahun 2010 dengan rata-rata cakupan 53,8 %. Tahun 2013 rata-rata

cakupan imunisasi dasar lengkap kembali meningkat yaitu 59,2%, sedangkan target Renstra

(88%). Sedangkan untuk propinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 cakupan imunisasi dasar

lengkap masih dibawah target yaitu baru mencapai 84,51%. Program imunisasi merupakan salah

satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan

kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah,

wanita usia subur, dan ibu hamil. Setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap

(LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis

campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan

imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada

lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%.

Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada

balita. Pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi belum tercapainya target cakupan imunisasi antara

lain rumor yang salah tentang imunisasi, masyarakat berpendapat imunisasi menyebabkan
anaknya menjadi sakit, cacat atau bahkan meninggal dunia, pemahaman masyarakat terutama

orang tua yang masih kurang tentang imunisasi, dan motivasi orang tua untuk memberikan

imunisasi pada anaknya masih rendah. Black Campaign anti imunisasi saat ini ‘gencar’ terjadi

pada beberapa daerah di Indonesia, baik melalui seminar maupun talkshow anti imunisasi. Selain

melalui kegiatan secara umum, mereka melakukan gerakan pula melalui media sosial seperti

twitter, facebook, milis, atau blog. Halal-haram vaksin, konspirasi Negara barat & Yahudi, dan

efek samping vaksin yang dapat menyebabkan cacat, autisme, atau bahkan kematian menjadi isu

utama yang diusung oleh kelompok anti imunisasi ini. Peran seorang ibu dalam program imunisasi

sangat penting, sehingga pemahaman tentang imuunisasi sangat diperlukan. Begitu juga dengan

pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan orang tua. Kurangnya sosialisasi dari petugas

kesehatan menyebabkan masalah rendahnya pengertian, pemahaman dan kepatuhan ibu dalam

program imunisasi. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya promotif dan

preventif belum berjalan secara maksimal.

C. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi dasar

lengkap.

D. METODE

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional menggunakan

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor yang

berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di kecamatan Kuranji Kota

Padang. Penelitian dilakukan di kecamatan Kuranji Kota Padang berdasarkan pada bulan Juni

September tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita yang

bertempat tinggal di wilayah kecamatan Kuranji Kota Padang berdasarkan data dari dinas
kesehatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling melalui

purposive sampling. Kriteria Inklusi sampel: ibu yang memiliki anak 12-24 bulan, memiliki kartu

KMS, mampu berkomunikasi dengan baik sedangkan kriteria eklusi adalah tidak bersedia menjadi

responden, tidak berada dapat ditemui >2 kali berturut-turut, jumlah sampel penelitian sebanyak

80 orang yang dihitung dengan rumus sampel hypothesis test for two population proportions (two

sample situations). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner

dan observasi/ telaah dokumen buku KIA, data dianalisis secara univariat, bivariate dan

multivariat.

E. ANALISIS PICO

PROBLEM (P)

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit

tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit

menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Setiap bayi wajib

mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4

dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Ada beberapa hal yang mempengaruhi belum

tercapainya target cakupan imunisasi antara lain rumor yang salah tentang imunisasi, masyarakat

berpendapat imunisasi menyebabkan anaknya menjadi sakit, cacat atau bahkan meninggal dunia,

pemahaman masyarakat terutama orang tua yang masih kurang tentang imunisasi, dan motivasi

orang tua untuk memberikan imunisasi pada anaknya masih rendah. Black Campaign anti

imunisasi saat ini ‘gencar’ terjadi pada beberapa daerah di Indonesia, baik melalui seminar maupun

talkshow anti imunisasi. Selain melalui kegiatan secara umum, mereka melakukan gerakan pula

melalui media sosial seperti twitter, facebook, milis, atau blog. Halal-haram vaksin, konspirasi

Negara barat & Yahudi, dan efek samping vaksin yang dapat menyebabkan cacat, autisme, atau
bahkan kematian menjadi isu utama yang diusung oleh kelompok anti imunisasi ini. Peran seorang

ibu dalam program imunisasi sangat penting, sehingga pemahaman tentang imuunisasi sangat

diperlukan. Begitu juga dengan pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan orang tua.

Kurangnya sosialisasi dari petugas kesehatan menyebabkan masalah rendahnya pengertian,

pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi.

INTERVENSI (I)

Intervensi yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan observasi/

telaah dokumen buku KIA.

COMPARE

Penelitian ini tidak ada pembanding atau intevensi lain

OUTCOME

Hampir separuh responden yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, berpengetahuan

rendah, memiliki sikap negatif, mendapatkan pelayanan imunisasi yang baik, tidak mengalami

hambatan dalam memperoleh imunisasi, mempunyai motivasi dan informasi yang cukup tentang

imunisasi. Variabel yang tidak mempunyai hubungan bermakna dengan pemberian imunisasi

dasar lengkap adalah pendidikan orang tua, pekerjaan, pelayanan imunisasi dan hambatan orang

tua sedangkan variabel pengetahuan, sikap, motivasi orang tua dan informasi imunisasi tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di

Kecamtan Kuranji Kota Padang tahun 2015. Peneliti menyarankan kepada tenaga kesehatan

khususnya pemegang program imunisasi agar meningkatkan penyuluhan rutin kepada masyarakat

terutama ibu yang memiliki bayi baik secara individu ataupun kelompok. Penyuluhan secara

individu dapat dilaksanakan pada waktu kegiatan imunisasi, sedangkan penyuluhan kelompok
dapat dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Penyuluhan juga dapat dilakukan dengan cara penyebaran leaflet, pemasangan poster maupun

melalui media sosial. Materi penyuluhan yang dapat diberikan diantaranya adalah tentang arti

pentingnya imunisasi, efek smaping dari imunisasi serta kandunagn dari imunisasi yang diberikan

kepada bayi sehingga dapat mengubah anggapan negatif dari masyarakat tentang imunisasi . selain

itu tenaga kesehatan juga dapat melakukan pelatihan kader posyandu sehingga kader juga dapat

melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai