Y DENGAN HIPERTENSI
TAHUN 2019
DISUSUN OLEH :
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam
pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang
beredar keseluruh tubuh ini berfungsi untuk mengangkut oksigen dan sisa hasil
metabolisme. Tekanan darah normalnya bekisar antara 120 mmHg selama sistol dan 80
mmHg selama diastol. Namun pada beberapa keadaan terjadi tekanan darah yang
abnormal dan cenderung tinggi yang disebut dengan hipertensi. Hipertensi menjadi
salah satu penyebab kematian dini karena berkaitan dengan resiko penyakit
kardiovaskuler. Di Indonesia sendiri, prevalensi hipertensi cukup tinggi karena
berkaitan dengan pola hidup masyarakat Indonesia yang kurang baik seperti makan
makanan berlemak, jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang kaya
akan zat gizi, jarang berolahraga, merokok sejak usia dini, sering minum minuman
beralkohol, sering mengalami stres berat, ataupun penderita hipertensi yang tidak rutin
meminum obat. Hipertensi ini sering tidak menunjukkan gejala sehingga baru
diketahui setelah menyebabkan gangguan fungsi jantung atau stroke. Untuk itu perlu
adanya pencegahan dan penanganan yang cepat dan tepat untuk menurunkan angka
hipertensi tersebut.
RUMUSAN MASALAH
RSUD Prabumulih.
TUJUAN
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mengetahui tentang stroke serta asuhan keperawatan pada pasien
dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam
pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang beredar
ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta
zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi
sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan
tubuh (Lany, 2001). Tekanan di permulaan aorta dihasilkan oleh ventrikel kiri. Tekanan ini
bervariasi antara sekitar 120 mmHg selama sistol dan 80 mmHg selama diastole (Corwin,
2007).
Tekanan darah sistole merupakan tekanan darah yang terukur pada saat ventrikel
kiri jantung berkontraksi (sistole). Jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari
ruang jantung. Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua
bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Pada pemeriksaan fisik, bunyi
lup pertama yang terdengar adalah tekanan darah systole. Tekanan darah systole pada
orang normal rata-rata 120 mmHg (Ronny, 2008).
Tekanan darah diastole merupakan tekanan darah yang terjadi pada saat jantung
berelaksasi (diastole). Karena aliran darah masuk secara continue dari sistem vena ke
dalam atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik
tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini, katup AV terbuka, dan darah mengalir
langsung dari atrium ke dalam ventrikel selama diastole ventrikel. Akibatnya, volume
ventrikel perlahan-lahan meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir
diastol ventrikel, nodus SA mencapai ambang dan membentuk potensial aksi. Impuls
menyebar keseluruh atrium. Depolarisasi atrium menimbulkan kontraksi atrium,
yang memeras lebih banyak darah ke dalam ventrikel, sehingga terjadi peningkatan kurva
tekanan atrium. Peningkatan tekanan ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan
dengan peningkatan tekanan atrium disebabkan oleh penambahan volume darah ke
ventrikel oleh kontraksi atrium. Selam kontraksi atrium, tekanan atrium tetap sedikit lebih
tinggi daripada tekanan ventrikel, sehingga katup AV tetap terbuka.
Diastole ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Pada saat ini, kontraksi
atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel pada akhir diastole
dikenal sebagai volume diastolik akhir (end diastilic volume, EDV), yang besarnya sekitar
135 ml. Selama sikluus ini tidak ada lagi darah yang ditambahkan ke ventrikel. Dengan
demikian, volume diastolik akhir adalah jumlah darah maksimum yang akan dikandung
ventrikel selama siklus ini. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah diastole dapat
ditentukan melalui bunyi dup terakhir yang terdengar. Pada orang normal, rata-rata diastole
adalah 80 mmHg (Ronny, 2008).
Keterangan BP: rerata tekanan darah arteri, CO: curah jantung, TPR: resistensi
perifer total.
Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat vasokontriksi ateriol, jika arteriol
dalam suatu organ berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkontriksi untuk tetap menjaga
tekanan darah yang adekuat. Tekanan yang adekuat tersebut tidak hanya membantu darah
untuk terbawa ke organ yang bervasodilatasi, tapi juga ke otak yang tergantung pada
volume darah yang konstan. Oleh karena itu, walaupun organ-organ membutuhkan darah
secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu menjaga supaya tekanan darah tetap
konstan. Tekanan arteri rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di dalam
sistem sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon refleks multiple akan terinisiasi untuk
mengembalikan ke nilai normal.
2.2. Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. (Sylvia & Lorraine, 2002) Hipertensi dapat diklasifikasikan
berdasarkan tekanan sistole dan diastolenya. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO :
1. Genetik
Faktor genetik berperan penting dalam hipertensi primer, seorang anak yang
memiliki orang tua dengan riwayat hipertensi cenderung mempunyai tekana darah
yang tinggi. (Lawrence dkk, 2002)
2. Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan peningkatan usia.
3. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak diderita oleh laki laki pada masa muda dan paruh baya,
dan pada wanita Insidens lebih tinggi pada wanita dengan usai 65 tahun ketika
seorang wanita mengalami menopause
4. Gaya Hidup
Merokok dan perubahan pola asupan makanan juga berperan penting dalam
terjadinya hipertensi pada keluarga. Merokok dipandang sebagai faktor resikoko
tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteti koroner.
5. Stress
Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan
antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
1. Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah keareah otak yang diperdarahi
berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai
akibatnya terjadi hipertrofi ventrikl kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi
ini ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang
memburuk, dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui
dan terjadi dilatasi. Jantung akan semakin terancam seiring parahnya aterosklorsis
coroner. Angina pectoris juga dapat terjadi karena gabungan penyakit atrial coroner
yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan
massa miokard.
3. Gagal ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus , aliran darah ke unit fungsional
ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang
sering dijumpai pada hipertensi kronik.
4. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk pada percabangan
arteri yang ke arah ateri koronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada
arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara
permanen maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plaque atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus
yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan
sirkulasikolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang
berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.
Manajemen atau penangan yang tepat bagi penderita hipertensi sebagai berikut:
A. Terapi
1. Terapi Non Farmakologis
Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan pada perubahan
gaya hidup dan pengaturan diet.
a. Diet
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin, meningkatkan
konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium. Diet yang banyak
mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah lemak serta rendah lemak
jenuh (diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi
tambahan yang perlu dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hipertensi,
yaitu:
Kurangi berat badan jika berlebih
Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir (missal 24 oz
(720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau 0,5 oz
(15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat badan yang
lebih ringan
Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari dalam satu
minggu)
Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida)
Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira 90
mmol/hari)
Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet untuk
kesehatan secara umum
Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan
kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.
Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang diperbolehkan dan dihindarkan
untuk dikonsumsi diantaranya:
Sumber Bahan Makanan yang Makanan yang Harus
Makanan Diperbolehkan Dihindarkan
b. Olahraga
Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk olah raga secara
teratur dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti merokok untuk
mencegah kemungkinan komplikasi.
2. Terapi Obat
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan
darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang menjalani
terapi obat ini juga memiliki criteria tertentu, yakni:
Data Subyektif:
Data obyektif:
- Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
3. Integritas ego
Data Subyektif:
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan
4. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus ( ileus
paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
Data obyektif:
Data Subyektif:
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral ( sisi yang sama )
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku
(seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
8. Respirasi
Data Subyektif:
Tanda:
9. Keamanan
Data Obyektif:
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewaspadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
Data Obyektif:
Data Subjektif :
- Riwayat hipertensi keluarga, stroke
9. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
J. RENCANA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
dapat
mengekspresikan
perasaannya secara
verbal maupun nonverbal
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan 1 Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri
diri; tindakan keperawatan
2 Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
mandi,berpakaian, selama 3x 24 jam,
dalam makan, mandi, berpakaian dan toileting
makan, diharapkan kebutuhan
mandiri klien terpenuhi, 3 Berikan bantuan pada klien hingga klien
dengan kriteria hasil: sepenuhnya bisa mandiri
5
Klien dapat mandi de- Libatkan keluarga dalam pemenuhan
ngan bantuan orang lain kebutuhan perawatan diri klien
4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan 1 Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak
fisik b.d kerusakan tindakan keperawatan aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
neurovas-kuler selama 3x24 jam,
2 Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
diharapkan klien dapat
ekstrimitas yang parese / plegi dalam toleransi
melakukan pergerakan
nyeri
fisik dengan kriteria hasil
: 3 Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
mencegah atau mangurangi bengkak
Tidak terjadi
kontraktur otot dan 4 Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan
footdrop kemampuan klien
Pasien mampu
menggunakan sisi tubuh
yang tidak sakit untuk
kompensasi hilangnya
fungsi pada sisi yang
parese/plegi
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan 1 Beri penjelasan pada klien tentang: resiko
integritas kulit b.d tindakan perawatan adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
immobilisasi fisik selama 3 x 24 jam, tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi
diharapkan pasien luka tekan)
mampu mengetahui dan
2 Berikan masase sederhana
mengontrol resiko
dengan kriteria hasil : Ciptakan lingkungan yang nyaman
Mampu
menelan,mengunyah
tanpa terjadi aspirasi
7 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Monitor adanya akumulasi secret dan
tidak efektif tindakan keperawatan warnanya di jalan napas (ET dan mulut)
berhubungan dengan selama 3x 24 jam
b. Auskultasi suara napas klien
adanya akumulasi diharapkan jalan napas
secret di jalan napas klien dapat efektif c. Monitor status pernapasan klien
adekuat.
d. Monitor adanya suara gargling
Kriteria Hasil:
e. Lakukan positioning miring kanan dan kiri
Sekret di ET dan mulut
f. Pertahankan posisi head of bed (30-45⁰)
berkurang atau tidak ada,
RR dalam batas normal g. Lakukan suction sesuai indikasi
(16-24x/menit), Suara
Berikan nebulizer tiap 8 jam
ronkhi berkurang atau
hilang.
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama inisial klien : “Ny.Y”
2. Umur : 64 tahun
3. Alamat : Jalan Sunan mas,Kel. Patih gading Prabumulih Barat
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Agama : islam
6. Tanggal masuk RS : 12 Februari 2019
7. Tanggal Pengkajian : 12 Februari 2019
8. Nomor Rekam Medis : 14.14.22
9. Diagnosa Medis : Hipertensi
B. PENGKAJIAN UMUM
1. Keluhan utama klien masuk ICU:
Pasien masuk ICU dengan keadaan penurunan kesadaran, GCS: 6
4. DISABILITY
GCS :E1V1M4
Kesadaran : Sopor
Pupil : Miosis(pupil mengecil) / isokor (normal)
Reflek pupil : (+/+) ,ukuran : 2/2mm
Motorik : Hemiparese (lumpuh) / hemiplegi (kelemahan)
Kekuatan otot :
2. Tanda-tanda vital
12-2-2019
Palpasi
Ictus cordis teraba di intercosta 4-5 : Tidak
Perkusi
Redup (normal) : Ya/tidak
Auskultasi
Bising jantung : Ada/tidak
Bunyi S1 (lup) dan S2 (dup) : Ada/tidak,
reguler/irreguler
b. Pulmonal
Inspeksi
Retraksi (normalnya tidak ada) : Ya
Simetris kanan dan kiri : Ya
Ekspansi dada kanan dan kiri sama : Ya
Palpasi
Krepitasi (suara retakan tulang) : Tidak
Vocal fremitus kanan kiri sama : Ya/tidak
Perkusi
Sonor (normal) : Ya
Auskultasi
Wheezing/mengi : tidak
Ronchi : Ya
Vesikuler (normal) : Tidak
5. Abdomen
a. Inspeksi :
Datar/cembung : cembung
Bekas operasi : tidak ad
b. Auskultasi
Peristaltik : 12 x/menit
c. Palpasi:
Massa : tidak ada
Turgor kulit : Elastis
Nyeri tekan di lapang abdomen : tidak ada
d. Perkusi:
Timpani : Ada/ tidak
6. Ekstrimitas
a. Superior (atas):
Edema : tidak
Infus:
Terpasang : Di lengan dextra
Jenis infus : Cairan NaCl
Faktor tetesan : 20 tetes/menit
Nyeri di area tusukan infus : tidak
Nadi radialis (pergelangan tangan) : 125 x/menit
Palmar (telapak tangan) : kemerahan
Kekuatan otot : lemah
CRT (capilarry refill time) < 3 detik : tidak
Refleks fisiologis biseps/triseps : (+/+) / (-/-)
Refleks patologis : (+/+) / (-/-)
Deformitas (kelainan bentuk) : Tidak
Fraktur : Tidak
b. Inferior (bawah):
Edema : tidak
Akral (bagian kaki paling bawah) : Hangat
Kekuatan otot : lemah
Refleks patela : (+/+) / (-/-)
Refleks patologis : (+/+) / (-/-)
7. Sistem Integumen
Mukosa Capillary
Tanggal/jam Warna kulit Turgor Kelainan
bibir refill
8. Genetalia
Terpasang Kateter no.16
9. Sistem Persyarafan
Status mental
GCS E=1,M=4,V=1
Fungsi Intelektual
Daya piker
Status emosional
Tanggal 12-2-2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 12.5 gr/dl L:13-18 – P: 12-16
Leukosit 24.500 mm3 3200-10.000
Laju endap darah 4 mm/jam L: <15- P: < 20
Eosinofil 0.2 % 2-4
Basofil 0.2 % 0-2
Band 0 % 0-12
Segmen 82.1 % 36-73
Limfosit 9.5 % 15-45
Monosit 8.0 % 0-11
Hematokrit 33 % L:40-50 – P:35-45
Trombosit 413.000 Mm3 150.000- 390.000
MCV 76.3 FL 80-100
MCH 28.8 Pg/sel 28-34
MCHC 37.7 g/dl 32-36
Eritrosit 4.3 Juta sel/mm3 L:4.4-5.5- P:3.5-5.0
RDW-SD 35.6 FL 35-47
RDW-CV 13.4 % 11.5-14.5
KIMIA KLINIK
Natrium 112.4 mmol/l 135-148
Kalium 3.47 mmol/l 3.5-5.3
Clorida 74.4 mmol/l 96-107
Ureum 19 mg/dl 13-43
Creatinin 0.8 mg/dl L:0,67-1,17- P:0.51-
0.95
Gula Darah Sewaktu 198 mg/dl 70-140
Tanggal 14-2-2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Nilai Kritis
Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
Jumlah Leukosit 17.9 10^3/ul 4.4-10.8 LL<2 HH>50
Jumlah eritrosit 4.42 10^6/Ul 4.00-5.50
Hemoglobin 13.0 g/dL 10.8-15.6 LL<6.6
HH>19.9
Hematokrit 33.5 % 35.0-47.0 LL<21.0
HH>65.0
MCV 75.8 fL 80.0-100.0
MCH 29.4 Pg 26.0-34.0
MCHC 38.8 g/L 32.0-36.0
Jumlah Trombosit 424 10^3/ul 150-450 LL<20 HH>
1.000
HITUNG JENIS
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 3 % 2-4
Neutrofil 78 % 50-70
Limfosit 7 % 25-40
Monosit 12 % 2-8
Laju endap darah 5 mm/jam < 20
ELEKTROLIT
Natrium 118 mmol/L 135-148 LL<125
HH>152
Kalium 3.7 mmol/L 3.5-5.3 LL<2.5 HH>8.0
Clorida 87 mmol/L 98-107 LL<75 HH>125
ANALISA DATA
Kesadaran Sofor
GCS = E: 1, V: 4, M: 1
Tampak pupil miosis (2
mm), reaksi pupil (+/+) Edema/ TIK
Perubahan irama dan
frekuensi pernafasan
(meningkat / menurun),
RR: 35 x/ menit
Perubahan irama dan Iskemia- hipoksia
frekuensi nadi jaringan serebral
(meningkat/menurun),
Nadi : 125 x/ menit
Penggunaan otot
pernafasan tambahan
terdapat retraksi Gangguan Perfusi
intercosta Serebral
napas cepat dan dangkal
tampak menggunakan
OPA
terdengar bunyi gurgling (NANDA, Edisi 10.
terdengar bunyi secret 2015-2017 dan NOC
Edisi 5. 2013)
Keluarga pasien
mengatakan pasien
mengalami penurunan
kesadaran tiba-tiba saat Ruptur Pembuluh darah
duduk sebelumnya mulut serebral
kaku,bicara pelo,tangan
kaku, muntah tiba-tiba
dengan frekuensi 2x. Penambahan massa
Data Objektif
Kesadaran Sofor
GCS = E: 1, V: 4, M: 1
Tampak pupil miosis (2 Edema/ TIK Pada
mm), reaksi pupil (+/+) batang otak
Perubahan irama dan
frekuensi pernafasan
(meningkat / menurun),
RR: 35 x/ menit
Perubahan irama dan Oblongata tertekan
frekuensi nadi
(meningkat/menurun),
Nadi : 125 x/ menit
Penggunaan otot
pernafasan tambahan Pola Nafas tidak efektif
terdapat retraksi
intercosta
napas cepat dan dangkal
(NANDA, Edisi 10.
tampak menggunakan
2015-2017 dan NOC
OPA
terdengar bunyi gurgling Edisi 5. 2013)
terdengar bunyi secret
1. MASALAH KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi secret
di jalan napas
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan menelan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Monitorang neurologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, diharapkan suplai aliran1. Monitor ukuran, kesim
2. Monitor tingkat kesada
darah keotak lancar
3. Monitir tanda-tanda vi
4. Monitor keluhan nyeri
Kriteria Hasil: 5. Monitor respon klien t
6. Hindari aktivitas jika T
Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai 7. Observasi kondisi fisik
dengan hilang
Berfungsinya saraf dengan baik
Tanda-tanda vital stabil Terapi oksigen
Masalah
No Hari, Tgl/ Jam Implementasi
Keperawatan
1 Bersihan jalan Selasa, 12-02-2019 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Pukul : 06.0
TD : 165/90 mmhg
23.30 WIB S: -
napas tidak efektif Temp : 36oC
Denyut nadi : 90x/menit
berhubungan O:
RR : 20x/menit
2. Memonitor status pernapasan klien dan Kead
dengan adanya
Memonitor adanya suara gurgling GCS
akumulasi secret RR : 20x/ menit Ting
22.30 WIB Masih terdengar suara gurgling
TD :
di jalan napas 3. Mempertahankan posisi head of bed (30-45⁰)
Klien tidur dengan posisi head of bed 30⁰ Tem
22.45 WIB 4. Melakukan suction
Den
Melakukan suction melalui opa
OPA Terlepas RR
23.30 WIB
Pupi
Refl
03.00 WIB
Sekr
Tam
Satu
Mas
Mas
A: Tujuan
sebagia
P: Interve
2 Pola napas tidak Selasa, 12-02-2019 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Pukul : 06.0
5. TD : 155/80 mmhg
00.30 WIB S: -
efektif 6. Temp : 36oC
7. Denyut nadi : 90x/menit
berhubungan 8. RR : 30x/menit O:
2. Memberikan terapi O2
dengan Terpasang NRM 10 Liter Kead
3. Mendengarkan adanya kelainan suara GCS
hiperventilasi Ting
tambahan
22.00 WIB TD :
Tidak terdapat kelainan suara tambahan
4. Mempertahankan jalan nafas yang paten Tem
01.00 WIB Jalan nafas paten
5. Memonitor aliran oksigen, kanul oksigen dan Den
sistem humidifier RR
Aliran oksigen 10 L dengan
02.00 WIB Pupi
menggunakan NRM
6. Memberi penjelasan kepada klien/ keluarga Refl
00.30 WIB
tentang pentingnya pemberian oksigen Sekr
Keluarga mengerti penjelasan perawat Tam
tentang pentingnya pemberian oksigen
Satu
7. Memonitor saturasi oksigen
Saturasi oksigen : 98 % Mas
22.30 WIB
Mas
A: Tujuan
sebagia
00.30 WIB P: Interve
A: Tujuan
sebagia
P: Interve
Masalah
No Hari, Tgl/ Jam Implementasi
Keperawatan
1 Bersihan jalan Rabu, 13-02-2019 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Pukul : 13.0
08.30 WIB TD : 160/80 mmhg
napas tidak efektif Temp : 37,1oC S: -
Denyut nadi : 90x/menit
berhubungan O:
RR : 20x/menit
Memonitor status pernapasan klien dan Kead
dengan adanya
Memonitor adanya suara gurgling GCS
akumulasi secret RR : 20x/ menit Ting
09.30 WIB Tidak terdengar suara gurgling TD :
di jalan napas Mempertahankan posisi head of bed (30-45⁰)
Klien tidur dengan posisi head of bed 30⁰ Tem
Den
RR
08.20 WIB
Pupi
Refl
Sekr
Tam
Satu
Tida
Tida
A: Tujuan
sebagia
P: Interve
2 Pola napas tidak Rabu, 13-02-2019 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Pukul : 13.0
TD : 140/80 mmhg
11.00 WIB S: -
efektif Temp : 37oC
Denyut nadi : 90x/menit
berhubungan O:
RR : 18x/menit
2. Memberikan terapi O2 Kead
dengan Terpasang NRM 10 Liter GCS
3. Mendengarkan adanya kelainan suara
hiperventilasi Ting
08.00 WIB tambahan TD :
Tidak terdapat kelainan suara tambahan
4. Mempertahankan jalan nafas yang paten Tem
09.00 WIB Jalan nafas paten Den
5. Memonitor aliran oksigen, kanul oksigen dan
RR
sistem humidifier
Aliran oksigen 10 L dengan Pupi
08.00 WIB
menggunakan NRM Refl
6. Memonitor saturasi oksigen
Sekr
11.30 WIB Saturasi oksigen : 96 %
Tam
Satu
Tida
Tida
12.30 WIB
A: Tujuan
sebagia
P: Interve
3 Ketidakefektifan Rabu, 13-02-2019 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Pukul : 13.0
TD : 130/60 mmhg
12.00 WIB S: -
perfusi jaringan Temp : 37oC
Denyut nadi : 70x/menit
serebral O:
RR : 20x/menit
2. Memonitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan Kead
berhubungan
bentuk pupil GCS
dengan adanya Ukuran pupil 2 mm Ting
09.30 WIB Pupil isokor
TD :
perdarahan Reaksi pupil (+/+)
Bentuk pupil miosis Tem
intraserebral 3. Memonitor tingkat kesadaran klien
Den
GCS = E: 1, M: 4, V: 1
Tingka kesadaran : Sofor RR
Pupi
Refl
Sekr
09.30 WIB
Tam
Satu
Tida
Tida
A: Tujuan
sebagia
P: Interve
Masalah
No Hari, Tgl/ Jam Implementasi
Keperawatan
1 Bersihan jalan kamis, 14-02-2019 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Pukul : 13.0
08.30 WIB TD : 110/60 mmhg
napas tidak efektif Temp : 36,8oC S: -
Denyut nadi : 80x/menit
berhubungan O:
RR : 20x/menit
Memonitor status pernapasan klien dan Kead
dengan adanya
Memonitor adanya suara gurgling GCS
akumulasi secret RR : 20x/ menit Ting
09.30 WIB Tidak terdengar suara gurgling Men
di jalan napas Mempertahankan posisi head of bed (30-45⁰)
Klien tidur dengan posisi head of bed 30⁰ TD :
Tem
Den
08.20 WIB
RR
Pupi
Refl
Sekr
Tam
3L
Satu
Tida
A: Tujuan
sebagia
P: Interve
2 Pola napas tidak Kamis, 13-02-2019 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Pukul : 13.0
TD : 100/60 mmhg
11.00 WIB S: -
efektif Temp : 36,8oC
Denyut nadi : 80x/menit
berhubungan O:
RR : 20x/menit
2. Memberikan terapi O2 Kead
dengan
hiperventilasi Terpasang binasal 3 Liter GCS
08.00 WIB 3. Mendengarkan adanya kelainan suara Ting
tambahan men
Tidak terdapat kelainan suara tambahan
09.00 WIB TD :
4. Mempertahankan jalan nafas yang paten
Jalan nafas paten Tem
5. Memonitor aliran oksigen, kanul oksigen dan
Den
sistem humidifier
08.00 WIB Aliran oksigen 3 L dengan menggunakan RR
binasal Pupi
11.30 WIB 6. Memonitor saturasi oksigen Refl
Saturasi oksigen : 98 %
Sekr
Tam
3L
12.30 WIB
Satu
Tida
A: Tujuan
sebagia
P: Interve
3 Ketidakefektifan Kamis, 14-02-2019 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Pukul : 13.0
TD : 100/60 mmhg
12.00 WIB S: -
perfusi jaringan Temp : 36,8oC
Denyut nadi : 70x/menit
serebral O:
RR : 20x/menit
2. Memonitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan Kead
berhubungan
bentuk pupil GCS
dengan adanya Ukuran pupil 2 mm Ting
09.30 WIB Pupil isokor men
perdarahan Reaksi pupil (+/+)
Bentuk pupil miosis TD :
intraserebral 3. Memonitor tingkat kesadaran klien
Tem
GCS = E: 3, M: 5, V: 2
Tingkat Kesadaran : Somnolent Den
RR
Pupi
09.30 WIB
Refl
Sekr
Tam
3L
Satu
Tida
A: Tujuan
sebagia
P: Interve
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan gangguan tekanan darah yaitu peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi menjadi salah
satu penyebab kematian dini karena berkaitan dengan resiko penyakit kardiovaskuler.
Hipertensi berkaitan dengan pola hidup yang kurang baik seperti makan makanan berlemak,
jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang kaya akan zat gizi, jarang
berolahraga, merokok sejak usia dini, sering minum minuman beralkohol, sering mengalami
stres berat, ataupun penderita hipertensi yang tidak rutin meminum obat. Hipertensi juga
dapat menyebabkan komplikasi penyakit lain seperti stroke, penyakit jantung, gagal ginjal,
dan penyakit arteri koronaria. Bedasarkan hal-hal tersebut sangat diperlukan asuhan
keperawatan yang tepat untuk para penderita hipertensi. Dan juga penatalaksanaanya meliputi
terapi medis maupun non medis.
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan untuk penulis maupun para
pembacanya.
Kritik dan masukan yang membangun dari pembimbing juga sangat diharapkan agar
makalah ini dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003). Keperawatan Medikal Bedah dengan Ganguan Sistem
Pernapsan. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC
Ganong W.F. (2008). Fisiologi Kedokteran 22nd Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lumenta, Noco A, dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya:
Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Price & Lorraine. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Vol 1. Jakarta :
EGC
Sandjaja, Atmarita. 2009. Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Soenardi, T., Soetardjo, S. 2005. Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi. Jakarta:
Gramedia.