Anda di halaman 1dari 20

HAKIKAT DAN KONSEP-KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN,

BELAJAR, DAN PEMBELAJARAN, SERTA FAKTOR-FAKTOR


YANG MEMPENGARUHINY
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya guru adalah pembimbing atau pemimpin siswa dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan kepribadiannya dalam dan dengan proses belajar. Pantas sekali jika orang
ingin mempelajari psikologi pendidikan, telah mempelajari lebih dahulu ilmu pendidikan dan
psikologi secara umum dan bidang studi yang emnjadi spesialisasinya. Sehingga dengan
demikian psikologi pendidikan dapat dipandang suatu professional. Tetapi tidak boleh
diartikan, bahwa penguasaan psikologi pendidikan lalu menjadi satu-satunya syarat mutlak
agar guru pandai mengajar, tidak demikianlah maksudnya.
Tingkat perkembangan anak dan karakteristiknya adalah faktor-faktor esensial yang harus
diketahui oleh guru yang ingin sukses (guru yang berhasil). Bila guru tidak tahu atau tidak
memiliki ilmu tingkah laku bagaimana ia dapat mengharapnya bahwa ia akan dapat akan
berhasil dalam mengubah tingkah laku yang diharapkan pada anak-anak. Kita dapat
memahami ini secara analogis. Misalnya, untuk menjadi dokter orang sukses, seseorang harus
memiliki pengetahuan profesional dan skill sebagaimana pengetahuan tentang hakikat pasien
yang ingin diobati. (tahu penyakitnya). Sejalan dengan ini, orang yang ingin jadi guru yang
sukses, ia harus tahu tentang ilmu tingkah laku.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian, ruang lingkup, dan kegunaan psikologi pendidikan?
2. Apakah pengetian belajar dan pembelajaran?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
C. Tujuan Penulisan
Adapun dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, ruang lingkup, dan kegunaan psikologi pendidikan?
2. Untuk mengetahui pengetian belajar dan pembelajaran?
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
BAB II
HAKIKAT DAN KONSEP-KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN, BELAJAR,
DAN PEMBELAJARAN, SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Report this ad
A. Psikologi Pendidikan
1. Pengertian Psikologi Pendidikan
Dalam bahasa Indonesia, apabila “direcah”, kata psikologi merupakan gabungan dari dua
kata, yaitu “psiko” dan “logi”. Psiko berasal dari kata psyche dan logi berasal dari kata logos.
Psyche berarti jiwa, sedangkan logos berarti ilmu. Pemaknaan secara bahasa memberikan
pemahaman bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu yang bersifat
abstrak, yaitu jiwa. Padahal, salah satu syarat ilmu adalah memiliki objek yang bisa diamati
secara jelas (nyata). Apabila diukur dengan salah satu syarat tersebut, dengan objeknya yang
abstrak dalam hal ini jiwa manusia tidak “tepat” bila psikologi dinyatakan sebagai ilmu. Jiwa
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidakj bisa diamati secara langsung. Yang
mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri, yaitu perilaku
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sehubungan dengan itu, psikologi harus
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Makna dari tingkah perilaku dalam pengertian psikologi di atas adalah segala kegiatan
manusia yang tampak maupun tidak, disadari maupun tidak. Termasuk dalam pengertian
perilaku di atas adalah cara berbicara, berjalan, berfikir, mengingat, cara melakukan sesuatu,
cara bereaksi terhadap sesuatu yang datang dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya.
Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Namun menurut Gerungan (1991), ilmu jiwa
berbeda dengan psikologi dalam dua hal:
a. Ilmu jiwa adalah istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang dikenal dan digunakan secara
luas, sedangkan psikologi merupakan istilah scientific
b. Ilmu jjiwa mengandung arti yang lebih luas dari psikologi. Ilmu jiwa meliputi semua
pikiran, pengetahuan, tanggapan, juga hayalan dan spekulasi tentang jiwa, sedang psikologi
hanya meliputi ilmu pengetahuan tentang jiwa yang berdasakan pada kaidah-kaidah ilmiah.
Dalam perkembangan selanjutnya, karena kontak dengan berbagai disiplin ilmu, maka
lahirlah bermacam-macam definisi psikologi yang satu sama lain berbeda, seperti berikut.
1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life).
2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind).
3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior).
Menurut Crow and Crow, psichology is the study of human behavior and human relationship.
Dari batasan tersebut di atas jelas bahwa yang dipelajari oleh psikologi adalah tingkah laku
manusia, Yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik yang berupa manusia lain
(human relationship) maupun yang bukan manusia seperti hewan, iklim, kebudayaan, dan
sebagainya. Jelaslah bahwa Psikologi tidak hanya berhubungan dengan tingkah laku manusia
saja. Ahli-ahli psikologi menyelidiki tingkah laku hewan seperti simpanse, anjing, tikus,
serangga, dan sebagainya dalam hubungan dengan tingkah laku manusia yang ingin dipahami
dari aspek kehidupan mental dan semua perilakunya.
Beberapa definisi tentang psikologi yang dikemukakan oleh para ahli antara lain adalah:
a. Wilhem Wundt (dalam Davidoff, 1981) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang
kesadaran manusia (the science of human consciousness). Definisi ini tampaknya sangat
membatasi ruang lingkup psikologi karena hal-hal yang tidak disadari seperti tidur dan mimpi
dianggap bukan sebagai bidang kajiannya.
b. Woodworth dan Marquis (1957) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang
aktivitas-aktivitas individu, mencangkup aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional.
Definisi ini lebih bersifat praktis, Karena langsung mengarah pada aktivitas-aktivitas konkret
yang dilakukan manusia sebagai manifestasi kejiwaannya.
c. Branca (1965) dalam bukunya yang brjudul psychology the Science of Behaviour,
mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang perilaku. Dalam hal ini, Branca memberikan
definisi yang menunjukkan secara jelas bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari
perilaku, hanya saja tidak dikemukakan apakah perilaku manusia saja ataukah perilaku hewan
juga dipelajari.
d. Sartini, dkk (1967) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku
manusia. Definisi ini menjelaskan bahwa perilaku yang dipelajari adalah perilaku manusia.
e. Knight dan Knight (1981) menyatakan bahwa psikologi dapat didefinisikan sebagai studi
sistematis tentang pengalaman dan perilaku manusia dan hewan, normal dan abnormal,
individu dan sosial. Dalam definisi ini dijelaskan bahwa perilaku yang dipelajari tidak hanya
dibatasi pada perilaku manusia, melainkan juga meliputi perilaku hewan.
f. Morgan, dkk (1986) menyatakan psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan
hewan, namun penerapan ilmu tersebut pada manusia (the science of human and animal
behavior; it includes the application ot this science to human problems). Definisi ini
menjelaskan bahwa hasil penelitian tentang perilaku hewan pada alkhirnya adalah digunakan
untuk kepentingan memahami perilaku manusia.
Jadi, pada hakikatnya, bidang kajian psikologi banyak menyentuh bidang kehidupan diri
organisme, baik manusia maupun hewan. Penyelidikan dilakukan mengenai bagaimana dan
mengapa organisme¬-organisme itu melakukan apa yang mereka lakukan. Namun lebih
khusus, psikologi lebih banyak dikaitkan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha
memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga
memahami bagaimana manusia berpikir dan berperasaan.

Setelah dijelaskan pengertian psikologi, juga perlu dijelaskan pengertian pendidikan. Dari
kedua pengertian tersebut digabungkan menjadi pengertian psikologi pendidikan.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan segala
lingkungan dan sepanjang hayat. Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha
yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Pendidikan merupakan kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya


peserta didik (sisiwa), pendidik, administrator, masyarakat, dan orang tua. Oleh karena itu,
agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien, setiap orang yang terlibat di
dalamnya harus memahami perilaku individu yang terkait. Guru dalam menjalankan
perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih para pesrta didik, dituntut memahami
berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugas dan
perannya secara efektif, serta dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tjuan
pendidikan. Dalam hal ini, psikologi pendidikan menjadi hal penting bagi para
guru.penguasaan guru tentang psikologi pendidika merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang mesti melekat padanya.

Mengenai hubungan psikologi dengan pendidikan dapat ditelusuri dari arti dari dua ilmu
tersebut. Secara singkat dapat dikemukakan, bahwa:

a. Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku. Tingkah laku berarti aktivitas organisme
(manusia) yang dapat diamati dan diukur secara objektif
b. Pendidikan dalam arti sempit, adalah pengubahan tingkah laku individu (anak) dalam
lingkungan yang dikontrol. Membentuk tingkah laku atau membawa perubahan tingkah laku
memerlukan studi tentang tingkah laku tersebut.
Menurut Witherington, psikologi adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-
faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Muhibbin Syah (2002) menyatakan
bahwa psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah
psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Definisi yang diterima paling luas menurut
Elliot, dkk (1996) adalah bahwa psikologi pendidikan merupakan aplikasi psikologi yang
mempelajari perkembangan, belajar, motivasi, pembelajaran, dan isu-isu lain yang berkaitan
yang timbul dalam setting pendidikan.
Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi pendidikan
adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan
pembelajaran dalam limgkungan pendidikan. Psikologi pendidikan adalah bidang yang sangat
luas.
Dengan rumusan lain, psikologi pendidikan adalah penerapan disiplin dari dua ilmu yang
berbeda, yakni pendidikan dan psikologi. Ia merupakan ilmu yang menstudi tingkah laku
manusia untuk memahami, meramalkan, dan mengarahkan dengan pendidikan untuk
mencapai tujuan hidup.
Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi. Barlow (1985) mendefinisikan
psikologi pendidikan sebagai sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang
menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu dalam pelaksanaan tugas seorang
guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif. Glover dan Ronning (dalam Elliot,
1996) menyatakan bahwa psikologi pendidikan mencangkup topik-topik yang berkisar pada
perekmbangan manusia, perbedaan individual, pengukuran, belajar, motivasi, dan pandangan
humanistic, baik yang didsarkan pada data empiris maupun teori.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai ilmu karena di dalamnya telah terpenuhi
persyaratan suatu ilmu, yaitu adanya aspek ontologi, epistemology, dan aksiologi. Aspek
ontologi adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsunng mapun tidak langsung
seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat. Aspek
epistemologis adalah teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil–dalil yang
dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi. Adapun aspek aksiologi atau
manfaat psikologi pendidikan erkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses
pendidikan.
Chauhan dalam Ki RBS. Fudyartanto (2002) mendefinisikan babhwa. “Ecational Psychology
is the application of psychological findings in the field of education”. Artinya, psikologi
pendidikan adalah aplikasi (pengetrapan) penemuan-penemuan psikologi dalam bidang
pendidikan. Selanjutnya Chauhan menjelaskan, bahwa psikologi pendidikan adalah studi
yang sistematis mengenai perkembangan individu dalam (setting) pentas pendidikan.
Psikologi pendidikan itu membantu para guru untuk memajukan perkembangan yang
harmonis para siswa menjadi warga Negara yang dapat responsif dan berpartisipasi, manusia
yang sensitif dan reflektif, sebagai orang yang produkti dan kreatif.
Menurut Nyayu Khodijah psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang khusus
mempelajari tentang persoalan-persoalan psikologis yang terjadi dalam setting pendidikan.
Athur (1998) menganggap psikologi pedidikan sebagai sub disiplin psikologi terapan. Dalam
pandangannya, psikologi pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang berkaitan dengan
masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal:
a. Penerapan prinsip-prinsip belajar,
b. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum,
c. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan,
d. Sosialisasi proses-proses dan inetraksi proses tersebut dengan pendayagunaan ranah
kognitif, dan
e. Penylenggaraan pendidikan keguruan
Definisi psikologi pendidikan dari sarjana-sarjana lain, misalnya:
a. H.C. Whiterington, psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis mengenai proses dan
faktor –faktor kejiwaan yang bersangkut paut dengan pendidikan,
b. Edwin Ray Guthrie, psikologi pendidikan adalah penggunaan prinsip-prinsip kejiwaan
untuk memecahkan segala macam problem pendidikan,
c. W.S. Winkel, psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi praktis yang mempelajari
prasyarat-prasyarat bagi belajar di sekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua
perkembangan anak,.
d. Crow dan Crow, psikologi pendidikan adalah aplikasi prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi
tingkah laku manusia yang mempengaruhi proses belajar-mengajar,
e. B.F. Skinner, psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang membahas masalah
belajar dan mengajar.
Iskandar menyatakan bahwa psikologi pendidikan adalah suatu kajian yang ilmiah yang
(rasional, sistematis, dan empiris) yang berfokus kepada kajian masalh-masalah psikologis
dalam kelompok maupun social dalam pelaksanaan proses pengajaran dan pembelajran
(interaksi pendidik dengan peserta didik), dan stakeholders dalam dunia pendidikan.
Psikologi pendidikan dapat dimaknai sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus
mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan atau targetnya
adalah menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan
pendidikan, melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas prosesnya.
2. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan akan membicarakan masalah-masalah yang tidak dibicarakan secara
tuntas baik di dalam spikologi maupun di dalam ilmu pendidikan, misalnya masalah penilaian
hasil belajar, diagnose kesulitan hasil belajar, metode belajar dan periode-periode
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ruang lingkup psikologi pendidikan cukup luas. Smith (dalam Suryabrata, 2006)
menggolongkannya menjadi 16 macam:
a. The science of educational psychology
b. Heredity
c. Physical structure
d. Growth
e. Behavior processes
f. Nature and scope of larning
g. Factors that condition learning
h. Law and theories of learning
i. Measurement: basic principle and definitions
j. Transfer of training: subject matter
k. Practical aspect of measurement
l. Element of statistics
m. Mental hygiene
n. Character education
o. Psychology of secondary school subject
p. Psychology of elementar yschool subject.
Secara terbatas, menurut Barlow (1885), ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi:
a. Context of teaching and learning (situasi atau tempat yang berhubungan dengan mengajar
dan belajar)
b. Process of teaching and learning (proses atau tahapan-tahapan dalam belajar dan mengajar)
c. Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajardan
belajar).
Menurut Ki RBS. Fudyartanto, ruang lingkup psikologi pendidikan dibagi menjadi lima
bagian besar, yakni sebagai berikut di bawah ini:
a. Tinjaun mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak,
b. Dasar dan potensi anak didik,
c. Proses dan teori belajar,
d. Evaluasi potensi dan hasil belajar, dan
e. Membina kesehatan mental dan fisik siswa.
Psikologi pendidikan merupakan sebuah disiplin ilmu psikologi khusus yang mempelajari
atau membahas tentang fenomena-fenomena perilaku manusia yang terlibat dalam dunia
pendidikan. Masalah yang sentral dalam psikologi pendidikan adalah masalah belajar dan
mengajar sebagai operasional dalam usaha pendidikan. Proses pendidikan (pengajaran dan
pembelajaran) merupakan pelayanan yang sudah dirancang secara khusus bagi peserta didik,
yang menyangkut berbagai komponen, seperti interaksi pendidik dengan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai, materi yang diberikan, metode, infrastruktur, dan lingkungan pendidikan
(stakeholder).
3. Kegunaan Psikologi Pendidikan
Sebagai sebuah ilmu, tujuan psikologi pendidikan adalah memberi kita pengetahuan riset
yang dapat secara efektif diaplikasikan untuk situasi mengajar. Tetapi pengajaran kita tetap
merupakan sebuah seni mengajar. Selain hal-hal yang bisa kita pelajari dari riset, kita juga
akan terus menerus membuat penilaian penting di kelas berdasarkan keahlian dan
pengalaman pribadi kita, dan juga berdasarkan saran bijak guru-guru lain yang lebih
berpengalaman.
Upaya menciptakan proses pembelajaran yang bermutu dan berhasil, dapat dilakukan dengan
mewujudkan perilaku psikologis proses pengajaran dan pembelajaran antara (pendidik dan
peserta didik) dapat berjalan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pernyataan ini, menunjukkan bahwa pengetahuan psikologi pendidikan mempunyai peranan
yang sangat penting bagi guru (pendidik) dalam melaksanakan pengajaran dan bagi peserta
didik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Di dalam proses pengajaran dan
pembelajaran terjadi proses (interaksi) antara pendidik dengan peserta didik, dalam interaksi
ini terdapat peristiwa psikologis yang dijadikan rambu-rambu oleh para pendidik dalam
memperlakukan peserta didik secara efektif dan efesien. Para tenaga pendidik dituntut untuk
memahami dan menguasai teori dan aplikasi psikologi pendidikan agar mereka melaksanakan
pengajaran dalam proses pendidikan secara berdayaguna dan berhasilguna. Pengetahuan
tentang psikologi yang berhubungan dengan pendidikan merupakan suatu keharusan yang
mutlak yang perlu dikuasai oleh pendidik, peserta didik, akademisi pendidikan, peneliti
pendidikan maupun (Stakeholders) pendidikan dalam melaksanakan tujuan pendidikan.
Kegunaan psikologi pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Mencapai pendidikan yang efektif
Apabila siswa anda tidak memahami materi pelajaran anda, proses pendidikan yang anda
lakukan tidak efektif. Bila pola penyampaian pengajaran anda menjengkelkan dan
membosankan siswa, pendidikan yang anda lakukan tidak efektif. Bila tidak mampu
mempengaruhi siswa anda untuk bergerak, anda tidak berhasil melakukan proses pendidikan
yang efektif. Apabila semakin sering anda masuk kelas, semakin menjadikan siswa anda jauh
dari anda, yakinkan oleh anda bahwa proses pendidikam anda tidak efektif. Untuk
menghindari kegagalan dalam membangun pendidikan yang efektif, anda harus memahami
psikologi pendidikan.
b. Menumbuhkan pengertian yang tepat
Anda seorang pendidik? Tidak diragukan lagi anda sangat berharap agar informasi yang
disampaikan dapat dicerna dengan baik oleh siswa. Anda sangat mengahrap siswa memahami
rumus dan konsep-konsep yang anda sampaikan. Untuk menumbuhkan pengertian yang tepat
pada siswa, anda harus mempelajari dan memahami psikologi pendidikan.
c. Menimbulkan rasa senang dalam belajar
Tidak semua pola pendidikan dapat diterapkan untuk semua umur peserta didik. Apakah anda
seorang guru taman kanak-kanak? Kalau ya, anda tidak mungkin mengajarkan cara berhitung
kepada siswa TK seperti anda mengajarkannya kepada siswa sekolah menengah atas. Pola
pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan siswa merupakan upaya yang sangat
tepat dalam membangun pendidikan yang menyenangkan . untuk menimbulkan rasa senang
pada para siswa, anda harus memahami psikologi pendidikan. Penggunaan piranti-piranti
belajar di taman kanak-kanak, seperti tempat bermain, merupakan bentuk nyata penerapan
konsep psikologi pendidikan.
d. Mempengaruhi sikap siswa
Tujuan anda sebagai pendidik yang ikhlas dna jujur dalam melakukan proses pendidikan
adalah memenagruhi siswa. Sebagai guru pelajaran agama, anda ingin membangkitkan sikap
beragaman para siswa agar lebih baik, berakhlak baik, dna beribadah lebih rajin. Sebagai
guru PPKN, anda pasti ingin menumbuhkan sikap bernegara yang baik pada para siswa, setia
pada pancasila, dan berbakti pada Negara. Untuk hal ini, anda perlu memahami psikologi
pendidikan.
Secara praktis, psikologi pendidikan berguna bagi para guru untuk beberapa hal berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan,
guru dapat memahami perubahan perilku siswa secara lebih tepat
b. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi
pendidikan yang memadai, guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang
tepat dan sesuai. Ia akan mamou mengkaitkannya dengan karakteristik dan keunikan
individu, jenis belajar, dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami
peserta didiknya.
c. Memberikan bimbingan atau konseling. Tugas dan peran guru, disamping melaksanakan
pembelajaran, adalah membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan,
guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar dalam memecahkan
problem para siswanya.
d. Memfasilitasi dan memotivasi belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat memfasilitasi
guru dalam mengembangkan ppotensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan, dan
minat. Selain itu guru dapat memotivasi sswa atau memberikan dorongan untuk melakukan
perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar.
e. Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektifitas pembelajaran membutuhkan adanya
iklim belajar yang kondusif. Psikologi pendidikan dapat mendorong guru untuk mampu
menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
f. Berinteraksi secara tepat dengan siswa. Psikologi pendidikan dapat mendorong guru untuk
melakukan interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati, dan menyenangkan.
g. Menilai hasil pembelajaran yanga adil. Psikologi pendidikan dapat membantu guru
mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian, maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan
psikologisnya diharapkan dapat:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat,
b. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan peserta didik,
c. Memilih alat bantu dan media pembelajaran yang tepat,
d. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling kepada peserta didik,
e. Memotivasi belajar peserta didik,
f. Menciptakan iklim belajar yang kondusif,
g. Berinteraksi dengan peserta didik secara baik dan disenangi, dan
h. Menilai hasil belajar peserta didik.
Pandangan psikologis memposisikan pendidik (guru dan dosen) sebagai pakar bidang
psikologi pendidikan, seorang guru dan dosen (pendidik) harus memahami dan menguasai
secara teoritis dan praktis psikologi pendidikan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Pendidik harus mempunyai kemampuan untuk menciptakan suasana hubungan
antar manusia (human relations), khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan.
Di antara tugas-tugas pendidikan dan psikologi terdapat titik temu, yaitu pada perubahan
perilaku manusia dari satu taraf perkembangan ke taraf perkembangan berikutnya, sedang
psikologi menyediakan jalan bagi upaya perubahan perilaku tersebut. Dengan demikian
psikologi pendidikan perlu dipelajari oleh semua pendidik, terutama para calon guru, dalam
upaya mempersiapkan diri guna memberikan perlakuan pendidikan dan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
B. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.
Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman
sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan alam diistilahkan
dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan
pengetahuan, (knowledge), atau a body of knowledge. defenisi ini merupakan defenisi umum
dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah
terserak di alam. Tinggal bagaimana peserta didik atau pembelajar berekplorasi, menggali
dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut Hilgard (1962), belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau
berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama-sama dengan
marquis, HIlgard memperbarui defenisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan
proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan
lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri.
Ada beberapa pengertian belajar ditinjau dari beberapa sumber, diantaranya, Skinner (1973)
mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar
merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. C. T. Morgan (1962)
mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
Pengertian balajar dapat pula kita temukan dalam berbagai sumber atau literatur. Meskipun
kita melihat ada perbedaan-perbedaan di dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari
masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya. Burton,
dalam sebuah buku “the Guidence of Learning Aktivities”, merumuskan pengertian belajar
sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam buku “Educational Psycology”, H.C. witherington, mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian atau suatu pengertian. Dalam
sebuah situs tentang pengertian belajar, Abdillah (2002) mendefenisikan sejumlah pengertian
belajar yang bersumber dari para ahli pendidikan/pembelajaran. James O. Whittaker
mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam kesimpulan
yang dikemukakan Abdillah (2002), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan
tertentu.
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
dapat terjadi melalui usaha mendengar, membaca mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau
latihan. Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut relatif tetap dan bukan
hanya perubahan yang bersifat sementara. Tingkah laku mengalami perubahan menyangkut
semua aspek kepribadian, baik perubahan pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya.
Menurut ibnu Khaldum dalam (Sulaiman, Fathiyyah Hasan, 1991) belajar merupakan suatu
proses mentransformasikan nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk dapat
mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat.
Belajar adalah suatu proses penambahan bagian demi bagian informasi baru tehadap
informasi yang telah mereka ketahui dan kuasai sebelumnya.
Menurut Kunandar, hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan
(tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi
karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar selalu melibatkan 3 hal pokok yaitu: (1)
adanya perubahan tingkah laku, (2) sifat perubahan relatif permanen, (3) perubahan tersebut
disebabkan oleh interaksi denga lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun
perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya. Oleh karena itu, pada prinsipnya
belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa
dengan sumber-sumber belajar, baik sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan.
Proses belajar tidak saja terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru. hasil
belajar yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber-
sumber belajar lainnya.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik.
Belajar adalah peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks,
kompleksitas tersebut dapat dipandang dari dua segi yaitu, dari segi siswa dan guru. dari segi
siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam
menghadapi bahan belajar, bahan tersebut berupa alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia,
dan bahan yang telah terhimpun dalam buku pelajaran. Sedangkan dari guru belajar dapat
dilihat sebagai perilaku belajar tentang suatu hal.
Menurut john Dewey (2001), tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat
bagi siswa, sedangkan tugas guru adalah membantu siswa menjalin pengalaman belajar yang
satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang lama. Pengalaman belajar baru
melalui pegalaman belajar yang lama akan melekat pada struktur kognitif siswa dan menjadi
pengetahuan baru bagi siswa.
Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian. Belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas
tertentu.
Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu prubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Dari berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan sebagainya.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Defenisi tersebut menunjukkan bahwa hasil dari belajar adalah ditandai
dengan adanya perubahan, yaitu perubahan yang terjadi dalam diri sesorang setelah
berkahirnya melakukan aktifitas tertentu. Walaupun kenyataannya tidak semua perubahan
termasuk kategori belajar. Misalnya, kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat
yang jatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil dari belajar.
Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar
harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau
penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Ketika seorang
anak mendapatkan hasil tes yang bagus tidak bisa dikatakan sebagai belajar apabila hasil
tesnya didapatkan dengan cara yang tidak benar, misalnya hasil mencontek.
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil dan tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Proses belajar ialah suatu perubahan yang reralatif tetap dalam penguasaan tingkah laku yang
terjadi sebagai hasil pengalaman. Hal ini akan berarti, bahwa hanya dapat dikatakan ada
proses belajar bila seseorang menunjukkan tingkah laku yang tidak sama dengan sebelum
proses belajar. Yakni, bahwa tingkah laku sesudah terjadi proses belajar secara kualitatif
lebih baik daripada sebelumnya.
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dalam segala aspek, bentuk
dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh pendidik. Kekeliruan atau ketidaklengkapan
persepsi mereka tehadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan
mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik.
4. Pengertian Pembelajaran
Banyak defenisi para ahli berkaitan dengan pembelajaran, diantaranya adalah: Winkel (1991),
mengartikan pembelajaran sebagai perangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung
proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian internal yang
berlangsung di dalam diri peserta didik. Dimyati dan Mujiyono, (1999) mengartikan
pembelajaran sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian
lain, pembelajarana adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber
belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori
belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru untuk membentuk tingkah laku
yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif
mendefenisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Adapun humanistik
mendeskripsikan pembelajaran sebagai pemberian kebebasan kepada siswa untuk memilih
bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempenfaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga
lainnya, misalnya tenaga laboraturium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur,
fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas, dan perlengkapan, terdiri dari
ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Proses pembelajaran adalah suatu proses yang terdiri dari dua kombinasi yaitu: belajar yang
tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa, dan mengajar berorientasi kepada apa yang
harus dilakukan oleh guru sebgai pemberi pembelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi
secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa
disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain proses pembelajaran adalah pada
hakikatnya merupakan proses interaksi atau komunikasi antara peserta didik dengan pendidik
serta antara sesama peserta didik dalam rangka perubahan sikap dan tingkah laku.
Di dalam pembelajaran terdapat dua proses kegitaan yaitu belajar dan mengajar. Istilah kedua
konsep itu terdapat hubungan yang erat, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya,
bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruh-mempengaruhi dan saling menunjang satu
dengan yang lainnya. Belajar merupakan sesuatu yang dilakukan oleh peserta didik dalam
menerima informasi dari pendidik. Peserta didik adalah sebagai objek atau sasaran
pembelajaran yang mutlak adanya. Jika tidak ada peserta didik atau objek, siapa yang
diajarkan. Sedangkan mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik. Karena itu, belajar dan mengajar
merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu dalam konsep pembelajaran.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut
1. Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri pelajar adalah:
a. Faktor-faktor nonsosial dalam belajar
Faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah lingkungan alamiah. Kelompok faktor-
faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara,
suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergedungannya),
alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga,
dan sebagainya yang bisa kita sebut alat-alat pelajaran).
Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga faktor-faktor lain yang belum
disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan)
proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus
memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau
jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam
ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin
diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis dan
paedagogis.
b. Faktor-faktor sosial dalam belajar
Yang dimaksud dengan faktor-faktor social di sini adalah faktor manusia (sesama manusia),
baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung
hadir. Kehadiran orang-orang atau orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak
kali mengganggu belajar itu. Misalnya, kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu
terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas, atau seseorang sedang
belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik ke luar masuk kamar belajar itu, dan
sebagainya. Kecuali kehadiran yang langsung seperti yang telah dikemukakan di atas itu,
mungkin juga oarng lain itu hadir tidak langsung anatau dapat disimpulkan kehadirannya,
misalnya saja potret dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang, suara nyanyian
yang sedang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan presentasi
bagi kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan di atas pada
umumnya bersifat mengangggu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. Biasanya faktor-
faktor tersebut mengganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditujukan kepada
hal-hal yang dipelajari atau aktivitas belajar itu semata-mata. Dengan berbagai cara faktor-
faktor tersebut harus diatur, supaya belajar dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya.
Menurut Djaali faktor dari luar diri adalah:
a. Keluarga
Situasi keluarga (ayah, ibu, saudara, adik, kakak, serta famili) sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman,
persentase hubungan orang tua, perkataan, dan bimbingan orang tua, mempengaruhi
pencapaian hasil belajar anak.

b. Sekolah
Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat instumen pendidikan, lingkungan sekolah,
dan rasio guru dan murid per kelas (40-50 peserta didik, mempengaruhi kegiatan belajar
siswa.
c. Masyarakat
Apabila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri atas orang-orang yang
berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini
akan medorong anak lebh giat belajar.
d. Lingkungan sekitar
Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim dapat mempengaruhi
pencapaian tujuan belajar, sebaliknya tempat-tempat dengan iklim yang sejuk, dapat
menunjang proses belajar.
2. Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar
a. Faktor-faktor fisiologis dalam belajar
1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi
aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan
keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya
daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu
dikemukakan.
2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi pancaindera.
Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan menggunakan
pancainderanya. Baiknya berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini
diantara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah
mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk
menjaga, agar pancaindera anak-didiknya dapat berfungsi dengan baik, baik
penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat preventif, seperti misalnya
adanya pemeriksaan dokter secara periodik, penyediaan alat-alat pelajaran serta
perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan murid-murid secara baik di
kelas (pada sekolah-sekolah), dan sebagainya.

b. Faktor-faktor psikologi dalam belajar


Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk
belajar itu adalah sebagai berikut:
a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas,
b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju,
c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-
teman,
d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang
baru, baik dengan koperasi maupun kompetensi,
e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, dan
f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
Djaali membagi faktor dari dalam yang mempengaruhi belajar adalah sebagai
berikut:
a. Kesehatan
Apabila orang selalu sakit (sakit kepala, pilek, dan demam) mengakibatkan tidak
bergairah belajar dan secara psikologi sering mengalami gangguan pikiran dan
perasaan kecewa karen akonfli(
b. Inteligensi
Faktor inteligensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
c. Minat dan motivasi
Minat yang besar (keinginan yang kuat) terhadap sesuatu merupakan modal besar
untuk mencapai tujuan. Motivasi meruapakan dorongan diri sendiri, umumnya
karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Motivasi juga dapat berasal dari luar
dirinya yaitu dorongan dari lingkungan, misalnya guru dan orang tua
d. Cara belajar
Perlu diperhatikan teknik belajar, bagaimana bentuk catatan yang dipelajari dan
pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar lainnya.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
MIND MAPPING
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan ………………………………………… 2
BAB II HAKIKAT DAN KONSEP-KONSEP DASAR
PSIKOLOGI PENDIDIKAN, BELAJAR, DAN PEMBELAJARAN,
SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Psikologi Pendidikan …………………………………… 3
1. Pengertian Psikologi Pendidikan…………………….. 3
2. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan……………….. 13
3. Kegunaan Psikologi Pendidikan……………………… 15
B. Belajar dan Pembelajaran ………………………………. 21
1. Pengertian Belajar ………………………………….. 21
2. Pengertian Pembelajaran …………………………… 27
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar……………… 30
1. Eksternal ……………………………………………. 30
2. Internal ……………………………………………… 33
DAFTAR PUSTAKA
MATRIKS
YEL-YEL
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Muhammad, Psikologi Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2007
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2013
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 201
Faturrahman, Pupuh, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan
Konsep Islami, Bandung: Rafika Aditama, 2010
Fudyartanto, Ki RBS, Psikologi Pendidikan, Jogjakarta: Global Pustaka Utama 2009
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Khodijah, Nyayu, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai Contoh, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013
Mahmud, Psikologi Pendidikan,Bandung: Pustaka Setia, 2010
Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarary, 2012
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2005
Santrock, John W, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013
Sutikno, M. Sobry ,Belajar dan Pembelajaran “Upaya Kreatif dalam Mewujudkan
Pembelajaran yang Berhasil, Lombok: Holistica, 2013
Suyono, dkk, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012

Anda mungkin juga menyukai