Anda di halaman 1dari 8

Kejari Cimahi Sita Uang Rp 130 Juta dari Kasus Korupsi SPAL

Yudha Maulana - detikNews


hare 0TweetShare 00 komentar

Pihak Kejari Cimahi menyita uang penggantian


kerugian negara terkait kasus korupsi proyek Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Leuwigajah. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
Cimahi - Kejaksaan Negeri (Kejari) Cimahi menyita uang penggantian kerugian negara Rp
130 juta dari tersangka kasus korupsi pengadaan tanah untuk proyek pembuatan Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL) Leuwigajah. Kasus ini terjadi pada 2013 dan menyeret 7
orang tersangka, termasuk AA, mantan lurah Leuwigajah.

Total kerugian negara dari korupsi proyek hibah ini sebesar Rp 2,3 miliar. "Baru Rp 130
juta yang kita terima dalam bentuk uang cash dan satu unit mobil. Sisanya masih kita
upayakan," ujar Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Cimahi Mila Susilowaty di kantor
Kejari Cimahi, Jalan Sangkuriang, Kota Cimahi, Jawa Barat, Kamis (8/8/2019).

Kasus ini, kata Mila, berawal dari kerja sama Pemkot Cimahi dengan Australia melalui
program Hibah Sanitasi-Australia Indonesia Infrastructure Grants for Sanitation (SAIIG)
melalui Kementerian Pekerjaan Umum.

Agar program ini berjalan, Pemkot Cimahi harus menyediakan lahan 10.000 meter
persegi. "Kemudian dibentuk Panitia Pengadaan Tanah yang mengurus proses jual beli
lahan sampai siap digunakan," ucap Mila.

Kemudian didapatkan lahan di RT 8 RW 2, Kampung Saradan, Kelurahan Leuwigajah,


Kecamatan Cimahi Selatan. Namun, pada prosesnya terjadi kesalahan pembayaran
bidang tanah untuk SPAL.

Sebab, tersangka AA dengan pihak BPN, mengukur tanah milik orang lain yang tidak ada
kaitannya dengan pengadaan tanah tersebut.

"Setelah dibayar, ternyata pemilik tanahnya ini protes dengan bukti sertifikat tanah.
Sedangkan si lurah hanya punya warkah tanah yang dia buat sendiri. Intinya dia menipu
pihak terkait, yang penting anggaran pembuatan SPAL itu cair," tutur Mila.

Dari total Rp 2,3 miliar untuk pengadaan tanah, AA menerima Rp 130 juta, ada 3
tersangka masing-masing Rp 100 juta, dan 3 tersangka lainnya masing-masing Rp 150
juta.

"Yang paling besar itu dinikmati tersangka yang sudah meninggal, sekitar Rp 1,3 miliar,"
katanya.

Proses hukum kasus tersebut dilimpahkan dari Polres Cimahi ke kejaksaan. Pihak Kejari
Cimahi sesegera mungkin melimpahkan perkara korupsi ini ke pengadilan.

"Target secepatnya, sekarang kan masuk tahap kedua," ujar Mila.


Eks Walkot Sabang Tersangka Korupsi Ajukan Penangguhan Penahanan
Agus Setyadi - detikNews
Share 0TweeShare 0

Banda Aceh - Mantan Wali Kota Sabang Zulkifli Adam mengajukan penangguhan
penahanan dalam kasus dugaan korupsi pembebasan lahan untuk pembangunan rumah
guru. Surat permohonan penangguhan sudah diserahkan ke Kejaksaan Tinggi (Kejati)
Aceh.

Surat pengajuan penangguhan penahanan Zulkifli diserahkan kuasa hukumnya


Muhammad Reza Maulana dan Zulkifli. Surat bernomor : 12.b/MRM/2019 tanggal 9
September 2019 tersebut bertuliskan perihal Permohonan Penangguhan Penahanan
ditujukan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh.

"Kita menyerahkan surat penangguhan penahan pada Selasa kemarin. Surat diterima oleh
pihak Kejaksaan Tinggi melalui Kasi Penyidikan Kejati Aceh Munandar," kata Kuasa
Hukum Zulkifli bernama M Reza kepada wartawan, Rabu (11/9/2019).

Menurutnya, dalam surat permohonan tersebut disampaikan sikap koperatif Zulkifli sejak
tahun 2016 yang telah diperiksa baik sebagai saksi maupun tersangka sehingga menjadi
pertimbangan. Reza menjamin Zulkifli tidak melarikan diri serta menghilangkan barat bukti.

"Kami juga telah menghadirkan Sofyan Adam yaitu abang kandung klien kami sebagai
penjamin yang juga ikut menandatangi surat jaminan terhadap Zulkifli. Maka berdasarkan
pertimbangan tersebut kiranya dapatlah diberikan penangguhan penahanan terhadap
klien kami tersebut," jelas Reza.

"Kami pastikan juga, bahwa dalam setiap kepentingan penyidikan, penuntutan bahkan
persidangan nantinya, klien kami akan selalu bersikap koperatif dan tidak akan pernah
mempersulit jalannya, penyidikan, penuntutan dan persidangan," bebernya.

Seperti diketahui, Mantan Wali Kota Sabang Zulkifli Adam ditahan penyidik Kejati Aceh
karena diduga melakukan korupsi pembebasan lahan untuk pembangunan rumah guru.
Dalam kasus ini, kerugian negara Rp 796 juta.
terbongkar! Caleg di Pemilu Daerah Aomori
Selipkan Uang Suap Dalam Onigiri
Devi Setya - detikFood Senin, 17 Jun 2019 18:30 WIB

Jakarta - Setiap jelang pemilu, kandidat di Jepang selalu punya cara unik untuk
berkampanye. Tapi sebuah kasus kecurangan terungkap lewat makanan yang diberi isi
uang.

Dikabarkan Soranews24 (17/6) momen pemilihan umum di Jepang selalu diwarnai aksi
kampanye yang unik. Ada banyak kandidat yang menarik perhatian dengan cara nyentrik.

Tapi sayangnya, pemilu yang jujur dan adil harus dinodai dengan aksi kecurangan dari
satu kandidat. Berlokasi di Prefektur Aomori, sebuah kecurangan terungkap lewat
makanan.
Foto: istimewa

Baca juga : Kalau Lihat Kreasi Onigiri Ini Dijamin Bikin Lapar Mendadak!

Satoshi Sawada, seorang anggota Majelis Prefektur Aomori ditangkap awal pekan ini
karena aksi penyuapan yang dilakukan. Ia ditahan pihak berwajib setelah terbukti
melakukan kecurangan pada pemilu yang digelar April lalu.

Sawada terbukti menyuap sejumlah uang kepada anggota majelis di Sannohe untuk
mengatur jumlah suara yang menguntungkannya. Tercatat ada 9 dari 12 anggota dewan
yang menerima uang suap demi memuluskan langkah Sawada untuk naik ke kursi
pemerintahan.

Warga Aomori sendiri merasa wilayahnya memang selalu menjadi target sasaran suap
dari politisi curang. "Saya pernah mendapat 300 Yen, atau dengan menghadiri pidato
calon kandidat akan mendapat 10.000 Yen," ujar salah satu warga Aomori.
Uniknya lagi, aksi suap terselubung ini memanfaatkan makanan. Saat masa kampanye,
banyak calon kandidat yang membagikan onigiri secara cuma-cuma. Di dalam onigiri ini
sudah diisi uang kertas senilai 10.000 Yen (Rp 1,3 juta).

Dengan membagikan onigiri ini, masyarakat yang menerima diharapkan untuk memilih
kandidat tertentu. Aksi suap ini jelas sangat dilarang, dalam kata lain sang kandidat
membeli suara warga dengan nominal uang tertentu.

Aksi suap lewat onigiri ternyata bukanlah cara baru. Sudah banyak politisi nakal yang
menggunakan nasi kepal khas Jepang ini sebagai media untuk menyembunyikan uang.
Alhasil, setelah terbukti bersalah para kandidat ini akan dimintai keterangan untuk
mempertanggung jawabkan kecurangannya.

Onigiri merupakan nasi kepal yang biasa dinikmati sebagai sarapan, bekal sekolah atau
kantor yang praktis. Biasanya dibentuk segitiga dengan lapisan nori. Nasi ini umumnya
diisi umeboshi (asinan plum) atau isian lain sesuai selera. Karena tertutup dan dibungkus
rapat maka isian onigiri, termasuk uang suap tak akan terlihat dari luar.

Baca juga : Onigiri Tampil Unik, Ukurannya Jumbo hingga Dibuat dari Mie Instan

Mendengar kabar onigiri isi uang, banyak netizen Jepang yang melemparkan tanggapan.
"Saya belum pernah mencoba onigiri isi 10.000 Yen, sepertinya itu isian yang buruk," kata
satu netizen.

"Mereka pasti berpikir, memasukkan uang ke dalam onigiri pastilah aman," sahut netizen
lainnya.

"Aku hanya membayangkan makan onigiri berisi uang yang dibuat dengan tangan-tangan
kotor. Karena onigiri hanya jadi wadah untuk menyembunyikan uang suap dan tak layak
makan" pungkas netizen lain.
Terjerat Kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi, Mantan Pimpinan Cabang
Bank di Riau Masuk Penjara
Rabu, 11 September 2019 23:48

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Terjerat kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi atau


Tipikor, mantan pimpinan cabang bank di Riau masuk penjara.
Proses hukum terkait kasus dugaan korupsi di Bank Riau Kepri (BRK) Cabang Pangkalan Kerinci
terus bergulir.
Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Faizal Syamri selaku mantan Pimpinan Cabang (Pimcab)
bank tersebut akhirnya ditahan, Rabu (11/9/2019).
Dia akan menghuni Rutan Negara Klas IIB Pekanbaru di Kelurahan Sialang Bungkuk untuk 20 hari
ke depan.
Untuk diketahui, Faizal Syamri merupakan salah satu tersangka dugaan korupsi pemberian kredit
modal kerja kepada PT Dona Warisman Bersaudara (DWB) tahun 2017 senilai Rp1,2 miliar.
Selain Faizal, nama lainnya, Zurman selaku pihak penerima kredit juga menyandang status yang
sama.
"Hari ini kita melakukan penahanan terhadap FS (Faizal Syamri,red) selaku tersangka dugaan
korupsi pemberian modal kredit di BRK Cabang Pangkalan Kerinci," ujar Kepala Seksi Penerangan
Hukum (Kasi Penkum) dan Humas Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau, Muspidauan.
Sebelum ditahan, Faizal Syamri sempat menjalani pemeriksaan dalam statusnya sebagai tersangka.
Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Faizal Syamri selaku mantan Pimpinan Cabang (Pimcab)
bank tersebut akhirnya ditahan, Rabu (11/9/2019).
Dia akan menghuni Rutan Negara Klas IIB Pekanbaru di Kelurahan Sialang Bungkuk untuk 20 hari
ke depan.
Untuk diketahui, Faizal Syamri merupakan salah satu tersangka dugaan korupsi pemberian kredit
modal kerja kepada PT Dona Warisman Bersaudara (DWB) tahun 2017 senilai Rp1,2 miliar.
Selain Faizal, nama lainnya, Zurman selaku pihak penerima kredit juga menyandang status yang
sama.
"Hari ini kita melakukan penahanan terhadap FS (Faizal Syamri,red) selaku tersangka dugaan
korupsi pemberian modal kredit di BRK Cabang Pangkalan Kerinci," ujar Kepala Seksi Penerangan
Hukum (Kasi Penkum) dan Humas Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau, Muspidauan.
Sebelum ditahan, Faizal Syamri sempat menjalani pemeriksaan dalam statusnya sebagai tersangka.
Polisi Cari Unsur Pidana Kasus
Anjing Gigit ART hingga Tewas
CNN Indonesia | Rabu, 04/09/2019 13:22 WIB

DKPKP Observasi Anjing Pemburu yang Tewaskan ART di Jaktim. (Sudin DKPKP Jaktim)

Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi masih menyelidiki unsur pidana dalam kasus anjinggigit seorang
asisten rumah tangga bernama Yayan hingga tewas. Polisi mencari unsur kelalaian pemilik anjing
berjenis Malinois Belgia tersebut.
"Kami masih dalam rangka penyelidikan untuk menentukan ada enggak unsur kelalaian di situ,"
kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Hery Purnomo saat dikonfirmasi, Rabu
(4/9).
Dalam kasus itu, diketahui pihak keluarga Bima Aryo selaku pemilik anjing telah memberikan
santunan sebesar Rp60 juta kepada keluarga korban. Selain itu, kedua belah pihak disebut tengah
dalam upaya untuk perdamaian.Menurut Hery, meskipun kedua belah pihak bersepakat untuk
berdamai, namun proses hukum tetap akan berjalan jika unsur pidana ditemukan dalam kasus itu.

"Intinya kalau ada pidananya pasti kita akan proses ya kan, terlepas dia mau berdamai apa enggak,
tapi kalau tidak ada pidananya ya kita hentikan," tutur Hery.Sebelumnya, seorang asisten rumah
tangga bernama Yayan ditemukan tewas di kediaman majikannya di Jalan Langgar RT 04 RW 04
Nomor 41, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (30/8).

"Diduga, korban meninggal karena serangan anjing majikannya," kata Kapolres Metro Jakarta
Timur, Komisaris Besar Polisi Ady Wibowo dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/9).
Sementara itu, Kapolsek Cipayung Komisaris Abdul Rasyid menyampaikan pemilik anjing bisa saja
dikenakan pasal 359 KUHP. Hal itu lantaran pemilik diduga lalai sehingga mengakibatkan orang
lain meninggal.Diketahui pasal 359 KUHP berbunyi 'barang siapa karena kesalahannya
(kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun'.
Meski begitu, kata Rasyid, terkait pasal yang disangkakan terhadap pemilik anjing mesti menunggu
hasil pemeriksaan lebih lanjut.
"Kalau untuk pidananya saya belum pastikan karena masih tahap penyidikan, tapi kita masukkan
dalam pasalnya 359 KUHP, dengan kelalaiannya, kealpaannya," ujarnya, Rabu (3/9).
Korupsi Bibit Kakao, Eks Kadishut Lebak Divonis 1 Tahun Penjara
Bahtiar Rifa'i - detikNews
Share 0weetSar 00 komentar

Majelis hakim Pengadilan Tipikor


Serang memvonis mantan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemkab Lebak,
Kosim Ansori dengan hukuman 1 tahun penjara/Foto: Bahtiar Rifai-detikcom
Serang - Majelis hakim Pengadilan Tipikor Serang memvonis mantan Kepala Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Pemkab Lebak, Kosim Ansori dengan hukuman 1 tahun
penjara. Kosim dinilai terbukti bersalah melakukan korupsi pengadaan bibit kakao.
"Menyatakan terdakwa bersalah dan divonis 1 tahun penjara dan denda Rp 50 juta
subsider 2 bulan penjara," kata hakim ketua Yusriansyah di PN Serang, Jl Serang-
Pandeglang, Banten, Senin (17/6/2019).
Vonis ini lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yang menuntut agar Kosim
divonis penjara selama 1 tahun 6 bulan penjara dan denda Rp 50 juta subsider kurungan
penjara 3 bulan.
Sedangkan terdakwa kedua, Edeng Heryamin selaku Kabid Pengembangan dan
Perkebunan divonis 2 tahun 3 bulan dan denda Rp 50 juta rupiah subsider 3 bulan
kurungan. Vonis ini lebih ringan dari tuntutan JPU yang meminta terdakwa dihukum 2
tahun dan 6 bulan penjara. Atas keputusan hakim, kedua terdakwa dan JPU masih pikir-
pikir.

Sementara, terdakwa ketiga di kasus yang sama, Indra Evo Kurdiawan selaku bendahara
di Dishutbun divonis 2 tahun dan denda Rp 50 juta subsider 2 bulan penjara.
Perkara ini bermula pada tahun 2016. Saat itu, terdakwa Kosim mendatangi mendiang
Sumantri Jayabaya selaku ketua Kadin Lebak. Dia meminta Sumantri untuk menyiapkan
perusahan ikut lelang pengadaan 100 ribu bibit kakao.
Pengadan bibit ini dibagi dalam 2 pagu anggaran, yaitu pengadaan 100 ribu bibit kakao
dengan anggaran Rp 725 juta dari APBN dan pengadaan 55 ribu bibit kakao serta 11 ribu
bibit cengkeh dengan anggaran Rp 452 juta dari APBD Lebak.
Dalam perjalanannya, ada empat perusahaan ikut lelang di bawah naungan Kadin Lebak.
Lelang kemudian dimenangkan oleh CV Karya Patriot namun tidak dikerjakan
pengadaannya.
Pekerjaan malah dilakukan oleh terdakwa dengan imbalan pada perusahaan sebesar 2,5
persen dari nilai proyek.
Akibat perbuatan terdakwa, pengadaan bibit yang didanai APBN rugi Rp 397 juta.
Sedangkan pengadaan dengan pendanaan APBD Lebak mengalami kerugian Rp 200
juta.

Anda mungkin juga menyukai