KABUPATEN TANGERANG
Identitas pasien:
Tn G, 62 tahun
Pemeriksaan fisik:
KU: Tampak sakit sedang.
Kesadaran: Compos Mentis
BB: 59 kg TB: 160 cm
Tanda vital
Nadi: 70 x/menit reguler
Laju Nafas: 24x/menit
Tekanan Darah: 130/8 0mmHg,
Suhu: 37,1 ºC
SpO2: 99%
Mata: Konjungtiva pucat (+/+), sclera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor
Mulut: lembab, sianosis (-)
THT: T1/T1
Jantung:
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis tidak teraba
Perkusi: ukuran jantung kesan normal
Auskultasi: S1/S2 reguler, murmur (-), gallop S3(+)
Paru-Paru:
Inspeksi: barrell chest (-), chest expansion simetris
Palpasi: tactile vremitus simetris normal
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi: VBS +/+, rhonchi +/+, wheezing -/-
Abdomen:
Inspeksi: skar (-), spider naevi (-)
Auskultasi: BU (+), bruit (-)
Palpasi: nyeri tekan (+) pada regio epigastric, hepatosplenomegali (-)
Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
Akral: hangat
Diagnosis :
Acute Decompensated Heart Failure
Tatalaksana Inisial
Pasien diberikan Furosemide 20mg 1 tablet peroral kemudian dirujuk.
Alasan rujukan
Alasan mengapa pasien ini dirujuk adalah dikarenakan tidak ada fasilitas di
puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan X-ray Thorax dan pada pasien ini
diperlukan ruangan perawatan khusus yaitu berupa High Care Unit ataupun Intensive
Cardiac Care Unit untuk observasi dan tatalaksana komplikasi lain yang mungkin
terjadi.