Nasabnya
Nama dan nasab Abu Said al-Khudri adalah Saad bin Malik bin Sinan bin
Ubaid bin Tsa’labah al-Abjar -Abjar adalah Khudrah- bin Auf bin al-Harits bin
al-Khazraj al-Anshari al-Kahzraji. Yang masyhur dengan kun-yah Abu Said al-
Khudri.
Masa Rasulullah
Abu Said bercerita, “Rasulullah datang kepada kami. Kami adalah orang-orang
biasa (bukan tokoh) dari kalangan kaum muslimin. Aku kira Rasulullah tidak
mengenal salah seorang dari kami. Sebagian dari kami hampir-hampir tak
berpakaian. Rasulullah mengisyaratkan bentuk lingkarangan dengan
tangannya. Beliau bersabda, “Dengan apa kalian saling mengingatkan?”
Mereka menjawab, “Ini ada seseorang yang membacakan Alquran kepada
kami dan mendakwahi kami.” Beliau berkata, “Serulah! Mengapa kalian
bersamanya.” Kemudian beliau berkata, “Segala puji bagi Allah yang
menjadikan untuk umatku seseorang yang aku perintahkan untuk bersama
mereka.” Beliau melanjutkan, “Berilah kabar gembira pada orang-orang
beriman yang miskin bahwa mereka akan lebih dahulu masuk surge dibanding
orang-orang kaya pada hari kiamat kelak dengan lama 500 tahun lebih awal.
Mereka berada di dalam surga dan menikmati kenikmatannya. Sementara
orang-orang kaya masih dihisab.” (HR. Abu Dawud).
Bujukan dan godaan orang-orang kufah ini membuat Husein risau. Terkadang
beliau merasa condong kepada mereka. Terkadang ia tidak ingin keluar.
Kemudian datanglah Abu Said al-Khudri, ia berekata, “Hai Abu Abdullah (kun-
yah Husein), sungguh aku termasuk pemberi nasihat untuk Anda. Aku adalah
orang yang menyayangimu. Sampai kabar padaku bahwa para pendukungmu
di Kufah mengirimimu surat. Mereka mengajakmu menuju mereka. Jangan kau
keluar! Sungguh aku mendengar ayahmu saat di Kufah, ia berkata, “Demi
Allah, aku telah membuat mereka bosan dan marah. Mereka pun membuatku
bosan dan marah. Tidak kudapati sifat memenuhi janji pada mereka. Siapa
yang selamat dari mereka, dia telah selamat dari panah yang jelek. Demi Allah,
tidak ada keteguhan dan ketetapan hati dalam suatu urusan. Tidak ada
kesabaran pada mereka saat menghadapi pedang.”
Masa Tabi’in
Pada saat terjadi kekacauan di Kota Madinah, Abu Said al-Khudri keluar dan
bersembunyi di sebuah goa. Ia disusul oleh seorang pasukan Syam. Kata Abu
Said, “Saat ia melihatku, ia hunus pedangnya menginginkanku. Saat ia dekat
denganku, ia arahkan pedangnya padaku. Kutahan pedangku. Dan kubaca
firman Allah,
ب النظاَّمر نونذملنك نجنزاءء الظ ظاَّملمميِنن َمإمننيِ أءمريِءد أنصَن تنءبونء مبمإصَثمميِ نومإصَثممنك نفتنءكونن ممصَن نأ ص
صنحاَّ م
Mendengar hal itu, ia bertanya, “Siapa Anda?” “Aku Abu Said al-Khudri”,
jawabku. “Sahabatnya Rasulullah?” tanyanya. “Iya”, jawabku. Ia pun berlalu dan
meninggalkanku.
صنعنة نعصَن أنمبيِمه نعصَن صصَع ن ك نعصَن نعصَبمد الظرصَحنممن صَبمن نعصَبمد اللظمه صَبمن نعصَبمد الظرصَحنممن صَبمن أنمبيِ ن سنلنمنة نعصَن نماَّمل ك
َنحظدنثنناَّ نعصَبءد اللظمه صَبءن نم ص
سلظنم ءيِومشءك أنصَن نيِءكونن نخصَيِنر نماَّمل صظلىَّ اللظءه نعلنصَيِمه نو ن
سوءل اللظمه ن يِ اللظءه نعصَنءه أننظءه نقاَّنل نقاَّنل نر ء ض ني نر م أنمبيِ ن
سمعيِكد اصَلءخصَدمر من
ف اصَلمجبناَّمل نونمنوامقنع اصَلنقطصَمر نيِمفرر مبمديِمنمه ممصَن اصَلمفنتمنشنع ن سملمم نغننمم نيِصَتنبءع مبنهاَّ نَاصَلءم ص
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari
Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha’Sha’ah dari
bapaknya dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa dia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hampir saja terjadi (suatu zaman) harta seorang muslim yang paling baik
adalah kambing yang digembalakannya di puncak gunung dan tempat-
tempat terpencil, dia pergi menghindar dengan membawa agamanya
disebabkan takut terkena fitnah”.” (HR. Al-Bukhari).
نأصَخمرءجصَوا نمصَن نكاَّنن مفيِ نقصَلمبمه ممصَثنقاَّءل نحبظكة ممصَن نخصَرندكل ممصَن:َّا نتنعاَّنلى َ ثءظم نيِءقصَوءل ء،َ نوأنصَهءل النظاَّمر النظاَّنر،نيِصَدءخءل أنصَهءل اصَلنجنظمة اصَلنجنظنة
ِت اصَلنحبظءة مفي َ ن،أنمو اصَلنحيِناَّمة- سنوردوا نفيِءصَلنقصَونن مفيِ ننصَهمر اصَلنحيِناَّمء
نفنيِصَنبءتءصَونن نكنماَّ نتصَنبء ء-شظك نماَّملمك ََ نفيِءصَخنرءجصَونن ممصَننهاَّ نقد ما ص،مإصَيِنماَّكن
َ أننلصَم نتنر أننظنهاَّ نتصَخءرءج ن،سصَيِمل
ًصصَفنرانء ءمصَلنتمونيِةة؟ ب ال ظ نجاَّمن م
– Riwayat berikutnya:
نفنونعندءهظن نيِصَوةماَّ لنمقنيِءهظن. نفاَّصَجنعصَل لننناَّ نيِصَوةماَّ ممصَن ننصَفمسنك, نغلننبنناَّ نعلنصَيِنك المنرنجاَّءل: ِي
ساَّءء مللنظمب ن م نقاَّلن م:ي
ت النمن ن نعصَن أنمبصَيِ ن
سمعصَيِكد اصَلءخصَدمر من
. نماَّ ممصَنءكظن اصَمنرأنمة تءنقمندءم نثلننثمة ممصَن نولنمدنهاَّ مإلظ نكاَّنن لننهاَّ محنجاَّةباَّ ممنن النظاَّمر: نفنكاَّنن مفصَيِنماَّ نقاَّنل لنءهظن,مفصَيِمه نفنونعظ نءهظن نوأننمنرءهظن
نواصَثننصَيِمن: نواصَثننصَيِمن؟ً نفنقاَّنل: ت اصَمنرأنمة
نفنقاَّنل م.
Dari Abu Sa’id al-Khudri menceritakan bahwa sejumlah para wanita berkata
kepada Nabi: “Kaum lelaki lebih banyak bergaul denganmu daripada kami,
maka jadikanlah suatu hari untuk kami”. Nabi menjanjikan mereka suatu hari
untuk bertemu dengan mereka guna menasehati dan memerintah mereka.
Diantara sabda beliau saat itu: “Tidak ada seorang wanitapun yang ditinggal
mati oleh tiga anaknya kecuali akan menjadi penghalang baginya dari neraka”.
Seorang wanita bertanya: “Bagaimana kalau Cuma dua?”. Nabi menjawab:
“Sekalipun Cuma dua” (HR. Al-Bukhari).
Wafat
Ada beberapa pendapat tentang tahun wafat Abu Said al-Khudri. Ada yang
mengatakan beliau wafat tahun 74 H. Ada pula yang mengatakan 64 H. Al-
Madaini mengatakan, “Ia wafat tahun 63 H”. Sedangkan al-Askari mengatakan,
“Ia wafat tahun 65 H.”