Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Program Pendidikan.


Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa inggris). Kata tersebut
kemudian diserap ke dalam istilah bahasa Indonesia dengan sedikit
menyesuaikan lafal Indonesia menjadi "evaluasi" yang berarti penilaian. Istilah
penilaian yaitu mengacu pada suatu kegiatan membandingkan sesuatu hal
dengan satuan ukuran tertentu, sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Definisi
yang dituliskan dalam kamus Oxford Advanced Learner's Dictionary of
Current English evaluasi adalah to find out, decide the amount orang value
yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Suchman (1961,
dalam Anderson 1975) memandang evaluasi sebagai sebuah proses untuk
menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang direncanakan
untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dikemukakan oleh
Stufflebeam (1971, dalam Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi
merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang
sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif
keputusan. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Program secara umum dapat diartikan sebagai "rencana". Apabila
dikaitkan dengan evaluasi, maka program dapat didefinisikan sebagai suatu
unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi
dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.1
Adapun evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam
(bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam segi istilah seperti yang dikemukakan
1
Suharsimi Ari kunto, Cepi Safruddin Abdul Jabbar, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara,
2009), hlm 1-4

3
oleh Edwin Wanda dan Gerald W. Brown (1977) Evaluation referensi to the
act orang process to determining the value of something. Menurut definisi ini
evaluasi pendidikan adalah suatu tindakan atau kegiatan - kegiatan yang
dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala sesuatu dalam
bidang pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
yang terjadi di lapangan pendidikan). Berbicara tentang pengertian evaluasi
pendidikan di tanah air kita, Lembaga Administrasi negara mengemukakan
batasan mengenai Evaluasi pendidikan sebagai berikut:
1. Suatu proses / kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dengan
tujuan yang telah ditentukan.
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi
penyempurnaan pendidikan.2

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Evaluasi Program Pendidikan adalah


suatu kegiatan untuk menilai kinerja kegiatan - kegiatan yang berlangsung
dalam dunia pendidikan dengan cara menyusun rancangan - rancangan untuk
pengambilan keputusan sehingga dapat diketahui mutu atau kualitas pendidikan
tersebut. Proses evaluasi ini dilakukan agar mutu dalam dunia pendidikan
menjadi lebih baik lagi daripada sebelumnya.

B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Program Pendidikan.


Segala sesuatu pasti mempunyai tujuan, begitu juga dengan evaluasi
program pendidikan. Tujuan evaluasi program pendidikan secara umum dapat
dikaitkan dengan fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran, menurut
Stanly dan Kenneth (1978) ada tiga tujuan sekaligus fungsi yang saling
berkaitan yaitu :
1. Instruksional. Mengenai tes yang telah dirancang sedemikian rupa oleh
guru sebagai tuntunan pengajaran yang lebih sesuai dengan peserta didik.
Tes ini juga dapat membantu guru dalam memotivasi peserta didik agar
mampu menguasai setiap pembelajaran yang telah diberikan.

2
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 1996), hlm 1-2.

4
2. Administratif. Mengenai tes tersebut yang dapat mengontrol penilaian serta
kelebihan dan kekurangan pembelajaran, terutama pada kurikulum. Tes ini
juga berguna dalam mengevaluasi dan meneliti program.
3. Bimbingan. Mengenai tes yang telah dirasa sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, maka untuk kedepannya tes ini dapat dijadikan sebagai
bimbingan dalam proses pembelajaran, Namun sebelumnya dilakukan
inovasi terhadap tes terlebih dahulu apabila diperlukan.

Secara umum tujuan sebuah evaluasi dalam bidang pendidikan dan


pengajaran adalah menetapkan kompetensi isi pengajaran yang spesifik untuk
peserta didik, dan memperbaiki proses belajar mengajar. Evaluasi program
pendidikan juga bertujuan untuk melakukan check up terhadap kesulitan yang
dialami oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang selanjutnya untuk
diadakan perbaikan terhadap cara belajar dan mengajar yang ada. Selain itu,
evaluasi program pendidikan juga berguna dalam melakukan suatu penelitian
total terhadap pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan, sehingga
hal ini memudahkan dalam usaha perbaikan mencari factor pendukung serta
penghambat pada pelaksanaan kurikulum.3

C. Evaluator Program Pendidikan.


Evaluasi program pendidikan dapat berfungsi sebagai koreksi terhadap
kesalahan maupun kekurangan program pendidikan. Peningkatan kualitas
pendidikan membutuhkan adanya peningkatan kualitas program pendidikan
secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas
program pendidikan membutuhkan informasi tentang implementasi program
pendidikan sebelumnya. Hal ini dapat diperoleh dengan dilakukannya evaluasi
terhadap program pendidikan secara periodik. Untuk lebih mengoptimalkan
hasil evaluasi program pembelajaran maka peran evaluator program pendidikan
sangat diperlukan.
Evaluator program merupakan seseorang yang melakukan evaluasi atau
yang memungkinkan terjadinya evaluasi, yang dimana bertanggung jawab

3
Dr. Mesiono. Educators. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Kependidikan. Juli-Desember 2017. Vol.4 No.2 Hal.7-9.

5
secara penuh terhadap hasil penilaian terhadap program yang dievaluasi
tersebut. Namun evaluator program tidak memiliki hak untuk mengambil
keputusan tentang program, tetapi sekedar memberikan rekomendasi kepada
pengambil keputusan, selanjutnya pihak pengambil kepuutusan itulah yang
menentukan tindak lanjut mengenai program yang tengah di evaluasi.4
Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan evaluator
dengan program yang akan dievaluasi, oleh karena itu evaluator program
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
1. Evaluator dalam (Internal evaluator).
Merupakan orang dalam program yang akan diievaluasi tersebut atau
orang yang sangat mengetahui hal ihwal program yang dievaluasi, jadi
sudah jelas bahwa evaluator dalam mengetahui fungsi-fungsi, tujuan-
tujuan, problem-problem, kekuatan-kekuatan, dan kelemahan-kelemahan
program. Merujuk pada penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa evaluator
dalam merupakan individu yang menjadi evaluator suatu program yang
sekaligus merupakan salah satu anggota dari program yang akan dievaluasi
tersebut. Individu yang berasal dari satuan program yang dievaluasi
menjadi evaluator dalam memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri
yaitu:
a. Kelebihan evaluator dalam:
1) Evaluator dalam memahami seluk beluk secara baik program yang
akan dievaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang
tepatnya sasaran tidak perlu ada, dengan kata lain evaluasi tepat
sasaran.
2) Adanya evaluator dalam yang dimana merupakan orang dalam
program yang akan dievaluasi tersebut, maka pengambilan
keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan honor/dana untuk
membayar evaluator program.
b. Kelemahan evaluator dalam:

4
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan (Medan: Perdana Publishing,
2017), hlm 23.

6
1) Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha
menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluasi dan
menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan
dengan baik pula, dengan kata lain evaluator dalam dapat
dikhawartikan akan bertindak subjektif.
2) Oleh karena sudah memahami seluk beluk program, jika evaluator
yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan
dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat dan teliti saat
mengevaluasi program.5
2. Evaluator luar (External evaluator).
Merupakan orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan dan
implementasi program. Mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil
keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan
kebijakan yang sudah diputuskan. Melihat bahwa status mereka berada di
luar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka
sendiri maka tim evaluator hari ini bisa dikenal dengan nama tim bebas
atau independent team.6
Evaluator luar juga dapat dikatakan seseorang yang mampu mengamati
sebuah program secara jelas karena dia tidak terlibat secara pribadi dan
dengan demikian dia tidak akan memiliki sesuatu yang bersifat subjektif
untuk diperoleh atau dibuang dari program yang dievaluasi. Individu yang
menjadi evaluator luar saat melakukan evaluasi suatu program memiliki
kelebihan dan kelemahan tersendiri yaitu:
a. Kelebihan evaluator luar :
1) Dikarenakan evaluator luar tidak berkepentingan atas keberhasilan
program maka evaluator luar dapat bertindak secara objektif
selama melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan.
2) Seorang evaluator luar biasanya akan mempertahankan kredibilitas
kemampuannya karena mendapat imbalan dana/honor saat

5
Ibid, hlm 25.
6
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hlm 23.

7
mengevaluasi duatu program, dengan begitu evaluator luar akan
bekerja secara serius dan hati-hati.
b. Kelemahan evaluator luar :
1) Evaluator luar adalah orang yang baru yang sebelumnya tidak
mengenal kebijakan tentang program yang akan dievaluasi.
Dampak dari ketidakjelasan pemahaman tersebut memungkingkan
pengambilan kesimpulan dari program yang dievaluasi kurang
tepat.
2) Pemborosan, dikarenakan pengambil keputusan/kebijakan harus
mengeluarkan dana/honor yang cukup banyak untuk membayar
evaluator luar terdebut.7

7
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan (Medan: Perdana Publishing,
2017), hlm 25-26.

Anda mungkin juga menyukai