Anda di halaman 1dari 2

Bagaimana membedakan solusio plasenta dengan perdarahan dalam kehamilan lanjut

lainnya?

Perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam kehamilan lanjut biasanya menderita
plasenta previa atau solusio plasenta. Berdasarkan gejala dan tanda klinik, solusio plasenta
ditandai dengan perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, kontraksi tetanik pada uterus,
dan kelainan detak jantung janin.

Gambaran klinik yang klasik sangat menolong membedakan keduanya. Dahulu untuk kepastian
diagnosis pada kasus dengan perdarahan banyak, pasien dipersiapkan didalam kamar bedah
demikian rupa segala sesuatunya termasuk staf dan perlengkapan anesthesia semua siap
untuk tindakan bedah sesar. Dengan pasien dalam posisi litotomi diatas meja operasi dilakukan
periksa dalam (vaginal toucher) dalam lingkungan disinfeksi tingkat tinggi (DTT). Jika ketika jari-
jari digerakkan mengikuti seluruh pembukaan seviks dapat meraba jaringan plasenta, lalu dapat
menilai derajat dan klasifikasi plasenta, maka kasus ini adalah plasenta previa.

Apa yang menyebabkan/meningkatkan risiko solusio plasenta pada pasien ini?

1. Usia

Usia yang ideal bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan adalah dalam rentang 20-30
tahun. Wanita yang hamil di atas usia tiga puluh lima tahun menghadapi resiko yang lebih besar
untuk mengalami masalah medis seperti masalah plasenta. Hal ini mungkin berhubungan
dengan penurunan perfusi uteroplasenta yang disebabkan oleh vaskularisasi yang semakin
berkurang pada wanita usia >35 tahun dan juga berhubungan dengan penyakit kronis serta
komplikasi kehamilan yang terjadi pada wanita hamil usia tua.

2. Infeksi (Korioamnionitis)

Mekanisme fisiologis tubuh terhadap infeksi, terutama situsnya disekitar plasenta, akan
mempengaruhi perfusi uteroplasenta. Selain itu korioamnionitis dapat memicu hematoma
retroplasenta yang merupakan patofisiologi dari solusio plasenta.

Bagaimana mekanisme korioamnionitis berdampak sebagai Intrauterine Fetal Death pada


kasus ini?

Korioamnionitis menyebabkan pelepasan lipopolisakarida dan endotoksin lain yang berasal dari
agensia yang infeksius dan menginduksi pembentukan dan penumpukan sitokin, eisikanoid,
dan bahan-bahan oksidan lainnya seperti superoksida. Semua bahan ini mempunyai daya
sitotoksik yang menyebabkan iskemia dan hipoksia yang berujung dengan kematian sel yang
menyebabkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan menyebabkan deidua basalis
terlepas kecuali selapis tipis yang tetap melekat pada myometrium. Kejadian ini menimbulkan
hematom yang disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematom bisa
menyebabkan perlepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta
sekelilingnya yang berdekatan. Hematom retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi
dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematom yang terbentuk dengan
cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/lebih banyak sampai ke pinggirnya sehingga
darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan myometrium untuk selanjutnya keluar
melalui serviks ke vagina (revealed haemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena
uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria
spiralis yang terputus. Putusnya arteria spiralis sebelum lahirnya janin dan diperberat oleh
perdarahan yang tidak berhenti akan berdampak pada berkurangnya perfusi uteroplasenta.

Anda mungkin juga menyukai