I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………..
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………………..
1.4. Hipotesis Tindakan …………………………………………………………
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write ……. ……………………………
2.2. Belajar dalam Kelompok Kecil (Cooperative Learning) ……..………...…
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
Lokasi dan waktu penelitian ……………………………………………..…
Faktor yang Diteliti …………………………………………………………
Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………………..
Daftar Pustaka …………………………………………………………………….…
Lampiran ……………………………………………………………………. …...
I. PENDAHULUAN
Komunikasi dan pemecahan masalah matematis merupakan bagian dari berpikir matematis tingkat tinggi yang bersifat kompleks,
karena itu pembelajaran yang berfokus pada kemampuan tersebut memerlukan prasyarat konsep dan proses dari yang lebih rendah.
Artinya kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa tidak ada tanpa kemampuan pemahaman yang baik. Hal ini
meliputi materi maupun cara mempelajari atau mengajarkannya. Untuk itu dalam pembelajaran perlu dipertimbangkan tugas matematika
serta suasana belajar yang mendukung untuk mendorong kemampuan tersebut. Pertimbangan ini menyangkut pengambilan keputusan
Salah satu keputusan yang perlu diambil guru tentang pembelajaran adalah pemilihan pendekatan yang digunakan. Masih banyak
guru matematika pada sekolah-sekolah binaan penulis, yang menganut paradigma transfer of knowledge, yang beranggapan bahwa
siswa merupakan objek dari belajar. Dalam paradigma ini guru mendominasi dalam proses pembelajaran. Kenyataan ini telah
diungkapkan oleh Ruseffendi (1991:328), bahwa matematika yang dipelajari siswa di sekolah sebagian besar tidak diperoleh melalui
eksplorasi matematika, tetapi melalui pemberitahuan oleh guru. Walaupun dominasi guru dalam proses pembelajaran matematika tidak
selamanya tidak baik, karena terdapat guru yang karena ketegasannya di kelas membuat siswa menjadi lebih bersungguh-sungguh.
Namun menurut Sutiarso (2000) kondisi seperti ini menjadikan siswa pasif dalam belajar. Pembelajaran pada kondisi ini berpusat pada
keterampilan dasar yang menekankan pada latihan mengerjakan soal rutin (drill) dengan mengulang prosedur serta lebih banyak
menggunakan rumus atau algoritma tertentu. Model pembelajaran seperti ini menurut Brooks & Brooks (Ansari, 2004) disebut
Kondisi pembelajaran dimana siswa belajar secara pasif, jelas tidak menguntungkan terhadap hasil belajarnya. Untuk itu perlu usaha
guru agar siswa belajar secara aktif. Sriyono (1992) mengatakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah
dengan mengaktifkan siswa dalam belajar. Dan proporsi aktivitas siswa dalam belajar akan lebih produktif apabila siswa belajar dalam
kelompok. Sejalan dengan pendapat tersebut Sumarmo (2000) mengatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan hasil
belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir
secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan, serta mengajukan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan. Pembelajaran
yang diberikan pada kondisi ini ditekankan pada penggunaan diskusi, baik diskusi dalam kelompok kecil maupun diskusi dalam kelas
secara keseluruhan. Meskipun kesimpulan tersebut diambil berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap siswa sekolah dasar, namun
pengembangannya sangat mungkin untuk siswa pada jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Malone dan Krismanto (1997) mengatakan penggunaan kegiatan kelompok dalam belajar matematika direkomendasikan secara
tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong motivasi siswa dalam pembelajaran. Salah satu cara pengelompokkan yang disukai siswa
adalah berdasarkan keheterogenan siswa, sehingga pada tiap-tiap kelompok terdapat siswa yang pandai. Diharapkan mereka yang pandai
Dengan mempertimbangkan beberapa pendapat di atas, penulis melakukan sebuah penelitian kolaboratif bersama guru-guru
matematika di lingkungan Dinas Diknas Kabupaten Dompu, dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan
Masalah Matematika Teorema Phytagoras Melalui Pembelajaran Think-Talk-Write dalam Kelompok Kecil pada SMP Negeri 1
Kempo”. Strategi pembelajaran yang digunakan ini mengharuskan siswa terlibat berpikir, berbicara, dan menulis dalam proses
pembelajaran. Sedangkan model yang dipilih adalah pembelajaran dalam kelompok kecil dengan anggota 4 sampai 6 orang siswa yang
dikelompokkan secara heterogen menurut kemampuan matematikanya. Pengelompokkan seperti ini dimaksudkan agar semua siswa
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada pengembangan dua aspek kemampuan yaitu kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematika Teorema Phytagoras siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kempo melalui strategi think-talk-write dalam
kelompok kecil. Lebih jelasnya masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah pembelajaran dengan strategi think-talk-write dalam kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan
a. Peningkatan kemapuan guru dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif dengan strategi think-talk-write dalam kelompok
kecil sebagai alternatif pemecahan masalah-masalah dalam pembelajaran matematika Teorema Phitagoras.
b. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika teorema Phytagoras siswa.
c. Meningkatkan kolaborasi yang sinergis antara pengawas dan guru-guru pada sekolah binaan.
a. Siswa lebih bebas mengekspresikan kemampuan komunikasi matematiknya, sehingga kemampuannya dalam pemecahan
b. Guru menemukan pendekatan pembelajaran inovatif yang sesuai untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Sekolah mendapatkan dampak positif dari terselenggaranya penelitian ini, karena kualitas siswa, guru dan pembelajaran semakin
meningkat.
1.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
Jika dalam pembelajaran matematika Teorema Phytagoras diterapkan strategi Think-Talk-Write, maka kemampuan komunikasi
1. Ai landasan dan keterkaitan konsep, strategi dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu
2. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa
(atau satu) orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta
memberikan tanggapan.
Selama kegiatan pembelajaran guru bertindak sebagai mediator dan jika diperlukan dapat memberikan arahan, petunjuk, serta
dorongan.
2.2. Belajar dalam Kelompok Kecil (Cooperative Learning)
Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang disetting secara sistematis mengelompokkan siswa agar tercipta
pembelajaran yang efektif serta dapat mengintegrasikan keterampilan sosial siswa yang bermuatan akademis. Dalam Cooperative
Learning, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang saling bekerja sama untuk menyelesaikan suatu masalah atau suatu tugas dalam
Dalam pembelajaran dengan Cooperative Learning siswa berlatih mendengar dan menghargai pendapat orang lain, saling
membantu dalam membangun pengetahuan baru dengan mengintegrasikan pengetahuan lama masing-masing individu. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika serta dapat menerapkan nilai-nilai kerja sama dalam kehidupan
sehari-hari.
Malone dan Krismanto (1997) mengatakan bahwa terdapat fakta bahwa siswa mempunyai perkembangan sifat positif dan persepsi
yang baik tentang belajar matematika dengan pengelompokan. Bahkan berdasarkan penelitian yang mereka lakukan, penggunaan
kegiatan kelompok dalam belajar matematika direkomendasikan secara tinggi untuk mendorong motivasi siswa dalam pembelajaran.
Pada penelitian lain Duren dan Cherrington (1992) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam ingatan jangka
panjang siswa (student’s long-term retention) antara siswa yang dalam belajarnya mengerjakan latihan secara kelompok dibandingkan
dengan siswa yang bekerja secara sendiri. Dengan memberikan soal kepada dua kelompok siswa tersebut beberapa bulan setelah proses
pembelajaran, diperoleh bahwa siswa yang dalam belajarnya bekerja dalam kelompok ternyata lebih mampu menguasai materi pelajaran
Terdapat dua teori yang mendukung bahwa prestasi siswa yang dalam belajarnya bekerja dalam kelompok lebih baik
dari siswa yang belajar secara tradisional yaitu Teori Motivasional dan Teori Kognitif (Slavin, 1995: 16).
Menurut teori motivasional terdapat tiga jenis motivasi orang dalam belajar yaitu: (1) kooperatif, yaitu seseorang yang dalam
mencapai tujuan belajarnya diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan (usaha) orang lain; (2) kompetitif, yaitu seseorang yang
dalam mencapai tujuan belajarnya diarahkan untuk menghalangi usaha orang lain dalam mencapai tujuannya; dan (3) individualistik,
yaitu seseorang yang dalam mencapai tujuan belajarnya tidak mempengaruhi pencapaian tujuan belajar orang lain.
Menurut pandangan teori motivasional, belajar kooperatif menciptakan situasi dimana satu-satunya cara anggota
kelompok agar tidak mengutamakan tujuan pribadinya adalah jika kelompoknya berhasil dengan baik. Oleh karena itu,
keberhasilan kelompok harus diusahakan secara bersama dengan maksimal. Untuk mempertemukan tujuan dari masing-
masing individu yang berbeda tersebut, setiap anggota kelompok harus membantu kelompoknya mengerjakan apapun
yang dapat membuat kelompok itu sukses dan mendorong kelompoknya untuk berusaha secara maksimal.
Teori kognitif menekankan pengaruh dari kerja kelompok terhadap diri masing-masing anggota kelompok yaitu apakah
kelompoknya sedang berusaha mencapai tujuan bersama yang merupakan gabungan dari tujuan masing-masing individu tersebut.
Terdapat beberapa teori kognitif, yang secara garis besar dapat dibedakan atas: Teori Perkembangan Mental dan Teori Elaborasi
Kognitif.
Menurut teori perkembangan mental pembelajaran terjadi saat anak bekerja pada suatu zona yang disebut zona perkembangan
proksimal (zone of proximal development), yaitu suatu tingkat perkembangan sedikit berada diatas tingkat perkembangan seseorang saat
ini. Vigotsky (Slavin, 1995:17; Kariadinata, 2001) mendefinisikan zona perkembangan proksimal sebagai jarak antara level
perkembangan nyata yang ditandai dengan kemampuan problem solving independent dan level perkembangan potensial ditentukan
melalui pemecahan masalah dibawah bimbingan atau kolaborasi dengan orang yang lebih mampu. Untuk mencapai zona tersebut tugas
guru adalah memberikan scaffolding, yaitu sejumlah bantuan kepada anak pada tahap awal pembelajaran, dan berangsur-angsur
menguranginya untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk bekerja secara mandiri pada saat mereka sudah mampu. Bantuan
dimaksud dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, mengaitkan masalah dengan langkah-langkah penyelesaian masalah, memberi
contoh, atau hal-hal lain yang memungkinkan anak untuk tumbuh mandiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk mendapatkan keuntungan belajar dengan Cooperative Learning tidaklah
cukup dengan siswa duduk berkelompok kemudian mengerjakan tugasnya secara individu, atau menugaskan seseorang dalam
kelompoknya untuk menyelesaikan seluruh tugas kelompoknya. Pelaksanaan model ini haruslah didasari oleh filosofis getting better
together, yang artinya untuk mendapatkan hasil belajar yang terbaik hendaklah dilakukan secara bersama-sama.
Johnson & Johnson (Astuti, 2000: 20) mengemukakan syarat agar belajar kooperatif dapat berhasil, yaitu:
1. Adanya saling ketergantungan yang positif. Hal ni menuntut guru untuk menciptakan suasana belajar
2. Adanya interaksi tatap muka secara langsung sehingga dapat melakukan dialog dan dapat
3. Adanya akuntabilitas individu. Artinya setiap individu dituntut memberikan andil bagi keberhasilan
kelompok.
4. Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal, yang berupa keterampilan sosial berupa: tenggang
rasa, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain secara benar, berani mempertahankan pikiran dengan logis, dan
berbagai keterampilan lain yang bermanfaat untuk menjalin hubungan antar individu.
Untuk memenuhi tujuan tersebut perlu dipenuhi dalam Cooperative Learning hal-hal sebagai berikut bahwa para siswa yang
tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa: 1) mereka adalah bagian dari tim dan tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan
bersama, 2) masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan berhasil tidaknya kelompok menjadi tanggung jawab bersama,
3) untuk mencapai hasil maksimal mereka harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang mereka hadapi, dan 4)
setiap pekerjaan siswa berakibat langsung pada keberhasilan kelompoknya (Turmudi, 2001).
Dalam membentuk kelompok Malone dan Krismanto (1997) mengusulkan salah satu cara yang dalam penelitiannya terbukti
disukai siswa adalah berdasarkan keheterogenan kemampuan siswa dalam kelompok, sehingga pada setiap kelompok terdapat siswa
pandai yang dapat membimbing atau membantu siswa lain dalam kelompok yang berkemampuan kurang. Sebaliknya siswa yang lemah
tidak merasa enggan untuk berdiskusi dengan siswa yang pandai, sehingga dapat terjadi kolaborasi antar siswa tanpa melihat perbedaan
latar belakang.
Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan
Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kempo pada Kelas VIII yang jumlah siswanya 40 orang, terdiri dari 25
perempuan dan 15 laki-laki. Penelitian ini berlangsung pada semester pertama Tahun Pelajaran 2007/2008. Siswa yang menjadi subyek
penelitian memiliki karakteristik yang beragam, baik dari segi kemampuan, motivasi maupun latar belakang pengetahuannya. Itulah
Untuk berhasilnya tujuan penelitian, maka beberapa faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Faktor Guru
Karena penelitian ini bersifat kolaboratif, maka hal-hal yang diamati selama berlangsungnya pembelajaran dalam penelitian ini
adalah: apakah guru berhasil dalam menyampaikan konsep, membimbing dan memotivasi siswa.
b. Faktor Pembelajaran
Faktor yang diteliti dalam hal pembelajaran adalah: apakah perencanaan, metode atau pendekatan pembelajaran dapat berjalan
Siswa menjadi sentral utama dari penelitian ini. Semua kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran diamati dan dicatat
Aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran diamati dengan menggunakan instrumen Lembar Observasi.
d. Peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah dan pemecahan masalah matematika siswa.
Peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah dan pemecahan masalah matematika siswa adalah hasil akhir
yang diharapkan terlihat setelah pemberian perlakuan. Oleh karena itu setiap akhir siklus, kemampuan ini diukur dengan
instrumen tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika untuk mengetahui apakah tujuan penelitian telah
tercapai.
e. Ketuntasan Belajar
Prosentase ketuntasan belajar siswa merupakan bagian penting yang diamati dalam penelitian ini. Siswa dianggap tuntas belajar
apabila penguasaan materinya lebih dari 65%, atau mendapat nilai rata-rata 6,5 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
a. Siklus Pertama
Kegiatan perencanaan pada siklus pertama adalah tim peneliti berkolaborasi dengan guru matematika dalam mengembangkan
scenario pembelajaran dengan strategi think-talk-write. Selanjutnya tahap pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini siswa belum
terbiasa dengan strategi think-talk-write. Masih banyak yang terlihat kebingungan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
sekenanya. Beberapa siswa ( sekitar 10% ) mulai menyesuaikan diri dengan cara belajar “baru” ini, tetapi masih gagal dalam
memberikan respon yang diinginkan. Selanjutnya kekurangan-kekurangan tersebut menjadi bahan untuk perbaikan pada siklus
selanjutnya. Hasil formatif siswa menunjukkan bahwa upaya memperbaiki kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah
siswa masih terhambat karena pembelajaran dengan strategi think-talk-write tidak familiar dengan siswa.
b. Siklus Kedua
Pada siklus kedua dilakukan perbaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Suasana kompetisi dalam
memberikan penyelesaian masalah dalam setiap kelompok mulai muncul. Setiap siswa yang berusaha mengemukakan
pendapatnya diberi penghargaan dengan memberi perhatian dan meminta temannya untuk memberikan pendapatnya. Suasana
belajar mulai hidup dan siswa mulai terbiasa dengan belajar berkelompok dan mengemukakan pendapat. Dari setiap kelompok
diskusi mulai dihasilkan berbagai alternatif jawaban yang cukup kreatif. Pada tahap ini hasil tes kemampuan komunikasi dan
c. Siklus Ketiga
Berdasarkan hasil refleksi dari kegiatan pembelajaran pada siklus kedua, maka perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada
siklus ketiga diarahkan untuk semakin meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika. Masalah-
masalah semakin dibuat sulit agar siswa tertantang untuk mengerahkan segala kemampuan matematiknya untuk dapat menjawab
masalah tersebut. Siswa nampak mulai aktif dalam diskusi setiap kali dihadapkan pada masalah. Siswa diminta membandingkan
dan mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan siswa lain, baik secara perorangan maupun kelompok. Hasil tes kemampuan
komunikasi dan pemecahan masalah matematika siswa pada siklus ini meningkat seperti yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B.I (2004). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-
Talk-Write. Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: Tidak dipublikasikan.
Astuti, W.W. (2000). Penerapan Strategi Koperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Matematika Kelas II MAN Magelang. Tesis pada
PPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan.
Duren, P.,E. dan Cherrington, A. (1992). “The Effective of Cooperative Group Work Versus Independent Practice on the Learning of
Some Problem Solving Strategies”. Official Journal of School Science and Mathematics, 92 (2). 80-83.
Huinker, D. dan Laughlin, C. (1996). “Talk Your Way into Writing”. Dalam Communication in Mathematicss K-12 and Beyond, 1996
year book. National Council of Teachers of Mathematics.
Kariadinata, R. (2001). Peningkatan Pemahaman dan Kemampuan Analogi Matematika Siswa SMU melalui Pembelajaran Kooperatif.
Tesis PPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan.
Malone, J.A. dan Krismanto, A. (1997). “Indonesian Students’ Attitudes and Perceptions Towards Small-Group Work in Mathematics”.
Journal of Science and Mathematics Educations in Southeast Asia. XVI (2). 97-103
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.
Silver, E.A. dan Smith, M.S. (1996). “Building Discourse Communities in Mathematics Classrooms: A Worthwhile but Challenging
Journey”. dalam Communication in Mathematicss K-12 and Beyond. 1996 year book. National Council of Teachers of
Mathematics.
Slavin, R. E. (1994). Educational Psychologi: Theory and Practice. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.
Sriyono (1992). Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rinika Cipta.
Sumarmo, U. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi
Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian. Bandung: Lembaga Penelitian UPI.
Sutiarso, S. (2000). Problem Posing, Strategi Efektif Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: tidak
diterbitkan.
Turmudi (Ed)(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, UPI Bandung: JICA, FPMIPA-UPI.
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII (Delapan)
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Sub Pokok Bahasan : Menemukan Teorema
Pythagoras
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke : 1(satu)
A. Tujuan Pembelajaran:
Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Menyelesaikan soal-soal tentang kuadrat, akar kuadrat, dan luas persegi yang diketahui panjang sisi-sisinya.
2. Menjelaskan dan menemukan teorema Pythagoras dan syarat-syarat berlakunya.
3. Menuliskan terorema Pythagoras untuk sisi-sisi segitiga.
B. Sumber Pembelajaran
1. LKS 1
2. Buku siswa
I. Pendahuluan
Guru menginformasikan materi, model pembelajaran, dan tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa dalam pembelajaran.
Untuk motivasi siswa, guru dapat mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.
II. Kegiatan Inti
a) Siswa sendiri-sendiri membaca LKS membuat catatan kecil tentang materi, kemungkinan jawaban, serta hal-hal
yang tidak dipahaminya.
b) Siswa diskusi dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam LKS. Guru memantau jalannya diskusi
dan memberikan bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
c) Siswa secara individu menulis penyelesaian yang diperoleh dalam diskusi.
d) Dipilih satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Anggota kelompok lain
memberikan tanggapan. Guru membimbing siswa menuju jawaban yang benar.
III. Penutup
a) Siswa dmembuat rangkuman materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
b) Memberikan pekerjaan rumah.
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Topik : Menemukan Teorema Pythagoras
Waktu : 2 jam pelajaran
Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa tugas yang harus diselesaikan. Kegiatan yang harus kamu lakukan pada setiap
bagian tugas itu adalah:
1. Membaca dan memikirkan cara untuk menyelesaikan tugas, kemudian tuliskan hasilnya berupa apa yang
diketahui, ditanya, kemungkinan penyelesaian, serta apa yang tidak kamu ketahui dari tugas tersebut.
2. Setelah itu diskusikan dalam kelompokmu. Setiap orang dalam kelompok harus mendapat giliran
mengeluarkan pendapat serta mendengarkan dengan seksama ide dari temanmu. Jika dalam kelompokmu mendapat
masalah yang tidak dapat kamu selesaikan, kamu dapat bertanya kepada guru.
3. Setelah selesai, masing-masing siswa menuliskan jawabannya pada bagian yang disediakan.
Bagian A: Mengingat Kembali Kuadrat dan Akar Kuadrat Suatu Bilangan, Luas Persegi.
1. Pak Amin dan Pak Amat masing-masing mempunyai sebuah kolam ikan berbentuk persegi. Pak Amin hanya tahu luas
kolamnya yaitu 256m2, sedangkan pak Amat hanya tahu panjang sisi kolamnya yaitu 4,2 m. bagaimana kamu
menjelaskan pertanyaan berikut?
a. Berapa panjang sisi kolam pak Amin?
b. Berapa luas kolam pak Amat?
2. Kartu pelajar Selvi berukuran 6 cm x 8 cm. Jelaskan bagaimana caranya ia menghitung panjang diagonal kartu itu?
Adakah cara lain?
Penyelesaian:
k l x P
z y
m R Q
4. Gunakan hubungan diatas untuk menentukan panjang sisi segitiga siku-siku berikut yang belum diketahui;
10 7,5 A 14 B
m
l 10
9 k 8,5
16
12 C
Penyelesaian:
Bagian C. Soal-Soal Latihan
5. Tuliskan rumus Pythagoras dari segitiga siku-siku dibawah ini dan lukiskan pembentukan rumus tersebut.
A
c b
B
a
C
c<b<a
6. Misalkan sebidang kebun berbentuk persegi panjang ukurannya dinyatakan 3x meter dan 4x meter, serta
7. Pada gambar berikut terdapat beberapa buah segitiga. Sebutkan pada segitiga mana saja berlaku teorema Pythagoras?
Mengapa?
G F C
D
Penyelesaian:
E
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : II (Dua)
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Sub Pokok Bahasan : Penggunaan Teorema Pythagoras
pada Bangun Datar
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke : 2 (dua)
A. Tujuan Pembelajaran:
B. Sumber Pembelajaran
1. LKS 2
2. Buku siswa
I Pendahuluan
a) Guru bersama siswa mendiskusikan pekerjaan rumah yang dianggap sulit.
b) Guru menjelaskan materi, model pembelajaran, dan tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa dalam pembelajaran.
III. Penutup
a) Siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
b) Memberikan pekerjaan rumah.
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Topik : Penggunaan Teorema Pythagoras
Waktu : 2 jam pelajaran
Petunjuk: Dibawah ini terdapat beberapa tugas yang harus diselesaikan. Kegiatan yang harus kamu lakukan pada setiap
tugas itu adalah:
1. Membaca dan memikirkan cara untuk menyelesaikan tugas, kemudian tuliskan hasilnya berupa apa yang diketahui,
ditanya, kemungkinan penyelesaian, serta apa yang tidak kamu ketahui dari tugas tersebut.
2. Setelah itu diskusikan dalam kelompokmu. Setiap orang dalam kelompok harus mendapat giliran mengeluarkan
pendapat serta mendengarkan dengan seksama ide dari temanmu. Jika dalam kelompokmu mendapat masalah yang
tidak dapat kamu selesaikan, kamu dapat bertanya kepada guru.
3. Setelah selesai, masing-masing siswa menuliskan jawabannya pada bagian yang disediakan.
Penyelesaian:
Bagian B: Soal-Soal Latihan 5m
5. Gambar di samping adalah rumah tampak dari depan.Tentukan tinggi rumah dari dasar lantai
sampai ke puncak atap!
6m
8m
6. Persegi PQRS mempunyai dua titik sudut P(2,1) dan R(6,5). Gambarlah persegi itu pada kertas berpetak, kemudian tentukan panjang
diagonal dan panjang sisinya.
9
8
7
6
5
4
-1 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 X
2
7. Pada gambar1 berikut, tentukan nilai p dan q
K
16 cm
q cm
N p cm
12 cm L
Penyelesaian: M 15 cm
A. Tujuan Pembelajaran:
2. Menyelesaikan soal cerita tentang penggunaan terorema Pythagoras pada bangun ruang.
B. Sumber Pembelajaran
1. LKS 3
2. Buku siswa
I Pendahuluan
a) Guru bersama siswa mendiskusikan pekerjaan rumah yang dianggap sulit.
b) Guru menjelaskan materi, model pembelajaran, dan tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa dalam pembelajaran.
III. Penutup
c) Siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
d) Memberikan pekerjaan rumah.
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Topik : Penggunaan Teorema Pythagoras
Waktu : 2 jam pelajaran
Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa tugas yang harus diselesaikan. Kegiatan yang harus kamu lakukan pada setiap
tugas itu adalah:
1. Membaca dan memikirkan cara untuk menyelesaikan tugas, kemudian tuliskan hasilnya berupa apa yang
diketahui, ditanya, kemungkinan penyelesaian, serta apa yang tidak kamu ketahui dari tugas tersebut.
2. Setelah itu diskusikan dalam kelompokmu. Setiap orang dalam kelompok harus mendapat giliran
mengeluarkan pendapat serta mendengarkan dengan seksama ide dari temanmu. Jika dalam kelompokmu mendapat
masalah yang tidak dapat kamu selesaikan, kamu dapat bertanya kepada guru.
3. Setelah selesai, masing-masing siswa menuliskan jawabannya pada bagian yang disediakan.
Penyelesaian:
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : II (Dua)
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
B. Sumber Pembelajaran
1. LKS 4
2. Buku siswa
I Pendahuluan
a) Guru bersama siswa mendiskusikan pekerjaan rumah yang dianggap sulit.
b) Guru menjelaskan materi, model pembelajaran, dan tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa dalam pembelajaran.
III. Penutup
a) Siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
b) Memberikan pekerjaan rumah.
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Topik : Tripel Pythagoras
Waktu : 2 jam pelajaran
Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa tugas yang harus diselesaikan. Kegiatan yang harus kamu lakukan pada setiap
tugas itu adalah:
1. Membaca dan memikirkan cara untuk menyelesaikan tugas, kemudian tuliskan hasilnya berupa apa yang
diketahui, ditanya, kemungkinan penyelesaian, serta apa yang tidak kamu ketahui dari tugas tersebut..
2. Setelah itu diskusikan dalam kelompokmu. Setiap orang dalam kelompok harus mendapat giliran
mengeluarkan pendapat serta mendengarkan dengan seksama ide dari temanmu. Jika dalam kelompokmu mendapat
masalah yang tidak dapat kamu selesaikan, kamu dapat bertanya kepada guru.
3. Setelah selesai, masing-masing siswa menuliskan jawabannya pada bagian yang disediakan.
Bagian A
1. a. Gambarlah dengan teliti segitiga dengan sisi-sisi sebagai berikut:
i) 3, 4, 5 cm. ii) 5, 12, 13 cm. iii) 6, 8, 10 cm.
b. Segitiga apa yang kamu dapatkan? (gunakan busur).
c. Hubungan apa yang terdapat pada sisi-sisi setiap segitiga itu?
d. Dari (a), (b), dan (c), Tuliskan kesimpulan yang dapat kamu ambil!
2. Cari 5 pasang bilangan yang memenuhi kesimpulan yang kamu peroleh pada soal nomor 1(d).
Pasangan-pasangan bilangan yang kamu peroleh disebut Tripel Pythagoras
Penyelesaian: N 4 cm 9 cm
M
L
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : II (Dua)
Pokok Bahasan : Garis-Garis Sejajar
Sub Pokok Bahasan : Sifat-Sifat Garis Sejajar
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke : 5 (lima)
A. Tujuan Pembelajaran:
B. Sumber Pembelajaran
1. LKS 5
2. Buku siswa
I Pendahuluan
a) Guru bersama siswa mendiskusikan pekerjaan rumah yang dianggap sulit.
b) Guru menjelaskan materi, model pembelajaran, dan tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa dalam pembelajaran.
II. Kegiatan Inti
a) Siswa sendiri-sendiri membaca LKS membuat catatan kecil tentang materi, kemungkinan jawaban, serta hal-hal
yang tidak dipahaminya.
b) Siswa diskusi dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam LKS. Guru memantau jalannya diskusi dan
memberikan bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
c) Siswa secara individu menulis penyelesaian yang diperoleh dalam diskusi.
d) Dipilih satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Anggota kelompok lain
memberikan tanggapan. Guru membimbing siswa menuju jawaban yang benar.
III. Penutup
a) Siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
b) Memberikan pekerjaan rumah.
Pokok Bahasan : Garis-Garis Sejajar
Topik : Sifat-Sifat Garis Sejajar
Waktu : 2 jam pelajaran
Petunjuk :Dibawah ini terdapat beberapa tugas yang harus diselesaikan. Kegiatan yang harus kamu lakukan pada setiap
tugas itu adalah:
1. Membaca dan memikirkan cara untuk menyelesaikan tugas, kemudian tuliskan hasilnya berupa apa yang
diketahui, ditanya, kemungkinan penyelesaian, serta apa yang tidak kamu ketahui dari tugas tersebut..
2. Setelah itu diskusikan dalam kelompokmu. Setiap orang dalam kelompok harus mendapat giliran
mengeluarkan pendapat serta mendengarkan dengan seksama ide dari temanmu. Jika dalam kelompokmu mendapat
masalah yang tidak dapat kamu selesaikan, kamu dapat bertanya kepada guru.
3. Setelah selesai, masing-masing siswa menuliskan jawabannya pada bagian yang disediakan.
3. Apakah yang terjadi jika satu garis memotong salah satu dari dua garis yang sejajar?
Jelaskan jawabanmu dan buat gambarnya!
l
4. Perhatikan gambar berikut: Garis l sejajar dengan garis m (l//m). Jika garis n//m,
m
apakah hubungan garis l dengan garis n?
n
5. Berdasarkan soal nomor 2 sampai 4, sebutkan 3 sifat garis-garis sejajar!
Penyelesaian:
Bagian C.
5. H G Perhatikan gambar balok disamping.
E F a. Sebutkan garis-garis yang sejajar dengan EB dan EF.
b. Apakah AD // CD, EH //BC?
D C
Mengapa?
A B
6. Benar atau salahkah pernyataan dibawah ini? Berikan alasan!
a. Melalui dua titik berbeda hanya dapat dibuat satu garis lurus.
b. Melalui sebuah titik di luar suatu garis lurus hanya dapat dibuat satu garis lurus.
c. Apabila garis h // I dan I // j maka pasti h // j.
Penyelesaian:
Bagian D:
7. Jika di antara dua garis sejajar terdapat sebuah titik, dapatkah dibuat sebuah garis yang memotong kedua garis
tersebut? Jelaskan dan buat gambarnya.
8. Terdapat dua garis sejajar misalkan garis x dan y. Garis z memotong garis x membentuk sudut 600.
a. Buat gambarnya.
b. Apakah garis z memotong garis y? Mengapa?
c Jika z memotong y tentukan semua sudut yang terjadi pada garis y!
Penyelesaian:
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : II (Dua)
Pokok Bahasan : Garis-Garis Sejajar
Sub Pokok Bahasan : Sudut-Sudut yang terjadi Jika Dua
Garis sejajar Dipotong Sebuah Garis
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Pertemuan ke : 6 (enam)
A. Tujuan Pembelajaran:
B. Sumber Pembelajaran
1. LKS 6
2. Buku siswa
III. Penutup
a) Siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
b) Memberikan pekerjaan rumah.
Kisi-Kisi Soal Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis
Sekolah/Kelas : SLTP/II Alokasi Waktu : 80 menit
Mata Pelajaran : Matematika Jumalh Soal : 10 Butir
A. Kisi-Kisi Soal Komunikasi Matematis
2. Lima orang anak berlomba lari pada lapangan yang berbentuk persegi
dengan panjang sisinya 40 m. Sudut-sudut lapangan dinamakan A, B,
C, dan D, dan semua anak mulai lari dari titik A dan berakhir di titik
berbeda sebagai berikut: adi di titik D, Budi di titik tengah sisi CD, Cika
di titik C, Dio titik tengah sisi BC, dan Fahri ti titik B. Andaikan kondisi
jalan yang ditempuh sama dan lintasan lari berbentuk garis lurus.
c. Gambarlah rute lari kelima anak itu!
d. Adilkah aturan seperti itu? Kalau adil, mengapa? Kalau tidak adil,
bagaimana supaya adil?
3. Sebuah pesawat udara dari bandara A terbang ke bandara B sejauh
120 km. Kemudian terbang lagi ke bandara C sejauh 150 km. Dari
bandara C langsung terbang lagi ke bandara A. Jika posisi bandara A,
B, dan C adalah titik sudut sebuah segitiga siku-siku, tentukan jarak
bandara A dan C! Jelaskan dan buat gambarnya.
4. Pada persegi panjang KLMN, titik P, Q, dan R masing-masing
terletak pada tengah-tengah sisi KL, LM, dan MN. Sedangkan titik S
Petunjuk :
2. Setiap jawaban harus memuat apa yang diketahui dan ditanya, apa yang
dapat digunakan, serta pemeriksaan kembali jawaban yang diperoleh.
Tgl/Pertemuan ke:
C.
K e g ia t a n : A sp ek Pengamatan
Keterangan
N
ya ng D i a ma t i
B C K
1 Think: Membaca dan mencari Jika informasi yang diper
lukan yang dapat
informasi yang berkenaan diungkap siswa:
dengan tugas. ³70% = Baik
70%-45% = Cukup
< 45% = kurang
2 Talk: B jika
satu atau
semuanya
hanya
kadang-
kadang terjadi