Anda di halaman 1dari 8

Identifikasi Bahaya, Penilaian (Murdiyono) 47

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI


BENGKEL PENGELASAN SMK
HAZARD IDENTIFICATION, ASSESSMENT AND RISK CONTROL IN THE WELDING
WORKSHOP VOCATIONAL HIGH SCHOOL

Oleh: Murdiyono, Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: murdio23@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bahaya apa saja yang dapat terjadi, penilaian risiko, dan upaya
pengendalian risiko. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Data
diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi foto kondisi bengkel pengelasan. Keabsahan
data dilakukan dengan uji kredibilitas, uji dependabilitas dan uji konfirmabilitas. Analisis data menggunakan teknik
analisis model Miles dan Huberman yaitu mereduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teridentifikasi 45 bahaya di bengkel pengelasan; penilaian risiko di bengkel
pengelasan terdiri dari 38 bahaya risiko rendah dan 7 bahaya risiko sedang; pengendalian risiko yang ada di
bengkel pengelasan terdiri dari 26 tindakan yang sudah direncanakan dan 19 tindakan yang belum direncanakan.

Kata kunci: Identifikasi dan pengendalian bahaya, penilaian risiko, bengkel pengelasan

Abstract
This research aimed at knowing: what hazard that can happen, the risk assessment, and the effort to control
the risks in the welding workshop of vocational high school. This is a qualitative descriptive research with case
study method. Data were collected through observation, in-depth interviews and photos documentation of the
welding workshop conditions. Data validation was done with the credibility test, dependability test, and
confirmability test. The data was analyzed using analysis techniques model of Miles and Huberman that are data
reduction, data presentation and conclusion or verification. The case study shows that identified 45 hazards in
welding workshop; risk assessment in the welding workshop consists of 38 low-risk hazards and 7 medium-risk
hazards; risk control in the welding workshop consists of 26 actions already planned and 19 actions have not yet
planned.

Keywords: Identification and control of hazards, risk assessment, welding workshop

PENDAHULUAN peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi


dan seni agar mampu mengembangkan diri di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
kemudian hari baik secara mandiri maupun
merupakan wadah untuk membentuk sumber daya
melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan
manusia yang terampil dalam bidang tertentu agar
membekali peserta didik dengan kompetensi-
dihasilkan lulusan yang siap kerja dan mempunyai
kompetensi yang sesuai dengan program keahlian
kemampuan sesuai dengan kebutuhan industri.
yang dipilih. (UU RI Nomor 20 Tahun 2003
SMK mempunyai tujuan: menyiapkan peserta
tentang Sistem Pendidikan Nasional).
didik agar menjadi manusia produktif, mampu
Guna mencapai tujuan tersebut, lulusan
bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan
perlu dibekali dengan kompetensi sesuai dengan
yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah
bidang keahlian. Salah satu bidang keahlian yang
sesuai kompetensi dalam program keahlian yang
ada di SMK yaitu Teknik Mesin dengan jurusan
dipilihnya; menyiapkan peserta didik agar mampu
Teknik Pengelasan. Berdasar Peraturan Menteri
memiliki karir, ulet dan gigih dalam
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun
berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja
2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan mengembangkan sikap profesional dalam
Pendidikan Dasar dan Menengah terdapat tiga
bidang keahlian yang diminatinya; membekali
dimensi kompetensi lulusan untuk SMK. Ketiga
48 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016
dimensi kompetensi tersebut yaitu dimensi sikap guru saat praktik masih kurang dan perlengkapan
(afektif), dimensi pengetahuan (kognitif) dan APD (Alat Pelindung Diri) masih kurang.
dimensi keterampilan (psikomotorik). Ketiga Keselamatan kerja merupakan program
dimensi tersebut harus bersinergi agar siswa tidak perlindungan terhadap karyawan atau pekerja pada
hanya mengetahui tentang teori saja, tetapi juga saat bekerja dan berada di lingkungan tempat
dapat melakukan praktik pengelasan disertai kerja dari risiko kecelakaan kerja dan kerusakan
sikap yang baik. mesin atau alat kerja untuk mencegah dan
Bengkel adalah salah satu aspek untuk menghilangkan sebab terjadinya kecelakaan
menunjang proses pembelajaran praktik di SMK. (Alfajri Ismail: 2012). Keselamatan kerja juga
Bengkel adalah sarana penting dalam pendidikan dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari
kejuruan untuk menerima pembelajaran praktik bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan
dan mengaplikasikan teori melalui praktikum. kata lain merupakan salah satu faktor yang harus
Bengkel yang baik harus memenuhi beberapa dilakukan selama bekerja. Keselamatan kerja
indikator, diantaranya: luas bengkel memadai mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan
untuk kegiatan proses belajar praktik, bengkel perlindungan terhadap tenaga kerja dari
diusahakan terpisah dengan kelas, mudah diakses kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat
kendaraan transportasi penyedia bahan praktik, kondisi kerja yang tidak aman (Cecep dan Mitha,
menyediakan ruang yang berkaitan dengan 2013: 91-94). Tujuan keselamatan kerja adalah
pekerjaan praktik seperti ruang teknisi dan ruang untuk memelihara lingkungan kerja yang sehat;
alat, pencahayaan yang cukup terang dan mencegah dan mengobati kecelakaan yang
melengkapi alat-alat pencegah kecelakaan kerja disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja;
(Sukardi dan Siti Nurjanah, 2015: 13). mencegah dan mengobati keracunan; menyesuaikan
Aspek penting dalam penyelenggaraan kemampuan dengan pekerjaan; dan merehabilitasi
bengkel adalah aspek Keselamatan dan Kesehatan pekerja yang cidera akibat pekerjaan (Cecep dan
Kerja (K3). Aspek ini selalu berkaitan dengan Mitha, 2013: 93). Hal senada juga diamanatkan di
risiko dan potensi bahaya yang terjadi. Risiko dan dalam Pasal 3 UU RI nomor 1 Tahun 1970
potensi bahaya yang mengancam keselamatan kerja tentang Keselamatan Kerja.
umumya berkenaan dengan bengkel. Permasalahan Risiko yang seringkali terjadi dalam suatu
di bengkel pengelasan SMK N 2 Pengasih yaitu: proses kegiatan atau pekerjaan di pendidikan
tidak adanya sirkulasi udara di ruang pengelasan teknologi dan kejuruan adalah kecelakaan kerja.
mengakibatkan asap yang ditimbulkan dari proses Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan
pengelasan terhirup langsung oleh operator; sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis
gangguan kebisingan dari penggunaan peralatan yang menyangkut aspek manusia, peralatan,
praktik dan mesin produksi; potensi bahaya material, dan lingkungan kerja (Soehatman Ramli,
kebakaran yang berasal dari pengoperasian alat 2010). Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya
dan mesin-mesin, penggunaan sumber-sumber kecelakaan dan kerugian pada periode waktu
panas dalam kegiatan praktik dan risiko tertentu atau siklus operasi tertentu. Sedangkan
penggunaan tenaga listrik; pencahayaan di ruang tingkat risiko merupakan perkalian antara tingkat
praktik yang kurang terang; penataan alat-alat keseringan dan keparahan (severity) dari suatu
praktik yang belum rapi sehingga mengganggu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian,
mobilitas siswa saat praktik; sekat pembatas pada kecelakaan atau cedera dan sakit yang mungkin
ruang praktik las oksi-asetilin belum tersedia; dan timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat
list tingkat risiko penggunaan mesin dan proses kerja (Tarwaka, 2008). Risiko yang biasanya
kerja di bengkel belum ada. Permasalahan lain mengancam kegiatan di bengkel sekolah antara
yang muncul yaitu terdapat beberapa siswa tidak lain: terpapar radiasi, kimia, biologi, infeksi,
peduli terhadap keselamatan kerja, pengawasan alergi, listrik, dan fisik. Risiko fisik yang terjadi
seperti terkilir, terpeleset, terjatuh, tergores,
Identifikasi Bahaya, Penilaian (Murdiyono) 49
tertusuk, dan terbentur, tergantung jenis kegiatan akan keselamatan kerja dan kesehatan kerja di
praktik yang diselenggarakan. bengkel. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian
Guna mencegah terjadi kecelakaan kerja ini adalah untuk: mengetahui bahaya apa saja
di tempat kerja/bengkel, maka perlu dilakukan yang dapat terjadi; mengetahui tentang penilaian
identifikasi bahaya sejak dini. Identifikasi bahaya risik; dan mengetahui upaya pengendalian risiko
merupakan suatu proses yang dapat dilakukan yang harus dilakukan oleh manajemen bengkel di
untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang bengkel pengelasan SMK.
berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di
METODE PENELITIAN
tempat kerja (Tarwaka, 2008). Sedangkan Alfajri
Ismail (2012) mengemukakan bahwa identifikasi Jenis Penelitian
bahaya adalah suatu proses aktivitas yang Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dilakukan untuk mengenali seluruh situasi, kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian
kondisi atau kejadian yang berpotensi sebagai ini berusaha untuk mendeskripsikan bahaya/risiko
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit yang mungkin terjadi di bengkel pengelasan
akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. SMK. Kemudian, dilakukan penilaian risiko dan
Pengendalian risiko/bahaya adalah suatu tahapan- dirumuskan pengendalian bahaya agar risiko
tahapan tingkatan yang berurutan yang digunakan kecelakaan kerja dapat dikurangi dan meningkatkan
dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang ergonomi di bengkel pengelasan SMK.
mungkin terjadi (ILO, 2013).
Tahapan dalam pengendalian bahaya/ Waktu dan Tempat Penelitian
risiko menurut Tarwaka (2008) yaitu: eliminasi Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 2
(elimination), substitusi (substitution), rekayasa Pengasih yang beralamat di Jalan K.R.T
teknik (engineering control), isolasi (isolation), Kertodiningrat, Mergosari, Pengasih, Kulon
pengendalian administrasi (administration control), Progo. Penelitian dilakukan pada tanggal 9
dan APD. Sedang menurut Darmawan Saputra, November sampai dengan 9 Desember 2015.
tahapan pengendalian risiko adalah: primary
control (pengendalian yang dilakukan dengan Target/Subjek Penelitian
menghilangkan bahaya, mengganti mesin atau Subjek penelitian adalah: 1) Koordinator
material yang lebih aman dan rekayasa teknik), Bengkel Pengelasan SMK N 2 Pengasih, 2) Guru
secondary control (pengendalian yang dilakukan Praktik Pengelasan SMK N 2 Pengasih. Subjek
pada segi administratif), tertiary control penelitian berperan sebagai informan untuk
(pengendalian yang dilakukan dengan membuat memberi informasi melalui wawancara mengenai
acuan kerja), dan APD. penilaian dan pengendalian risiko di bengkel
Mencermati permasalahan tersebut, kiranya pengelasan SMK. Sedangkan objek penelitian
sangatlah penting untuk dilakukan identifikasi adalah bengkel pengelasan SMK N 2 Pengasih.
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko di
bengkel pengelasan SMK. Hal ini dilakukan agar Prosedur
dapat diperoleh informasi yang akurat tentang Prosedur penelitian dilaksanakan berdasar
bahaya yang mungkin terjadi di bengkel sekaligus langkah Hazard Identification & Risk Assessment.
tingkat risikonya. Selain itu dapat diperoleh Tahapannya adalah: 1) identifikasi bahaya/risiko,
informasi mengenai tindakan pengendalian bahaya 2) penilaian risiko, dan 3) pengendalian bahaya/
untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya risiko.
yang ada. Informasi tersebut berguna agar siswa, Identifikasi bahaya/risiko dilakukan dengan
guru, manajemen bengkel mengetahui tentang mengidentifikasi bahaya berdasar hasil observasi
bahaya dan pengendalian bahaya yang ada di di bengkel menggunakan lembar checklist. Penilaian
bengkel sehingga menimbulkan rasa kepedulian risiko dilakukan setelah bahaya/risiko di bengkel
50 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016
teridentifikasi. Data penilaian risiko diperoleh Tabel 1. Hasil Lembar Observasi (Check List)
dari wawancara dengan subjek penelitian.
Jumlah Jawaban
Pengendalian bahaya/risiko dilakukan setelah Indikator
Butir ya tidak
tingkat risiko diketahui. Penentuan pengendalian
1. Penanganan dan 12 5 7
ini berdasarkan tingkat risiko dari bahaya yang penyimpanan material
sudah teridentifikasi melalui wawancara dengan 2. Penggunaan perkakas 11 8 3
subjek penelitian. tangan
3. Pengamanan mesin 17 12 5
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data 4. Desain tempat kerja/ 26 19 7
Data dikumpulkan melalui observasi bengkel
menggunakan check list yang diterbitkan oleh 5. Pencahayaan 6 2 4
ILO, wawancara dengan Koordinator Bengkel 6. Cuaca kerja 7 2 5
Pengelasan dan Guru Praktik Pengelasan untuk 7. Kebisingan dan getaran 3 3 -
memperoleh informasi mengenai penilaian risiko 8. Fasilitas pekerja 11 7 4
dan tindakan pengendalian bahaya di bengkel 9. Organisasi bengkel 8 6 2
pengelasan SMK. JUMLAH 101 64 37

Pengujian Keabsahan Data Dari hasil lembar observasi diketahui


Data yang sudah diperoleh perlu diuji jumlah kasus mengenai kondisi bengkel yang
keabsahannya agar data tersebut kredibel dan dapat berpotensi menimbulkan bahaya dan jumlah
dipercaya. Pengujian keabsahan data menggunakan kasus yang tidak berpotensi menimbulkan bahaya
Uji Kredibilitas (Teknik Member Check), Uji dari setiap indikator dapat dilihat pada Gambar 1
Dependabilitas dan Uji Konfirmabilitas.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis data model Miles dan Huberman.
Proses analisis model Miles dan Huberman terdiri
dari tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian
data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi data terdiri dari analisis mengenai
kondisi bengkel, penilaian risiko dan pengendalian
bahaya di bengkel pengelasan. Penyajian data
menggunakan tabel HIRA (Hazard Identification
& Risk Assessment) dan grafik. Kemudian data Gambar 1. Jumlah Kasus Mengenai Kondisi
yang sudah disajikan dengan tabel HIRA dan Bengkel Pengelasan SMK N 2
grafik ditarik kesimpulan atau verifikasi. Pengasih

Bahaya yang teridentifikasi di bengkel


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adalah 45 bahaya yang dengan tingkat risiko yang
Setelah dilakukan observasi menggunakan berbeda-beda. Tingkat risiko yang terjadi terdiri
check list dan pengamatan langsung di bengkel dari 6 (enam) tingkatan tampak pada Gambar 2.
pengelasan SMK N 2 Pengasih dapat diperoleh Action plan pengendalian bahaya/risiko &
gambaran kondisi bengkel yang meliputi 9 potensi insiden di bengkel pengelasan SMK N 2
indikator dengan 101 item pernyataan. Hasil Pengasih terdiri atas pengendalian yang sudah
lembar observasi (check list) dapat dilihat Tabel 1. direncanakan dan yang belum direncanakan.
Pengendalian yang sudah direncanakan oleh
Identifikasi Bahaya, Penilaian (Murdiyono) 51
manajemen bengkel terdapat 26 tindakan, sedang memastikan penggunaan alat pemindah secara
yang belum direncanakan terdapat 19 tindakan. maksimal dan menyediakan tempat sampah yang
memadai. Pengendalian tersebut dapat dilakukan
oleh koordinator bengkel dan teknisi. Selain itu
dapat meminta bantuan dari siswa yang sedang
praktik industri di bengkel tersebut.

Penggunaan perkakas tangan


Kasus atau kondisi penggunaan perkakas
tangan di bengkel pengelasan yang berpotensi
menimbulkan bahaya yaitu: penempatan alat
bantu las masih belum rapi, belum ada
pemeliharaan alat secara berkala, masih ada siswa
Gambar 2. Jumlah Bahaya Berdasarkan
Tingkatan Risiko yang menggunakan alat tidak sesuai SOP dan alat
yang sudah rusak belum dipisahkan.
Agar supaya diperoleh kajian yang runtut Bahaya dari penggunaan perkakas tangan
maka pembahasan dimulai dari: kondisi bengkel yang teridentifikasi yaitu: (1) jig dan fixture tidak
pengelasan SMK N 2 Pengasih, identifikasi bahaya, terawat dengan baik, (2) perkakas tangan rusak
penilaian risiko dan tindakan pengendalian bahaya. belum dipisahkan, (3) masih ada gerinda tangan
yang tidak terdapat pelindung batu, (4) perkakas
Penanganan dan penyimpanan material tangan masih dicampur, (5) penggunaan alat
Kasus atau kondisi penanganan dan bantu las tidak sesuai SOP, (6) penggunaan mesin
penyimpanan material di bengkel pengelasan gergaji di rute transportasi, dan (7) penggunaan
yang berpotensi menimbulkan bahaya yaitu: area gerinda tangan tanpa menggunakan APD. Bahaya
penyimpanan material sempit, tidak ada area penggunaan perkakas termasuk bahaya dengan
khusus untuk pemotongan bahan, penyimpanan tingkat risiko rendah.
material belum rapi, penggunaan alat pemindah Pengendalian untuk penggunaan perkakas
belum maksimal, tidak ada tempat limbah. tangan yaitu: perbaikan jig dan fixture,
Bahaya dari penanganan dan penyimpanan memperbaiki perkakas tangan yang rusak,
material meliputi: (1) rute transportasi terhalang memastikan penggunaan perkakas tangan sesuai
material, (2) penempatan rak penyimpanan di SOP dan memastikan penggunaan APD saat
tempat yang sempit, (3) penyimpanan material praktik. Koordinator bengkel, guru dan teknisi
yang tercampur, (4) material hasil praktik yang bertanggung jawab dalam pengendalian tersebut.
berserakan, (5) tempat pemotongan jauh dari area
penyimpanan bahan, (6) area penyimpanan dekat Pengamanan mesin
dapur listrik dan terlalu sempit, (7) Sekitar area Kasus atau kondisi pengamanan mesin di
penyimpanan digunakan untuk area perbaikan bengkel pengelasan yang berpotensi menimbulkan
mesin, (8) penggunaan alat pemindah belum bahaya yaitu: masih ada sebagian mesin yang
maksimal, (9) penempatan rak material menempel belum ter-cover, belum ada pengaman tabung gas
dinding dan (10) tidak ada tempat sampah/ oksigen dan belum adanya perawatan mesin
limbah. Bahaya yang terdapat pada penanganan secara berkala.
dan penyimpanan material mempunyai tingkat Bahaya dari pengamanan mesin yaitu:
risiko yang rendah. (1) tidak ada pengaman di area penggerindaan,
Pengendalian bahaya pada penanganan (2) tidak ada pengaman pada tabung oksigen dan
dan penyimpanan material yaitu: memindahkan gas oksi asetilin, (3) tidak ada tanda pengaman
material yang berserakan, pemisahan material, pada elektrode dryer, dan (4) belum adanya
pembuatan box untuk material hasil praktik, petunjuk pemakaian pada mesin-mesin tertentu
52 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016
seperti mesin roll. Bahaya dari pengamanan mesin (3) pencahayaan yang kurang merata, (4) kaca
yang ada di bengkel pengelasan SMKN 2 Pengasih jendela dan lampu yang tidak bersih, dan (5) bilik
termasuk bahaya dengan tingkat risiko rendah. las yang kurang terang. Bahaya mengenai
Pengendalian untuk pengamanan mesin pencahayaan termasuk bahaya dengan tingkat
yaitu: memasang sekat pembatas meja las, risiko rendah.
memasang pengaman tabung gas dan memindahkan Pengendalian bahaya untuk pencahayaan
elektrode dryer ke tempat yang aman. yaitu: membersihkan kaca jendela dan langit-
Pengendalian tersebut masih dalam rencana dan langit, memasang lampu dan merekayasa sistem,
belum ditentukan kapan waktu pelaksanaannya. menambahkan lampu yang sesuai agar pencahayaan
Dalam hal ini, koordinator bengkel bertanggung di area kerja dapat merata, dan mengganti warna
jawab dalam pelaksanaan pengendalian tersebut. dinding atau bilik las dengan warna yang cerah.

Desain tempat kerja/bengkel Cuaca kerja


Kasus atau kondisi desain tempat kerja/ Kasus atau kondisi cuaca kerja di bengkel
bengkel di bengkel pengelasan yang berpotensi pengelasan yang berpotensi menimbulkan bahaya
menimbulkan bahaya yaitu: tidak adanya bilik las yaitu: kurangnya penghisap asap las, penanganan
untuk las GMAW, jalur evakuasi belum jelas, dan sampah belum baik, dan tidak ada sekat pembatas
kurangnya pengoptimalan penggunaan area kerja. pada las oksi-asetilin.
Bahaya dari desain tempat kerja/bengkel Bahaya dari cuaca kerja yaitu: (1) sistem
yaitu: (1) tidak ada sekat pembatas antar meja las ventilasi kurang, (2) tidak berfungsi penghisap
oksi-asetilin, (2) rute transportasi dijadikan asap, (3) sistem ventilasi yang ada belum
tempat praktik, (3) hanya terdapat satu kotak maksimal, (4) masih ada siswa yang tidak bisa
kontak listrik pada satu area, (4) tabung gas tidak menggunakan APAR, (5) penanganan sampah
diletakkan di tempat aman, (5) dapur pembuatan tidak maksimal, dan (6) sinar las masih menyebar
gas asetilin tidak terawat, (6) satu bilik las ke seluruh ruang (Las GMAW dan Oksi-asetilin).
terkadang digunakan oleh beberapa siswa secara Bahaya dengan tingkat risiko rendah sejumlah 4
bersamaan, (7) jalur evakuasi tidak jelas, dan risiko/bahaya dan tingkat risiko sedang sejumlah
(8) banyak debu di meja las oksi-asetilin. Bahaya 2 risiko/bahaya. Pengendalian untuk cuaca kerja
dengan tingkat risiko rendah sejumlah 6 bahaya yaitu memperbaiki sistem ventilasi dan penghisap
dan risiko sedang 2 bahaya. asap, serta menyediakan tepat sampah.
Pengendalian untuk desain tempat kerja
yaitu: merapikan tabung gas, merawat dapur Kebisingan dan getaran
pembuatan gas asetilin, memastikan area kerja Hal yang terkait kebisingan dan getaran,
selalu bersih dan menjaga kebersihan jendela dan bengkel pengelasan SMK N 2 Pengasih termasuk
lampu penerangan. Pengendalian ini dapat dalam kondisi yang sudah layak digunakan.
dilakukan oleh guru, teknisi maupun koordinator Isolasi mesin yang berisik, perawatan mesin agar
bengkel. dapat mengurangi kebisingan masih dalam batas
yang aman. Penggunaan mesin dan alat tidak
Pencahayaan mengganggu komunikasi di bengkel. Suara hasil
Kasus atau kondisi pencahayaan bengkel penggerindaan masih dalam batas aman asal siswa
pengelasan yang berpotensi menimbulkan bahaya menggunakan APD (earplug) saat menggerinda.
yaitu: penggunaan warna dinding, penerangan
bengkel belum merata, dan kaca lampu dan Fasilitas pekerja
jendela banyak yang kotor. Kasus atau kondisi fasilitas pekerja di
Bahaya dari pencahayaan di bengkel bengkel pengelasan yang berpotensi menimbulkan
yaitu: (1) pencahayaan dari luar ruangan kurang bahaya yaitu: jalur evakuasi yang tidak jelas,
maksimal, (2) koridor yang kurang terang, APD tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik,
Identifikasi Bahaya, Penilaian (Murdiyono) 53
tidak adanya tanda untuk area yang membutuhkan direncanakan adalah 26 tindakan dan yang belum
APD khusus, dan tidak adanya ruang istirahat di direncanakan 19 tindakan.
area bengkel.
Bahaya dari fasilitas pekerja/siswa di Saran
bengkel pengelasan SMKN 2 Pengasih yaitu: Beberapa saran dari hasil penelitian untuk
(1) fasilitas minum dekat dengan area pengelasan, manajemen bengkel pengelasan SMK N 2 Pengasih
(2) tidak ada rambu pada area dengan APD adalah: menghilangkan atau mengurangi bahaya
khusus, (3) APD tidak digunakan dengan benar, yang sudah teridentifikasi di bengkel pengelasan
(4) APD banyak yang sudah rusak, dan (5) loker SMK N 2 Pengasih; mengurangi tingkat risiko/
siswa masih kurang dan tidak ada penguncinya. bahaya yang ada di bengkel; segera bertindak
Bahaya dengan tingkat risiko rendah sejumlah 2 dalam pengendalian bahaya yang sudah
risiko/bahaya dan tingkat risiko rendah sejumlah direncanakan dengan mengacu pada hasil HIRA;
3 risiko/bahaya. pengendalian bahaya yang belum terencana
Pengendalian untuk fasilitas pekerja/siswa sebaiknya segera dilakukan penjadwalan tindakan
yaitu: memindahkan fasilitas minum ke area pengendalian.
higienis, memperbaiki atau mengganti APD yang
rusak. Guru, koordinator bengkel dan teknisi
DAFTAR PUSTAKA
bertanggung jawab dalam pengendalian tersebut.
. (1970). Undang-undang RI Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Organisasi kerja
Kasus atau kondisi organisasi kerja yang . (2003). Undang-undang RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
berpotensi menimbulkan bahaya yaitu: tidak
Nasional.
melibatkan siswa dalam penilaian risiko-ergonomi
terkait sistem K3 dan tidak memberikan siswa . (2013). Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
kesempatan belajar keterampilan baru kecuali
tentang Standar Kompetensi Lulusan
memang dengan perizinan khusus seperti siswa Pendidikan Dasar dan Menengah.
akan mengikuti LKS atau pelatihan kerja
Alfajri Ismail. (2012). Pemahaman tentang
Bahaya. Diakses 31 Oktober 2015 dari
SIMPULAN DAN SARAN http://healthsafetyprotection.com/pemaha
Simpulan man-tentang-hazard/.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu: Alfajri Ismail. (2012). Pokok-pokok Penting
(1) bahaya yang teridentifikasi di bengkel dalam K3. Diakses 31 Oktober 2015 dari
pengelasan SMK N 2 Pengasih adalah 45 bahaya http://healthsafetyprotection.com/pokok-
pokok-penting-dalam-k3/.
meliputi penanganan dan penyimpanan material
terdapat 10 bahaya, penggunaan perkakas tangan Cecep Triwibowo & Mitha Pusphandani. (2013).
terdapat 7 bahaya, pengamanan mesin terdapat 4 Kesehatan Lingkungan & K3. Yogyakarta:
Nuha Medika.
bahaya, desain tempat kerja/bengkel terdapat 8
bahaya, pencahayaan terdapat 5 bahaya, cuaca Darmawan Saputra. (2015). Hirarki
Pengendalian Risiko yang Wajib
kerja terdapat 6 bahaya dan fasilitas pekerja/siswa
Diketahui. Diakses 19 Februari 2016 dari
terdapat 5 bahaya; (2) penilaian risiko/bahaya di www.darmawansaputra.com/2015/08/hirar
bengkel pengelasan SMK N 2 Pengasih yaitu risiko/ ki-pengendalian-risiko-k3-yang-wajib-
bahaya dengan tingkat risiko rendah adalah 38 diketahui.html?m=1.
bahaya dan risiko/bahaya dengan tingkat risiko ILO & IEA. (2010). Ergonomic Checkpoint.
sedang adalah 7 bahaya; pengendalian risiko/ (2nd ed.). Geneva: ILO.
bahaya di bengkel pengelasan SMK N 2 Pengasih
meliputi pengendalian risiko/bahaya yang sudah
54 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016
SCORE. (2013). Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Tempat Kerja Sarana untuk
Produktivitas ILO 2013. (Terjemahan
SCORE). Jakarta: SCORE.
Soehatman Ramli. (2010). Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Sukardi & Siti Nurjanah. (2015). Manajemen
Bengkel & Laboratorium Vokasi dan
Kejuruan. Yogyakarta: UNY Press.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan
Kerja: Manajemen Dan Implementasi K3
Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan
Press.

Anda mungkin juga menyukai